A. Inovasi Daerah Inovasi berasal dari kata innovation atau perubahan baru. Inovasi adalah sesuatu yang berbau Baru, Terencana, Khas, dan mempunyai tujuan yang jelas, Baru artinya sesuatu yang belum ada sebelumnya atau bersifat menyempurnakan yang telah ada. Konsep baru ini tercipta dari sebuah pemikiran keras terhadap pemanfaatan SDA yang telah ada secara maksimal tanpa mengurangi fungsi dan juga peranannya. Inovasi yang baru juga berarti bahwa gagasan tersebut murni belum pernah dipakai oleh siapapun. Meski sudah pernah ada, artinya diadopsi karena cocok menjadi solusi. Terencana artinya Sebuah inovasi akan terencana sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Hal ini menjadi penting sebab akan berpengaruh ke depannya. Karena dilakukan dengan sengaja, maka inovasi dilakukan dengan proses dan persiapan yang matang, jelas, dan telah direncanakan dengan sungguh-sungguh, sehingga prosesnya tidaklah tergesa- gesa. Tanpa inovasi kebijakan publik, sulit diwujudkan pemerintahan yang efektif. Demikian pula kaitannya dengan otonomi daerah. Inovasi merupakan terobosan baru diranah pemerintahan khususnya di bidang pelayanan publik. Berangkat dari hal tersebut, maka penting inovasi pemerintahan (innovation in government) kemudian menjadi perbincangan dan kajian yang menarik, khususnya berkenaan dengan capaian pemerintahan daerah yang melaksanakan desentralisasi.1 Keberhasilan inovasi di pemerintahan daerah telah banyak diketehui dan diakui secara nasional, hal ini dapat dijadikan patokan bahwa inovasi telah menjadi bagian integral bagi perkembangan suatu daerah. Penyelenggaraan pemerintah daerah merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh perangkat pemerintah daerah dalam rangka untuk kemajuan daerah. Pemerintah daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Saat ini sistem pemerintahan sudah berubah dari sentralisasi kepada desentralisasi, artinya dari semuanya diatur oleh pemerintah dan saat ini bidang-bidang tertentu diserahkan kepada pemerintah daerah untuk mengurus sendiri sesuai dengan kondisi dan keadaan daerah yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, yaitu: “Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Prinsip otonomi daerah yang dikembangkan berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah, adalah lebih diarahkan terhadap terwujudnya pemerintahan yang demokratis, terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik, mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat dan kemandirian perkembangan dan pembangunan daerah serta terwujudnya keserasian antara pemerintah pusat dan daerah. Pelaksanaan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan merupakan penampilan dari pemerintahan yang memprioritaskan kepentingan masyarakat. Dalam melaksanakan otonomi daerah, pemerintah perlu memfungsikan seluruh sektor (sumber daya manusia, sumber daya alam dan sektor-sektor lain yang mampu memberi sumbangsih terhadap jalannya otonomi daerah), hal ini perlu dijadikan sebagai fokus perhatian pemerintah dalam rangka peningkatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat apapun dan bagaimanapun susunan maupun bentuk pemerintahan daerah yang otonom, sangat diprioritaskan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, sebab pelayanan merupakan parameter bagi efisiensi dan efektifitas sistem dan manajemen sebuah pemerintahan otonom. Pemerintah daerah harus senantiasa melakukan inovasi atau pembaharuan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pemerintah daerah. Inovasi daerah adalah semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah, khususnya perbaikan kualitas pelayanan. Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi Daerah disebutkan bahwa, Inovasi Daerah pada hakikatnya ditujukan untuk mendukung peningkatan kinerja Pemerintah Daerah dan Pelayanan Publik secara optimal dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sasaran Inovasi Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan Pelayanan Publik, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, dan peningkatan daya saing Daerah. Sejalan dengan itu, usulan Inovasi Daerah, melainkan dibuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mengusulkan Inovasi Daerah. Pembangunan inovasi pemerintah merupakan salah satu langkah agar terwujudnya good governance. Berdasarkan Global Innovation Index (GII) 2019, Indonesia berada di peringkat ke-85 dari 129 negara dengan skor 29,8. Pada regional ASEAN, inovasi Indonesia berada di posisi kedua terendah. Negara di ASEAN yang berhasil masuk peringkat 10 besar dunia hanya Negara Singapura dengan skor 58,4. GII digunakan oleh pemangku kepentingan sebagai tolak ukur dalam menstimulasi dan mengukur aktivasi inovasi. Indeks ini juga menunjukkan semakin inovatif suatu negara maka semakin maju perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi Daerah menyebutkan bahwa, Inovasi Daerah diselenggarakan berdasarkan prinsip: 1. Peningkatan efisiensi; 2. Perbaikan efektivitas; 3. Perbaikan kualitas pelayanan; 4. Tidak menimbulkan konflik kepentingan; 5. Berorientasi kepada kepentingan umum; 6. Dilakukan secara terbuka; 7. Memenuhi nilai kepatutan; 8. Dapat dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan sendiri Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi Daerah disebutkan bahwa, “Inovasi Pelayanan Publik merupakan inovasi dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat yang meliputi proses pemberian pelayanan barang/jasa publik dan inovasi jenis dan bentuk barang/jasa publik”. Sedangkan kriteria inovasi daerah sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 6, dapat memberi manfaat bagi daerah dan/atau masyarakat, dan tidak mengakibatkan pembebanan dan/atau pembatasan pada masyarakat yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menjalankan prinsip prinsip Inovasi Daerah tersebut, peran Organisasi Perangkat Daerah dibutuhkan guna menerapkan solusi solusi kreativitas terhadap masalah dan peluang yang ada di suatu wilayah, mengenai bentuk inovasi daaerah sebagaimana tercantum pada pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 2017 antara lain sebagai berikut: a. Inovasi tata Kelola pemerintah daerah merupakan inovasi dalam pelaksanaan manajemen Pemerintah Daerah, yang meliputi tata laksana internal dalam pelaksanaan fungsi manajemen atau pengelolaan unsur manajemen. b. Inovasi pelayanan publik, dan/atau merupakan inovasi dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat yang meliputi proses pemberian pelayanan barang/jasa publik c. Inovasi daerah lainnya merupakan segala bentuk inovasi dalam penyelenggaran Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inovasi Daerah Inovasi daerah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengembangkan potensi daerah yang ada di Indonesia. Inovasi daerah dapat mempercepat pembangunan ekonomi daerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta memperkuat daya saing daerah dalam skala nasional maupun internasional. Inovasi daerah juga dapat membantu mengatasi berbagai masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan yang dihadapi oleh suatu daerah. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi inovasi daerah: 1. Kebutuhan dan Tantangan Lokal: Kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh suatu daerah dapat menjadi faktor yang mempengaruhi inovasi daerah. Hal ini dapat meliputi masalah sosial, ekonomi, lingkungan, dan kebijakan publik. 2. Ketersediaan Sumber Daya: Ketersediaan sumber daya seperti tenaga kerja yang berkualitas, teknologi, modal, dan dukungan kebijakan dapat mempengaruhi inovasi daerah. 3. Kemitraan dan Jaringan: Kemitraan dan jaringan antara pemerintah daerah, lembaga akademik, sektor swasta, dan masyarakat dapat memfasilitasi pertukaran informasi dan pengetahuan yang diperlukan untuk menciptakan inovasi daerah. 4. Kepemimpinan dan Komitmen Pemerintah: Kepemimpinan dan komitmen pemerintah daerah dapat menjadi faktor penting dalam menciptakan inovasi daerah. Pemerintah daerah yang visioner dan berkomitmen dapat memotivasi dan memimpin masyarakat dan sektor swasta untuk menciptakan inovasi. 5. Budaya dan Nilai Lokal: Budaya dan nilai lokal dapat mempengaruhi inovasi daerah. Budaya dan nilai lokal yang positif dapat memperkuat motivasi dan kreativitas masyarakat dalam menciptakan inovasi. 6. Regulasi dan Kebijakan Publik: Regulasi dan kebijakan publik yang mendukung dapat memfasilitasi inovasi daerah. Kebijakan yang mendukung dapat membuka peluang dan memperkuat inisiatif inovasi. 7. Perubahan Global: Perubahan global seperti perkembangan teknologi, persaingan internasional, dan tantangan lingkungan dapat mempengaruhi inovasi daerah. Perubahan global dapat memberikan peluang dan tantangan bagi inovasi daerah. Demikianlah beberapa faktor yang mempengaruhi inovasi daerah. Setiap daerah memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda, sehingga faktor- faktor yang mempengaruhi inovasi daerah dapat bervariasi tergantung pada konteks setiap daerah. C. Konsep Inovasi Daera Inovasi Daerah dalam Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 pasal 386 bermakna bentuk pembaruan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Kemudian pada pasal 388 mengemukakan mekanisme inovasi daerah sebagai berikut: 1. Inisiatif inovasi dapat berasal dari kepala daerah, anggota DPRD, aparatur sipil negara, Perangkat Daerah, dan anggota masyarakat. 2. Usulan inovasi yang berasal dari anggota DPRD ditetapkan dalam rapat paripurna. 3. Usulan inovasi disampaikan kepada kepala daerah untuk ditetapkan dalam Perkada. 4. Usulan inovasi yang berasal dari aparatur sipil negara harus memperoleh izin tertulis dari pimpinan Perangkat Daerah dan menjadi inovasi Perangkat Daerah. 5. Usulan inovasi yang berasal dari anggota masyarakat disampaikan kepada DPRD dan/atau kepada Pemerintah Daerah. 6. Jenis, prosedur dan metode penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang bersifat inovatif ditetapkan dengan Perkada. 7. Kepala daerah melaporkan inovasi Daerah yang akan dilaksanakan kepada Mendagri 8. Laporan paling sedikit meliputi cara melakukan inovasi, dokumentasi bentuk inovasi, dan hasil inovasi yang akan dicapai. 9. Pemerintah Pusat melakukan penilaian terhadap inovasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Dalam merumuskan kebijakan inovasi, pemerintahan daerah mengacu pada prinsip sebagai berikut: 1. Peningkatan efisiensi Peningkatan efisiensi terlihat pada hal yang terkait pada kegunaan pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa pemerintah, yang bekerja dengan menggunakan sumber daya dan energi yang sesuai tanpa pemborosan. 2. Perbaikan efektivitas Perbaikan efektivitas terlihat pada terlaksananya semua kegiatan pemerintahan, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari sumber daya yang ada serta merupakan keterkaitan antara visi misi kegiatan dan outcome yang dihasilkan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai oleh penyelenggara pemerintah daerah 3. Perbaikan kualitas pelayanan Perbaikan kualitas pelayanan terlihat pada upaya peningkatan metode dan teknik serta sumber daya pelayanan yang dilakukan pemerintah daerah dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. 4. Tidak ada konflik kepentingan Kemampuan Pemerintah daerah dalam mengembangkan daerahnya dengan menggunakan sumber daya yang ada tanpa adanya pilih kasih terhadap pelaku inovasi di daerah 5. Berorientasi kepada kepentingan umum Inovasi di daerah dilakukan dengan meperhatikan kepentingan yang lebih besar dan umum dibanding dengan kepentingan pribadi atau golongan
6. Dilakukan secara terbuka
Penyeleksian terhadap Inovasi yang akan digunakan daerah dilakukan dengan terbuka dengan melibatkan berbagai unsur termasuk masyarakat pengguna. 7. Memenuhi nilai-nilai kepatutan; dan bahwa inovasi yang dilakukan memang selayaknya dilaksanakan dengan mendengar berbagai pendapat stakeholder yang ada di daerah 8. Dapat dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri. Inovasi yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya walaupun tidak dapat memenuhi target, namun dilakukan untuk kepentingan bersama. Pada beberapa implementasi inovasi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, terdapat beberapa program inovasi yang tidak dapat berkembang atau tidak mendapatkan respopn positif dari masyarakat. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi berkembang atau tidaknya inovasi daerah yaitu: 1) Tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Hal ini terjadi karena pengembangan inovasi daerah yang akan diterapkan dilakukan tanpa memperhatikan kajian terhadap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat setempat. Karena dari satu sisi penerapan kadang dianggap baik oleh pemerintah sebagai pelaksana, namun ternyata inovasi yang dikembangkan banyak memberikan efek negatif bagi nilai dan norma yang berlaku di daerah tersebut. Sebagai contoh, Misalkan pengembangan wisata pantai di Aceh dengan mengadopsi atau mencontoh penerapan di kawasan wisata pantai bali, ataupun sebaliknya. 2) Ketidak pahaman unsur pelaksana Program inovasi yang akan dterapkan di suatu daerah, hendaknya memperhatikan tingkat kemampuan sumber daya manusia yang ada sebagai pelaksana. Misalkan penerapan program layanan internet guna percepatan layanan kependudukan di wilayah daerah yang luas dan berjauhan dengan kota kabupaten, namun aparat pelaksana di desa atau dusun tidak dapat mengimplementasikan program tersebut dengan baik, tentunya menjadi unsur penghambat bagi pelaksanaan inovasi tersebut. 3) Ketidak profesionalismenya penggunaan sumber daya manusia pengelola, Pelaksanaan inovasi daerah kadang berhasil pada awalnya, namun ketika berjalan setahun atau 2 tahun, saat sumber daya manusia pengelola mendapatkan promosi atau mutasi dan digantikan dengan pegawai baru yang belum mengerti mengimplementasikan program inovasi tersebut, tentunya mengakibatkan terhambatnya inovasi tersebut karena arus menunggu penyesuaian atau pembelajaran dari pegawai pengganti pengelola tersebut. 4) Hambatan kepentingan Hambatan kepentingan terjadi bila inovasi daerah yang diajukan oleh inovator, tidak sejalan dengan kepentingan Kepala Daerah yang bersangkutan. Atau dapat juga terjadi adanya kepentingan berbeda diantara aktor politik lokal di daerah. 5) Penggunaan sumber daya yang begitu besar Pemerintah daerah kadang begitu menggebu-gebu dalam melakukan inovasi tanpa melihat cost dan benefit pada pelaksanaan inovasi tersebut. Penggunaan sumber daya yang begitu besar dengan mengerahkan sebagian besar unsur pemerintahan daerah untuk mensukseskan inovasi tersebut, tentunya akan berdampak pada pelaksanaan program kegiatan pemerintahan lainnya. 6) Tidak sesuai dengan budaya organisasi Tidak semua yang berhasil di daerah lain akan berhasil juga di daerah kita. Hal ini kadang disebabkan karena budaya organisasi yang diterapkan berbeda dengan kondisi daerah lainnya yang berhasil menerapkan inovasi tersebut. Banyak daerah yang hanya mengcopy paste program inovasi daerah lainnya tanpa melihat budaya kerja yang berlaku di daerahnya, sehingga dukungan sumber daya tidak dapat berjalan maksimal. Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan tugas dan kewajiban pemerintah diantaranya untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangs. Hal tersebut sejalan dengan konsep negara kesejahteraan, dimana pemerintah aktif dalam kehidupan masyarakat. Segala aspek kehidupan dalam bermasyarakat berhubungan dengan pemerintahan. Sebagaimana yang dikemukakan Barr bahwa “the Welfare State is used as “shorthand for the state’s activities in four broad areas: cash benefits; health care; education; and food, housing, and other welfare services”6 , sehingga sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk berbuat dan melaksanakan kebijakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ndraha bahwa pemerintahanmeliputi pemenuhan kewajiban negara terhadap manusia (pelayanan civil) dan penggunaan wewenangpemerintah berdasarkan undang-undang untuk melayani masyarakat (pelayanan publik), termasuk pemberdayaan dan pembangunan. Indonesia sebagai negara berdaulat yang menganut sistem negara kesatuan, memiliki satuan-satuan sub nasional. Dalam bentuk pemerintahan yang bertingkat seperti Negara Indonesia, kewenangan untuk mensejahterahkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dilimpahkan oleh pemegang kewenangan lebih tinggi atau pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dalam Undang-undang pemerintahan daerah nomor 23 tahun 2014 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kemudian pada ayat 2 menyatakan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dimana daerah diberikan tugas menjalankan roda pemerintahan melalui perangkatnya sesuai dengan kewenangan yang diberikan dan kemampuan sumber daya di wilayahnya yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Salah satu program yang diimplementasikan untuk mensejahterahkan masyarakat yaitu melalui penerapan konsep smart city pada penyelanggaraan pemerintahan di daerah. Konsep smart city telah menjadi solusi atas persoalan pembangunan di banyak negara . Smart City didesain agar dapat meningkatkan produktivitas masyarakat yang tinggal didaerah tersebut, dengan memanfaatkan teknologi informasi secara optimal di segenap aspek penyelenggaran pemerintahan daerah. Konsep ini telah diterapkan pada berbagai kota di Indonesia seperti jakarta, bandung, yogyakarta dan surabaya. Pada beberapa negara, perkembangan teknologi informasi itu diarahkan untuk menghasilkan suatu bentuk pendekatan pembangunan baru, yang disebut smart city. Penerapan konsep ini mampu diwujudkan pada kota-kota di Indonesia sehingga dapat menunjang pemenuhan kebutuhan masyarakat dan diharapkan juga mampu membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh suatu kota, misalkan pada aspek transportasi, pendidikan, kesehatan, administrasi kependudukan dan layanan publik lainnya. Sebelum Undang-undang Nomor 23/2014 mengatur tentang inovasi daerah, pemerintahan daerah mengenal Sistem Inovasi Daerah (SiDa), SiDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuh-kembangkan inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemerintahan daerah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah. hal tesebut termuat dalam Peraturan Bersama Menteri Negara Riset Dan Teknologi Republik Indonesia Nomor: 03 Tahun 2012 Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah Nomor: 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah.
Efektivitas Kepemimpinan Kepala Kelurahan Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Menunjang Pembangunan Di Kelurahan Landasan Ulin Utara Kecamatan Lianganggang