Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Good and Clean Governance


(Tata Kelola Pemerintahan
yang Baik dan Bersih)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan

BPK. H. Didin Syaprudin, S.Ag.

Disusun Oleh:

1. Ahmad Sanusi (0101.2201.045)


2. Lulu Nurlaila (0101.2201.057)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI DR.KHEZ MUTTAQIEN

PURWAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
(Good Governance) ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam
jahiliah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.

Makalah Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance) ini dapat hadir seperti sekarang
ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan luput
dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh
karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.

Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para
pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan.

Subang, 07 April 2023

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................i


Daftar Isi ........................................................................................................................................................ii
BAB I ............................................................................................................................................................ iii
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ iii
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. iii
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. iii
3. Apa saja manfaat Tata Kelola Pemerintahan yang Baik? ............................................................. iii
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................... iv
BAB II ........................................................................................................................................................... 1
A. Pengertian Good and Clean Governance .......................................................................................... 1
B. Prinsip Good and Clean Governance ................................................................................................ 2
C. Manfaat Tata Kelola Pemerintahan yang Baik ................................................................................. 4
D. Good and Clean Governance dan Control Sosial.............................................................................. 4
E. Korupsi Penghambat Utama Tata Kelola Pemerintah yang Baik dan Bersih ................................... 5
F. Tata Kelola Pemerintah dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik .................................................... 6
G. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Birokrasi...................................................................... 6
BAB III ......................................................................................................................................................... 8
PENUTUP..................................................................................................................................................... 8
A. Kesimplan .......................................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam negara tentu setiap rakyatnya mengharapkan negara yang sejahtera dan bisa
memenuhi kebutuhan rakyatnya. Karena negara memiliki lembaga-lembaga yang
berwenang untuk membuat kebijakan. Dalam membuat kebijakan lembaga pemerintahan
itu harus melihat kebutuhan rakyat.
Ketika berbicara Good governance maka sering di gunakan sebagai standar sistem
good local governance. Hal ini di katakan baik dalam menjalankan sistem disentaralisasi
dan sebagai parameter yang lain untuk mengamati praktek demokrasi dalam suatu negara.
Para pemegang jabatan publik harus dapat mempertangung jawabkan kepada publik apa
yang mereka lakukan baik secara pribadi maupun secara publik. Seorang presiden
Gebernur, Bupati, Wali Kota, anggota DPR dan MPR dan pejabat politik lainnya harus
menjelaskan kepada public mengapa memilih kebijaksanaan X, bukan kebijaksanaan Y,
mengapa memilih menaikkan pajak ketimbang melakukan efesiensi dalam pemerintahan
dan melakukan pemberantasan korupsi.
Namun sekarang yang terjadi justru sebaliknya. Banyak pejabat negara yang tidak
terbuka dalam membuat suatu kebijakan. Mereka juga seperti tidak memikirkan
kepentingan rakyat dan lebih mementingkan kepentingan priabadi maupun kelompok.
Sehingga rakyat tidak percaya terhadap para petinggi negara. Meski negeri ini
menganut sistem demokrasi namun partisipasi rakyat masih belum maksimal.
Tata kepermerintahan yang baik (good Governance) merupakan suatu konsep yang
akhir-akhir ini di pergunakan secara regule di dalam ilmu politik dan administarsi publik
(administarasi negara). Konsep ini lahir sejalan dengan konsep-konsep dan terminologi
demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi rakyat, hak asasi manusia dan pembangunan
masyarakat secara berkelanjutan. Berkembanglah kemudian sebuah konsep tata
pemerintahan yang diharapkan dapat menjadi solusi untuk berbagai permasalahan tersebut.
Konsep itu yaitu Good governance. Governance berbeda dengan government yang artinya
pemerintahan. Karena government hanyalah satu bagian dari governance. Bila
pemerintahan adalah sebuah infrastruktur, maka governance juga bicara tentang
suprastrukturnya.
Dari beberapa permasalahan di atas maka kami akan membahas bagaimana
mengatasinya. Yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip yang ada dalam good and clean
governance. Good and clean governance merupakan pemerintahan yang baik dan bersih.
Sehingga jika prinsip-prinsip dalam good and clean governance diterapkan maka akan
tercipta masyarakat yang sejahtera.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Good Governance dan clean good governance ?
2. Bagaimana prinsip dari good governance dan clean governance?
3. Apa saja manfaat Tata Kelola Pemerintahan yang Baik?
4. Bagaimana hubungan antara Good and Clean Governance dan Control Sosial?
iii
5. Mengapa korupsi Penghambat Utama Tata Kelola Pemerintah yang Baik dan Bersih
6. Bagaimana tata kelola pemerintah dan kinerja birokrasi pelayanan public?
7. Apa factor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Birokrasi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk memenuhi tugas
dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa pada umumnya mampu
memahami Good and Clean Governance (Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan
Bersih).

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Good and Clean Governance

Istilah governance sebenarnya sudah dikenal dalam literature administrasi dan ilmu
politik hampir 120 tahun, sejak Woodrow Wilson memperkenalkan bidang studi tersebut
kira-kira 125 tahun yang lalu. Tetapi selama itu governance hanya digunakan dalam
konteks pengelolaan organisasi korporat dan lembaga pendidikan tinggi. Wacana tentang
governance yang baru muncul sekitar beberapa tahun belakangan ini, terutama setelah
berbagai lembaga pembiayaan internasional mempersyaratkan good governance dalam
berbagai program bantuannya. Oleh para teoritisi dan praktisi administrasi Negara
Indonesia, term good governance diterjemahkan menjadi penyelenggaraan pemerintahan
yang amanah, tata kepemerintahan yang baik, pengelolaan pemerintahan yang baik dan
bertanggunjawab, ada juga yang mengartikan secara sempit sebagai pemerintahan yang
bersih.
Perbedaan paling pokok antara konsep government dan governance terletak pada
bagaimana cara penyelenggaraan otoritas politik, ekonomi dan administrasi dalam
pengelolaan urusan suatu bangsa. Konsep government berkonotasi bahwa peranan
pemerintah yang lebih dominan dalam penyelenggaran berbagai otoritas negara. Sedangkan
dalam governance mengandung makna bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan
kekuasaan dan mengelola sumberdaya dan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
Dengan kata lain, dalam konsep governance terkandung unsur demokratis, adil, transparan,
rule of law, partisipatif dan kemitraan. Kemudian Secara bahasa, pengertian good berarti
baik, secara implisit kata good dalam good governance sendiri mengandung dua pengertian;
pertama, nilai yang menunjung tinggi kehendak rakyat dan nilai yang meningkatkan
kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan kemandirian dan keadilan sosial. Kedua, aspek
fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk
mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan clean governance berarti pemerintahan yang bersih yaitu model
pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggung jawab. Jadi
pemerintahan yang bersih yaitu pemerintahan yang terbuka terhadap public dan bebas dari
permasalahan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Pemerintahan yang bersih akan
membuat rakyat percaya terhadap pemerintah sehingga tidak ada saling curiga antara rakyat
kepada pemerintah.
Dalam negara modern untuk mewujudkan clean governance dapat dilakukan melalui
birokrasi penegakan hukum. Penegakan hukum itu dijalankan oleh komponen eksekutif
yang ada dalam sebuah negara. Negara dapat mencampuri kegiatan dan pelayanan
masyarakat sehingga campur tangan hukum semakin intensif. Komponen eksekutif dan
birokrasinya merupakan bagian dari mata rantai untuk mewujudkan rencana yang
tercantum dalam peraturan hukum yang menangani bidang-bidang tersebut.
Karena itu good and clean governance dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah
laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau
mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian istilah good governance tidak terbatas pada negara
atau pemerintahan, tetapi juga pada masyarakat seperti Lembaga Swadaya Masyarakat
1
(LSM) dan juga sektor swasta. Singkatnya tuntutan terhadap good governance tidak
selayaknya ditujukan hanya kepada penyelenggara negara atau pemerintahan, melainkan
juga kepada masyarakat di luar struktur birokrasi pemerintahan yang bersemangat
menuntut penyelenggaraan good governance pada negara.

B. Prinsip Good and Clean Governance


Orientasi pembangunan sektor publikpada dasarnya merupakan upaya untuk
menciptakan pemerintahan yang baik. Kondisi ini menuntut terjadinya reformasi di
berbagai tingkatan, mulai dari aparatur negara, administrasi negara yang mampu
mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dengan praktik prinsip-prinsip good governance.
Menurut United Nation Development Programme (UNDP), ada beberapa
karakteristik dari good governance adalah;1
Pertama;Participation(partisipasi); setiap warga negara memiliki suara dalam
pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi yang
mewakili kepentingannya. Bentuk partisipasi menyeluruh ini dibangun berdasarkan prinsip
demokrasi yakni kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara konstruktif.
Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam seluruh aspek pembangunan, termasuk
dalam sektor-sektor kehidupan sosial lainnya selain kegiatan politik, maka regulasi
birokrasi harus diminimalisir.
Kedua; Rule of law(berbasis hukum); kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan
tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia. Sehubungan dengan hal
tersebut, realisasi wujud good and clean governance, harus diimbangi dengan komitmen
pemerintah untuk menegakkan hukum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Supremasi hukum (supremacy of law), yakni penegakan hukum pada setiap tindakan
unsur-unsur kekuasaan negara. Peluang partisipasi masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum dan aturan yang jelas dan tegas, dan
dijamin pelaksanaannya secara benar serta independen. Supremasi hukum akan
menjamin tidak terjadinya tindakan pemerintah atas dasar diskresi (tindakan sepihak
berdasarkan pada kewenangan yang dimilikinya).
b. Kepastian hukum (legal certainty), bahwa setiap kehidupan berbangsa dan bernegara
diatur oleh hukum yang jelas dan pasti, tidak duplikatif dan tidak bertentangan antara
satu dengan yang lainnya.
c. Hukum yang responsif, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi
masyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara adil.
d. Penegakan hukum yang konsisten dan tidak diskriminatif, yakni penegakan hukum
berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu. Untuk itu, diperlukan penegakan
hukum yang memiliki integritas moral dan bertanggung jawab terhadap kebenaran
hukum.
e. Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh
penguasa atau kekuatan lainnya.

Ketiga; Transparancy (terbuka); semua kebijakan publik harus transparan, mulai dari
proses pengambilan keputusan, p e l a k s a n a a n , m a u p u n evaluasinya. Arus informasi
dak boleh terhalang. Transparansi yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Hal

1Nur Rohim Yunus, MENCIPTAKAN GOOD AND CLEAN GOVERNMENT BERBASIS SYARIAH ISLAMIYAH DALAM
TATAKELOLA PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA.
2
ini mutlak dilakukan dalam rangka menghilangkan budaya korupsi di kalangan pelaksana
pemerintahan, baik pusat maupun di bawahnya. Dalam pengelolaan negara terdapat
delapan unsur yang harus dilakukan secara transparan, yaitu; a). Penetapan posisi, jabatan,
dan kedudukan, b). Kekayaan pejabat publik, c). Pemberian penghargaan, d). Penetapan
kebijakan yang terkait pencerahan kehidupan, kesehatan, e). Moralitas para pejabat dan
aparatur pelayanan publik, f). Keamanan dan ketertiban, g). Kebijakan strategis untuk
pencerahan kehidupan masyarakat.
Keempat; Responsiveness(responsif); setiap lembaga dan proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan harus mencoba melayani setiap stakeholders. Sesuai
dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki dua etika, yakni etika
individual dan sosial kualifikasi. Etika individual menuntut pelaksanaan birokrasi
pemerintah agar memiliki kriteria kapabilitas dan loyalitas profesional. Adapun etika sosial
menuntut mereka agar memiliki sensitivitas terhadap berbagai kebutuhan publik.
Kelima; Consensus orientation(orientasi consensus); good governance menjadi
perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan
yang lebih luas. Sekalipun para pejabat pada tingkatan tertentu dapat mengambil kebijakan
secara personal sesuai batas kewenangannya, tetapi menyangkut kebijakankebijakan
penting dan bersifat publik harus diputuskan secara bersama dengan seluruh unsur terkait.
Kebijakan individual hanya dapat dilakukan sebatas menyangkut teknis pelaksanaan
kebijakan, sesuai batas kewenangannya. Paradigma ini perlu dikembangkan dalam konteks
pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah persoalan-persoalan
publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Semakin banyak yang terlibat
dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif, maka akan semakin banyak
aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili. Selain itu, semakin banyak yang
melakukan pengawasan serta kontrol terhadap kebijakan-kebijakan umum, maka akan
semakin tinggi tingkat kehati-hatian, selainpelaksanaan akuntabilitas semakin dapat
dipertanggungjawabkan.
Keenam; Equity(kesetaraan); semua warga negara mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka. Asas kesetaraan (equity) adalah
kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas kesetaraan ini mengharuskan agar
setiap pelaksanaan pemerintahandapat bersikap dan berperilaku adil, khususnyadalam
pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku, jenis kelamin, dan kelas
sosial.
Ketujuh; Effectiveness and efficiency (efektif dan efisien); prosesproses dan lembaga-
lembaga menghasilkan produknya sesuai yang telah digariskan, dengan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin. Adapun asas efisiensi umumnya diukur
dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat.
Semakin kecil biaya yang terpakai untuk kepentingan yang terbesar, maka pemerintahan
tersebut termasuk dalam kategori pemerintahan yang efisien.
Kedelapan; Accountability(akuntabel); para pembuat keputusan dalam pemerintahan,
sektor swasta dan masyarakat (civil society), bertanggung jawab kepada publik dan
lembaga-lembaga stakeholders. Itu sebabnya menjadi penting diberlakukan Standard
Operating Procedure (SOP) dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan atau dalam
penyelenggaraan kewenangan/pelaksanaan kebijakan. Untuk menunjang akuntabilitas,
pengawasan menjadi kunci utama evaluasi dan kontrol dari pelaksanaan SOP yang sudah
ditetapkan.

3
Kesembilan; Visi strategis (strategic holders), yaitu para pemimpin dan publik
memiliki visi strategis jauh ke depan, membangun masa depan yang lebih baik berdasarkan
nilai-nilai kemanusiaan yang universal dan menyejahterakan.

C. Manfaat Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Jika prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik telah diterapkan maka akan
terlaksana sebuah pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa. Di antara manfaat dari
tata kelola pemerintahan yang baik sebagai berikut: 2
1. Berkurangnya secara nyata praktik KKN di birokrasi;
2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih,
efisien, transparan, profesional, dan akuntabel;
3. Terhapusnya peraturan perundang-undangan dan tindakan yang bersifat diskriminatif
terhadap warga negara, kelompok atau golongan masyarakat;
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik;
5. Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum seluruh peraturan perundang-
undangan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

D. Good and Clean Governance dan Control Sosial

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan dari implementasi good and
clean governance. Kontrol masyarakat akan berdampak pada tata pemerintahan yang baik,
efektif, dan bebas dari KKN. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih
berdasarkan prinsip-prinsip pokok good clean governance , setidaknya dapat dilakukan
melalui pelaksaan prioritas program, yakni: 3
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan
Penguatan peran lembaga perwakilan rakyat, MPR, DPR, dan DPRD mutlak dilakukan
dalam rangka peningkatan fungsi mereka sbagai pengontrol jalannya pemerintahan.
2. Kemandirian lembaga peradilan
Untuk mewuudkan pemerintah yang bersih dan berwibawa berdasarkan prinsip good
and clean governance peningkatan profesionalitas aparat penegak hukum dan
kemandirian lembaga peradilan mutlak dilakukan.
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah
Perubahan paradigma aparatur negara dari birokrasi elitis menjadi birokrasi populis
(pelayan rakyat) harus dibarengi dengan peningkatan profesionalitas dan integritas
moral jajaran birokrasi pemerintah.
4. Penguatan partisipasi masyarakat madani (civil society)
Peningkatan partisipasai masyarakat adalah unsur penting lainnya dalam
merealisasikan pemerintahan yang baik dan berwibawa. Partisipasi masyarakat dalam
proses kebijakan mutlak dilakukan dan difasilitasi oleh negara (pemerintah).
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah

2 ‘Makalah Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) ⋆ Download DOC | PDF ⋆ Lengkap’
<https://doc.lalacomputer.com/makalah-tata-kelola-pemerintahan-yang-baik/> [accessed 27 April 2020].
3 ‘SEMUA TENTANG MAKALAH: MAKALAH GOOD AND CLEAN GOVERNANCE’ <http://sule-

epol.blogspot.com/2018/12/makalah-good-and-clean-governance.html?m=1> [accessed 27 April 2020].


4
Untuk merealisasikan prinsip-prinsip clean and governance, kebijakan otonomi daerah
dapat dijadikan sebagai media transformasi perwujudan model pemerintahan yang
menompang tumbuhnya kultur demokrasi di Indonesia. Lahirnya UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah telah memberikan kewenangan pada daerah untuk
melakukan pengelolaan dan memajukan masyakarat dalam politik, ekonomi, sosial,
dan budaya dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI. Pencapaian tingkat
kesejahteraan dapat diwujudkan secara lebih cepat yang pada akhirnya akan
mendorong kemandirian masyarakat.

E. Korupsi Penghambat Utama Tata Kelola Pemerintah yang Baik dan Bersih

Korupsi merupakan permasalahan besar yang merusak keberhasilan pembangunan


nasional. Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan
guna meraih keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara secara specifik.
Korupsi menjadi penyebab ekonomi menjadi berbiaya tinggi, politik yang tidak sehat,dan
kemerosotan moral bangsa yang terus-menerus merosot. Menurut data Indeks Persepsi
Korupsi 2011 yang dilansir oleh situs resmi Transparansi Internasional, dalam hal persepsi
publik terhadap korupsi sektor publik Indonesia masuk urutan ke-100 dunia dengan skor
rendah (3). Sementara di antara negara-negara di kawasan Asia Pasifik-Indonesia
bertandang di urutan ke-20.

Gerakan Antikorupsi

Jeremy Pope menawarkan strategi untuk memberantas korupsi yang


mengedepankan kontrol kepada dua unsur paling berperan di dalam tindak korupsi.
Pertama, peluang korupsi; kedua keinginan korupsi. Menurutnya, korupsi terjadi jika
peluang dan keinginan dalam waktu bersamaan. Peluang dapat dikurangi dengan cara
membalikkan siasat “laba tinggi, risiko rendah” menjadi “laba rendah, risiko tinggi”,
dengan cara menegakkan hukum dan menakuti secara efektif, dan menegakkan mekanisme
akuntabilitas.

Penanggulangan tindakan korupsi dapat dilakukan antara lain dengan : pertama,


adanya political will dan political action dari pejabat negara dan pimpinan lembaga
pemerintah pada setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan langkah proaktif
pencegahan dan pemberantasan perilaku dan tindak pidana korupsi.

Kedua, penegakkan hukum secara tegas dan berat. Proses eksekusi mati bagi
koruptor di Cina, misalnya telah membuat sejumlah pejabat tinggi dan pengusaha di negeri
ini menjadi era untuk melakukan tindak korupsi. Tindakan ini merupakan shock therapy
untuk membuat tindakan korupsi berhenti.

Ketiga, membangun lembaga-lembaga yang mendukung upaya pencegahan


korupsi. Pada beberapa negara, mandat Ombudsman mencakup pemeriksaan dan inspeksi
atas sistem administrasi pemerintah dalam hal kemampuannya mencegah tindakan korupsi
aparat birokrasi.

5
Keempat, membangun mekanisme penyelenggara pemerintahan yang menjamin
terlaksananya praktik good and clean governance¸ baik di sektor pemerintah, swasta, atau
organisasi kemasyarakatan.

Kelima, memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal


maupun nonformal. Dalam pendidikan formal, sejak pendidikan dasar sampai perguruan
tinggi diajarkan bahwa nilai korupsi adalah bantuk lain dari kejahatan.

Keenam, gerakan agama antikorupsi, yaitu gerakan membangun kesadaran


keagamaan dan mengembangkan spiritualitas antikorupsi.

F. Tata Kelola Pemerintah dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swata atas
nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, Pelayanan publik kepada
masyarakat bisa diberikan secara “Cuma-Cuma” ataupun disertai dengan pembayaran.
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-
elemen indicator sebagai berikut :
1. Indikator masukan (Inputs), adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi
mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya
manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.
2. Indikator proses (Process), yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan
berkaitan dengan kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan yang diharapkan
langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
3. Indikator produk (Outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langung dicapai dari suatu
kegiatan yang bberupa fisik ataupun nonfisik
4. Indikator fisik (outcomes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
produk kegiatan pada jangka menengah.
5. Indikator manfaat (benefit), adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
6. Indikator dampak (impacts), adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positiif maupun
negative pada setiap tingkatan indicator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

G. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Birokrasi

1. Struktur birokrasi sebagai hubungan internal yang berikatan dengan fungsi yang
menjalankan aktivitas birokrasi.
2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan dalam perencanaan strategis pada
birokrasi.
3. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas diri untuk
bekerja dan berkarya secara optimal.
4. Sistem informatikan manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base
dalam kerangka mempertinggi kinerja birokrasi
5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi
agi penyelenggaraan birokrsi pada setiap aktifitas birokrasi.

6
BAB III

PENUTUP
A. Kesimplan

Dari penjabaran pembahasan diatas, kami penulis menyimpulkan beberapa poin sebagai berikut:

1. Good and Clean Governance sebagai wacana bagi pemerintah untuk mewujudkan
kepemerintahan yang besih, profesional, akuntanbel dalam segala bidang, serta bebas dari
mala praktek yang merugikan negara.

2. Dengan adanya Good and Clean Governance pemerintah bisa lebih transparan dalam
pelayanan publik, dan bisa meningkatkan kinerja birokasi.

3. Dengan adanya Good and Clean Governance pemerintah bisa mempunyai monitoring
yang handal dari kalangan swasta atau masyarakat pada umumnya.

4. Good and Clean Governance adalah landasan untuk menciptakan negara yang kuat,
kokoh, tangguh dalam segala aspek.

B. Saran

1. Good and Clean Governance harus dijalankan semaksimal mungkin oleh kalangan
birokrasi atau kalangan pemegang kekuasaan dan juga harus didukung oleh masyarakat.
Kalau semua sudah maksimal maka pemerintah akan selalu memegang teguh
peraturannya yakni (bebas KKN).

2. Pemerintah harus transparan dalam hal dalam pelayanan publik, supaya negara terbebas
dari oknum-oknum yang merugikan negara.

3. Supaya pemerintah menggalakkan kepada semua kalangan kepemerintahan mulai dari RT


sampai ke Pejabat yang paling tinggi.

8
4. Supaya pemerintah mengadakan semacam seminar-seminar wawasan kebangsaan kepada
semua masyarakat umumnya, khususnya kepada para Pejabat Negara.

9
Daftar Pustaka

‘Makalah Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) ⋆ Download DOC | PDF ⋆
Lengkap’ <https://doc.lalacomputer.com/makalah-tata-kelola-pemerintahan-yang-baik/>
[accessed 27 April 2020]
‘SEMUA TENTANG MAKALAH: MAKALAH GOOD AND CLEAN GOVERNANCE’
<http://sule-epol.blogspot.com/2018/12/makalah-good-and-clean-governance.html?m=1>
[accessed 27 April 2020]
Yunus, Nur Rohim, MENCIPTAKAN GOOD AND CLEAN GOVERNMENT BERBASIS
SYARIAH ISLAMIYAH DALAM TATAKELOLA PEMERINTAHAN REPUBLIK
INDONESIA

10

Anda mungkin juga menyukai