Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Mewirausahakan Birokrasi (Reinventing Government)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan


Dosen : Suhariyanto, S.E., M.Ak.

Disusun oleh :
Ayu Dwi Hapsari (2016220019)

KELAS 3F
JURUSAN AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PUTRA PERDANA
INDONESIA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini
masih memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga saya dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kewirausahaan. Dalam makalah ini membahas tentang Mewirausahakan birokrasi
(reinventing government). Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas
perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri saya sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya.
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan
makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang.

Tangerang, 06 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
A. Reinventing Government......................................................................................2
B. Konsep Mewirausahakan Birokrasi (Reinventing Government)......................4
C. STRATEGI-STRATEGI DALAM REINVENTING GOVERNMENT...........5
D. PENGIMPLEMENTASIAN REINVENTING GOVERNMENT.....................6
E. REINVENTING GOVERNMENT DI INDONESIA.........................................7
BAB III PENUTUP............................................................................................................9
A. KESIMPULAN.......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pelayanan publik dewasa ini menjadi isu yang kian strategis karenakualitas
kinerja birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi luas pada berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Perbaikan kinerja pelayanan birokrasi di bidang ekonomi
misalnya, akan mendorong terciptanya iklim kondusif bagikegiatan usaha dan
investasi, yang pada gilirannya akan membuka kesempatankerja lebih luas. Secara
politis, perbaikan kinerja pelayanan birokrasi akan berdampak tumbuhnya
kepercayaan (trust), dan legitimasi terhadap pemerintahsehingga mendorong
partisipasi masyarakat. Pelayanan publik yang berkualitasmerupakan salah satu
indikator terjadinya perubahan penyelenggaraan pemerintahan yang berpihak pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Reinventing government merupakan suatu konsep dimana
pemerintahandapat diwirausahakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan
birokrasi. Tujuan reinventing government adalah untuk dapat menumbuhkan
sikap dan perilaku.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut: “Bagaimanakah upaya
pemerintah mewujudkan reformasi pelayanan birokrasi yang berorientasi
reinventing government ?”.

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui danmenganalisis
upaya pemerintah mewujudkan pemerintah mewujudkanreformasi pelayanan
birokrasi yang berorientasi reinventing government.
BAB II PEMBAHASAN

A. Reinventing Government
Istilah Reinventing Government bermakna lembaga sektor pemerintah yang
berkebiasaan entrepreneural, dengan memanfaatkan Sumber Daya yang ada
namun menggunakannya dengan cara yang baru guna mencapai Efisiensi dan
Efektifitas.
Secara singkat, tulisan ini diawali oleh penjelasan berbagai kisah sukses dari
berbagai restrukturisasi, baik dibidang penganggaran, pendidikan, hingga
pendesentralisasian berbagai kewenangan yang disebut dengan An American
Perestroika. Selanjutnya, Osborn dan Gaebler merancang setidaknya 10 alur pikir
yang dinamai sebagai Peta Dasar dalam melakukan suatu restrukturisasi. Pokok
pemikiran yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Pemerintahan Katalis : Mengarahkan daripada mengayuh.
Pemerintahsebagai pembuat kebijakan-kebijakan strategis yang bersifat
mengarahkandaripada dalam teknis pelayanan (pengayuh). Dimana
dengan peran pemerintah yang mengarahkan akan membutuhkan orang
yang mampumelihat seluruh visi dan mampu menyeimbangkan
berbagai kebutuhan,sedangkan pengayuh membutuhkan orang yang
memfokuskan pada satumisi dan melakukannya dengan baik.
2. Community-Owned Government : Empowering Rather Than Serving.
Pemerintahan milik masyarakat : Memberi wewenang daripada
melayani.Masyarakat sebagai pemilik pemerintahan harus dapat
diberdayakandaripada terus-menerus dilayani. Pemerintah memberikan
wewenangkepada masyarakat untuk dapat mandiri dan inovatif dalam
memenuhikebutuhannya dalam pelayanan.
3. Pemerintahan yang kompetitif : menyuntikkan persaingan ke dalam
pemberian pelayanan. Dengan adanya kompetisi maka diharapkan
aparat pemerintahanmemiliki semangat juang yang tinggi dalam
bekerja,menghargai inovasi, dan dapat meningkatkan kualitas dan
kompetensidalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
4. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi
yangdigerakkan oleh peraturan. Pemerintah memberikan kesempatan
dankebebasan berkreasi dan berinovasi kepada unit-unit pemerintahan
sebagailembaga yang bertugas mewujudkan misi. Oleh karenanya
peraturan yangada untuk ditaati, bukan sebagai penghambat.
5. Pemerintahan yang berorientasi hasil : membiayai hasil, bukan
masukan.Pemerintah lebih mementingkan hasil kinerja yang dicapai
daripada faktor masukan (input).
6. Pemerintahan berorientasi pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan,
bukan birokrasi. Pemerintah hendaknya menyadari tugasnya sebagai
pelayan masyarakat bukan yang dilayani oleh masyarakat, sehingga
pemerintah akan peka terhadap kebutuhan masyarakat dan
berupayamemberikan pelayanan yang optimal.
7. Pemerintahan wirausaha : menghasilkan daripada membelanjakan
Pemerintah sebagai suatu badan usaha harus dapat mandiri
danmeningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu, manajer/ pimpinan
pemerintahan harus berpikir kreatif untuk mendapatkan penghasilan
(enterpreneur) dalam membiayai kebutuhan pelayanan publik.
8. Pemerintahan antisipatif : mencegah daripada mengobati. Pemerintah
harusmemiliki perencanaan strategis dan memiliki daya antisipatif
sehinggamampu mencegah daripada menanggulangi masalah.
Pencegahan inidiharapkan dapat mengurangi resiko timbulnya masalah
yang lebihkompleks.
9. Pemerintahan desentralisasi : dari hierarki menuju partisipasi dan tim
kerja.Pimpinan organisasi pemerintahan harus dapat mengubah pola
kerjahierarki menjadi pola kerja partisipasi dan kerja sama. Sehingga
akanmemberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghasilkan
inovasikerja serta lebih efektif dan efisien dalam proses pencapaian
tujuan.
10. Pemerintahan berorientasi pasar : mendongkrak perubahan melalui
pasar.Pemerintah harus memiliki strategi yang inovatif sebagai
Entrepreneur danmampu menciptakan perubahan melalui pasar.
B. Konsep Mewirausahakan Birokrasi (Reinventing Government)
Pertama kali disampaikan oleh David Osborne dan Ted Gaebler dalam buku
mereka yang berjudul Reinventing Government: How the enterpreneurial spirit is
transforming the public sektor. Buku tersebut ditulis sebagai saran untuk
membantu pencarian solusi di pemerintah Amerika Serikat pada tahun 1993 yang
menanggung beban berat sebagai akibat ditanganinya seluruh kegiatan atau
kebutuhan negara oleh pemerintah federal. Meskipun disambut dengan sikap
skeptis, lambat namun pasti, apa yang disampaikan Osborne dan Gaebler dalam
buku tersebut ternyata membawa angin segar bagi pemerintah federal dalam
menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi pada saat itu. Apa yang terjadi
pada pemerintahan Amerika Serikat pada saat itu sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan kondisi Indonesia saat ini yang sedang mengawali era GLG dimana
sebagian wewenang pemerintah pusat didelegasikan pada pemerintahan di daerah.
Di GLG, pejabat negara (di daerah) harus kreatif, mandiri dan inovatif dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemerintahannya karena inti dari otonomi daerah
ialah keleluasaan dan kebebasan lebih luas untuk menggali dan mengolah aset-
aset alamiahnya. Mereka akan lebih banyak bekerjasama langsung dan lebih luas
dengan swasta. Hal inilah yang menjadi cakupan dalam Reinventing Government
yang sering disebut juga dengan Mewirausahakan Birokrasi. Permasalahan yang
sering muncul dalam memahami reinventing government adalah adanya anggapan
bahwa dengan adanya konsep mewirausahakan birokrasi tersebut berarti kantor
dinas/ instansi di Pemerintahan Daerah (pemda) dituntut untuk berbisnis agar
dapat memberi nilai tambah untuk PAD. Padahal, maksud yang sebenarnya adalah
memberdayakan institusional. Bukan menciptakan pengusaha dalam lingkungan
birokrasi pemerintahan. Menurut Osborne dan Gaebler, mewirausahakan birokrasi
berarti mentransformasikan semangat wirausaha ke dalam sektor publik. Di era
otonomi daerah, dimana pemerintah di daerah dituntut untuk bisa mandiri, usaha
tersebut dapat diterapkan agar produktivitas dan efisiensi kerja Pemda bisa
dioptimalkan. Oleh karena itu, pemahaman atas cara-cara mewirausahakan
birokrasi Pemerintahan Daerah harus dikuasai oleh aparat birokrasi, terlebih-lebih
oleh Bupati/ Walikota termasuk pimpinan pada tiap-tiap instansi/ dinas.
C. STRATEGI-STRATEGI DALAM REINVENTING GOVERNMENT
Dalam menjalankan Reinventing Government terdapat strategi-strategi yang
digunakan seperti yang dikemukakan oleh David Osborne dan Peter Plastrik
(1997) sebagai berikut:
1. Startegi Inti (the core strategy)
Strategi ini mengemukakan tujuan sebuah system dan organisasi public. Jika
sebuah organisasi tidak mempunyai tujuan yang jelas atau mempunyai tujuan
yang banyak atau saling bertentangan, maka organisasi itu tidak dapat mencapai
kinerja yang tinggi. Dengan kata lain, sebuah organisasi public akan mampu
bekerja secara efektif jika ia mempunyai tujuan yang spesifik. Oleh karena itu,
adalah penting bagi para pemimpin organisasi-organisasi public untuk untuk
menetapkan terlebih dahulu tujuan organisasinya secara spesifik. Contoh
penerapan strategi ini di Instansi Bandara Pongtiku ialah dengan di tetapkannya
visi Bersama dalam pelaksanaan tugas dan fungsi untuk melayani masyarakat.
2. Strategi Konsekuensi (the consequences strategy)
Strategi ini menentukan insentif yang di bangun ke dalam system public.
Birokrasi memberikan pera pegawainya insentif yang kuat untuk mengikuti aturan
yang ada, dan sekaligus mematuhinya. Dalam rangka reinventing government
mengubah insentif adalah penting dengan cara menciptakan konsekuensi bagi
kinerja. Hal ini karena pasar dan persaingan menciptakan insentif yang jauh lebih
kuat sehingga organisasi public terdorong untuk memberikan perbaikan kinerja
yang lebih besar. Insentif dapat berbagai bentuk seperti tunjangan kesehatan,
kenaikan gaji, atau pemberian penghargaan bagi organisasi yang memiliki kinerja
yang unggul. Contoh penerapan strategi ini di Instansi Bandara Pongtiku ialah
dengan di berikannya insentif berupa pemberian tunjangan kinerja untuk para
pegawai.
3. Strategi Pelanggan (the customers strategy)
Strategi ini terutama memfokuskan pada pertanggungjawaban. Model
pertanggungjawaban diharapkan dapat meningkatkan tekanan terhadap organisasi
public untuk memperbaiki kinerja ataupun pengelolaan sumber-sumber
organisasi, selanjutnya dengan memberikan pertanggungjawaban akan dapat
menciptakan informasi tentang kepuasan para konsumen terhadap hasil dan
pelayanan yang diberikan. Contoh penerapan strategi ini di Instansi Bandara
Pongtiku ialah dengan di lakukannya program survey kepuasan pelanggan,
ditingkat pusat dilakukan penilaian untuk mencari organisasi terbaik setiap
tahunnya.
4. Strategi Pengawasan (the control strategy)
Strategi ini menentukan dimana letak kekuasaan membuat keputusan itu
diberikan. Dalam system birokrasi lama sebagian besar kekuasaan tetap berada di
dekat puncak hierarki dengan kata lain wewenang tertinggi untuk membuat
keputusan berada pada puncak hierarki. Perkembangan birokrasi modern yang
semakin kompleks telah membuat organisasi menjadi tidak efektif karena proses
pengambilan keputusan harus melalui jenjang hierarki yang Panjang sehingga
membuat proses pengambilan keputusan cenderung lamban. Oleh karena itu,
sangat penting mendesentralisasikan pembuatan keputusan kepada pejabat-pejabat
dan karyawan atau pegawai birokrasi dibawahnya karena hal ini akan mendorong
timbulnya rasa tanggung jawab dikalangan para pegawai birokrasi, dan dalam
konteks yang lebih luas mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses
implementasi kebijakan. Contoh penerapan strategi ini di Instansi Bandara
Pongtiku ialah dengan di buatnya layanan pengaduan melalui kotak saran dan call
center untuk Bersama-sama masyarakat mengawasi kinerja aparatur di lapangan.
5. Strategi Budaya (the culture strategy)
Strategi ini menentukan budaya organisasi public yang menyangku nilai, norma,
tingkah laku, dan harapan-harapan para karyawan. Budaya ini akan dibentuk
secara kuat oleh tujuah organisasi, insentif, system pertanggungjawaban, dan
struktur kekuasaan organisasi. Dengan kata lain mengubah tujuan, insentif, system
pertanggungjawabanan, dan struktur kekuasaan organisasi akan mengubah
budaya. Contoh penerapan strategi ini di Instansi Bandara Pongtiku ialah dengan
di tetapkannya alur proses bisnis (sop) berdasarkan nilai-nilai dalam maklumat
pelayanan yang telah ditetapkan.
D. PENGIMPLEMENTASIAN REINVENTING GOVERNMENT
Prinsip -prinsip reinventing government pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan kinerja organisasi sector public dan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan umum (public services). Implemantasi prinsip-prinsip tersebut harus
selalu meningkat karakteristiknya dari masing-masing organisasi yang ada
Indonesia. Artinya implementasi semangat dan prinsip reinventing sifatnya
konseptual dan bukan universal. Tantangan yang timbul antara lain ialah
bagaimana mengimplemantasikan konsep tersebut tanpa menimbulkan friksi atau
justru akan menghambat efisiensi dan efektifitas birokrasi sebab sesungguhnya
reinventing government baru mengena pada dimensi yang bersifat normative,
tetapi belum teruji secara empiris, serta tantangan lainnya ialah bagaimana
menentukan strategi praktis untuk mengadopsi prinsip tersebut ke dalam system
pemerintah baik pusat maupun daerah.
Dalam implemantasi reinventing government adalah penataan kelembagaan
pemerintah diantaranya (1). Reorientasi atau meredefinisikan visi, misi, peran,
strategi, implementasi serta evaluasi kelembagaan pemerintah, (2). Restrukturisasi
atau menata ulang kelembagaan pemerintah, membangun organisasi sesuai
kebutuhan dan tuntutan public (3). Aliansi artinya mensinergikan seluruh actor
yaitu pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat umum kedalam suatu tim yang
saling bersinergi.

E. REINVENTING GOVERNMENT DI INDONESIA


Pemerintahan dengan bisnis merupakan dua Lembaga yang berbeda.
Pemerintah bertujuan memperoleh legitimasi dari masyarakat sehingga dapat
dipilih kembali oleh masyarakat pada periode yang akan datang. Sedangkan bisnis
bertujuan memperoleh provit. Jika suatu organisasi bisnis tidak dapat memperoleh
keuntungan maka organisasi tersebut akan mengalami kemunduruan yang
berakhir pada kematian “Deathline”. Sama halnya dengan Organisasi Public jika
tidak mampu mendapatkan legitimasi dari masyarakat maka pemerintahan
tersebut tidak akan dipilih kembali pada periode berikutnya dan akan mengganti
dengan pemerintah yang baru.
Perbedaan tujuan diatas jelas akan menciptakan motivasi yang berbeda pula.
Pimpinan usaha jasa akan berorientasi untuk mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya yang merupakan indicator utama keberhasilan mereka, sedangkan dalam
pemerintahan indicator kunci keberhasilan pimpinan adalah bagaimana dapat
menyenangkan para politisi yang terpilih. Reinventing government bukan
bermaksud menghilangkan peran pemerintah menjadi peran swasta atau tidak
identic dengan swastanisasi.
Prinsip reinventing government yang digunakan sebagai dasar Analisa
untuk melihat pelaksanaannya di Indonesia. Merujuk pendapat yang dikemukakan
Imawan (1998) maka penerapan reinventing government untuk konteks Indonesia
dapat dilihat dari kelima prinsip tersebut yaitu Steering, Empowering, Meeting the
Needs ot the Customer, not the Bureucracy, Earning, dan Prevention.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pemerintah adalah system untuk menjalankan wewenang dan kekuasaan
dalam mengatur kehidupan social, ekonomi dan politik suatu negara dan
bagian-bagiannya.
2. Reinventing government adalah transformasi system dan organisasi
pemerintah secara fundamental guna menciptakan peningkatan dramatis
dalam efektifitas, efesiensi dan kemampuan mereka untuk melaukan
inovasi. Transformasi ini dapat dicapai dengan mengubah tujuan, system
intensif, pertanggungjawaban, struktur kekuasaan dan budaya system
dalam organisasi.
3. David Osborne dan Peter Plastrik (1997) dalam bukunya “Memangkas
Birokrasi”, mengemukakan prinsip-prinsip Reinventing Government,
sebagai berikut: Pemerintahan Katalis, Pemerintahan adalah Milik
Masyarakat, Pemerintah yang kompetitif, Pemerintah berorientasi pada
Misi, Pemerintah berorientasi pada hasil, Pemerintah berorientasi pada
pelanggan, Pemerintah wirausaha, Pemerintah antisipatif, Pemerintah
desentralisasi, serta Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar.
Sedangkan menurut Imawan (1998) prinsip reinventing government ialah
streering, empowering, meeting the need ot the customers not bureaucracy,
earing dan prevention.
4. Adapun strategi reinventing government adalah strategi inti, strategi
konsekuensi, strategi pelanggan, strategi pengawasan dan strategi budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Litbang Kemendagri, “Mewirausahakan birokrasi (reinventing government):


mentransformasi semangat wirausaha ke dalam sektor publik”, diakses
dari
http://lib.litbang.kemendagri.go.id/index.php?p=show_detail&id=965 pada
tanggal 6 Desember 2021pukul 16.00 WIB.

Slideshare, “Konsep Reinventing Government Kelompok”, diakses dari


https://www.slideshare.net/putriyuliarochman/tugas-2-kelompok-1-
41004011 pada tanggal 6 Desember 2021pukul 16.00 WIB.

BKD D.I. Yogyakarta, “Reinventing Government (Mewirausahakan Birokrasi)


“How The Entrepreneurial Spirirt is Transforming The Public Sector””,
diakses dari
http://bkd.jogjaprov.go.id/informasi-publik/artikel/reinventing-
government-mewirausahakan-birokrasi-how-the-entrepreneurial-spirirt-is-
transforming-the-public-sector pada tanggal 6 Desember 2021pukul 16.00
WIB.

Anda mungkin juga menyukai