Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPEMIMPINAN

“GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF”

DOSEN PENGAMPU
Melizubaida Mahmud S.Pd.,M.Si

OLEH
Fitria Sawal 911420098

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2023
KATA PENGENTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “gaya kepemimpinan dan
kepemimpinan efektif. Dengan baik dan tepat waktu, Penulisan makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan.

Adapun pembuatan makalah ini di lakukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah
kepemimpinan. Materi pada makalah ini di harapkan dapat memperkaya diri dalam gaya
kepemimpinan dan kepemimpinan yang efektif di dalam kepengawasan.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Gorontalo, Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.2 Latar belakang.............................................................................................................


1.2 Rumusahan masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan penulisan..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1 Definisi kepemimpinan .................................................................................................


2.2 Gaya kepemimpinan......................................................................................................
2.3 Kepemimpinan efektif...................................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................
3.2 Saran…………………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar merupakan salah satu aktifitas ekonomi, dalam pengertianya adalah mekanisme
pertukaran barang dan jasa yang alamiah, hal tersebut berlangsung sejak awal peradaban
manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang paling tinggi dalam perekonomian.
Pentingnya pasar tidak terlepas dari fungsi sebagai wadah bagi berlangsungnya jual beli.
Sehingga secara ideal seseorang yang melakukan aktifitas ekonomi (bermuamalah) di pasar
harus paham ketentuan dalam fikih muamalah (Fuad, 2016).

Kemajuan ekonomi juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan perubahan zaman
yang terasa cepat. Apabila melihat sejarah peradaban manusia, pada awalnya kegiatan
ekonomi berupa transaksi antara pedagang dan pembeli yang dilakukan secara tukar (barter)
yaitu kegiatan ekonomi dengan melakukan transaksi barang dengan barang guna untuk
memunuhi kebutuhan sehari-hari. Barang tukar barang sendiri mulai ditinggalkan sejak
munculnya mata uang yang digunakan sebagai alat tukar pembayaran, baik barang maupun
jasa. Perkembangan ekonomi sangat erat kaitannya dengan perkembangan zaman dengan
ditandai munculnya era globalisasi yang merambah pada dunia bisnis dan perdagangan,
dibangunlah tata kota lengkap dengan sarana dan fasilitas penunjang guna untuk memudah
akses dalam kehidupan sehari-hari. Pasar salah satu sarana ekonomi yang menjadi tolak ukur
dalam peningkatan pendapatan ekonomi di daerah, dan apabila dikhususkan ke daerah
kecamatan, pasar satu-satunya tempat dimana transaksi ekonomi berlangsung.

Peran pemerintah daerah merupakan hal mutlak yang menjadi tolak ukur berlangsungnya
pembangunan pasar tradisional,karena dalam paradigma goodgovernance pemerintah daerah
punya peran penting dalam pembangunan daerahnya. Pasar tradisional dalam sebuah daerah
merupakan sarana yang menjadi tolak ukur mutlak dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya di daerah pedesaan/kecamatan yang jauh dari pusat kota yang
perkembangan ekonomi masyarakatnya melonjak dengan cepat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa Definisi Peran Pemerintah ?
b. Bagaimakah Peran Pemerintah Dalam Harga Pasar
c. Bagaimakah Kegagalan Pasar dan peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber
daya?
d. Bagaimakah Invertaris Pemerintah dalam pasar?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk Menjelasakn Definisi Peran Pemerintah


b. Untuk Mengetahui Peran Pemerintah Dalam Harga Pasar
c. Untuk Mengetahui Kegagalan Pasar dan peran pemerintah dalam mengalokasikan
sumber daya
d. Untuk Mengetahui Invertaris Pemerintah dalam pasar
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Peran Pemerintah

Peranan pemerintah menurut Henry J. Abraham (Tjokroamidjojo, 1988:18) dapat juga


dilihat dari tiga bentuk sebagai berikut:

1. Mula-mula peranan pemerintah adalah sebagai penjaga keamanan dan ketertiban


dalam perkembangan. Bahkan seringkali fungsi penarikan pajak tidak diabdikan bagi
kepentingan rakyat. Ini adalah peranan pemerintah yang paling tradisional.
2. Kemudian timbul pengertian tentang Service State, di mana peranan pemerintah
merupakan abdi sosial dari keperluan-keperluan yang perlu diatur dalam masyarakat.
Hal ini juga didasari oleh banyak fikiran-fikiran mengenai Welfare State atau negara
kesejahteraan.
3. Tetapi kemudian terdapat pula suatu cara dalam pelaksanaan peranan pemerintah
yang memberikan kepada pemerintah peranan sebagai enterpreneur atau pendorong
inisiatif usaha pembaharuan dan pembangunan masyarakat. Pemerintah menjadi
“development agent” atau unsur pendorong pembaharuan/pembangunan.

Tjokroamidjojo (1988:19) Klasifikasi lain dari cara pelaksanaan peranan pemerintah


ini dapat dikemukakan pula pikiran dari Irving Swerdlow yang menyebutkan bahwa
involvement atau campur tangan pemerintah dalam proses perkembangan kegiatan
masayarakat (jika lebih positif merupakan proses pembangunan), dapat dilakukan dengan
lima macam cara:

1. Operasi langsung (operation: pada pokoknya pemerintah menjalankan sendiri


kegiatan-kegiatan tertentu.
2. Pengendalian langsung (direct control): penggunaan perizinan, lisensi (untuk kredit,
kegiatan ekonomi lain), penjatahan dan lain-lain. Ini dilakukan oleh badan-badan
pemerintahan yang “action ladern” (yang berwenang dalam berbagai perizinan,
alokasi, tarif dan lain-lain) atau kalau tidak, berusaha untuk menjadi action ladern.
3. Pengendalian tak langsung (indirect control): cara dengan memberikan pengaturan
dan syarat-syarat, misalnya pengaturan penggunaan dana devisa tertentu
diperbolehkan asal untuk “daftar barang tertentu”
4. Pemengaruhan langsung (direct influence): di sini dilakukan persuasi dan nasehat:
misalnya saja supaya golongan masyarakat tertentu dapat turut menggabungkan diri
dalam koperasi tertentu, atau ikut jadi akseptor program keluarga berencana.
5. Pemengaruhan tak langsung (indirect influence): ini adalah bentuk involement yang
paling ringan, misalnya hanya memberikan informasi, menjelaskan kebijaksanaan
pemerintah, contoh-contoh teladan tentang efesiensi dan ketidakborosan. Ada lagi
misalnya penyuluhan dan pembinaan untuk lebih menerima hal-hal yang baru
(promoting a receptive attitude toward innovation).

Peranan pemerintah seperti yang dikemukakan oleh Sondang P. Siagian dalam


bukunya Administrasi Pembangunan (2009:132) peranan pemerintah pada umumnya
muncul dalam berbagai bentuk seperti fungsi pengaturan, fungsi perumusan berbagai
jenis kebijaksanaan, fungsi pelayanan, fungsi penegakan hukum, serta fungsi
pemeliharaan ketertiban umum dan keamanan. Peran pemerintah penting dalam hal
menciptakan keamanan dasar (basic security) hingga perhatian dalam urusan keagamaan
dan kepercayaan serta mengontrol ekonomi dan menjamin keamanan kehidupan sosial
(Nyoman Sumaryadi, 2010 : 21).

2.2 Peran Pemerintah dalam harga Pasar

Dewasa ini tidak ada lagi pasar yang sama sekali bebas. Di semua negara pemerintah
secara aktif ikut campur tangan untuk mengatur produksi, distribusi, dan konsumsi;
mengawasi keuangan dan perkreditan; menjaga kestabilan harga dan kesempatan kerja.
Selain itu, juga ada sejumlah hal yang langsung diatur/ditetapkan oleh pemerintah tidak
melalui permintaan dan penawaran di pasar. Luas campur tangan pemerintah dalam
perekonomian tergantung pada tata ekonomi yang dianut. Di Indonesia, berdasarkan
UUD‟45 dan GBHN, pemerintah campur tangan untuk menanggapi dan atau melengkapi
kekurangan-kekurangan pada sistem pasar bebas. Sebab “Demokrasi Ekonomi”
Indonesia yang berdasarkan Pancasila tidak enghendaki bersaingan “bebas” dalam arti
bahwa yang kuat bebas mencekik kaum ekonomi lemah, atau pemegang monopoli bebas
memeras sesama warga masyarakat..Seperti peranan pemerintah daerah tentang
perdagangan tertuang dalam UU Republik Indonesia no. 7 tahun 2014 Tentang
Perdagangan Pasal 95 poin c, bahwa pemerintah Daerah bertugas mengendalikan
ketersediaan, stabilisasi harga, dan distribusi barang kebutuhan pokok dan/barang
penting.2Untuk membela rodusen yang lemah serta untuk melindungi para konsumen,
pemerintah ditugaskan mengasi, mengatur serta mengarahkan bekerjanya sistem pasar
dan mengendalikan harga yang terbentuk di pasar.

Apabila pemerintah memasuki pasaran sebagai pembeli atau penjual, mekanisme


pasar tetap berlaku. Misalnya, pemerintah melalui BULOG membeli beras di waktu
panen untuk membentuk stok nasional, kemudian menjualnya pada waktu paceklik, atau
disebut sebagai “operasi pasar”

Prinsip yang sama berlaku pula apabila pemerintah membatasi impor untuk
melindungi produsen dalam negeri, atau melarang ekspor barang tertentu untuk
mempertahankan harga di pasaran dalam negeri.

a) Penetapan Harga
Dalam melakukan penetapan harga, pemerintah bisa melalui dua cara, yaitu HET
(Harga Eceran Tertinggi) atau ceiling price dan Harga Dasar atau floor price. Jika
harga suatu barang dianggap terlalu tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh
masyarakat, maka pemerintah dapat menetapkan HET. Maksud HET ialah bahwa
suatu barang tidak boleh dijual dengan harga lebih tinggi daripada yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Persoalan yang timbul apabila HET ditetapkan lebih
rendah daripada harga keseimbangan pasar ialah bahwa pada harga HET itu jumlah
yang akan dibeli lebih besar daripada jumlah yang akan dijual, sehingga tmbul
kekurangan suplai. Ada beberapa cara untuk membagikan persediaan yang terbatas.
Sebab, jelas tidak semua orang yang mengingikan atau membutuhkan barang yang
bersangkutan akan mendapatkan sebanyak yang mereka minta.
(1) Pajak dan Subsidi
Dengan menetapkan pajak tertentu pada suatu barang, akan membuat harga suatu
barang akan semakin tinggi. Besaran nilai pajak yang dibebankan terhadap suatu
barang, tergantung jenis dan nilai kepentingan barang tersebut. Pajak ini harus
dibayar oleh penjual kepada pemerintah, tetapi oleh penjual akan dibebankan
kembali kepada pembeli dalam bentuk harga jual yang lebih tinggi. Keadaan akan
menjadi terbalik jikalau pemerintah menerapkan subsidi. Dengan menberikan subsidi
pada suatu barang, akan membuat harga barang tersebut mengalami penurunan, hal
ini biasa terjadi pada pada barang yang menjadi hajat orang banyak seperti untuk
BBM (bensin maupun minyak tanah atau gas) juga untuk pupuk yang diperlukan
oleh para petani. Pemberian subsidi biasanya disertai dengan bermacam-macam
peraturan lain, misalnya penetapan harga, pedoman kalkulasi harga pokok,
pembebasan pajak, daftar prioritas, dan lain-lain

2.3 Kegagalan Pasar dan peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya

Kegagalan pasar ada ketika tidak tercapainya kondisi Pareto optimal. Artinya,
konsumen tidak bisa lagi menyamakan tarif marginal substitusi dan produsen
menawarkan barang untuk dijual dengan harga lebih tinggi daripada biaya marjinal
produksi. Kegagalan pasar tersebar luas di negara berkembang. Barang ekonomi dan
faktor pasar yang berada dalam keadaan disekuilibrium menyebabkan inefisiensi dalam
alokasi sumber daya. pasar barang ditandai dengan kekurangan dan surplus, sedangkan
faktor pasar menunjukkan tingkat pengangguran yang tinggi dan kelangkaan modal.
Dalam kebanyakan kasus, harga pasar tidak mencerminkan biaya produksi marjinal.
Penyebab kegagalan pasar sebagai berikut :

a) Persaingan Tidak Sempurna


Persaingan tidak sempurna adalah penyebab kegagalan pasar. Dibawah pasar ini
perusahaan menghadapi penurunan kemiringan kurva permintaan untuk
produknya. Menyimpangnya pendapatan marjinal dari pendapatan rata-rata dan
harga tidak lagi sama dengan biaya marjinal. Dalam skenario ini, perusahaan
monopoli menetapkan harga yang melebihi biaya marjinal, untuk memaksimalkan
keuntungan. Hal ini menyebabkan output yang jauh lebih rendah daripada yang
dihasilkan oleh perusahaan yang bersaing sempurna dan beroperasi di bawah
kondisi biaya yang sama.

Konsumen tidak memiliki kedaulatan dalam hal alokasi sumber daya di bawah
monopoli. Pengoperasian perusahaan monopoli dikatakan tidak efisien, karena
dapat menyebabkan alokasi dari sumber daya yang kurang optimal. Monopoli
alami dan perusahaan lain yang mengalami penurunan biaya rata-rata atas
berbagai output adalah sumber kegagalan pasar. Sebuah monopoli alamiah tidak
diatur perbaikan outputnya dengan harga yang lebih besar daripada biaya
marjinal. Tingkat output tidak berada pada kondisi Pareto optimal. Jika
perusahaan mencoba untuk harga produknya di biaya marjinal, kerugian harus
dibiayai oleh pajak atau diskriminasi harga. Contoh dari persaingan tidak
sempurna adalan sebagai berikut :
 Monopoli
Monopoli adalah struktur pasar di mana hanya terdapat satu penjual, tidak ada
substitusi produk yang mirip (close substitute), dan terdapat hambatan masuk
(barriers to entry) ke pasar.
 Oligopoli Pasar oligopoli sebuah keadaan dimana dalam pasar jumlah
perusahaan yang menguasai pasar lebih dari dua tetapi tidak banyak (2- 10)
sehingga tindakan dari pengusaha yang satu akan mempengaruhi kebijakan dari
pengusaha lainnya. Ketika pasar terdiri dari dua perusahaan maka disebut
dengan istilah duopoly. Apabila produk yang dihasilkan oleh pengusaha
oligopoli homogen, maka pasar dinamakan oligopoli murni (pure oligopoly)
dan apabila produk yang dihasilkan tidak homogen maka dinamakan oligopoli
yang dibedakan (differentiated oligopoly). Akibat dari bebasnya masing-
masing pengusaha di dalam menentukan kebijakan-kebijakannya, terutama
kebijakan harga dan produksi, maka akan menimbulkan perang harga diantara
sesama pengusaha oligopoli tersebut. Akhir dari perang harga ini adalah
membuat kehancuran bagi beberapa pengusaha tertentu. Sampai di mana
kemampuan pengusaha oligopoli di dalam perang harga ini, sangat tergantung
kepada produk yang dihasilkan dan biaya produksinya. Apabila produk dalam
pasar oligopoli adalah homogen ( oligopoli murni ) maka tiap-tiap pengusaha
hanya akan turut dalam perang harga sampai batas keuntungan normal.

b) Barang Publik
Barang publik murni telah menjadi subjek dari sebagian besar analisis ekonomi
barang publik. Dalam beberapa hal, barang publik murni adalah abstraksi yang
diadopsi untuk memberikan kasus benchmark terhadap yang lain, lebih realistis,
kasus dapat dinilai. Sebuah barang publik murni memiliki dua sifat berikut :
o Non-excludability (tanpa dikecualikan) : Jika kepentingan publik diberikan,
konsumen tidak dapat dikecualikan dari dikonsumsi.
o Non-rivalry ( tanpa persaingan) : Konsumsi barang publik oleh salah satu
konsumen tidak mengurangi jumlah yang tersedia untuk dikonsumsi oleh
konsumen lainnya. Kedua sifat yang menjadi ciri barang publik memiliki
implikasi penting.

Pertimbangkan sebuah perusahaan yang memasok barang publik murni.


Karena perusahaan pasokan salah satu konsumen itu telah efektif memasok
barang publik bagi semua. Perusahaan dapat mengisi pembeli awal tetapi tidak
dapat membebankan konsumen berikutnya. Ini mencegah dari mendapatkan
pembayaran untuk total konsumsi publik. Pajak dan utang publik dapat
menurunkan nilai properti di suatu daerah jika pendapatan tidak produktif
dihabiskan. Namun, jika pendapatan digunakan secara produktif pada barang
yang manfaatnya berhubungan dengan penggunaan properti lokal, seperti taman,
jalan, dan sekolah, atau digunakan untuk menghasilkan perlindungan polisi dan
api, maka nilai dari barang dan jasa akan meningkat nilai properti di daerah
tersebut. Nilai output sektor publik yang dibiayai oleh pajak dapat dikapitalisasi
ke dalam nilai properti dengan cara yang sama sebagai beban pajak dan utang.
Dengan demikian, pajak meningkat di suatu daerah dapat dikaitkan dengan nilai
properti yang lebih tinggi ketika pendapatan pajak digunakan dengan cara yang
meningkatkan nilai yang berada di daerah itu. Tidak ada persaingan dalam
konsumsi menunjukkan bahwa satu orang yang mengkonsumsi barang tidak akan
mengurangi kegunaan barang tersebut kepada orang lain. Tak dapat dikecualikan
berarti bahwa tidak mungkin untuk mengecualikan siapapun untuk mendapatkan
keuntungan barang, selama barang tersedia.

Kedua kondisi ini menyiratkan bahwa pasar tidak akan mampu


menyediakan barang atau jasa secara efisien, karena pasar berfungsi dengan
mengecualikan orang yang tidak bisa membayar untuk barang. Penyediaan
anggaran barang publik itu diperlukan karena adanya kegagalan pasar. Tiebout
mengamati bahwa barang publik murni menyebabkan kegagalan pasar karena
kesulitan terhubung dengan transmisi informasi. Karena penilaian yang benar oleh
konsumen dari barang publik tidak dapat diamati, dan karena barang publik murni
adalah tidak dikecualikan, maka penumpang gelap terjadi dan penyediaan swasta
tidak efisien

c) Eksternalitas
Kegagalan pasar ditandai oleh konsumsi barang yang terlalu banyak
menyebabkan eksternalitas negatif dan terlalu sedikit konsumsi barang yang
menghasilkan eksternalitas positif. Eksternalitas terjadi bila aktivitas seorang
pelaku ekonomi mempengaruhi utilitas atau produksi lain tanpa harga. Efek
eksternal bermanfaat dikenal sebagai eksternalitas positif. Disekonomis eksternal
atau eksternalitas negatif adalah biaya yang dapat ditanggung oleh konsumen atau
produsen. Barang publik seperti penelitian medis yang didanai publik dan
pendidikan merupakan sumber eksternalitas positif. Polusi adalah contoh klasik
eksternalitas negatif. Pasar atau sistem harga tidak dapat mencerminkan biaya-
biaya eksternal dan manfaat. Ini memberikan alasan bagi intervensi pemerintah,
baik untuk mempromosikan eksternalitas positif atau mengatur eksternalitas
negative

d) Kegagalan Institusional

Gillis, Perkins dan Roemer (1992) telah mengidentifikasi kegagalan


institusional sebagai penyebab utama kegagalan pasar di negara berkembang. Hal
ini didasarkan pada pandangan bahwa lembaga terbelakang mengecualikan
banyak orang dari pasar. Di banyak negara uang dan pasar modal yang kecil dan
terbelakang, dan mobilisator tabungan tidak efisien. Selanjutnya, pasar uang di
negara-negara tidak merespon dengan cepat terhadap sinyal suku bunga. Gillis,
Perkins dan Roemer. (1992: 540) juga menganggap kegagalan kelembagaan
sebagai penyebab kerusakan lingkungan di negara berkembang. Mereka
berpendapat bahwa meskipun pemerintah memiliki hak milik atas sebagian besar
kawasan hutan di negara berkembang, tetapi pemerintah tidak mampu
menegakkan peraturan di bidang ini. Hutan merupakan sumber daya milik umum
tetapi penyebab kerusakan hutan adalah kelembagaan itu sendiri, sedangkan
Mekanisme pasar tidak dapat mengatur penggunaan sumber daya milik umum.
Kegagalan pasar ini dikenal sebagai "tragedi milik bersama (tragedy of the
common)"

e) Kegagalan Informasi
Persaingan sempurna yang menjamin Pareto optimal, dianggap
berpengetahuan yang sempurna tentang barang dan harga di pasar. Di banyak
negara berkembang konsumen dan pekerja memiliki pengetahuan yang tidak
lengkap tentang barang dan jasa dan kesempatan kerja. Gillis, Perkins dan
Roemer (1992: 104) menunjukkan bahwa investor, produsen dan pedagang tidak
mampu untuk lindung nilai terhadap risiko karena keuangan, komoditas, dan
asuransi pasar kurang berkembang atau hilang. Penurunan inefisiensi pasar dapat
dicapai jika ampur tangan pemerintah dalam menyediakan fasilitas infrastruktur
untuk memastikan perkembangan uang dan pasar modal. Beberapa negara
berkembang telah mengejar kebijakan liberalisasi pasar tidak efisien. Stiglitz
(1994) membahas masalah informasi yang tidak sempurna atau pasar tidak
lengkap dalam konteks uang dan pasar keuangan. Dia berpendapat bahwa
beberapa tingkat intervensi pemerintah dapat meningkatkan efisiensi pasar
keuangan di negara berkembang. Investor prihatin tentang solvabilitas dan
pengelolaan lembaga keuangan. Dalam beberapa kasus informasi tentang
variabel-variabel ini sulit diperoleh.

Pemantauan yang tepat dari kinerja manajemen perusahaan oleh negara


dapat meningkatkan efisiensi pasar. Dua jenis akibat kegagalan informasi dari
masalah Moral hazard dan Adverse selection. Misalnya, untuk informasi asuransi
di pasar, kegagalan dapat dihasilkan dari fakta bahwa orang-orang untuk
mengambil asuransi tidak memiliki informasinya. Hal ini menyebabkan
kurangnya dari alokasi sumber daya yang optimal. Jenis pertama adalah masalah
Moral hazard. Seseorang diasuransikan terhadap penyakit mungkin terlalu sering
menggunakan fasilitas medis karena biaya pribadi marjinal nya mungkin kurang
dari biaya sosial yang menyediakan fasilitas tersebut. Akibatnya, perusahaan
asuransi mungkin akan meningkatkan biaya untuk semua orang sehingga
menyebabkan kegagalan pasar.
Adverse selection terjadi pada asuransi ketika perusahaan asuransi tidak
dapat membedakan antara risiko tinggi dan individu berisiko rendah berdasarkan
informasi yang tersedia untuk dia. Kegagalan Informasi juga dapat terjadi di pasar
saham mana insider trading, yang merupakan strategi untuk meminimalkan
resiko, dapat mencegah pasar dari mencapai alokasi yang efisien di antara
pedagang. Insider trading terjadi ketika sekelompok istimewa individu memiliki
akses ke informasi saham pasar yang pedagang lain tidak memiliki.
Inman (1987: 660) telah membahas jenis lembaga pasar untuk mengatasi
masalah informasi yang asimetris. Pertama, kontrak kontingen seperti jaminan
dapat ditawarkan baik itu dibayar hanya jika kualitas komoditas mencapai standar
yang ditetapkan sebelumnya. Dia berpendapat bahwa kontrak dapat bertindak
sebagai sinyal untuk karakteristik penjual. Pemerintah sertifikasi penjual adalah
cara lain untuk mengatasi kegagalan pasar

Kegagalan pasar memberikan sebuah alasan penting kepada pemerintah


untuk melakukan intervensi. Kegagalan pasar tersebar luas di negara-negara
berkembang, sehingga pemerintah harus menghadapi isuisu ekonomi yang
mungkin tidak terlalu penting bagi tugas pemerintah dalam ekonomi industri
negara maju. Beberapa isu-isu ekonomi tersebut berhubungan langsung dengan
inefisiensi pasar, missing market (suatu kasus dimana pasar yang permintaan
terhadap barang ada tetapi penawaran tidak ada), dan rendahnya tingkat
pengembangan kelembagaan.

Beberapa hal seperti pertukaran asing dalam jumlah kecil dan kemunculan
paham ekonomi yang bersifat informal dan tersembunyi menyebabkan munculnya
hambatan serius pada pelaksanaan kebijakan fiskal di negara berkembang.
Sebagai contoh, jika aktivitas ekonomi yang dihasilkan eksternalitas (efek yang
satu agen ekonomi memaksakan yang lain tanpa persetujuan mereka), sehingga
ada perbedaan antara biaya pribadi dan sosial dan hasil kompetitif tidak efisien,
mungkin dirasa perlu bagi negara untuk campur tangan untuk membatasi
inefisiensi yang dihasilkan.
Jika ada kegagalan pasar, pemerintah dapat ikut campur dalam ekonomi
untuk meningkatkan efisiensi. Hal ini juga dapat menggunakan campur tangan
untuk meningkatkan ekuitas, terlepas dari apakah ekonomi efisien atau tidak.
Argumen-argumen membenarkan intervensi, untuk membenarkan multi level
pemerintah kasus ini harus dibuat tujuan efisiensi dan ekuitas lebih baik dilayani
oleh kombinasi dari pemerintah daerah dan pusat.

2.4 Invertaris Pemerintah dalam pasar

Peran intervensi pemerintah telah menjadi fenomena umum dalam


pembangunan ekonomi terutama di negara-negara berkembang. Intervensi yang
melebihi kapasitas ternyata telah mendorong terjadinya distorsi ekonomi. Karena
kecenderungan tersebut diikuti oleh moralitas yang lemah dari pelaku-pelaku
ekonomi yang telah berubah menjadi rezim ekonomi yang serakah dan tidak
efisien. Oleh sebab itu, paradigma baru seyogyanya memposisikan intervensi
pemerintah sebagai faktor pendorong efisiensi perekonomian bilamana proses
pengalokasian sumberdaya, dalam beberapa hal, tidak mungkin diserahkan
kepada mekanisme pasar.

Peranan pemerintah dalam pembangunan ekonomi merupakan kunci


menuju masyarakat yang lebih makmur, bahkan diharapkan Indonesia bisa
menjadi Negara yang maju dan Negara industri. Negara terbelakang atau Negara
berkembang begitu besarnya dan masalah ekonomi tidak bisa diserahkan begitu
saja pada mekanisme bebas kekuatan-kekuatan ekonomi. Untuk itu dalam upaya
menyeimbangkan pertumbuhan berbagai sektor perekonomian hingga penawaran
harus sesuai dengan permintaan. Hal ini dibutuhkan pengawasan dan pengaturan
oleh Negara atau pemerintah dalam upaya mencapai pertumbuhan yang seimbang.

Kesimbangan membutuhkan suatu pengawasan terhadap produksi,


distribusi dan konsumsi komoditas. Pemerintah harus membuat suatu rencana
pengawasan fisik serta langkah-langkah fiscal dan moneter yang perlu dilakukan.
Langkah-langkah tersebut tidak dapat dihindarkan dalam upaya mengurangi
ketidakseimbangan ekonomi dan sosial yang mengancam Negara berkembang.
mengatasi perbedaan sosial dan menciptakan psikologis, ideologi, sosial, dan
politik yang menguntungkan bagi pembangunan ekonomi menjadi tugas penting
pemerintah.

Pada intinya, pemerintah ikut serta dalam kegiatan perekonomian supaya


menanggulangi kegagalan pasar sehingga tidak adanya eksternalitas yang
merugikan banyak pihak. Adapun bentuk dari peran pemerintah yakni dengan
melakukan intervensi baik secara langsung maupun tidak langsung. Di bawah ini
merupakan penjelasannya:

1) Intervensi Pemerintah dalam Perekonomian


Untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga,
monopoli, dan eksternalitas yang merugikan maka peran pemerintah sangat
diperlukan dalam perekonomian suatu negara. Peranan ini dapat dilakukan dalam
bentuk intervensi secara laungsung maupun tidak langsung. Berikut adalah
intervensi pemerintah secara langsung dan tidak langsung dalam penentuan harga
pasar untuk melindungi konsumen atau produsen melalui kebijakan penetapan
harga minimum (floor price) dan kebijakan penetapan harga maksimum (ceiling
price).

a. Intervensi Pemerintah secara Langsung

1. Penetapan Harga Minimum (floor price)


Penetapan harga minimum atau harga dasar yang dilakukan oleh pemerintah
bertujuan untuk melindungi produsen, terutama untuk produk dasar pertanian.
Misalnya harga gabah kering terhadap harga pasar yang terlalu rendah. Hal ini
dilakukan supaya tidak ada tengkulak (orang/pihak yang membeli dengan harga
murah dan dijual kembali dengan harga yang mahal) yang membeli produk
tersebut diluar harga yang telah ditetapkan pemerintah. Jika pada harga tersebut
tidak ada yang membeli, pemerintah akan membelinya melalui BULOG (Badan
Usaha Logistik) kemudian didistribusikan ke pasar. Namun, mekanisme
penetapan harga seperti ini sering mendorong munculnya praktik pasar gela, yaitu
pasar yang pembentukan harganya di luar harga minimum
2. Penetapan Harga Maksimum (ceiling price)
Penetapan harga maksimum atau Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dilakukan
pemerintah bertujuan untuk melindungi konsumen. Kebijakan HET dilakukan
oleh pemerintah jika harga pasar dianggap terlalu tinggi diluar batas daya beli
masyarakat (konsumen). Penjual tidak diperbolehkan menetapkan harga diatas
harga maksimum tersebut. Contoh penetapan harga maksimum di Indonesia
antara lain harga obat-obatan diapotek, harga BBM, dan tariff angkutan atau
transportasi seperti tiket bus kota, tarif kereta api dan tarif taksi per kilometer.
Seperti halnya penetapan harga minimum, penetapan harga maksimum juga
mendorong terjadinya pasar gelap.

b. Intervensi Pemerintah secara Tidak Langsung


1. Penetapan Pajak
Kebijakan penetapan pajak dilakukan oleh pemerintah dengan cara
mengenakan pajak yang berbeda-beda untuk berbagai komoditas. Misalnya
untuk melindungi produsen dalam negeri, pemerintah dapat meningkatkan
tarif pajak yang tinggi untuk barang impor. Hal tersebut menyebabkan
konsumen membeli produk dalam dalam negeri yang harganya relatif lebih
murah.
2. Pemberian Subsidi
Pemerintah dapat melakukan intervensi atau campur tangan dalam
pembentukan harga pasar yaitu melalui pemberian subsidi. Subsidi biasanya
diberikan pemerintah kepada perusahaan- perusahaan penghasil barang
kebutuhan pokok. Subsidi juga diberikan kepada perusahaan yang baru
berkembang untuk menekan biaya produksi supaya mampu bersaing terhadap
produk-produk impor. Kebijakan ini ditempuh pemerintah dalam upaya
pengendalian harga untuk melindungi produsen maupun konsumen sekaligus
untuk menekan laju inflasi.

Permasalahan ekonomi tidak hanya meliputi masalah-masalah mikro seperti


kekakuan harga, monopoli, dan eksternalitas yang memerlukan intervensi
pemerintah. Permasalahan ekonomi juga terjadi dalam lingkup ekonomi
makro yang memerlukan kebijakan pemerintah. Dinegara-negara sedang
berkembang, pada umumnya terdapat tiga masalah besar pembangunan
ekonomi. Ketiga masalah tersebut berkaitan dengan kemiskinan, kesenjangan
ekonomi, dan pengangguran yang terus meningkat. Permasalahan ekonomi
makro Indonesia dalam membangun negara sebenarnya tidak hanya sebatas
itu. Inflasi yang tidak terkendali, ketergantungan terhadap impor dan utang
luar negeri merupakan masalah pemerintah dalam bidang ekonomi makro.
3. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu keadaan ketidakmampuan yang bersifat
ekonomi (ekonomi lemah) jadi dimana seseorang tidak dapat memenuhi
kebutuhan pokok (kebutuhan primer) karena pendapatannya rendah.
Kemiskinan terjadi karena beberapa faktor. Karena rendahnya pendapatan
yang menyebabkan rendahnya daya beli. Selain itu karena rendahnya
pendidikan masyarakat sehingga masyarakat tidak mendapatkan hidup yang
layak.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peranan pemerintah seperti yang dikemukakan oleh Sondang P. Siagian dalam


bukunya Administrasi Pembangunan (2009:132) peranan pemerintah pada umumnya
muncul dalam berbagai bentuk seperti fungsi pengaturan, fungsi perumusan berbagai
jenis kebijaksanaan, fungsi pelayanan, fungsi penegakan hukum, serta fungsi
pemeliharaan ketertiban umum dan keamanan. Peran pemerintah penting dalam hal
menciptakan keamanan dasar (basic security) hingga perhatian dalam urusan keagamaan
dan kepercayaan serta mengontrol ekonomi dan menjamin keamanan kehidupan sosial
(Nyoman Sumaryadi, 2010 : 21).

Pemantauan yang tepat dari kinerja manajemen perusahaan oleh negara dapat
meningkatkan efisiensi pasar. Dua jenis akibat kegagalan informasi dari masalah Moral
hazard dan Adverse selection. Misalnya, untuk informasi asuransi di pasar, kegagalan
dapat dihasilkan dari fakta bahwa orang-orang untuk mengambil asuransi tidak memiliki
informasinya. Hal ini menyebabkan kurangnya dari alokasi sumber daya yang optimal.
Jenis pertama adalah masalah Moral hazard. Seseorang diasuransikan terhadap penyakit
mungkin terlalu sering menggunakan fasilitas medis karena biaya pribadi marjinal nya
mungkin kurang dari biaya sosial yang menyediakan fasilitas tersebut. Akibatnya,
perusahaan asuransi mungkin akan meningkatkan biaya untuk semua orang sehingga
menyebabkan kegagalan pasar.
Kegagalan pasar ada ketika tidak tercapainya kondisi Pareto optimal. Artinya,
konsumen tidak bisa lagi menyamakan tarif marginal substitusi dan produsen
menawarkan barang untuk dijual dengan harga lebih tinggi daripada biaya marjinal
produksi.
DAFTAR PUSTAKA

Deliarnov. (1997). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Grafindo Persada

Sanusi, Bachrawi. (2004). Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta.

(2023). Coursehero.com. https://www.coursehero.com/file/76837300/PERAN-


PEMERINTAH-DALAM-PASARdocx/

Prasetyia, F., App, M., Jurusan, E., Ekonomi, I., Ekonomi, F., & Bisnis, D. (n.d.).
http://ferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Bagian-I-Peran-Pemerintah1.pdf

Anda mungkin juga menyukai