Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAHAN DAERAH

“ INOVASI DAERAH “

DOSEN PENGAMPU : SALMAN, S.Sos., M.AP

DISUSUN OELH : KELOMPOK 10

HAJERINA (210221020

RAHAYU PUTRI ( 2102210

NURHIKMA ( 2102210

PRODI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI


A. Inovasi Daerah
Inovasi berasal dari kata innovation atau perubahan baru. Inovasi adalah
sesuatu yang berbau Baru, Terencana, Khas, dan mempunyai  tujuan  yang 
jelas, Baru  artinya  sesuatu  yang  belum  ada sebelumnya atau bersifat
menyempurnakan yang telah ada. Konsep baru ini tercipta dari sebuah
pemikiran keras terhadap pemanfaatan SDA yang telah ada secara maksimal
tanpa mengurangi fungsi dan juga peranannya. Inovasi yang baru juga berarti
bahwa gagasan tersebut murni belum pernah dipakai
oleh siapapun. Meski sudah pernah ada, artinya diadopsi karena cocok menjadi
solusi. Terencana artinya Sebuah inovasi akan terencana sesuai
dengan kondisi yang diinginkan. Hal ini menjadi penting sebab akan
berpengaruh ke depannya. Karena dilakukan dengan sengaja, maka inovasi
dilakukan  dengan  proses  dan  persiapan  yang  matang,  jelas, dan telah
direncanakan dengan sungguh-sungguh, sehingga prosesnya tidaklah tergesa-
gesa. Tanpa inovasi kebijakan publik, sulit diwujudkan pemerintahan yang
efektif. Demikian pula kaitannya dengan otonomi daerah.
Inovasi merupakan terobosan baru diranah pemerintahan khususnya di
bidang pelayanan publik. Berangkat dari hal tersebut, maka penting inovasi
pemerintahan (innovation in government) kemudian menjadi perbincangan dan
kajian yang menarik, khususnya berkenaan dengan capaian pemerintahan
daerah yang melaksanakan desentralisasi.1 Keberhasilan inovasi di
pemerintahan daerah telah banyak diketehui dan diakui secara nasional, hal ini
dapat dijadikan patokan bahwa inovasi telah menjadi bagian integral bagi
perkembangan suatu daerah.
Penyelenggaraan pemerintah daerah merupakan tugas yang harus
dilaksanakan oleh perangkat pemerintah daerah dalam rangka untuk kemajuan
daerah. Pemerintah daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
Saat ini sistem pemerintahan sudah berubah dari sentralisasi kepada
desentralisasi, artinya dari semuanya diatur oleh pemerintah dan saat ini
bidang-bidang tertentu diserahkan kepada pemerintah daerah untuk mengurus
sendiri sesuai dengan kondisi dan keadaan daerah yang bersangkutan, sesuai
dengan ketentuan Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun
1945, yaitu: “Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat.
Prinsip otonomi daerah yang dikembangkan berdasarkan UU No.23
Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah, adalah lebih diarahkan terhadap
terwujudnya pemerintahan yang demokratis, terselenggaranya pelayanan
kepada masyarakat yang lebih baik, mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat
dan kemandirian perkembangan dan pembangunan daerah serta terwujudnya
keserasian antara pemerintah pusat dan daerah.
Pelaksanaan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan
merupakan penampilan dari pemerintahan yang memprioritaskan kepentingan
masyarakat. Dalam melaksanakan otonomi daerah, pemerintah perlu
memfungsikan seluruh sektor (sumber daya manusia, sumber daya alam dan
sektor-sektor lain yang mampu memberi sumbangsih terhadap jalannya
otonomi daerah), hal ini perlu dijadikan sebagai fokus perhatian pemerintah
dalam rangka peningkatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat secara
terus menerus dan berkesinambungan untuk mencapai kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat apapun dan bagaimanapun susunan maupun bentuk
pemerintahan daerah yang otonom, sangat diprioritaskan pelayanan yang lebih
baik kepada masyarakat, sebab pelayanan merupakan parameter bagi efisiensi
dan efektifitas sistem dan manajemen sebuah pemerintahan otonom.
Pemerintah daerah harus senantiasa melakukan inovasi atau pembaharuan
dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pemerintah daerah. Inovasi
daerah adalah semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan Pemerintah
Daerah, khususnya perbaikan kualitas pelayanan.
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi
Daerah disebutkan bahwa, Inovasi Daerah pada hakikatnya ditujukan untuk
mendukung peningkatan kinerja Pemerintah Daerah dan Pelayanan Publik
secara optimal dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sasaran
Inovasi Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan Pelayanan Publik, pemberdayaan dan peran
serta masyarakat, dan peningkatan daya saing Daerah. Sejalan dengan itu,
usulan Inovasi Daerah, melainkan dibuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi
masyarakat untuk mengusulkan Inovasi Daerah.
Pembangunan inovasi pemerintah merupakan salah satu langkah agar
terwujudnya good governance. Berdasarkan Global Innovation Index (GII)
2019, Indonesia berada di peringkat ke-85 dari 129 negara dengan skor 29,8.
Pada regional ASEAN, inovasi Indonesia berada di posisi kedua terendah.
Negara di ASEAN yang berhasil masuk peringkat 10 besar dunia hanya Negara
Singapura dengan skor 58,4. GII digunakan oleh pemangku kepentingan
sebagai tolak ukur dalam menstimulasi dan mengukur aktivasi inovasi. Indeks
ini juga menunjukkan semakin inovatif suatu negara maka semakin maju
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi
Daerah menyebutkan bahwa, Inovasi Daerah diselenggarakan berdasarkan
prinsip:
1. Peningkatan efisiensi;
2. Perbaikan efektivitas;
3. Perbaikan kualitas pelayanan;
4. Tidak menimbulkan konflik kepentingan;
5. Berorientasi kepada kepentingan umum;
6. Dilakukan secara terbuka;
7. Memenuhi nilai kepatutan;
8. Dapat dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan sendiri
Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 Tentang
Inovasi Daerah disebutkan bahwa, “Inovasi Pelayanan Publik merupakan
inovasi dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat yang meliputi proses
pemberian pelayanan barang/jasa publik dan inovasi jenis dan bentuk
barang/jasa publik”. Sedangkan kriteria inovasi daerah sebagaimana dijelaskan
dalam Pasal 6, dapat memberi manfaat bagi daerah dan/atau masyarakat, dan
tidak mengakibatkan pembebanan dan/atau pembatasan pada masyarakat yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjalankan prinsip prinsip Inovasi Daerah tersebut, peran
Organisasi Perangkat Daerah dibutuhkan guna menerapkan solusi solusi
kreativitas terhadap masalah dan peluang yang ada di suatu wilayah, mengenai
bentuk inovasi daaerah sebagaimana tercantum pada pasal 4 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 2017 antara lain sebagai
berikut:
a. Inovasi tata Kelola pemerintah daerah merupakan inovasi dalam
pelaksanaan manajemen Pemerintah Daerah, yang meliputi tata laksana
internal dalam pelaksanaan fungsi manajemen atau pengelolaan unsur
manajemen.
b. Inovasi pelayanan publik, dan/atau merupakan inovasi dalam penyediaan
pelayanan kepada masyarakat yang meliputi proses pemberian pelayanan
barang/jasa publik
c. Inovasi daerah lainnya merupakan segala bentuk inovasi dalam
penyelenggaran Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Pemerintah
Daerah.
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inovasi Daerah
Inovasi daerah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
mengembangkan potensi daerah yang ada di Indonesia. Inovasi daerah dapat
mempercepat pembangunan ekonomi daerah, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, serta memperkuat daya saing daerah dalam skala nasional maupun
internasional. Inovasi daerah juga dapat membantu mengatasi berbagai
masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan yang dihadapi oleh suatu daerah.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi inovasi daerah:
1. Kebutuhan dan Tantangan Lokal: Kebutuhan dan tantangan yang dihadapi
oleh suatu daerah dapat menjadi faktor yang mempengaruhi inovasi
daerah. Hal ini dapat meliputi masalah sosial, ekonomi, lingkungan, dan
kebijakan publik.
2. Ketersediaan Sumber Daya: Ketersediaan sumber daya seperti tenaga kerja
yang berkualitas, teknologi, modal, dan dukungan kebijakan dapat
mempengaruhi inovasi daerah.
3. Kemitraan dan Jaringan: Kemitraan dan jaringan antara pemerintah
daerah, lembaga akademik, sektor swasta, dan masyarakat dapat
memfasilitasi pertukaran informasi dan pengetahuan yang diperlukan
untuk menciptakan inovasi daerah.
4. Kepemimpinan dan Komitmen Pemerintah: Kepemimpinan dan komitmen
pemerintah daerah dapat menjadi faktor penting dalam menciptakan
inovasi daerah. Pemerintah daerah yang visioner dan berkomitmen dapat
memotivasi dan memimpin masyarakat dan sektor swasta untuk
menciptakan inovasi.
5. Budaya dan Nilai Lokal: Budaya dan nilai lokal dapat mempengaruhi
inovasi daerah. Budaya dan nilai lokal yang positif dapat memperkuat
motivasi dan kreativitas masyarakat dalam menciptakan inovasi.
6. Regulasi dan Kebijakan Publik: Regulasi dan kebijakan publik yang
mendukung dapat memfasilitasi inovasi daerah. Kebijakan yang
mendukung dapat membuka peluang dan memperkuat inisiatif inovasi.
7. Perubahan Global: Perubahan global seperti perkembangan teknologi,
persaingan internasional, dan tantangan lingkungan dapat mempengaruhi
inovasi daerah. Perubahan global dapat memberikan peluang dan
tantangan bagi inovasi daerah.
Demikianlah beberapa faktor yang mempengaruhi inovasi daerah. Setiap
daerah memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda, sehingga faktor-
faktor yang mempengaruhi inovasi daerah dapat bervariasi tergantung pada
konteks setiap daerah.
C. Konsep Inovasi Daera
Inovasi Daerah dalam Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 pasal 386
bermakna bentuk pembaruan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Kemudian pada pasal 388
mengemukakan mekanisme inovasi daerah sebagai berikut:
1. Inisiatif inovasi dapat berasal dari kepala daerah, anggota DPRD, aparatur
sipil negara, Perangkat Daerah, dan anggota masyarakat.
2. Usulan inovasi yang berasal dari anggota DPRD ditetapkan dalam rapat
paripurna.
3. Usulan inovasi disampaikan kepada kepala daerah untuk ditetapkan dalam
Perkada.
4. Usulan inovasi yang berasal dari aparatur sipil negara harus memperoleh
izin tertulis dari pimpinan Perangkat Daerah dan menjadi inovasi Perangkat
Daerah.
5. Usulan inovasi yang berasal dari anggota masyarakat disampaikan kepada
DPRD dan/atau kepada Pemerintah Daerah.
6. Jenis, prosedur dan metode penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang
bersifat inovatif ditetapkan dengan Perkada.
7. Kepala daerah melaporkan inovasi Daerah yang akan dilaksanakan kepada
Mendagri
8. Laporan paling sedikit meliputi cara melakukan inovasi, dokumentasi
bentuk inovasi, dan hasil inovasi yang akan dicapai.
9. Pemerintah Pusat melakukan penilaian terhadap inovasi yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah.
Dalam merumuskan kebijakan inovasi, pemerintahan daerah mengacu pada
prinsip sebagai berikut:
1. Peningkatan efisiensi
Peningkatan efisiensi terlihat pada hal yang terkait pada kegunaan
pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses
produksi barang dan jasa pemerintah, yang bekerja dengan menggunakan
sumber daya dan energi yang sesuai tanpa pemborosan.
2. Perbaikan efektivitas
Perbaikan efektivitas terlihat pada terlaksananya semua kegiatan
pemerintahan, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari
sumber daya yang ada serta merupakan keterkaitan antara visi misi kegiatan
dan outcome yang dihasilkan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara
tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai oleh penyelenggara
pemerintah daerah
3. Perbaikan kualitas pelayanan
Perbaikan kualitas pelayanan terlihat pada upaya peningkatan metode dan
teknik serta sumber daya pelayanan yang dilakukan pemerintah daerah
dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.
4. Tidak ada konflik kepentingan
Kemampuan Pemerintah daerah dalam mengembangkan daerahnya
dengan menggunakan sumber daya yang ada tanpa adanya pilih kasih
terhadap pelaku inovasi di daerah
5. Berorientasi kepada kepentingan umum
Inovasi di daerah dilakukan dengan meperhatikan kepentingan yang lebih
besar dan umum dibanding dengan kepentingan pribadi atau golongan

6. Dilakukan secara terbuka


Penyeleksian terhadap Inovasi yang akan digunakan daerah dilakukan
dengan terbuka dengan melibatkan berbagai unsur termasuk masyarakat
pengguna.
7. Memenuhi nilai-nilai kepatutan; dan bahwa inovasi yang dilakukan
memang selayaknya dilaksanakan dengan mendengar berbagai pendapat
stakeholder yang ada di daerah
8. Dapat dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan diri
sendiri. Inovasi yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya
walaupun tidak dapat memenuhi target, namun dilakukan untuk kepentingan
bersama.
Pada beberapa implementasi inovasi yang dilaksanakan oleh pemerintah
daerah, terdapat beberapa program inovasi yang tidak dapat berkembang atau
tidak mendapatkan respopn positif dari masyarakat. Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi berkembang atau tidaknya inovasi daerah yaitu:
1) Tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat.
Hal ini terjadi karena pengembangan inovasi daerah yang akan diterapkan
dilakukan tanpa memperhatikan kajian terhadap nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat setempat. Karena dari satu sisi penerapan kadang
dianggap baik oleh pemerintah sebagai pelaksana, namun ternyata inovasi
yang dikembangkan banyak memberikan efek negatif bagi nilai dan norma
yang berlaku di daerah tersebut. Sebagai contoh, Misalkan pengembangan
wisata pantai di Aceh dengan mengadopsi atau mencontoh penerapan di
kawasan wisata pantai bali, ataupun sebaliknya.
2) Ketidak pahaman unsur pelaksana
Program inovasi yang akan dterapkan di suatu daerah, hendaknya
memperhatikan tingkat kemampuan sumber daya manusia yang ada sebagai
pelaksana. Misalkan penerapan program layanan internet guna percepatan
layanan kependudukan di wilayah daerah yang luas dan berjauhan dengan
kota kabupaten, namun aparat pelaksana di desa atau dusun tidak dapat
mengimplementasikan program tersebut dengan baik, tentunya menjadi
unsur penghambat bagi pelaksanaan inovasi tersebut.
3) Ketidak profesionalismenya penggunaan sumber daya manusia pengelola,
Pelaksanaan inovasi daerah kadang berhasil pada awalnya, namun ketika
berjalan setahun atau 2 tahun, saat sumber daya manusia pengelola
mendapatkan promosi atau mutasi dan digantikan dengan pegawai baru
yang belum mengerti mengimplementasikan program inovasi tersebut,
tentunya mengakibatkan terhambatnya inovasi tersebut karena arus
menunggu penyesuaian atau pembelajaran dari pegawai pengganti pengelola
tersebut.
4) Hambatan kepentingan
Hambatan kepentingan terjadi bila inovasi daerah yang diajukan oleh
inovator, tidak sejalan dengan kepentingan Kepala Daerah yang
bersangkutan. Atau dapat juga terjadi adanya kepentingan berbeda diantara
aktor politik lokal di daerah.
5) Penggunaan sumber daya yang begitu besar
Pemerintah daerah kadang begitu menggebu-gebu dalam melakukan
inovasi tanpa melihat cost dan benefit pada pelaksanaan inovasi tersebut.
Penggunaan sumber daya yang begitu besar dengan mengerahkan sebagian
besar unsur pemerintahan daerah untuk mensukseskan inovasi tersebut,
tentunya akan berdampak pada pelaksanaan program kegiatan pemerintahan
lainnya.
6) Tidak sesuai dengan budaya organisasi
Tidak semua yang berhasil di daerah lain akan berhasil juga di daerah kita.
Hal ini kadang disebabkan karena budaya organisasi yang diterapkan
berbeda dengan kondisi daerah lainnya yang berhasil menerapkan inovasi
tersebut. Banyak daerah yang hanya mengcopy paste program inovasi
daerah lainnya tanpa melihat budaya kerja yang berlaku di daerahnya,
sehingga dukungan sumber daya tidak dapat berjalan maksimal.
Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan tugas dan kewajiban pemerintah
diantaranya untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangs. Hal tersebut sejalan dengan konsep negara kesejahteraan,
dimana pemerintah aktif dalam kehidupan masyarakat. Segala aspek
kehidupan dalam bermasyarakat berhubungan dengan pemerintahan.
Sebagaimana yang dikemukakan Barr bahwa “the Welfare State is used as
“shorthand for the state’s activities in four broad areas: cash benefits; health
care; education; and food, housing, and other welfare services”6 , sehingga
sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk berbuat dan melaksanakan
kebijakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Ndraha bahwa pemerintahanmeliputi pemenuhan
kewajiban negara terhadap manusia (pelayanan civil) dan penggunaan
wewenangpemerintah berdasarkan undang-undang untuk melayani
masyarakat (pelayanan publik), termasuk pemberdayaan dan pembangunan.
Indonesia sebagai negara berdaulat yang menganut sistem negara
kesatuan, memiliki satuan-satuan sub nasional. Dalam bentuk pemerintahan
yang bertingkat seperti Negara Indonesia, kewenangan untuk
mensejahterahkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dilimpahkan oleh
pemegang kewenangan lebih tinggi atau pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah. Dalam Undang-undang pemerintahan daerah nomor 23 tahun 2014
pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Kemudian pada ayat 2 menyatakan bahwa Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dimana daerah diberikan
tugas menjalankan roda pemerintahan melalui perangkatnya sesuai dengan
kewenangan yang diberikan dan kemampuan sumber daya di wilayahnya
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah.
Salah satu program yang diimplementasikan untuk mensejahterahkan
masyarakat yaitu melalui penerapan konsep smart city pada penyelanggaraan
pemerintahan di daerah. Konsep smart city telah menjadi solusi atas persoalan
pembangunan di banyak negara . Smart City didesain agar dapat
meningkatkan produktivitas masyarakat yang tinggal didaerah tersebut,
dengan memanfaatkan teknologi informasi secara optimal di segenap aspek
penyelenggaran pemerintahan daerah. Konsep ini telah diterapkan pada
berbagai kota di Indonesia seperti jakarta, bandung, yogyakarta dan surabaya.
Pada beberapa negara, perkembangan teknologi informasi itu diarahkan untuk
menghasilkan suatu bentuk pendekatan pembangunan baru, yang disebut
smart city. Penerapan konsep ini mampu diwujudkan pada kota-kota di
Indonesia sehingga dapat menunjang pemenuhan kebutuhan masyarakat dan
diharapkan juga mampu membantu menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh suatu kota, misalkan pada aspek transportasi, pendidikan,
kesehatan, administrasi kependudukan dan layanan publik lainnya.
Sebelum Undang-undang Nomor 23/2014 mengatur tentang inovasi
daerah, pemerintahan daerah mengenal Sistem Inovasi Daerah (SiDa), SiDa
adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuh-kembangkan
inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemerintahan daerah,
lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia
usaha, dan masyarakat di daerah. hal tesebut termuat dalam Peraturan
Bersama Menteri Negara Riset Dan Teknologi Republik Indonesia Nomor: 03
Tahun 2012 Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Tentang
Penguatan Sistem Inovasi Daerah Nomor: 36 Tahun 2012 tentang Penguatan
Sistem Inovasi Daerah.

Anda mungkin juga menyukai