PENDIDIKAN PANCASILA
DI SUSUN OELH:
HENDRAWAN
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Pendidikan Pancasila.
Makalah yang say bahas mengenai tentang “TATA KELOLA
PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH” (GOOD AND CLEAN
GOVERNANCE) yang di peroleh dari beberapa referensi.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca terutama kepada ibu nia avenasari dosen pembimbing agar saya dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
menambah wawasan terhadap pembaca.
HENDRAWAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang good and clean governance.................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................3
2.1 pengertian good and clean governance.........................................3
2.2 prinsip-prinsip good and clean governance..................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Institusi dari governance meliputi tiga domein, yaitu state (negara ata
u pemerintah), private sector(swasta atau dunia usaha), dan society (masyara
kat) yang saling berinteraksi. State berfungsi menciptakan lingkungan politi
k dan hukum yang kondusif, privat secto menciptakan pekerjaan dan pendapata
n, sedangkan society berperan positifdalam interaksi sosial, ekonomi, dan politik t
ermasuk mengajak kelompokmasyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitasek
onomi, sosial dan politik.
Menurut AKIP (LAN & BPKP, 2000) bahwa proses penyelenggaraan kekuasaan
Negara dalam menyediakan Public Good and Sevices di sebut Governance
(pemerintah atau kepemerintahan), sedang praktek terbaiknya disebut Good
Governance (kepemerintahan yang baik). Dituntut dalam pelaksanaan yaitu;
Koordinasi (aligment) yang baik dan Integrasi, Profesionalisme serta Etos Kerja
dan Moral yang tinggi, wujudnya adalah Penyelenggaraan Negara yang solid dan
bertanggung jawab dan efektif dan efisien dengan mensinergikan interaksi yang
konstruktif diantara domein domein Negara
Sedangkan clean governance dapat diartikan sebagai pemerintahan yang efektif ,
berwibawa , efisien , jujur, transparan , bertangung jawab dan bersih, yaitu bersih
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme atau pemberantasan KKN serta permasalahan-
permasalahan yang lain terkait dengan pemerintahan
Secara umum, istilah good and clean governance memiliki pengertian akan
segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat
mengarahkan , mempengaruhi , mengendalikan urusan publik untuk mewujudkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. atau dengan kata lain suatu
system yang mengatur dan mengendalikan pemerintahan dengan tujuan
menggunakan dan melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif
agar dapat diselenggarakan dengan baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep
good governance harus mendapat dukungan komitmen dari semua pihak yaitu
negara (state)/pemerintah (government), swasta (private) dan masyarakat
(society). Clean and goodgovernance juga harus didukung dengan asas
kesetaraan, yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan.Asas ini harus
diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh semua penyelenggara pemerintahan di
Indonesia karena kenyatan sosiologis bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk,
baik etnis, agama, dan budaya. Dengan demikian goodgovernancemenekankan
arti penting kesejajaran hubungan antara domain negara, sektor swasta/dunia
usaha dan masyarakat.Ketiganya berada pada posisi yang sederajat dan saling
kontrol untuk menghindari penguasan atau eksploitasi oleh satu domain terhadap
domain lainnya.
Manfaat yang akan didapat dengan adanya good governance ialah:
5. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan
yang bersifat efektif, efisien, transparan, profesional dan akuntabel :
a. Sistem kelembagaan lebih efektif, ramping, fleksibel;
b. Kualitas tata laksana dan hubungan kerja antar lembaga di pusat, dan an
tar
c. pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota lebih baik;
d. Sistem administrasi pendukung dan kearsipan lebih efektif dan efisien;
e. Dokumen/arsip negara dapat diselamatkan, dilestarikan, dan terpelihara
dengan baik;
6. Terhapusnya peraturan perundang-undangan dan tindakan yang bersifat
diskriminatif terhadap warga Negara, kelompok, atau golongan
masyarakat :
a. Kualitas pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha (swasta)
Meningkat.
b. SDM, prasarana, dan fasilitas pelayanan menjadi lebih baik.
c. Berkurangnya hambatan terhadap penyelenggaraan pelayanan public.
d. Prosedur dan mekanisme serta biaya yang diperlukan dalam pelaya
nanpublik lebih baku dan jelas.
e. Penerapan sistem merit dalam pelayanan.
f. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelayanan publ
ic.
g. Penanganan pengaduan masyarakat lebih intensif.
4) Responsif (responsive)
Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-
prinsip goodandcleangovernance bahwa pemerintah harus cepat tanggap terhadap
persoalan-persoalan masyarakat, harus memehami kebutuhan masyarakat, harus
proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhan
masyarakat. Birokrat harus dengan segera menyadari apa yang menjadi
kepentingan public (publicinterest) sehingga cepat berbenah diri. Dalam hal ini,
Birokrasi dalam memberikan pelayanan publik harus cepat beradaptasi dalam
memberikan suatu model pelayanan.
Masyarakat adalah sosok yang kepentingannya tidak bisa disamakan secara
keseluruhan dan pada saatnya akan merasakan suatu kebosanan dengan hal yang
stagnan atau tidak ada perubahan, termasuk dalam pemberian pelayanan.
Masyarakat selalu akan menuntut suatu proses yang lebih mudah/simple dalam
memenuhi berbagai kepentingannya. Oleh karena itu, Birokrasi harus dengan
segera mampu membaca apa yang menjadi kebutuhan publik.
Sesuai dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki dua
etika, yakni etika individual dan sosial.
1. Kualifikasi etika individual menuntut pelaksana birokrasi pemerintah agar
memiliki kriteria kapabilitas dan layolitas profesional.
2. Etika sosial menuntut mereka agar memiliki sensitivitas terhadap berbagai
kebutuhan publik
5) Berorientasi pada kesepakatan (concensusorientation)
Berorientasi pada consensus berarti pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
harus merupakan hasil kesepakatan bersama diantara para aktor yang terlibat.Hal
ini sejalan dengan konsep partisipatifdimana adanya keterlibatan dari masyarakat
dalam merumuskan secara bersama mengenai hal pelayanan publik.
Cara pengambilan keputusan konsensus, selain dapat memuaskan semua pihak
atau sebagian besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian besar komponen yang
bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa terhadap semua yang terlibat
untuk melaksanakan keputusan tersebut.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara
partisipatif, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang
terwakili. Semakin banyak yang melakukan pengawasan serta kontrol terhadap
kebijakan-kebijakan umum, maka akan semakin tinggi tingkat kehati-hatiannya,
dan akuntabilitas pelaksanaannya dapat semakin dipertanggungjawabkan.
6) Kesetaraan (equity)
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.Asas
inimengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah bersikap dan berperilaku adil
dalam halpelayanan publik tanpa membedakan suku, jenis, keyakinan, jenis
kelamin, dan kelas social.
Keadilan berarti semua orang (masyarakat), baik laki-laki maupun perempuan,
miskin dan kaya memilik kesamaan dalam memperoleh pelayanan publik oleh
birokrasi. Dalam hal ini, birokrasi tidak boleh berbuat diskriminatif dimana hanya
mau melayani pihak-pihak yang dianggap perlu untuk dilayani, sementara ada
pihak lain yang terus dipersulit dalam pelayanan bahkan tidak dilayani sama
sekali. Konsep keadilan masih terlihat sulit diterpakan dalam pelayanan publik di
Indonesia. Hal ini bisa dipengaruhi karena konflik kepentingan birokrasi
7) Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
Efektif secara sederhana berarti tercapainya sasaran dan efisien merupakan
bagaimana dalam mencapai sasaran dengan sesuatu yang tidak berlebihan
(hemat). Dalam bentuk pelayanan publik, hal ini berarti bagaimana pihak
pemberipelayanan melayani masyarakat seefektif mungkin dan tanpa banyak hal-
hal atau prosedur yang sebenarnya bisa diminimalisir tanpa mengurangi
efektivitasnya.Pemerintahan yang baik dan bersih harus memenuhi criteria efektif
(berdaya guna)dan efesien ( berhasil guna). Efektivitas dapat diukur dari seberapa
besar produk yang dapatmenjangkau kepentingan masyarakat dari berbagai
kelompok. Efesiensi umumnya diukurdengan rasionalisitas biaya pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat
8) Akuntabilitas (accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat public terhadap
masyarakat yang memberinya wewenang untuk mengurusi kepentingan
mereka.Setiap pejabat public dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua
kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat.
Dalam pemberian pelayanan publik, akuntabilitas dapat dinilai sudah
efektifkah prosedur yang diterapkan oleh organisasi tersebut, sudah sesuaikah
pengaplikasiannya, dan bagaimana dengan pengelolaan keuangannya, dan lain-
lain.Dalam birokrasi, akuntabilitas yang berarti akuntabilitas publik menjadi
sesuatu yang sepertinya menjadi sosok yang menakutkan.Hal ini tentunya disadari
dari ketidakjelasan atas kinerja birokrat itu sendiri. Namun, ternyata, banyak cara
yang sering dilakukan para birokrat dalam menutupi kesalahan sehingga
akuntabilitasnya terlihat baik. Menurut Turner dan Hulme (Mardiasmo, 2002),
menerapkan akuntabilitas memang sangatlah sulit, bahkan lebih sulit dalam
memberantas korupsi.Akuntabilitas saat ini menjadi konsep utama yang harus
diterapkan dalam organisasi publik dalam mendongkrak kinerja mereka tentunya.
Tuntutan akan akuntabilitas tidak hanya menekankan pada tanggung gugat secara
vertikal dalam arti antara bawahan terhadap atasan, tetapi juga secara horisontal
yang berarti terhadap masyarakat. Elwood (Mardiasmo,2002) menyatakan bahwa
ada empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi dalam organisasi sektor
publik, yang juga termasuk birokrasi, yakni :
Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum
(accountabilityforprobityandlegality)
Akuntabilitas Proses (processaccountability)
Akuntabilitas Program (program accountability)
Akuntabilitas Kebijakan (policyaccountability)
9) Visi strategis (strategic vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi
goodandclengovernance. Dengan kata lain, kebijakan apapun yang akan diambil
saat ini, harus diperhitungkan akibatnya untuk sepuluh atau duapuluh tahun ke
depan. Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh
kedepan.Pemerintah dan masyarakat harus memiliki kesatuan pandangan sesuai
visi yang diusung agar terciptanya keselarasan dan integritas dalam pembangunan,
dengan memperhatikan latar belakang sejarah, kondisi sosial, dan budaya
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dengan mengetahui Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih , semuga
Indonesia terbebas dari korupsi.
3.2 Saran
Atas kesimpulan di atas, penulis mengemukakan beberapa saran untuk
membenahi kelemahan-kelemahan dalam penegakkan prinsip good and clear
governance di Indonesia yaitu:
1. Integritas dan nilai etika perlu ditingkatkan atau dikomunikasikan dengan
perilaku yang terbaik dan melibatkan pihak terkait. Karena sebaik apapun desain
sebuah pengawasan tidak akan terlaksana dengan efektif, efisien dan ekonomis
jika dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki integritas dan nilai etika yang
rendah.
2. Kinerja Inspektorat atau pengendalian intern perlu terus ditingkatkan
meskipun penulis mengusulkan sektor publik, namun itu bukan berarti
mengabaikan sektor pengawasan intern.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/10066503/Pemerintahan_yang_baik_dan_bersih
https://www.academia.edu/9966363/BAB_9_Tata_Kelola_Pemerintahan_yang_B
aik_dan_Bersih_good_and_clean_governance_
https://www.saldiisra.web.id/index.php/buku-jurnal/jurnal/19-jurnalnasional/254-
menciptakan-pemerintah-yang-baik-dan-bersih-di-daerah.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tata_laksana_pemerintahan_yang_baik
https://www.gurugeografi.id/2018/03/pengertian-dan-prinsip-pokok-good-
and.html?m=1