Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH

Dosen Pembimbing:
Dr. Yessy Dessy A, M.Kep.Kep.Sp.Kom

Disusun Oleh:
Hana Marshadita Yowanda Sari (P27820720093)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah : Makalah Pendidikan Budaya Anti Korupsi “Tata Kelola


Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih”

Disusun Oleh :

Nama : Hana Marshadita Yowanda Sari


NIM : P27820720093
Prodi : Pendidikan Profesi Ners Jenjang Sarjana Terapan Keperawatan

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah yang


saya selesaikan adalah benar. Dengan ini kami menyatakan penulisan makalah
dengan topik “ Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih” mata kuliah
Pendidikan Budaya Anti Korupsi telah memenuhi semua syarat serta ketentuan
yang ditetapkan oleh Ibu guru/dosen.

Surabaya, 06 Oktober 2023

Yang Membuat Pernyataan Yang Memberi Pengesahan

(Hana Marshadita Yowanda S) (Dr. Yessy Dessy A,


M.Kep.Sp.Kom)

iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyusun Makalah Pendidikan
Budaya Anti Korupsi yang berjudul “Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan
Bersih” dengan lancar. Tanpa pertolongannya tentunya saya tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas
Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Rasa terima kasih saya tidak terkirakan kepada
yang terhormat Ibu Dr. Yessy Dessy A, M.Kep.Kep.Sp.Kom selaku dosen
pembimbing pendidikan dalam pembuatan makalah ini, serta semua pihak yang
telah mendukung dalam penyusunan makalah yang tidak bisa kami sebutkan satu-
persatu.
Berdasarkan hal tersebut saya membuat makalah ini dengan menggunakan
bahasa yang jelas, mudah dimengerti, dan dipahami. Agar materi yang kami
sampaikan ini akan lebih bermakna. Makalah yang saya susun ini memiliki
banyak kekurangan, oleh karena itu saya mohon kritik dan saran dari para
pembaca sekalian. Akhir kata saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
dan saya harap makalah yang telah saya buat ini mampu memberikan manfaat
kepada setiap pembacanya.

Surabaya, 06 Oktober 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................4
2.1 Pengertian Good Governance.............................................................................4
2.2 Prinsip-prinsip Pokok Good and Clean Governance..........................................5
2.3 Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial...............................................5
2.4 Good and Clean Governance dan Gerakan Anti Korupsi...................................8
2.5 Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan
Publik..................................................................................................................9
2.6 Implementasi Good Governance di Indonesia....................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................10
3.2 Saran.................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tata Kelola Pemerintahan yang baik dalam suatu Negara adalah setiap
Negara giat melakukan perubahan paradigma pemerintahan dan pembangunan
berdasarkan konsep Good Governance. Good Governance merupakan suatu
peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab
yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran
salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan
legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usah. Menurut Bank
Dunia yang di kutip Wahab (2002:34). Good Governance adalah suatu konsep
dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung
jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaraan salah
alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi, baik secara politik
maupun secara administratif, menjalakan disiplin anggaran serta penciptaan
legal and political framework bagi tumbuhnya aktifitas kewiraswastaan.
Selain itu bank dunia juga mensinonimkan good governance sebagai
hubungan sinergis dan konstruktif di antara Negara, sektor dan masyarakat
(effendi, 1996 :47).
Good Government Governance merupakan tata kelola pemerintahan yang
baik yang sudah diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia. Menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance berpendapat bahwa pemerintahan di
Indonesia mempunyai tanggung jawab dalam menerapkan standar Good
Government Governance (tata kelola pemerintahan yang baik) yang telah
diterapkan standar internasional (Sutedi, 2011 :3). Good governance pada
dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian
keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga
negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu
negara. Good Governance di Indonesia sendiri mulai benar – benar dirintis
dan diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut

1
telah terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses
demokrasi yang bersih sehingga Good

4
Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan
dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan
Reformasi yang sudah berjalan selama 15 tahun ini, penerapan Good
Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai
dengan cita – cita Reformasi sebelumnya.
Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan
anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good
Governance. Good Governance sendiri sudah diterapkan di Indonesia sejak
era reformasi. Namun, seiring perkembangannya, pelaksanaan Good
Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil karena masih
memiliki sejumlah kendala terutama dalam pengelolaan anggaran dana dan
akuntansi yang keduanya merupakan produk penting dari Good Governance.
Dalam hal ini di perlukan transparansi informasi yang lebih mendalam
terhadap publik, khususnya mengenai APBN sehingga memberikan
kemudahan kepada masyarakat untuk bisa ikut berpartisipasi dalam membuat
kebijakan dan pengawasan terhadap APBN dan BUMN.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Good Governance?
2. Bagaimana prinsip-prinsip Pokok Good and Clean Governance?
3. Bagaimana Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial?
4. Bagaimana Good and Clean Governance dan Gerakan Anti Korupsi?
5. Bagaimana tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi
pelayanan publik?
6. Bagaimana implementasi good governance di Indonesia?
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk memenuhi tugas Pendidikan Budaya Anti Korupsi.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait tata kelola
pemerintahan yang baik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari tata kelola pemerintahan yang baik.
2. Untuk mengetahui prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.

2
3. Untuk mengetahui pilar-pilar tata kelola pemerintahan yang baik.
4. Untuk mengetahui manfaat tata kelola pemerintahan yang baik.
5. Untuk mengetahui hubungan good and clean governance dan gerakan
anti korupsi.
6. Untuk mengetahui implementasi good governance di indonesia.

1.4. Manfaat
Untuk menambah sumber referensi, literasi, wawasan, pengetahuan
dan informasi bagi mahasiswa sarjana terapan keperawatan dan instansi
lain.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Good Governance
Good and clean governance merupakan wacana baru dalam kosakata
ilmu politik dan muncul pada awal 1990-an. Secara umum, istilah good and
clean governance memiliki pengetian akan segala hal yang terkait dengan
tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau
mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Pengertian good governance tidak sebatas pengelolaan
lembaga pemerintahan semata, tetapi menyangkut semua lembaga baik
pemerintah maupun nonpemerintah (lembaga swadya masyarakat) dengan
istilah good corporate. Dalam praktiknya, pemerintahan yang bersih adalah
model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggung
jawab.
2.2. Prinsip-prinsip Pokok Good and Clean Governance
Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel
yang bersandar pada prinsip-prinsip good governance. Lembaga Administrasi
Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental (asas) dalam good
governance yang harus diperhatikan, yiatu:
1. Partisipasi
Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam
pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan
yang sah yang mewakili kepentingan mereka. Untuk mendorong partisipasi
masyarakat dalam seluruh aspek pembangunan, termasuk dalam sektor-sektor
kehidupan sosial lainnya selain kegiatan politik, maka regulasi birokrasi harus
diminimalisasi.
2. Penegakan Hukum
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang profesional
harus didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Sehubungan dengan
hal tersebut, realisasi wujud good and clean governance, harus diimbangi
dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan hukum yang mengandung
unsur-unsur sebagai berikut:

5
1) Supremasi hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara,
dan peluang partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara didasarkan pada hukum dan aturan yang jelas dan tegas, dan
dijamin pelaksanaannya secara benar serta independen. Supremasi hukum
akan menjamin tidak terjadinya tindakan pemerintah atas dasar diskresi
(tindakan sepihak berdasarkan pada kewenangan yang dimilikinya).
2) Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa bernegara diatur
oleh hukum yang jelas dan pasti, tidak duplikatif dan tidak bertentangan
antara suku dengan lainnya.
3) Hukum yang responsif, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan
aspirasi masyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai
kebutuhan publik secara adil.
4) Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan
hukum berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu. Untuk itu,
diperlukan penegak hukum yang memiliki integritas moral dan
bertanggung jawan terhadap kebenaran hukum.
5) Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari
pengaruh penguasa atau kekuatan lainnya.
3. Transparansi
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good
and clean governance. Akibat tidak adanya prinsip transparan ini, Indonesia
telah terjerembab de dalam kubangan korupsi yang sangat parah. Dalam
pengelolaan negara terdapat delapan unsur yang harus dilakukan secara
transparan, yaitu:
1) Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan.
2) Kekayaan pejabat politik.
3) Pemberian penghargaan.
4) Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
5) Kesehatan.
6) Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
7) Keamanan dan ketertiban.
8) Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.

5
Dalam hal penetapan posisi jabatan publik harus dilakukan melalui
mekanisme test and proper test (uji kelayakan) yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga independen yang dilakukan oleh lembaga legislatif maupun komisi
independen, seperti komisi yudisial, kepolisian dan pajak.
4. Responsif
Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-prinsip good and clean
governance bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan
masyarakat. Sesuai dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus
memiliki dua etika, yakni etika individual dan sosial. Kualifikasi etika
individual menuntut pelaksana birokrasi pemerintah agar memiliki kriteria
kapabilitas dan layolitas profesional. Adapun etik sosial menuntut mereka agar
memiliki sensitivitas terhadap berbagai kebutuhan publik.
5. Konsensus
Asas konsensus adalah bahwa keputusan apa pun harus dilakukan melalui
proses musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan
konsensus, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak,
cara ini akan mengikat sebagian besar komponen yang bermusyawarah dan
memiliki kekuatan memaksa terhadap semua yang terlibat untuk
melaksanakan keputusan tersebut.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara
partisipatif, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat
yang terwakili. Semakin banyak yang melakukan pengawasan serta kontrol
terhadap kebijakan-kebijakan umum, maka akan semakin tinggi tingkat
kehati-hatiannya, dan akuntabilitas pelaksanaannya dapat semakin
dipertanggungjawabkan.
6. Kesetaraan
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.
Asas kesetaraan ini mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah untuk
bersikap dan berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal
perbedaan keyakinan, suku, jenis kelamin, dan kelas sosial.

5
7. Efektivitas dan efisiensi
Kriteria efektivitas biasanya diukur dengan parameter produk yang dapat
menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai
kelompok dan lapisan sosial. adapun, asas efisiensi umumnya diukur dengan
rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua
masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai untuk kepentingan yang
terbesar, maka pemerintahan tersebut termasuk dalam kategori pemerintahan
yang efisien.
8. Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap
masyakarat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan
mereka. Setiap pejabat publik dituntut untuk mempertanggungjawabkan
semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas sikapnya terhadap
masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas akuntabilitas dalam upaya menuju
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
9. Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi
good and clean governance.
2.3. Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan sari implementasi good
and clean governance. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih
berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean governance, setidaknya dapat
dilakukan melalui pelaksanaan prioritas program, yakni:
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.
2. Kemandirian lembaga peradilan.
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah.
4. Penguatan partisipasi Masyarakat Madani.
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.
Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah
memberikan kewenangan pada daerah untuk melakukan pengelolaan dan

5
memajukan masyakarat dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam
kerangka menjaga keutuhan NKRI. Pencapaian tingkat kesejahteraan dapat
diwujudkan secara lebih cepat yang pada akhirnya akan mendorong kemandirian
masyarakat.
2.4. Good and Clean Governance dan Gerakan Anti Korupsi
Tindakan penyalahgunaan Anggaran Pembangunan dan Biaya Daerah
(APBD) yang dilakukan oleh pemda dan anggota legislatif (DPRD) oleh sejumlah
lembaga, seakan belum cukup untuk mengikis tindakan korupsi di kalangan
pejabat negara. Menurut Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
korupsi merupakan tindakan yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat
luas demi keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.
Menurut data Indeks Persepsi Korupsi (CORRUPTION PERCEPTION INDEX)
januari 2017 yang dilansir oleh situs resmi Transparansi Internasional CNBC,
dalam hal persepsi publik terhadap korupsi sektor publik Indonesia masuk urutan
ke-88 dunia dengan skor CPI (36). Sementara di antara negara-negara di kawasan
Asia Pasifik-Indonesia bertandang di urutan ke-13.
Kondisi yang mendukung munculnya korupsi :
1. Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab
langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang
bukan demokratik.
2. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
3. Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar
dari pendanaan politik yang normal.
4. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
5. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman
lama".
6. Lemahnya ketertiban hukum.
7. Lemahnya profesi hukum.
8. Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
9. Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal
memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
10. Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan.

5
11. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.

2.5. Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi


Pelayanan Publik
Pelayanan publik kepada masyarakat bisa diberikan secara cuma-cuma
ataupun disertai dengan pembayaran. Pelayanan publik yang bersifat cuma-cuma
sebenarnya merupakan kompensasi dari pajak yang telah dibayar oleh masyarakat
itu sendiri. Adapun, pemberian pelayanan publik yang disertai dengan penarikan
bayaran, penentuan tarifnya didasarkan pada harga pasar ataupun didasarkan
menurut harga yang paling terjangkau bukan berdasarkan ketentuan sepihak
aparat atau instansi pemerintah.
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk
memulai pengembangan dan penerapan good and clean governance di Indonesia,
yaitu:
1. Pelayanan publik selama ini menjadi area di mana negara yang diwakili
pemerintah berinteraksi dengan lembaga nonpemerintah. Keberhasilan
dalam pelayanan publik akan mendorong tingginya dukungan masyarakat
terhadap kerja birokrasi.
2. Pelayanan publik adalah wilayah di mana berbagai aspek good and clean
governance bisa diartikulasikan secara lebih mudah.
3. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance, yaitu
pemerintah, maysarakat, dan mekanisme pasar.
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitif yang menggambarkan
tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah didtetapkan dengan
memperhitungkan elemen-elemen indikator sebagai berikut:
1. Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi
mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi
sumber daya manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya.
2. Indikator proses, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan
berkaitan dengan kesesuaian anatar perencanaan dengan pelaksanaan yang
diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun
nonfisik.

5
3. Indikator produk, yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari
suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
4. Indikator hasil adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
6. Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun
negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah
ditetapkan.
2.7 Implementasi Good Governance di Indonesia
Di Indonesia subtansi good governance dapat dipadakan dengan istilah
pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa. Pemerintahan yang baik adalah
sikap dimana kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang diatur oleh berbagai
tingkatan pemerintah negara yang berhubungan dengan sumber-sumber sosial,
budaya, politik dan ekonomi. Dalam praktinya, pemerintahan yang bersih (clean
government) adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, dan
bertanggungjawab. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dapat diartikan
sebagai suatu mekanisme pengelolaan sumber daya dengan subtansi dan
implementasi yang ditujukan untuk mencapai pembangunan yang efisien dan
efektif secara adil. Oleh karena itu, good governance akan terealisasikan
manakala diantara unsur-unsur negara dan institusi kemasyarakatan seperti ormas,
LSM, pers, lembaga profesi, lembaga usaha swasta, dan lain-lain, mempunyai
keseimbangan dalam proses checked and balances dan tidak boleh satupun
diantara mereka yang memilki kontrol absolut.
Sejalan dengan prinsip tersebut, maka pemerintahan yang baik berarti baik
dalam proses maupun hasil-hasilnya. Semua elemen dalam pemerintahan bisa
bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan, dan memperoleh dukungan dari
rakyat. Pemerintahan juga bisa dikatakan baik jika pembangunan dapat dilakukan
dengan biaya yang sangat minimal namun dengan hasil yang maksimal. Faktor
lain yang tidak kalah penting, suatu pemerintahan dapat dikatakan baik jika
produktivitas bersinergi dengan peningkatakan indikator kemampuan ekonomi
rakyat, baik dalam aspek produktivitas, daya beli, maupun kesejahteraan

5
spiritualitasnya. Untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi diatas, proses
pembentukan pemerintahan yang berlangsung secara demokratis harus dilakukan.
Sebagai sebuah paradigma pengelolaan lembaga negara, good and clean
governance dapat terwujud secara maksimal jika ditopang oleh tiga unsur yang
saling berhubungan : Unsur Negara, Unsur Swasta, dan Unsur Masyarakat Sipil.
Negara melalui birokrasi pemerintahannya dituntut untuk meregenerasi pola
pelayanan publik dari prespektif birokrasi elitis menjadi birokrasi populis.
Birokrasi populis adalah tata kelola pemerintahan yang berorientasi melayani dan
berpihak kepada kepentingan masyarakat. Sistem pemerintahan negara negara
yang bersih (clean government) adalah kunci penting dalam pelaksanaan good
governance. Dalam konteks birokrasi Indonesia Clean Government adalah
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Kepemerintahan yang mampu
menciptakan keadaan yang memberi rasa nyaman dan menyenangkan bagi para
pihak dalam suasana kepemimpinan yang demokratis menuju masyarakat yang
adil dan berkesejahteraan berdasarkan Pancasila. Para pihak yang ada di dalam
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiga pihak ini harus saling bekerja sama,
berkoordinasi, bersinergi dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan.
Kenyataan yang terjadi saat ini adalah adanya hal yang tidak dapat dipungkiri
akan tumbuh suburnya virus korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di dalam
birokrasi Indonesia. Penyebabnya karena lembaga yang mudah menghasilkan
uang ini tidak diselenggarakan secara demokratis. Sehingga ia tidak dapat diawasi
oleh lembaga negara itu sendiri ataupun oleh masyarakat. Untuk membenahi hal
tersebut, maka diperlukan perpaduan dua semangat atau kesadaran yang saling
terkait, yaitu semangat striktual yang diejawantahkan melalui proses regulasi-
regulasi dan aplikasinya ke arah penciptaan sebuah pemerintahan yang bermoral;
baik dan bersih, selain semangat dan budaya yang disertai integritas moral rakyat
untuk berpartisipasi aktif menopang suatu pemerintahan

5
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Good and clean govermance dapat diartikan sebagai segala hal yang
terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan,
mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Good and clean govermance sebagai wacana wacana bagi pemerintah
untuk mewujudkan kepemerintahan yang bersih profesional, akuntabel
dalam segala bidang dan bebas dari praktek yang merugikan negara.
3. Good and clean govermance memiliki peranan kontrol sosial yang
sangat penting bagi keberlangsungan roda pemerintahan, yaitu untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-
prinsip pokok good and clean governance.
4. Good and clean govermance memiliki peran yang sangat fundamental
dalam penanganan kasus korupsi. menciptakan negara yang
kuat ,tangguh, dan terbebas dari korupsi dalam segala hal.
5. Kesuksesan tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi
pelayanan publik tidak lepas dari penerapan prinsip-prinsip dasar Good
and clean govermance.
3.2. Saran
1. Saran saya good and clean governance harus sijalankan semaksimal
mungkin oleh para petinggi pemerintahan atau pemegang kekuasaan dan
juga harus sidukung oleh masyarakat.
2. Pemerintah harus terbuka dalam hal pelayanan masyarakat supaya
masarakat bisa menyalurkan aspirasi mereka.
Itulah sekilas pemaparan materi tentang tata kelola pemerintahan yang
baik dan bersih bila ada materi yang kurang lengkap atau kurang sempurna
saya sebagai pemakalah minta kritik dan saran yang membangun untuk
penulisan makalah selanjutnya lebih baik lagi terima kasih.

5
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.2014.Buku Ajar Pendidikan


dan Budaya Antikorupsi.Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.2011.Pendidikan Anti Korupsi
untuk Perguruan Tinggi/Anti Korupsi.Jakarta: Kemendikbud
Sudiro. (2017). PEMERINTAHAN YANG BERSIH: ANTARA ASA DAN
REALITA. 1–12.
Yunus, N. R. (2016). Menciptakan Good and Clean Government Berbasis Syariah
Islamiyah dalam Tatakelola Pemerintahan Republik Indonesia. NUR EL-
ISLAM Jurnal Pendidikan Dan Sosial Keagamaan, 3(1), 143–175

Anda mungkin juga menyukai