DOSEN PENGAMPU
Melizubaida Mahmud S.Pd.,M.Si
OLEH
Fitria Sawal 911420098
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “gaya kepemimpinan dan
kepemimpinan efektif. Dengan baik dan tepat waktu, Penulisan makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan.
Adapun pembuatan makalah ini di lakukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah
kepemimpinan. Materi pada makalah ini di harapkan dapat memperkaya diri dalam gaya
kepemimpinan dan kepemimpinan yang efektif di dalam kepengawasan.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................
3.2 Saran…………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Pasar merupakan salah satu aktifitas ekonomi, dalam pengertianya adalah mekanisme
pertukaran barang dan jasa yang alamiah, hal tersebut berlangsung sejak awal peradaban
manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang paling tinggi dalam perekonomian.
Pentingnya pasar tidak terlepas dari fungsi sebagai wadah bagi berlangsungnya jual beli.
Sehingga secara ideal seseorang yang melakukan aktifitas ekonomi (bermuamalah) di pasar
harus paham ketentuan dalam fikih muamalah (Fuad, 2016).
Kemajuan ekonomi juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan perubahan zaman
yang terasa cepat. Apabila melihat sejarah peradaban manusia, pada awalnya kegiatan
ekonomi berupa transaksi antara pedagang dan pembeli yang dilakukan secara tukar (barter)
yaitu kegiatan ekonomi dengan melakukan transaksi barang dengan barang guna untuk
memunuhi kebutuhan sehari-hari. Barang tukar barang sendiri mulai ditinggalkan sejak
munculnya mata uang yang digunakan sebagai alat tukar pembayaran, baik barang maupun
jasa. Perkembangan ekonomi sangat erat kaitannya dengan perkembangan zaman dengan
ditandai munculnya era globalisasi yang merambah pada dunia bisnis dan perdagangan,
dibangunlah tata kota lengkap dengan sarana dan fasilitas penunjang guna untuk memudah
akses dalam kehidupan sehari-hari. Pasar salah satu sarana ekonomi yang menjadi tolak ukur
dalam peningkatan pendapatan ekonomi di daerah, dan apabila dikhususkan ke daerah
kecamatan, pasar satu-satunya tempat dimana transaksi ekonomi berlangsung.
Peran pemerintah daerah merupakan hal mutlak yang menjadi tolak ukur berlangsungnya
pembangunan pasar tradisional,karena dalam paradigma goodgovernance pemerintah daerah
punya peran penting dalam pembangunan daerahnya. Pasar tradisional dalam sebuah daerah
merupakan sarana yang menjadi tolak ukur mutlak dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya di daerah pedesaan/kecamatan yang jauh dari pusat kota yang
perkembangan ekonomi masyarakatnya melonjak dengan cepat.
PEMBAHASAN
Dewasa ini tidak ada lagi pasar yang sama sekali bebas. Di semua negara pemerintah
secara aktif ikut campur tangan untuk mengatur produksi, distribusi, dan konsumsi;
mengawasi keuangan dan perkreditan; menjaga kestabilan harga dan kesempatan kerja.
Selain itu, juga ada sejumlah hal yang langsung diatur/ditetapkan oleh pemerintah tidak
melalui permintaan dan penawaran di pasar. Luas campur tangan pemerintah dalam
perekonomian tergantung pada tata ekonomi yang dianut. Di Indonesia, berdasarkan
UUD‟45 dan GBHN, pemerintah campur tangan untuk menanggapi dan atau melengkapi
kekurangan-kekurangan pada sistem pasar bebas. Sebab “Demokrasi Ekonomi”
Indonesia yang berdasarkan Pancasila tidak enghendaki bersaingan “bebas” dalam arti
bahwa yang kuat bebas mencekik kaum ekonomi lemah, atau pemegang monopoli bebas
memeras sesama warga masyarakat..Seperti peranan pemerintah daerah tentang
perdagangan tertuang dalam UU Republik Indonesia no. 7 tahun 2014 Tentang
Perdagangan Pasal 95 poin c, bahwa pemerintah Daerah bertugas mengendalikan
ketersediaan, stabilisasi harga, dan distribusi barang kebutuhan pokok dan/barang
penting.2Untuk membela rodusen yang lemah serta untuk melindungi para konsumen,
pemerintah ditugaskan mengasi, mengatur serta mengarahkan bekerjanya sistem pasar
dan mengendalikan harga yang terbentuk di pasar.
Prinsip yang sama berlaku pula apabila pemerintah membatasi impor untuk
melindungi produsen dalam negeri, atau melarang ekspor barang tertentu untuk
mempertahankan harga di pasaran dalam negeri.
a) Penetapan Harga
Dalam melakukan penetapan harga, pemerintah bisa melalui dua cara, yaitu HET
(Harga Eceran Tertinggi) atau ceiling price dan Harga Dasar atau floor price. Jika
harga suatu barang dianggap terlalu tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh
masyarakat, maka pemerintah dapat menetapkan HET. Maksud HET ialah bahwa
suatu barang tidak boleh dijual dengan harga lebih tinggi daripada yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Persoalan yang timbul apabila HET ditetapkan lebih
rendah daripada harga keseimbangan pasar ialah bahwa pada harga HET itu jumlah
yang akan dibeli lebih besar daripada jumlah yang akan dijual, sehingga tmbul
kekurangan suplai. Ada beberapa cara untuk membagikan persediaan yang terbatas.
Sebab, jelas tidak semua orang yang mengingikan atau membutuhkan barang yang
bersangkutan akan mendapatkan sebanyak yang mereka minta.
(1) Pajak dan Subsidi
Dengan menetapkan pajak tertentu pada suatu barang, akan membuat harga suatu
barang akan semakin tinggi. Besaran nilai pajak yang dibebankan terhadap suatu
barang, tergantung jenis dan nilai kepentingan barang tersebut. Pajak ini harus
dibayar oleh penjual kepada pemerintah, tetapi oleh penjual akan dibebankan
kembali kepada pembeli dalam bentuk harga jual yang lebih tinggi. Keadaan akan
menjadi terbalik jikalau pemerintah menerapkan subsidi. Dengan menberikan subsidi
pada suatu barang, akan membuat harga barang tersebut mengalami penurunan, hal
ini biasa terjadi pada pada barang yang menjadi hajat orang banyak seperti untuk
BBM (bensin maupun minyak tanah atau gas) juga untuk pupuk yang diperlukan
oleh para petani. Pemberian subsidi biasanya disertai dengan bermacam-macam
peraturan lain, misalnya penetapan harga, pedoman kalkulasi harga pokok,
pembebasan pajak, daftar prioritas, dan lain-lain
2.3 Kegagalan Pasar dan peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya
Kegagalan pasar ada ketika tidak tercapainya kondisi Pareto optimal. Artinya,
konsumen tidak bisa lagi menyamakan tarif marginal substitusi dan produsen
menawarkan barang untuk dijual dengan harga lebih tinggi daripada biaya marjinal
produksi. Kegagalan pasar tersebar luas di negara berkembang. Barang ekonomi dan
faktor pasar yang berada dalam keadaan disekuilibrium menyebabkan inefisiensi dalam
alokasi sumber daya. pasar barang ditandai dengan kekurangan dan surplus, sedangkan
faktor pasar menunjukkan tingkat pengangguran yang tinggi dan kelangkaan modal.
Dalam kebanyakan kasus, harga pasar tidak mencerminkan biaya produksi marjinal.
Penyebab kegagalan pasar sebagai berikut :
Konsumen tidak memiliki kedaulatan dalam hal alokasi sumber daya di bawah
monopoli. Pengoperasian perusahaan monopoli dikatakan tidak efisien, karena
dapat menyebabkan alokasi dari sumber daya yang kurang optimal. Monopoli
alami dan perusahaan lain yang mengalami penurunan biaya rata-rata atas
berbagai output adalah sumber kegagalan pasar. Sebuah monopoli alamiah tidak
diatur perbaikan outputnya dengan harga yang lebih besar daripada biaya
marjinal. Tingkat output tidak berada pada kondisi Pareto optimal. Jika
perusahaan mencoba untuk harga produknya di biaya marjinal, kerugian harus
dibiayai oleh pajak atau diskriminasi harga. Contoh dari persaingan tidak
sempurna adalan sebagai berikut :
Monopoli
Monopoli adalah struktur pasar di mana hanya terdapat satu penjual, tidak ada
substitusi produk yang mirip (close substitute), dan terdapat hambatan masuk
(barriers to entry) ke pasar.
Oligopoli Pasar oligopoli sebuah keadaan dimana dalam pasar jumlah
perusahaan yang menguasai pasar lebih dari dua tetapi tidak banyak (2- 10)
sehingga tindakan dari pengusaha yang satu akan mempengaruhi kebijakan dari
pengusaha lainnya. Ketika pasar terdiri dari dua perusahaan maka disebut
dengan istilah duopoly. Apabila produk yang dihasilkan oleh pengusaha
oligopoli homogen, maka pasar dinamakan oligopoli murni (pure oligopoly)
dan apabila produk yang dihasilkan tidak homogen maka dinamakan oligopoli
yang dibedakan (differentiated oligopoly). Akibat dari bebasnya masing-
masing pengusaha di dalam menentukan kebijakan-kebijakannya, terutama
kebijakan harga dan produksi, maka akan menimbulkan perang harga diantara
sesama pengusaha oligopoli tersebut. Akhir dari perang harga ini adalah
membuat kehancuran bagi beberapa pengusaha tertentu. Sampai di mana
kemampuan pengusaha oligopoli di dalam perang harga ini, sangat tergantung
kepada produk yang dihasilkan dan biaya produksinya. Apabila produk dalam
pasar oligopoli adalah homogen ( oligopoli murni ) maka tiap-tiap pengusaha
hanya akan turut dalam perang harga sampai batas keuntungan normal.
b) Barang Publik
Barang publik murni telah menjadi subjek dari sebagian besar analisis ekonomi
barang publik. Dalam beberapa hal, barang publik murni adalah abstraksi yang
diadopsi untuk memberikan kasus benchmark terhadap yang lain, lebih realistis,
kasus dapat dinilai. Sebuah barang publik murni memiliki dua sifat berikut :
o Non-excludability (tanpa dikecualikan) : Jika kepentingan publik diberikan,
konsumen tidak dapat dikecualikan dari dikonsumsi.
o Non-rivalry ( tanpa persaingan) : Konsumsi barang publik oleh salah satu
konsumen tidak mengurangi jumlah yang tersedia untuk dikonsumsi oleh
konsumen lainnya. Kedua sifat yang menjadi ciri barang publik memiliki
implikasi penting.
c) Eksternalitas
Kegagalan pasar ditandai oleh konsumsi barang yang terlalu banyak
menyebabkan eksternalitas negatif dan terlalu sedikit konsumsi barang yang
menghasilkan eksternalitas positif. Eksternalitas terjadi bila aktivitas seorang
pelaku ekonomi mempengaruhi utilitas atau produksi lain tanpa harga. Efek
eksternal bermanfaat dikenal sebagai eksternalitas positif. Disekonomis eksternal
atau eksternalitas negatif adalah biaya yang dapat ditanggung oleh konsumen atau
produsen. Barang publik seperti penelitian medis yang didanai publik dan
pendidikan merupakan sumber eksternalitas positif. Polusi adalah contoh klasik
eksternalitas negatif. Pasar atau sistem harga tidak dapat mencerminkan biaya-
biaya eksternal dan manfaat. Ini memberikan alasan bagi intervensi pemerintah,
baik untuk mempromosikan eksternalitas positif atau mengatur eksternalitas
negative
d) Kegagalan Institusional
e) Kegagalan Informasi
Persaingan sempurna yang menjamin Pareto optimal, dianggap
berpengetahuan yang sempurna tentang barang dan harga di pasar. Di banyak
negara berkembang konsumen dan pekerja memiliki pengetahuan yang tidak
lengkap tentang barang dan jasa dan kesempatan kerja. Gillis, Perkins dan
Roemer (1992: 104) menunjukkan bahwa investor, produsen dan pedagang tidak
mampu untuk lindung nilai terhadap risiko karena keuangan, komoditas, dan
asuransi pasar kurang berkembang atau hilang. Penurunan inefisiensi pasar dapat
dicapai jika ampur tangan pemerintah dalam menyediakan fasilitas infrastruktur
untuk memastikan perkembangan uang dan pasar modal. Beberapa negara
berkembang telah mengejar kebijakan liberalisasi pasar tidak efisien. Stiglitz
(1994) membahas masalah informasi yang tidak sempurna atau pasar tidak
lengkap dalam konteks uang dan pasar keuangan. Dia berpendapat bahwa
beberapa tingkat intervensi pemerintah dapat meningkatkan efisiensi pasar
keuangan di negara berkembang. Investor prihatin tentang solvabilitas dan
pengelolaan lembaga keuangan. Dalam beberapa kasus informasi tentang
variabel-variabel ini sulit diperoleh.
Beberapa hal seperti pertukaran asing dalam jumlah kecil dan kemunculan
paham ekonomi yang bersifat informal dan tersembunyi menyebabkan munculnya
hambatan serius pada pelaksanaan kebijakan fiskal di negara berkembang.
Sebagai contoh, jika aktivitas ekonomi yang dihasilkan eksternalitas (efek yang
satu agen ekonomi memaksakan yang lain tanpa persetujuan mereka), sehingga
ada perbedaan antara biaya pribadi dan sosial dan hasil kompetitif tidak efisien,
mungkin dirasa perlu bagi negara untuk campur tangan untuk membatasi
inefisiensi yang dihasilkan.
Jika ada kegagalan pasar, pemerintah dapat ikut campur dalam ekonomi
untuk meningkatkan efisiensi. Hal ini juga dapat menggunakan campur tangan
untuk meningkatkan ekuitas, terlepas dari apakah ekonomi efisien atau tidak.
Argumen-argumen membenarkan intervensi, untuk membenarkan multi level
pemerintah kasus ini harus dibuat tujuan efisiensi dan ekuitas lebih baik dilayani
oleh kombinasi dari pemerintah daerah dan pusat.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemantauan yang tepat dari kinerja manajemen perusahaan oleh negara dapat
meningkatkan efisiensi pasar. Dua jenis akibat kegagalan informasi dari masalah Moral
hazard dan Adverse selection. Misalnya, untuk informasi asuransi di pasar, kegagalan
dapat dihasilkan dari fakta bahwa orang-orang untuk mengambil asuransi tidak memiliki
informasinya. Hal ini menyebabkan kurangnya dari alokasi sumber daya yang optimal.
Jenis pertama adalah masalah Moral hazard. Seseorang diasuransikan terhadap penyakit
mungkin terlalu sering menggunakan fasilitas medis karena biaya pribadi marjinal nya
mungkin kurang dari biaya sosial yang menyediakan fasilitas tersebut. Akibatnya,
perusahaan asuransi mungkin akan meningkatkan biaya untuk semua orang sehingga
menyebabkan kegagalan pasar.
Kegagalan pasar ada ketika tidak tercapainya kondisi Pareto optimal. Artinya,
konsumen tidak bisa lagi menyamakan tarif marginal substitusi dan produsen
menawarkan barang untuk dijual dengan harga lebih tinggi daripada biaya marjinal
produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyia, F., App, M., Jurusan, E., Ekonomi, I., Ekonomi, F., & Bisnis, D. (n.d.).
http://ferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Bagian-I-Peran-Pemerintah1.pdf