Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

“TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH (GOOD

AND CLEAN GOVERNANCE)”

DOSEN PEMBIMBING : NIA AVENASARI, SH.MH

DI SUSUN OELH:

HENDRAWAN
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Pendidikan Pancasila.
Makalah yang say bahas mengenai tentang “TATA KELOLA
PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH” (GOOD AND CLEAN
GOVERNANCE) yang di peroleh dari beberapa referensi.
Terlepas dari semua  itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini  masih
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat  maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca terutama kepada ibu nia avenasari dosen pembimbing  agar saya dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
menambah wawasan terhadap pembaca.

DUMAI, AKHIR APRIL 2019

HENDRAWAN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang good and clean governance.................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................3
2.1 pengertian good and clean governance.........................................3
2.2 prinsip-prinsip good and clean governance..................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Good and Clean governance sering di gunakan sebagai standar sistem


good local. Good and clear governance di katakan baik untuk mengamati praktek
demokrasi dalam suatu negara. Para pemegang jabatan publik harus dapat
mempertangungjawabkan kepada publik apa yang mereka lakukan baik secara
pribadi maupun secara publik. Seorang presiden Gebernur, Bupati, Wali Kota,
anggota DPR dan MPR dan pejabat politik lainnya harus menjelaskan kepada
publik mengapa memilih kebijaksanaan X, bukan kebijaksanaan Y, mengapa
memilih menaikkan pajak ketimbang melakukan efesiensi dalam pemerintahan
dan melakukan pemberantasan korupsi sekali lagi apa yang di lakukan oleh
pejabat publik harus terbuka dan tidak ada yang di tutup untuk di pertanyakan
oleh publik
Tidak hanya itu apa yang di lakukan oleh keluarganya, sanak saudara dan
bahkan teman dekatnya sendiri sering di kaitkan dan di letakkan pada posisi
pejabat publik, mengapa demikian? Alasan sebenarnya sederhana saja, karena
pejabat tersebut mendapat amanah dari masyarakat maka dia harus dapat
menegang amanah tersebut. Konsep Goodgovernance pertama kali di perkenalkan
oleh  UNDP, sebab munculnya konsep ini di sebabkan oleh  tidak terjadinya
akuntabilitas, tranparansi. Artinya banyak negara dunia ketiga ketika di beri
bantuan dana tersebut banyak yang tidak tepat sasaran, sehinga negara maju
enganmemberikan bantuan terhadap negara dunia ketiga adalah karena belum
terciptanya sistem birokrasi yang efektif, efesien dan tidak adanya tranparansi,
akuntabilitas bantuan dana dari negara maju. 
Konsekuensinya banyak terjadi korupsi yang  di lakukan oleh dunia ketiga
ketika bantuan di turunkan oleh negara maju. Pada akhir dasa-warsa yang lalu,
konsep goodgovernance ini lebih dekat di pergunakan dalam reformasi publik.Di
dalam disiplin atau profesi manajemen publik konsep ini di pandang sebagai suatu
aspek dalam paradigma baru ilmu administrasi publik. Paradigma baru ini
menekankan  pada  peran manajer publik agar memberikan pelayanan yang
berkualitas kepada masyarakat, mendorong dan meningkatkan otonomi manajerial
terutama sekali mengurangi campur tangan kontrol yang di lakukan oleh
pemerintah pusat, Tanparansi, akuntabilitas publik dan di ciptakan pengelolahan
manajerial yang bersih dan bebas dari korupsi. Tata kepermerintahan yang baik
(GoodGovernance) merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini di pergunakan
secara reguler di dalam ilmu politik dan administarasi negara.Konsep ini lahir
sejalan dengan konsep-konsep dan terminologi demokrasi, masyarakat sipil,
partisipasi rakyat, hak asasi manusia dan pembangunan masyarakat secara
berkelanjutan. Berkembanglah kemudian sebuah konsep tata pemerintahan yang
diharapkan dapat menjadi solusi untuk berbagai permasalahan tersebut.Konsep itu
yaitu Goodgovernance.Governance berbeda dengan government yang artinya
pemerintahan.Karena government hanyalah satu bagian dari governance.Bila
pemerintahan adalah sebuah infrastruktur, maka governance juga bicara tentang
suprastrukturnya. 
Perbedaan paling pokok antara konsep “government” dan “governance”
terletak pada bagaimana cara penyelenggaraan otoritas politik, ekonomi dan
administrasi dalam pengelolaan urusan suatu bangsa. Konsep “pemerintahan”
berkonotasi peranan pemerintah yang lebih dominan dalam penyelenggaran
berbagai otoritas.
Dalam seminar yang diadakan oleh Asian Development Bank (ADB) di
Fukuoka Jepang pada tanggal 10 Mei 1997 didapat sebuah kesimpulan,
pengalaman negara-negara di Asia Timur memperlihatkan bahwa pemerintahan
yang baik dan bersih (goodandcleangovernment) merupakan faktor penting dalam
sebuah proses pembangunan (ADB, 1997). Pertemuan ini juga menyepakati
empat elemen penting dari pemerintahan yang baik dan bersih yaitu (1)
accountability, (2) transparancy, (3) predictability, dan (4)
participation.Kesimpulan ini tidak dapat dilepaskan dari adanya kesadaran bahwa
tanpa keinginan mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih tidak mungkin
melakukan pembangunan dengan baik.
Pengabaian terhadap goodgovernance telah menjadi penyebab terhadap
krisis keuangan yang terjadi di kawasan Asia.Krisis ini meluas menjadi ekonomi,
sosial dan politik.Bahkan kemudian menyeruak kepada krisis kepercayaan publik
yang amat parah.Menurut Wanandi (1998) krisis ini terjadi karena
penyelenggaraan pemerintah yang tidak berdasarkan hukum, kebijakan publik
yang tidak transparan serta absennya akuntabilitas publik akhirnya menghambat
pengembangan demokrasi dalam masyarakat.
1. 2 PERUMUSAN MASALAH
1. Apa itu good and cleand governance?
2. Prinsip-prinsip good dan cleangovernance dalam sistem pemerintahan
negara?

BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih


Kata governance berasal dari kata to govern  (yang berbeda maknanya
dengan to command atau to order) yang artinya memerintah .
sedangkan Menurut Prof. Bintoro Tjokroamidjojo  dalam Buku Paradigma Baru
Management Pembangunan, mengemukakan bahwa Governance berarti
memerintah, menguasai, mengurusi, mengelola. Kemudian kutipan pendapat
Bondan Gunawan dengan istilah penyelenggaraan sebagai terjemahan dari
Governance.Begitu juga dalam pidato Presiden RI tanggal 16 Agustus 2000 istilah
Governance diterjemahkan menjadi pengelolaan.
MenurutUnited Nations Development Program UNDPsalah satu badan PBB tenta
ng definisi Good Governance adalah sebagai hubungan yang sinergis dan
konstruktif diantara Negara, sektor swasta dan masyarakat, dalam prinsip-prinsip;
partisipasi, supremasi hukum, transparansi, cepat tanggap, membangun konsesus,
kesetaraan, efektif dan efisien, bertanggungjawab serta visi stratejik.Menurut
UNDP governance (kepemerintahan) mempunyai tiga model, yaitu :
1. Economic  Governance, Meliputi proses pembuatan keputusan yang
memfasilitasi kegiatan ekonomi di dalam negeri dan transaksi di antara
penyelenggara ekonomi, serta mempunyai implikasi kesetaraan,
kemiskinan, dan kualitas hidup
2. Political  Governance, 
mencakup  proses  pembuatan  keputusan  untuk   perumusan kebijakan p
olitik negara
3. Administrative Governance, berupa sistem implementasi kebijakan. 

Institusi  dari  governance  meliputi  tiga  domein,  yaitu  state  (negara  ata
u  pemerintah), private  sector(swasta  atau  dunia  usaha),  dan  society (masyara
kat)  yang  saling  berinteraksi.    State  berfungsi  menciptakan lingkungan  politi
k  dan  hukum  yang  kondusif, privat secto menciptakan pekerjaan dan pendapata
n, sedangkan society berperan positifdalam interaksi sosial, ekonomi, dan politik t
ermasuk mengajak kelompokmasyarakat  untuk  berpartisipasi  dalam  aktivitasek
onomi,  sosial  dan  politik.

Menurut AKIP (LAN & BPKP, 2000) bahwa proses penyelenggaraan kekuasaan
Negara dalam menyediakan Public Good and Sevices di sebut Governance
(pemerintah atau kepemerintahan), sedang praktek terbaiknya disebut Good
Governance (kepemerintahan yang baik). Dituntut dalam pelaksanaan yaitu;
Koordinasi (aligment) yang baik dan Integrasi, Profesionalisme serta Etos Kerja
dan Moral yang tinggi, wujudnya adalah Penyelenggaraan Negara yang solid dan
bertanggung jawab dan efektif dan efisien dengan mensinergikan interaksi yang
konstruktif diantara domein domein Negara
Sedangkan clean governance dapat diartikan sebagai pemerintahan yang efektif ,
berwibawa , efisien , jujur, transparan , bertangung jawab dan bersih, yaitu bersih
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme atau pemberantasan KKN serta permasalahan-
permasalahan yang lain terkait dengan pemerintahan

Secara umum, istilah good and clean governance memiliki pengertian akan
segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat
mengarahkan , mempengaruhi , mengendalikan urusan publik untuk mewujudkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. atau dengan kata lain suatu
system yang mengatur dan mengendalikan pemerintahan dengan tujuan
menggunakan dan melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif
agar dapat diselenggarakan dengan baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep
good governance harus mendapat dukungan komitmen dari semua pihak yaitu
negara (state)/pemerintah (government), swasta (private) dan masyarakat
(society). Clean and goodgovernance juga harus didukung dengan asas
kesetaraan, yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan.Asas ini harus
diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh semua penyelenggara pemerintahan di
Indonesia karena kenyatan sosiologis bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk,
baik etnis, agama, dan budaya. Dengan demikian goodgovernancemenekankan
arti penting kesejajaran hubungan antara domain negara, sektor swasta/dunia
usaha dan masyarakat.Ketiganya berada pada posisi yang sederajat dan saling
kontrol untuk menghindari penguasan atau eksploitasi oleh satu domain terhadap
domain lainnya.
Manfaat yang akan didapat dengan adanya good governance ialah:

1. Mendorong tercapainya kesinambungan pemerintahan melalui pengelolaan


yang didasarkan pada aspek transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi, serta kesetaraan dan kewajaran.
2. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial masyarakat.
3. Meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi
dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan
4. Berkurangnya secara nyata praktek  KKN  di birokrasi  yang antara  lain   
ditunjukan dengan hal-hal sebagai berikut : 
a. Tidak adanya manipulasi pajak; 
b. Tidak adanya pungutan liar; 
c. Tidak adanya manipulasi tanah; 
d. Tidak adanya manipulasi kredit; 
e. Tidak adanya penggelapan uang negara;dll

5. Terciptanya  sistem  kelembagaan  dan  ketatalaksanaan  pemerintahan
yang bersifat efektif, efisien, transparan, profesional dan akuntabel : 
a. Sistem kelembagaan lebih efektif, ramping, fleksibel;
b. Kualitas tata laksana dan hubungan kerja antar lembaga di pusat, dan an
tar 
c. pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota lebih baik; 

d. Sistem administrasi pendukung dan kearsipan lebih efektif dan efisien; 
e. Dokumen/arsip negara dapat diselamatkan, dilestarikan, dan terpelihara
dengan baik;
6. Terhapusnya peraturan perundang-undangan dan tindakan yang bersifat
diskriminatif terhadap warga Negara, kelompok, atau golongan
masyarakat :
a. Kualitas pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha (swasta)
Meningkat.
b. SDM, prasarana, dan fasilitas pelayanan menjadi lebih baik.
c.  Berkurangnya hambatan terhadap penyelenggaraan pelayanan public. 
d. Prosedur  dan  mekanisme  serta  biaya  yang  diperlukan  dalam pelaya
nanpublik lebih baku dan jelas.
e. Penerapan sistem merit dalam pelayanan.
f. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelayanan publ
ic.
g. Penanganan pengaduan masyarakat lebih intensif.

7. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan


pelayanan publik
8. Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum sesuai dengan peraturan per
undang-undangan baik di pusat maupun di daerah : 
a. Hukum  menjadi  landasan  bertindak  bagi  aparatur  pemerintah  dan
masyarakat untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik; 
b. Kalangan dunia usaha/swasta merasa lebih aman dan terjamin ketikamena
namkan modal dan menjalankan usahanya karena ada aturan main (rul of
the game) yang tegas, jelas, dan mudah dipahami oleh masyarakat; 
c. Tidak akan ada kebingungan di kalangan pemerintah daerah dalam
melaksanakan  tugasnya  serta  berkurangnya  konflik  antar pemerintah
daerah serta antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

Pelaksanaan good governance yang benar-benar jadi tantangan ialah dengan


otonomi Daerah.Bagaimana refunctioning kewenangan-kewenangan pusat
daerah.Kemudian reposisi dari para pegawai ke daerah-daerah.Di sesuaikan
dengan kemampuan pendanaan daerah baik dari taxing power dan dari tax share.

 Di Indonesia, substansi wacana good governance dapat dipadankan


dengan istilah pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Pemerintahan yang
baik adalah sikap di mana kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang diatur oleh
berbagai tingkatan pemerintah negara yang berkaitan dengan sumber-sumber
sosial, budaya, politik dan ekonomi.Dalam prakteknya, pemerintahan yang bersih
(clean governance) adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur,
transparan dan bertanggung jawab.

2.2 Prinsip-prinsip Pokok Good and Clean Governance.


           
Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional  dan akuntabel yang
bersandar pada prinsip-prinsip good governance. Lembaga Administrasi Negara
(LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental (asas) dalam good
governance yang harus diperhatikan, yiatu:
1. Partisipasi (Participation)
2. Penegakan hukum (rule of law)
3. Transparansi (transparency)
4. Responsif (responsive)
5. Oreintasi kesepakatan (consensus orientation)
6. Kesetaraan (equity)
7. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
8. Akuntabilitas (accountability)
9. Visi strategis (strategic vision)
Pengertian dari masing-masing asas yaitu sebagai berikut :
1. Partisipasi
Pengertian ini tidak ditemui dalam UU No. 28 Tahun 1999, tetapi kalau
dipahami misi UU No. 22 Tahun 1999 maka partisipasi masyarakat adalah hal
yang hendak diwujudkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dengan ringkas
Sukardi (2000) menterjemahkan partisipasi sebagai upaya pembangunan rasa
keterlibatan masyarakat dalam berbagai proses yang dilakukan oleh pemerintah.
Pendapat ini adalah upaya melibatkan masyarakat dalam setiap proses
pengambilan keputusan. Dalam teori pengambilan keputusan semakin banyak
partisipasi dalam proses kelahiran sebuah politik maka dukungan akan semakin
luas terhadap kebijaksanaan tersebut (Dunn, 1997). Hal ini dapat dipahami karena
kecenderungan ke depan pemerintah yang mempunyai peranan terbatas dapat
mempercepat pembangunan masyarakat.
Konsep partisipasi tentu sejalan dengan system pemerintahan yang
demokrasi yang diterapkan di Indonesia.Partisipasi secara sederhana berarti
adanya peran serta dalam suatu lingkungan kegiatan. Peran serta disini
menyangkut akan adanya proses antara dua atau lebih pihak yang ikut
mempengaruhi satu sama lain yang menyangkut pembuatan keputusan, rencana,
atau kebijakan. Dalam pelayanan publik, partisipasi tidak hanya terjadi diantara
pihak pemerintah melalui birokrat yang kemudian membuat kebijakan mengenai
bentuk pelayanan yang akan diberikan, tetapi juga harus melibatkan masyarakat
sehingga mengetahui lebih lanjut apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat
dalam pelayanan publik. Dalam hal ini, pemerintah melalui pihak birokrat harus
berperan sebagai fasilitator dan katalisator yang memberikan pelayanan terbaik
yang memang sesuai.
Tujuan utama dari adanya partisipasi sendiri adalah untuk mempertemukan
kepentingan yang sama dan berbeda dalam suatu perumusan dan pembuatan
kebijakan secara berimbang untuk semua pihak yang terlibat dan terpengaruh.
Keterlibatan masyarakat lebihkepada pengharapan akan tertampungnya berbagai
aspirasi dan keluhan masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan oleh birokrat
selama ini. Masyarakat terlibat baik dalam bentuk perencanaan untuk
mengedepankan keinginan terhadap pelayanan publik, perumusan ataupun
pembuatan kebijakan, serta juga sebagai pengawas kinerja pelayanan. Adapun
criteria yang perlu dipenuhi dalam pengaplikasian pendekatan partisipatif ini
(Lijan Poltak Sinambela, 2006), menyangkut :
a. Pelibatan seluruh stake holder untuk setiap arena perumusan dan
penetapan kebijakan.
b. Penguatan institusi-institusi masyarakat yang legitimate untuk
menyuarakan seluruh aspirasi yang berkembang.
c. Penciptaan proses-proses politik yang negosiatif untuk menentukan
prioritas atas collective agreement.
d. Mendorong pemberdayaan masyarakat melalui pembelajaran kolektif
sebagai bagian dari proses demokrasi
2) Penegak Huhum(rule of law)
Rule of low berarti penegakan hukum yang adil dan tanpa pandang bulu, yang
mengatur hak-hak manusia yang berarti adanya supremasi hukum. Menurut Bargir
manan (1994), supremasi hukum mengandung arti :
1. Suatu tindakan hukum hanya sah apabila dilakukan menurut atau berdasarkan
aturan hukum tertentu (asas legalitas). Ketentuan hukum hanya dapat
dikesampingkan dalam hal kepentingan umum benarbenar menghendaki atau
penerapan suatu aturan hukum akan melanggar dasar-dasar keadilan yang berlaku
dalam masyarakat (principlesof natural justice)
2. Ada jaminan yang melindungi hak-hak setiap orang baik yang bersifat asasi
maupun yang tidak asasi dari tindakan pemerintah atau pihak lainnya. Asas
penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang profesional harus
didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa.
Sehubungan dengan hal tersebut, realisasi wujud good and clean governance,
harus diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan hukum yang
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Supremasi hukum,
yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara, dan peluang
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
didasarkan pada hukum dan aturan yang jelas dan tegas, dan dijamin
pelaksanaannya secara benar serta independen. Supremasi hukum akan
menjamin tidak terjadinya tindakan pemerintah atas dasar diskresi
(tindakan sepihak berdasarkan pada kewenangan yang dimilikinya).
b. Kepastian hukum,
bahwa setiap kehidupan berbangsa bernegara diatur oleh hukum yang jelas
dan pasti, tidak duplikatif dan tidak bertentangan antara suku ,
agama  dan lainnya.
c. Hukum yang responsif, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan
aspirasi masyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan
publik secara adil.
d. Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif.
yakni penegakan hukum berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu.
Untuk itu, diperlukan penegak hukum yang memiliki integritas moral dan
bertanggung jawab terhadap kebenaran hukum.
e. Independensi peradilan,
yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh penguasa atau
kekuatan lainnya.
3) Transparansi (transparency)
Adanya transparansi / keterbukaan terhadap publik sehingga dapat diketahui
oleh pihak yang berkepentingan mengenai kebijakan pemerintah dan organisasi
badan usaha, terutama para pemberi pelayanan publik.Transparansi menyangkut
kebebasan informasi terhadap publik.Satu hal yang membedakan organisasi
swasta dan publik adalah dalam masalah transparansi sendiri.Dalam organisasi
swasta, keterbukaan informasi bukanlah suatu hal yang menjadi harus.Banyak hal
yang dirasa harus dirahasiakan dari publik dan hanya terbuka untuk beberapa
pihak. Sementara itu, organisasi publik yang bergerak atas nama publik
mengharuskan adanya keterbukaan agar dapat menilai kinerja pelayanan yang
diberikan. Dengan begini, akan terlihat bagaimana suatu system yang berjalan
dalam organisasi tersebut.
Menurut penjelasan Pasal 3 angka 4 UU No. 28 tahun 1999 prinsip  transparan
diartikan sebagai berikut :
“Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur,dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan
tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia
negara”.
Dari pengertian tersebut terlihat bahwa masyarakat berhak memperoleh informasi
yang benar dan jujur tentang penyelenggaraan negara.Ini adalah peran serta
masyarakat secara nyata dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
bersih.Secara lebih jelas peran serta masayarakat ini ditentukan dalam PP No. 68
Tahun 1999. Dalam Pasal 2 ayat (1) dikatakan peran serta masyarakat untuk
mewujudkan penyelenggara negara yang bersih dilaksanakan dalam bentuk :

a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi mengenai


penyelenggaraan negara;
b. hak memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara negara;
c. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap
kebijakan penyelenggaraan negara.
Pengunaan hak dalam butir a, b dan c tersebut rakyat mendapat perlindungan
hukum. Untuk itu semua, menurut ketentuan Pasal 3 dan 4 dalam mempergunakan
hak tersebut rakyat
berhak mempertanyakan langsung kepada instansi terkait atau komisi
pemeriksa. Hal itu dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung.Penyampaian itu dapat dilakukan secara lisan ataupun tertulis. Kalau
dibandingkan dengan negara lain yang telah lama memberikan perhatian terhadap
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, Indonesia masih agak
tertinggal karena pada negara tersebut akses informasi masyarakat
(publicaccesstoinformation) terhadap penyelenggaraan negara diakui dengan
undang-undang atau informationact. Dibandingkan dengan PP, pengaturan dengan
UU tentu mempunyai kewibawaan yang lebih tinggi untuk dipatuhi.
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good and
clean governance. Akibat tidak adanya prinsip transparan ini, Indonesia telah
terjerembab ke dalam kubangan korupsi yang sangat parah. Dalam pengelolaan
negara terdapat delapan unsur yang harus dilakukan secara transparan, yaitu:

a. Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan.


b. Kekayaan pejabat politik.
c. Pemberian penghargaan.
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
e. Kesehatan.
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
g. Keamanan dan ketertiban.
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
Dalam hal penetapan posisi jabatan publik harus dilakukan melalui
mekanisme test and proper test (uji kelayakan) yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga independen yang dilakukan oleh lembaga legislatif maupun komisi
independen, seperti komisi yudisial, kepolisian dan pajak.

4) Responsif (responsive)
Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-
prinsip goodandcleangovernance bahwa pemerintah harus cepat tanggap terhadap
persoalan-persoalan masyarakat,  harus memehami kebutuhan masyarakat, harus
proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhan
masyarakat. Birokrat harus dengan segera menyadari apa yang menjadi
kepentingan public (publicinterest) sehingga cepat berbenah diri. Dalam hal ini,
Birokrasi dalam memberikan pelayanan publik harus cepat beradaptasi dalam
memberikan suatu model pelayanan.
Masyarakat adalah sosok yang kepentingannya tidak bisa disamakan secara
keseluruhan dan pada saatnya akan merasakan suatu kebosanan dengan hal yang
stagnan atau tidak ada perubahan, termasuk dalam pemberian pelayanan.
Masyarakat selalu akan menuntut suatu proses yang lebih mudah/simple dalam
memenuhi berbagai kepentingannya. Oleh karena itu, Birokrasi harus dengan
segera mampu membaca apa yang menjadi kebutuhan publik.
Sesuai dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki dua
etika, yakni etika individual dan sosial.
1. Kualifikasi etika individual menuntut pelaksana birokrasi pemerintah agar
memiliki kriteria kapabilitas dan layolitas profesional.
2. Etika sosial menuntut mereka agar memiliki sensitivitas terhadap berbagai
kebutuhan publik         
5) Berorientasi pada kesepakatan (concensusorientation)
Berorientasi pada consensus berarti pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
harus merupakan hasil kesepakatan bersama diantara para aktor yang terlibat.Hal
ini sejalan dengan konsep partisipatifdimana adanya keterlibatan dari masyarakat
dalam merumuskan secara bersama mengenai hal pelayanan publik.
Cara pengambilan keputusan konsensus, selain dapat memuaskan semua pihak
atau sebagian besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian besar komponen yang
bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa terhadap semua yang terlibat
untuk melaksanakan keputusan tersebut.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara
partisipatif, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang
terwakili. Semakin banyak yang melakukan pengawasan serta kontrol terhadap
kebijakan-kebijakan umum, maka akan semakin tinggi tingkat kehati-hatiannya,
dan akuntabilitas pelaksanaannya dapat semakin dipertanggungjawabkan.
6) Kesetaraan (equity)
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.Asas
inimengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah bersikap dan berperilaku adil
dalam halpelayanan publik tanpa membedakan suku, jenis, keyakinan, jenis
kelamin, dan kelas social.
Keadilan berarti semua orang (masyarakat), baik laki-laki maupun perempuan,
miskin dan kaya memilik kesamaan dalam memperoleh pelayanan publik oleh
birokrasi. Dalam hal ini, birokrasi tidak boleh berbuat diskriminatif dimana hanya
mau melayani pihak-pihak yang dianggap perlu untuk dilayani, sementara ada
pihak lain yang terus dipersulit dalam pelayanan bahkan tidak dilayani sama
sekali. Konsep keadilan masih terlihat sulit diterpakan dalam pelayanan publik di
Indonesia. Hal ini bisa dipengaruhi karena konflik kepentingan birokrasi
7) Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
Efektif secara sederhana berarti tercapainya sasaran dan efisien merupakan
bagaimana dalam mencapai sasaran dengan sesuatu yang tidak berlebihan
(hemat). Dalam bentuk pelayanan publik, hal ini berarti bagaimana pihak
pemberipelayanan melayani masyarakat seefektif mungkin dan tanpa banyak hal-
hal atau prosedur yang sebenarnya bisa diminimalisir tanpa mengurangi
efektivitasnya.Pemerintahan yang baik dan bersih harus memenuhi criteria efektif
(berdaya guna)dan efesien ( berhasil guna). Efektivitas dapat diukur dari seberapa
besar produk yang dapatmenjangkau kepentingan masyarakat dari berbagai
kelompok. Efesiensi umumnya diukurdengan rasionalisitas biaya pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat
8) Akuntabilitas (accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat public terhadap
masyarakat yang memberinya wewenang untuk mengurusi kepentingan
mereka.Setiap pejabat public dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua
kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat.
Dalam pemberian pelayanan publik, akuntabilitas dapat dinilai sudah
efektifkah prosedur yang diterapkan oleh organisasi tersebut, sudah sesuaikah
pengaplikasiannya, dan bagaimana dengan pengelolaan keuangannya, dan lain-
lain.Dalam birokrasi, akuntabilitas yang berarti akuntabilitas publik menjadi
sesuatu yang sepertinya menjadi sosok yang menakutkan.Hal ini tentunya disadari
dari ketidakjelasan atas kinerja birokrat itu sendiri. Namun, ternyata, banyak cara
yang sering dilakukan para birokrat dalam menutupi kesalahan sehingga
akuntabilitasnya terlihat baik. Menurut Turner dan Hulme (Mardiasmo, 2002),
menerapkan akuntabilitas memang sangatlah sulit, bahkan lebih sulit dalam
memberantas korupsi.Akuntabilitas saat ini menjadi konsep utama yang harus
diterapkan dalam organisasi publik dalam mendongkrak kinerja mereka tentunya.
Tuntutan akan akuntabilitas tidak hanya menekankan pada tanggung gugat secara
vertikal dalam arti antara bawahan terhadap atasan, tetapi juga secara horisontal
yang berarti terhadap masyarakat. Elwood (Mardiasmo,2002) menyatakan bahwa
ada empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi dalam organisasi sektor
publik, yang juga termasuk birokrasi, yakni :
 Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum   
   (accountabilityforprobityandlegality)
 Akuntabilitas Proses (processaccountability)
 Akuntabilitas Program (program accountability)
Akuntabilitas Kebijakan (policyaccountability)       
9) Visi strategis (strategic vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi
goodandclengovernance. Dengan kata lain, kebijakan apapun yang akan diambil
saat ini, harus diperhitungkan akibatnya untuk sepuluh atau duapuluh tahun ke
depan. Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh
kedepan.Pemerintah dan masyarakat harus memiliki kesatuan pandangan sesuai
visi yang diusung agar terciptanya keselarasan dan integritas dalam pembangunan,
dengan memperhatikan latar belakang sejarah, kondisi sosial, dan budaya
masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Konsep good and clear governance yang telah dijelaskan tersebut berlaku


untuk semua jenjang pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.Mau tidak mau, mampu ataupun tidak mampu, dalam menyelenggarakan
pemerintahan maupun penyelenggaraan otonomi daerah, dituntut untuk
menerapkan prinsip-prinsip good and clear governance karena prinsip tersebut
telah menjadi paradigma baru didalam menyelenggarakan kepemerintahan yang
digunakan secara universal.
            Pemerintahan yang baik tidak di lihat dari sistem yang berbuat atau
rancangan undang-undang yang di rumuskan, melainkan suatu sikap yang pasti
dalam menangani suatu permasalahn tanpa memandang siapa serta mengapa hal
tersebut harus di lakukan. Pada sisi lain, pemerintah pusat memiliki kewajiban
untuk menyebarluaskan konsep good and clear governancekepada seluruh jajaran
pemerintahan karena konsep tersebut menjadi salah satu ukuran keberhasilan
birokrasi pemerintahan.

Dengan mengetahui Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih , semuga
Indonesia terbebas dari korupsi.

3.2 Saran
Atas kesimpulan di atas, penulis mengemukakan beberapa saran untuk
membenahi kelemahan-kelemahan dalam penegakkan prinsip good and clear
governance di Indonesia yaitu:
1.      Integritas dan nilai etika perlu ditingkatkan atau dikomunikasikan dengan
perilaku yang terbaik dan melibatkan pihak terkait. Karena sebaik apapun desain
sebuah pengawasan tidak akan terlaksana dengan efektif, efisien dan ekonomis
jika dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki integritas dan nilai etika yang
rendah.
2.      Kinerja Inspektorat atau pengendalian intern perlu terus ditingkatkan
meskipun penulis mengusulkan sektor publik, namun itu bukan berarti
mengabaikan sektor pengawasan intern.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10066503/Pemerintahan_yang_baik_dan_bersih

https://www.academia.edu/9966363/BAB_9_Tata_Kelola_Pemerintahan_yang_B

aik_dan_Bersih_good_and_clean_governance_

https://www.saldiisra.web.id/index.php/buku-jurnal/jurnal/19-jurnalnasional/254-

menciptakan-pemerintah-yang-baik-dan-bersih-di-daerah.html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tata_laksana_pemerintahan_yang_baik

https://www.gurugeografi.id/2018/03/pengertian-dan-prinsip-pokok-good-

and.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai