Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI NEGARA


“REINVENTING GOVERNMENT”

DOSEN PENGAMPU : Dr.HJ. IHYANI MALIK, S.Sos., M.Si

Oleh:
Kelompok II

Andi Ahmad Sarihul Hisab A.Aisyah Ramadan


Agib Ammar Kahar Bella Ainul Syahadah
Muh Iswakif Syafaruddin Iis Febriana Sari
Indra Kurniawan Nur Alfiana A,J,
Baso Djemma Nurfadilla
Muh Fadli Syarqiah

KELAS D
PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah


memberikan kita semua kesehatan, keselamatan, dan melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami
yang berjudul “REINVENTING GOVERNMENT” sebagai mata kuliah
Pengantar Ilmu Administrasi. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya. Yang
telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang
benderang sepperti sekarang ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan


menambah ilmu pengetahuan bagi teman- teman dan para pembaca, serta
semua masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa agar kedepannya
dapat memperbaiki atau menambah isi makalah ini agar makalah menjadi
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami sebagai


pembuat makalah dan juga adalah mahasiswa baru, kami yakin dalam
pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan atau kekurangan
pada pembahasan materi. Kami sebagai penulis meminta maaf atas segala
kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Karena kami juga adalah
manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Kami sebagai penulis juga
sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi
kesempurnaan makalah kami.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................... 3

A. Pengertian Reinventing Government .................................. 3


B. Prinsip-Prinsip Reinventing Government............................. 4
C. Praktek penerapan prinsip reinventing government dalam
administrasi publik................................................................6
D. Perbandingan penerapan prinsip reinventing government
dalam administrasi publik......................................................8

BAB III PENUTUP .........................................................................

A. Kesimpulan ...........................................................................
B. Saran ......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan sistem pemerintahan dari masa ke masa memiliki


permasalahannya sendiri, di mana masing-masing permasalahan selalu jatuh
pada ‘'Perilaku Birokrasi yang cenderung tidak efisien'’. Dari yang bersifat
Tradisional menuju pada kondisi yang lebih modern dan lebih baik sesuai
dengan tuntutan perkembangan zaman. Diawalai dari Old Public
Management, yang kemudian bergeser menjadi New Public Management
dengan Konsep Kewirausahaan. Salah satu pemikiran terpopuler pada era 80-
an hingga awal 90-an adalah konsep Reinventing Government dari Osborn
dan Gaebler.

Reinventing government, yaitu pemikiran tentang Mewirausahakan


Birokrasi dengan menjawab berbagai pertanyaan seputar bagaimana prinsip-
prinsip dan semangat wirausaha ditransformasikan ke dalam sektor
pelayanan publik. Atau dengan kata lain istilah Reinventing Government
juga bermakna sebagai lembaga sektor pemerintah yang
berkebiasaan/entrepreneural, dengan memanfaatkan Sumber Daya yang ada
namun menggunakannya dengan cara yang baru guna mencapai Efisiensi dan
Efektifitas.

Berangkat dari pemikiran tersebut, Gaebler dan Osborn berpikir bahwa


dalam melakukan suatu perubahan haruslah memperhatikan peluang yang
memungkinkan untuk sukses dengan tidak melupakan risiko atau tetap
menekan risiko hingga seminimal mungkin. Mereka mengasumsikan
pendapat Drucker bahwa setiap orang akan mampu menjadi seorang
entrepreneur jika organisasi tempat dia bekerja juga didesain dengan
mendukung sistem kewirausahaan.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan sebelumnya, maka


kami merumuskan beberapa masalah, diantaranya:
1. Apa Pengertian Reinventing Government
2. Prinsip-Prinsip Reinventing Government
3. Bagaimana Praktek Penerapan Prinsip Reinventing Government Dalam
Layanan Administrasi Publik
4. Bagaimana Perbandingan Penerapan Prinsip Reinventing Government
Dalam Administrasi Publik

C. Tujuan

Ada pun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:


1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Administrasi
2. Untuk Mengetahui Pengertian Reinventing Government
3. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Reinventing Government
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Praktek Penerapan Prinsip Reinventing
Government Dalam Layanan Administrasi Publik
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Perbandingan Penerapan Prinsip
Reinventing Government Dalam Administrasi Publik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Reinventing Government

Reinventing government merupakan cara birokrasi mengubah sistem


atau pengaturan agar pelaksanaan pemeritahan dapat berjalan secara
akuntabilitas, resposif, inovatif, professional, dan entrepreneur. Entrepreneur
dimaksudkan agar pemerintah daerah yang telah diberikan otonomi memiliki
semangat kewirausahaan untuk lebih inovatif dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat dan dapat menjawab tuntutan masyarakat di era
globalisasi. Sehingga mewirausahakan birokrasi bukan berarti birokrasi
melakukan wirausaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya
melainkan memberdayakan institusi agar produktivitas dan efisiensi kerja
dapat dioptimalkan.

Birokrasi Pemerintah sekarang adalah warisan dari masa pemerintahan


sebelumnya. Sejak Pemerintah Orde Baru melaksanakan Pembangunan
Nasional pada awal 1970-an,birokrasi Pemerintah berkembang dengan
struktur dan jumlah pegawai yang membesar. Peran yang dijalankan pun
meluas,terlihat umpamanya dengan kontribusinya yang besar di dalamsetiap
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan, penggerak mesin administrasi
pemerintahan, pengendali dan pelaksana program pembangunan dengan
memposisikan diri sebagai agen perubahan.Orientasi birokrasi boleh dibilang
lekat dengan politik Pemerintah,tidak sekalipun tindakan birokrasi bebas
nilai, sehingga sisiprofesionalisme di bidang administrasi kerap sukar
dibedakanantara nuansa politik Pemerintah atau semata-mata teknis
administrasi.

Peter Drucker menuturkan "bahwa inovasi dan seorang inovator


mencapai kesuksesan bukan karena melihat adanya risiko dari tindakannya,

3
tetapi kemampuan untuk melihat peluang dari risiko yang akan dihadapi serta
memanfaatkannya menjadi sebuah jalan sukses". dari pemikiran tersebut,
Gaebler dan Osborn berpikir bahwa dalam melakukan suatu perubahan harus
memperhatikan peluang yang memungkinkan untuk sukses dengan tidak
melupakan risiko atau tetap menekan risiko hingga seminimal mungkin.
Mereka menganggap pendapat Drucker bahwa setiap orang akan mampu
menjadi pengusaha jika organisasi tempat dia bekerja juga dirancang dengan
mendukung sistem kewirausahaan.Istilah Reinventing Government bermakna
lembaga sektor pemerintah yang berkebiasaan wirausaha , dengan
memanfaatkan Sumber Daya yang ada namun menggunakannya dengan cara
yang baru guna mencapai Efisiensi dan Efektifitas.Secara singkat, tulisan ini
diawali oleh penjelasan berbagai kisah sukses dari berbagai restrukturisasi,
baik dalam bidang penganggaran, pendidikan, hingga pendesentralisasian
berbagai kewenangan yang disebut dengan An American Perestroika.

B. Prinsip-Prinsip Reinventing Government

Selanjutnya, Osborn dan Gaebler merancang setidaknya 10 alur pikir


yang dipilih sebagai Peta Dasar dalam melakukan suatu restrukturisasi. di
sini kita akan membahas 3 Pokok pemikiran yang dimaksud yaitu
"pemerintahan yang digerakkan oleh misi, pemerintahan yang berorientasi
pada hasil, pemerintahan yang berorientasi pada pelanggan" adalah sebagai
berikut:

1. Mission-Driven Government: Transforming rules-Driven


Organizations
Dalam bahasa Indonesia yaitu Pemerintah yang digerakkan oleh Misi :
Transformasi yang digerakkan aturan. Maksudnya adalah pemerintahan
akan berjalan lebih efisien apabila digerakkan bukan atas dasar aturan
saja, tetapi lebih kepada ‘misi’, sehingga penganggaran yang dibutuhkan
juga diarahkan pada pencapaian misi sehingga lebih terkontol.

4
Berbagai keuntungan yang diperoleh dari mission-driven government ini
adalah lebih efisien, lebih efektif, lebih inovatif, dan lebih fleksibel jika
dibandingkan dengan ruled-driven organizations. Dengan keadaan ini,
maka diyakini bahwa moralitas sektor publik juga serta-merta akan
meningkat.
Kekuatan dari mission-driven government ini adalah peningkatan insentif
terhadap tabungan, menciptakan kebebasan sumber daya dalam menguji
ide-ide baru, mengacu pada autonomy managerial, menciptakan
lingkungan yang terprediksi, kemudian menyederhanakan
proses budgeting, serta mengurangi pengeluaran auditor dan kantor pajak,
yang pada akhirnya fokus pemerintah lebih leluasa terhadap isu-isu
penting lainnya.
2. Result-oriented Government : Funding Outcomes, Not Inputs
Dalam bahasa Indonesia yaitu Pemerintah yang berorientasi pada
hasil : Membiayai Hasil bukan Masukan. Maksudnya adalah dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah hendaknya tidak terfokus
pada input saja, tetapi sebaiknya lebih kepada outcomes,
sehingga outcomes dari suatu program pemerintah pada akhirnya akan
menjadi sebuah evaluasi baik-buruknya program pemerintah tersebut.
Pandangan ini mengacu pada performance.
Beberapa hal yang penting dalam performance measures terhadap
pekerjaan yang dilakukan adalah menghargai performance, kemudian
memanage performance, dan menganggarkan bidang performance.
3. Costumer-Driven Government : Meeing The Need of The Costumer,
Not The Bureaucracy
Dalam bahasa Indonesia yaitu Pemerintahan yang berorientasi pada
pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan kebutuhan birokrasi.
Maksudnya adalah penyelenggaraan pelayanan publik didasarkan pada
kebutuhan khalayak umum, bukan semata-mata memenuhi program kerja
pemerintah saja, melalui pendekatan terhadap masyarakat,
sehingga image arogan pemerintah berikut program-programnya tidak
terjadi lagi.

5
Keuntungan yang diperoleh adalah lebih accountable, memperluas
kesempatan pemilihan keputusan yang tepat, lebih inovatif, memperluas
kesempatan memilih antara dua jenis pelayanan yang pada dasarnya adalah
sama, mengurangi pemborosan, serta pemberdayaan pelanggan yang pada
akhirnya akan menciptakan keadilan.

C. Praktek Penerapan Prinsip Reinventing Government Dalam Pelayanan


Administrasi Publik

1.Pemerintahan yang digerakkan oleh misi


Pemerintah berorientasi misi melakukan deregulasi internal,
menghapus banyak peraturan dan ketentuan internal yang tidak efektif, dan
secara radikal menyederhanakan sistem administratif yang terlampau
panjang dan menghambat, seperti misalnya di bidang anggaran, perizinan,
kepegawaian, dan pengadaan barang. Mereka mensyaratkan setiap badan
pemerintah untuk mendapatkan misi yang jelas, kemudian memberikan
kebebasan kepada pimpinan (manajer) untuk menemukan cara terbaik
mewujudkan misi tersebut dalam batas-batas legal dan sah. Seorang camat
harus mampu rnenganalisis ataran-aturan yang bisa menghambat proses
perbaikan atau peningkatan kinerjanya dan masyarakatnya, yang pada
gilirannya disampaikan kepada atasannya untuk diperbaiki.
Kesulitan yang dihadapi dalam penyusunan misi, biasanya sesuai
dengan sifat daripemimpinnya kadangkala penyusunan misi tersebut
mengandung kepentingan politik/golong yang ingin mencari keuntungan,
sehingga menyebabkan terjadinya penyalahgunaan wewenang.

2.Pemerintahan yang berorientasi pada hasil


Pemerintah yang berorientasi hasil (result-oriented) mengubah fokus
dari input (misalnya kepatuhan kepada peraturan dan membelanjakan
anggaran sesuai dengan ketentuan) menjadi akuntanbilitas pada keluaran
(output) atau hasil. Para pimpinan organisasi pemerintah mengukur kinerja
 

6
instansi pemerintah, menetapkan target, memberi imbalan kepada instansi-
instansi pemerintah yang mencapai atau melebihi target, dengan
menggunakan anggaran untuk mengungkapkan tingkat kinerja yang
diharapkan dalam bentuk besarnya anggaran. Di atas diterangkan bahwa
kinerja carnat yang baik dan berciri wiraswasta ini adalah senantiasa
berorientasi pada hasil. Berapa produksi pertanian yang dihasilkan oleh
masyarakatnya ditotal setiap bulannya atau tahunnya atau setiap
semesteran, atau setiap musimnya.
Kesulitan yang dihadapi dalam penerapannya, yaitu Pemerintah
kurang bisa menghargai hasil pekerjaan masyarakat karena tidak
seimbangnya penghargaan yang diterima dengan jerih payah yang telah
dikeluarkan oleh masyarakat, misalnya dalam pemenuhan bahan-bahan
kebutuhan pokok sehari-hari,cenderung impor dari negara lain.

3.Pemerintahan yang berorientasi pada pelanggan


Dalam hal ini pemerintah memperlakukan masyarakat yang dilayani
siapa saja, termasuk pelajar, orang tua, pembayar pajak, orang yang
mengurus KTP, pelanggan telepon,listrik, dan lain-lainnya sebagai
pelanggan yang harus diutamakan. Pimpinan organisasi pemerintah
melakukan survei kepada pelanggan apa yang diinginkan dan dibutuhkan
ketika berhubungan dengan instansi pemerintah. Dengan masukan dan
insentif dari masyarakat itu kemudian dirancang suatu pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan yang diinginkan. Contoh setiap orang yang
meminta pelayanan ke kantor Kecamatan harus didahulukan
kepentingannya, diurus dan segera diselesaikan urusannya. Gunakanlah
target pelayanan “tiga menit selesai”. Target atau standar ini harus
konsekuen dilaksanakan. Semua urusan di kecamatan selesai dalam tiga
menit.
Kesulitan dalam penerapannya, yaitu didalam melakukan pelayanan
yang dapat memberikan kepuasaan pada pelanggan tentu memerlukan
bantuan teknologi yang dapat membuat system pelayanan menjadi efektif

7
dan efisien, namun permasalahannya dalam hal ini tidak semua bagian
pemerintah di setiap daerah yang memiliki system dan fasilitas yang sudah
canggih, serta sumber daya yang mumpuni dalam menyelenggarakan
systempemerintahan yang modern. Oleh karena itu efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan pelayanan publik dalam setiap daerah masih berbeda-beda.

D. Perbandingan Penerapan Prinsip Reinventing Government Dalam


Administrasi Publik

1.Pemerintahan yang berorientasi hasil yakni membiayai hasil, bukan


masukkan. Artinya, bila lembagalembaga pemerintah dibiayai berdasarkan
masukan (income), maka sedikit sekali alasan mereka untuk berusaha keras
mendapatkan kinerja yang lebih baik. Tetapi jika mereka dibiayai
berdasarkan hasil (outcome), mereka menjadi obsesif pada prestasi. Sistem
penggajian dan penghargaan, misalnya, seharusnya didasarkan atas kualitas
hasil kerja bukan pada masa kerja, besar anggaran dan tingkat otoritas,
Karena tidak mengukur hasil, pemerintahan-pemerintahan yang birokratis
jarang sekali mencapai keberhasilan.

2.Pemerintahan berorientasi pelanggan yakni memenuhi kebutuhan


pelanggan, bukan birokrasi. Artinya, pemerintah harus belajar dari sektor
bisnis dimana jika tidak fokus dan perhatian pada pelanggan (customer),
maka warga negara tidak akan puas dengan pelayanan yang ada atau tidak
bahagia. Oleh karena itu, pemerintah harus menempatkan rakyat sebagai
pelanggan yang harus diperhatikan kebutuhannya. Pemerintah harus mulai
mendengarkan secara cermat para pelanggannya, melalui survei pelanggan,
kelompok fokus dan berbagai metode yang lain. Tradisi pejabat birokrasi
selama ini seringkali berlaku kasar dan angkuh ketika melayani warga
masyarakat yang datang keistansinya.

8
3.Pemerintahan wirausaha yakni menghasilkan daripada membelanjakan.
Artinya, sebenarnya pemerintah mengalami masalah yang sama dengan
sektor bisnis, yaitu keterbatasan akan keuangan, tetapi mereka berbeda dalam
respon yang diberikan. Daripada menaikkan pajak atau memotong program
publik, pemerintah wirausaha harus berinovasi bagaimana menjalankan
program publik dengan sumber daya keuangan yang sedikit tersebut.

4.Pemerintahan antisipatif yakni mencegah daripada mengobati. Artinya,


pemerintahan tradisional yang birokratis memusatkan pada penyediaan jasa
untuk memerangi masalah. Misalnya, untuk menghadapi sakit, mereka
mendanai perawatan kesehatan.
Untuk menghadapi kejahatan, mereka mendanai lebih banyak
polisi. Untuk memerangi kebakaran, mereka membeli lebih banyak truk
pemadam kebakaran. Pola pemerintahan semacam ini harus diubah dengan
lebih memusatkan atau berkonsentrasi pada pencegahan. Misalnya,
membangun sistem air dan pembuangan air kotor, untuk mencegah penyakit,
dan membuat peraturan bangunan, untuk mencegah kebakaran.

5.Pemerintahan desentralisasi yakni dari hierarki menuju partisipasi dan tim


kerja. Artinya, pada saat teknologi masih primitif, komunikasi antar berbagai
lokasi masih lamban, dan pekelja publik relatif belum terdidik, maka sistem
sentralisasi sangat diperlukan. Akan tetapi, sekarang abad informasi dan
teknologi sudah mengalami perkembangan pesat, komunikasi antar daerah
yang terpencil bisa mengalir seketika, banyak pegawai negeri yang terdidik
dan kondisi berubah dengan kecepatan yang luar biasa, maka pemerintahan
desentralisasilah yang paling diperlukan. Tak ada waktu lagi untuk
menunggu informasi naik ke rantai komando dan keputusan untuk turun.

6.Pemerintahan berorientasi pasar : mendongkrak perubahan melalui pasar.


Artinya, dari pada beroperasi sebagai pemasok masal barang atau jasa
tertentu, pemerintahan atau organisasi publik lebih baik berfungsi sebagai

9
fasilitator dan pialang dan menyemai pemodal pada pasar yang telah ada atau
yang baru tumbuh. Pemerintahan entrepreneur merespon perubahan
lingkungan bukan dengan pendekatan tradisional lagi, seperti berusaha
mengontrol lingkungan, tetapi lebih kepada strategi yang inovatif untuk
membentuk lingkungan yang memungkinkan kekuatan pasar berlaku. Pasar
di luar kontrol dari hanya institusi politik, sehingga strategi yang digunakan
adalah membentuk lingkungan sehingga pasar dapat beroperasi dengan
efisien dan menjamin kualitas hidup dan kesempatan ekonomi yang sama.

10

Anda mungkin juga menyukai