Anda di halaman 1dari 21

TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH

Oleh Kelompok 6

1. Christy Wuisan 2021025

2. Virginia Lomboan 2021137

3. Louisa Rau 2021068

4. Emsjun Pantow 2021035

5. Priscila Kampong 2021091

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA

PROGRAM STUDI D/III KEPERAWATAN

TOMOHON

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas berkat rahmat-Nya dan tuntunan-Nya, penulis

dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan

Bersih” dengan baik.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan Budaya Anti

Korupsi. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan

kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tomohon, 11 Mei 2022

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
A. Pengertian Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good and Clean Governance)................4
B. Prinsip Good and Clean Governance.............................................................................6
C. Manfaat Tata Kelola Pemerintahan yang Baik...................................................................11
D. Good and Clean Governance dan Control Sosial..............................................................11
E. Korupsi Penghambat Utama Tata Kelola Pemerintah yang Baik dan Bersih....................13
F. Tata Kelola Pemerintah dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik......................................14
G. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Birokrasi.........................................................15
BAB III..........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN...................................................................................................................17
B. SARAN...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tentunya dalam suatu negara, masyarakatnya mengharapkan negara yang sejahtera dan dapat

memenuhi kebutuhan rakyatnya. Karena negara memiliki lembaga yang diberdayakan untuk

membuat kebijakan. Dalam merumuskan kebijakan, instansi pemerintah harus

mempertimbangkan kebutuhan masyarakat.

Ketika berbicara good governance maka sering di gunakan sebagai standar sistem good

local governance. Hal ini di katakan baik dalam menjalankan sistem disentaralisasi dan sebagai

parameter yang lain untuk mengamati praktek demokrasi dalam suatu negara. Sebagai seorang

pemimpin, para pemerintah harus mampu mempertanggungjawabkan kepada publik apa yang

mereka lakukan. Mereka diharapkan mampu menjelaskan alasan mengapa memilih

kebijaksanaan X, bukan kebijaksanaan yang lainnya, seperti mengapa memilih menaikkan pajak

ketimbang melakukan efesiensi dalam pemerintahan dan melakukan pemberantasan korupsi.

Namun, sekarang banyak pejabat negara yang tidak terbuka dalam membuat suatu

kebijakan. Mereka juga seperti tidak memikirkan kepentingan rakyat dan lebih mementingkan

kepentingan pribadi atau kelompok. Sehingga rakyat kurang percaya terhadap para petinggi

negara. Meski negeri ini menganut sistem demokrasi namun partisipasi rakyat masih belum

maksimal.

Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) merupakan

konsep yang sangat perlu diterapkan. United Nations Development Prgramme (UNDP)

1
mengemukakan bahwa governance itu sendiri adalah bentuk pelaksanaan kewenangan politik,

ekonomi, dan administrasi dalam pengelolaan masalah yang dihadapi suatu bangsa dengan

melibatkan semua sektor. Governance bisa dikatakan baik atau good apabila sumber daya dan

problem yang dihadapi publik dikelola secara ekeftif dan efisien. Good governance berorientasi

kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat. Good governance menurut World Bank adalah cara

pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi yang dilakukan sepenuhnya untuk

kepentingan pembangunan masyarakat. Governance berbeda dengan government, government

atau pemerintah adalah lembaga-lembaga kenegaraan yang diberi hak, wewenang, dan tanggung

jawab melaksanakan kegiatan pemerintahan. Sedangkan governance atau pemerintahan

merupakan kondisi, aktivitas, kegiatan dalam melaksanakan pemerintahan atau suatu proses

kegiatan penyelenggaraan pemerintahan atau negara, pembangunan masyarakat, ekonomi yang

melibatkan pemerintah, masyarakat, dan privat atau swasta.

Terciptanya sebuah pemerintahan yang bersih (clean governance) dan berwibawa

merupakan hal yang sangat dibutuhkan, guna membentuk negeri yang dapat melindungi segenap

bangsa, selain dapat memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa,

sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Untuk menuju pemerintahan yang bersih

dan berwibawa tersebut diperlukan pengelolaan berbagai bidang kehidupan seperti politik,

hukum, ekonomi, sosial dan budaya secara lebih serius, transparan, dan terarah serta melibatkan

semua komponen bangsa guna bersama-sama bangkit dari berbagai permasalahan negara yang

ada.

B. Rumusan Masalah

Apa itu dan bagaimana tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean

governance)?

2
C. Tujuan

Untuk memenuhi tugas perkuliahan serta mengetahui dan menambah wawasan mengenai

tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance).

D. Manfaat

Semoga makalah ini bermanfaat menjadi refrensi bahan pembelajaran bagi para pembaca

khususnya kaum mahasiswa.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good and Clean Governance)

Istilah good dan clean governance merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu politik.

Muncul di awal tahun 1990-an.Istilah ini memiliki pengertian segala hal yang terkait dengan

tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi

urusan publik yang bersifat baik (good) dan bersih (clean). Dalam konteks ini, pengertian good

governance tidak sebatas pengelolaan lembaga pemerintahan semata, tetapi menyangkut semua

lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah (lembaga swadaya masyarakat).

Good governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang

solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang

efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara

politik maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan

legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Good governance pada

dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan

pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu

konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi

penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.

Good governance diIndonesia sendiri mulai benar-benar dirintis dan diterapkan

sejak meletusnya era reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi

perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih

4
sehingga good governance merupakan salah satu alat reformasi yang mutlak

diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan

reformasi yang sudah berjalan selama 15 tahun ini, penerapan Good governance di

Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita–cita

Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam

pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good

governance.

Perbedaan paling pokok antara konsep government dan governance terletak pada

bagaimana cara penyelenggaraan otoritas politik, ekonomi dan administrasi dalam pengelolaan

urusan suatu bangsa. Konsep government berkonotasi bahwa peranan pemerintah yang lebih

dominan dalam penyelenggaran berbagai otoritas negara. Sedangkan dalam governance

mengandung makna bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan kekuasaan dan mengelola

sumberdaya dan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan kata lain, dalam konsep

governance terkandung unsur demokratis, adil, transparan, rule of law, partisipatif dan

kemitraan. Kemudian Secara bahasa, pengertian good berarti baik, secara implisit kata good

dalam good governance sendiri mengandung dua pengertian; pertama, nilai yang menunjung

tinggi kehendak rakyat dan nilai yang meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan

kemandirian dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan

efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Sedangkan clean governance berarti pemerintahan yang bersih yaitu model pemerintahan

yang efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggung jawab.  Jadi pemerintahan yang bersih

yaitu pemerintahan yang terbuka terhadap publik dan bebas dari permasalahan Korupsi Kolusi

5
dan Nepotisme (KKN). Pemerintahan yang bersih akan membuat rakyat percaya terhadap

pemerintah sehingga tidak ada saling curiga antara rakyat kepada pemerintah.

Dalam negara modern untuk mewujudkan clean governance dapat dilakukan melalui

birokrasi penegakan hukum. Penegakan hukum itu dijalankan oleh komponen eksekutif yang ada

dalam sebuah negara. Negara dapat mencampuri kegiatan dan pelayanan masyarakat sehingga

campur tangan hukum semakin intensif. Komponen eksekutif dan birokrasinya merupakan

bagian  dari mata rantai untuk mewujudkan rencana yang tercantum dalam peraturan hukum

yang menangani bidang-bidang tersebut. 

Karena itu good and clean governance dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku

yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi

masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian istilah good governance tidak terbatas pada negara atau pemerintahan, tetapi

juga pada masyarakat seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan juga sektor swasta.

Singkatnya tuntutan terhadap good governance tidak selayaknya ditujukan hanya kepada

penyelenggara negara atau pemerintahan, melainkan juga kepada masyarakat di luar struktur

birokrasi pemerintahan yang bersemangat menuntut penyelenggaraan good governance pada

negara.

B. Prinsip Good and Clean Governance

Orientasi pembangunan sektor publik pada dasarnya merupakan upaya untuk menciptakan

pemerintahan yang baik. Kondisi ini menuntut terjadinya reformasi di berbagai tingkatan, mulai

dari aparatur negara, administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan

6
pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan praktik

prinsip-prinsip good governance.

Menurut UNDP (United Nation Development Programme), ada beberapa karakteristik dari

good governance adalah;

1. Partisipasi (participation); setiap warga negara memiliki suara dalam pembuatan

keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi yang

mewakili kepentingannya. Bentuk partisipasi menyeluruh ini dibangun berdasarkan

prinsip demokrasi yakni kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara

konstruktif. Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam seluruh aspek

pembangunan, termasuk dalam sektor-sektor kehidupan sosial lainnya selain

kegiatan politik, maka regulasi birokrasi harus diminimalisir.

2. Berbasis hukum (rule of law); kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa

pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia. Sehubungan dengan hal

tersebut, realisasi wujud good and clean governance, harus diimbangi dengan

komitmen pemerintah untuk menegakkan hukum yang mengandung unsur-unsur

sebagai berikut:

a. Supremasi hukum (supremacy of law), yakni penegakan hukum pada setiap

tindakan unsur-unsur kekuasaan negara. Peluang partisipasi masyarakat dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum dan aturan yang

jelas dan tegas, dan dijamin pelaksanaannya secara benar serta independen.

Supremasi hukum akan menjamin tidak terjadinya tindakan pemerintah atas

dasar diskresi (tindakan sepihak berdasarkan pada kewenangan yang

dimilikinya).

7
b. Kepastian hukum (legal certainty), bahwa setiap kehidupan berbangsa dan

bernegara diatur oleh hukum yang jelas dan pasti, tidak duplikatif dan tidak

bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

c. Hukum yang responsif, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan

aspirasi masyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan

publik secara adil.

d. Penegakan hukum yang konsisten dan tidak diskriminatif, yakni penegakan

hukum berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu. Untuk itu, diperlukan

penegakan hukum yang memiliki integritas moral dan bertanggung jawab

terhadap kebenaran hukum.

e. Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh

penguasa atau kekuatan lainnya.

3. Terbuka (transparancy); semua kebijakan publik harus transparan, mulai dari proses

pengambilan keputusan, pelaksanaan, maupun evaluasinya. Arus informasi dak boleh

terhalang. Transparansi yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Hal ini

mutlak dilakukan dalam rangka menghilangkan budaya korupsi di kalangan

pelaksana pemerintahan, baik pusat maupun di bawahnya. Dalam pengelolaan negara

terdapat delapan unsur yang harus dilakukan secara transparan, yaitu;

a. Penetapan posisi, jabatan, dan kedudukan.

b. Kekayaan pejabat publik.

c. Pemberian penghargaan.

d. Penetapan kebijakan yang terkait pemecahan masalah kehidupan masyarakat.

e. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.

8
f. Keamanan dan ketertiban.

g. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.

4. Responsif atau ketanggapan (responsiveness); setiap lembaga dan proses

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus mencoba melayani setiap

stakeholders. Sesuai dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki

dua etika, yakni etika individual dan sosial kualifikasi. Etika individual menuntut

pelaksanaan birokrasi pemerintah agar memiliki kriteria kapabilitas dan loyalitas

profesional. Adapun etika sosial menuntut mereka agar memiliki sensitivitas

terhadap berbagai kebutuhan publik.

5. Orientasi konsensus (consensus orientation); good governance menjadi perantara

kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang

lebih luas. Sekalipun para pejabat pada tingkatan tertentu dapat mengambil kebijakan

secara personal sesuai batas kewenangannya, tetapi menyangkut kebijakan-kebijakan

penting dan bersifat publik harus diputuskan secara bersama dengan seluruh unsur

terkait. Kebijakan individual hanya dapat dilakukan sebatas menyangkut teknis

pelaksanaan kebijakan, sesuai batas kewenangannya. Paradigma ini perlu

dikembangkan dalam konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka

kelola adalah persoalan-persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada

rakyat. Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara

partisipatif, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang

terwakili. Selain itu, semakin banyak yang melakukan pengawasan serta kontrol

terhadap kebijakan-kebijakan umum, maka akan semakin tinggi tingkat kehati-

hatian, selain pelaksanaan akuntabilitas semakin dapat dipertanggungjawabkan.

9
6. Kesetaraan (equity); semua warga negara mempunyai kesempatan untuk

meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka. Asas kesetaraan (equity) adalah

kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas kesetaraan ini mengharuskan

agar setiap pelaksanaan pemerintahandapat bersikap dan berperilaku adil,

khususnyadalam pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku, jenis

kelamin, dan kelas sosial.

7. Efektif dan efisien (effectiveness and efficiency); proses-proses dan lembaga-lembaga

menghasilkan produknya sesuai yang telah digariskan, dengan menggunakan

sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin. Adapun asas efisiensi umumnya

diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua

masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai untuk kepentingan yang terbesar,

maka pemerintahan tersebut termasuk dalam kategori pemerintahan yang efisien.

8. Akuntabel (accountability); para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor

swasta dan masyarakat (civil society), bertanggung jawab kepada publik dan

lembaga-lembaga stakeholders. Itu sebabnya menjadi penting diberlakukan Standard

Operating Procedure (SOP) dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan atau dalam

penyelenggaraan kewenangan/pelaksanaan kebijakan. Untuk menunjang

akuntabilitas, pengawasan menjadi kunci utama evaluasi dan kontrol dari

pelaksanaan SOP yang sudah ditetapkan.

9. Visi strategis (strategic holders), yaitu para pemimpin dan publik memiliki visi

strategis jauh ke depan, membangun masa depan yang lebih baik berdasarkan nilai-

nilai kemanusiaan yang universal dan menyejahterakan.

10
C. Manfaat Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Jika prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik telah diterapkan maka akan

terlaksana sebuah pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa. Di antara manfaat dari tata

kelola pemerintahan yang baik sebagai berikut:

1. Berkurangnya secara nyata praktik KKN di birokrasi;

2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih,

efisien, transparan, profesional, dan akuntabel;

3. Terhapusnya peraturan perundang-undangan dan tindakan yang bersifat diskriminatif

terhadap warga negara, kelompok atau golongan masyarakat;

4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik;

5. Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum seluruh peraturan perundang-

undangan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

D. Good and Clean Governance dan Control Sosial

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan dari implementasi good and clean

governance. Kontrol masyarakat akan berdampak pada tata pemerintahan yang baik, efektif, dan

bebas dari KKN. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-

prinsip pokok good clean governance, setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksaan prioritas

program, yakni:

1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan

11
Penguatan peran lembaga perwakilan rakyat, MPR, DPR, dan DPRD mutlak

dilakukan dalam rangka peningkatan fungsi mereka sebagai pengontrol jalannya

pemerintahan.

2. Kemandirian lembaga peradilan

Untuk mewuudkan pemerintah yang bersih dan berwibawa berdasarkan prinsip good

and clean governance peningkatan profesionalitas aparat penegak hukum dan kemandirian

lembaga peradilan mutlak dilakukan.

3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah

Perubahan paradigma aparatur negara dari birokrasi elitis menjadi birokrasi populis

(pelayan rakyat) harus sejalan dengan peningkatan profesionalitas dan integritas moral

jajaran birokrasi pemerintah.

4. Penguatan partisipasi masyarakat madani (civil society)

Peningkatan partisipasai masyarakat adalah unsur penting lainnya dalam

merealisasikan pemerintahan yang baik dan berwibawa. Partisipasi masyarakat dalam

proses kebijakan mutlak dilakukan dan difasilitasi oleh negara (pemerintah).

5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah

Untuk merealisasikan prinsip-prinsip clean and governance, kebijakan otonomi

daerah dapat dijadikan sebagai media transformasi perwujudan model pemerintahan yang

menompang tumbuhnya kultur demokrasi di Indonesia. Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah telah memberikan kewenangan pada daerah untuk melakukan

pengelolaan dan memajukan masyakarat dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam

12
kerangka menjaga keutuhan NKRI. Pencapaian tingkat kesejahteraan dapat diwujudkan

secara lebih cepat yang pada akhirnya akan mendorong kemandirian masyarakat.

E. Korupsi Penghambat Utama Tata Kelola Pemerintah yang Baik dan Bersih

Korupsi merupakan permasalahan besar yang merusak keberhasilan pembangunan

nasional. Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna

meraih keuntungan pribadi maupun kelompok yang merugikan kepentingan umum dan negara

secara spesifik. Korupsi menjadi penyebab ekonomi menjadi berbiaya tinggi, politik yang tidak

sehat,dan kemerosotan moral bangsa yang terus-menerus merosot. Menurut data Indeks Persepsi

Korupsi 2011 yang dilansir oleh situs resmi Transparansi Internasional, dalam hal persepsi

publik terhadap korupsi sektor publik Indonesia masuk urutan ke-100 dunia dengan skor rendah.

Sementara di antara negara-negara di kawasan Asia Pasifik-Indonesia bertandang di urutan ke-

20.

Jeremy Pope menawarkan strategi untuk memberantas korupsi yang mengedepankan

kontrol kepada dua unsur paling berperan di dalam tindak korupsi. Pertama, peluang korupsi;

kedua keinginan korupsi. Menurutnya, korupsi terjadi jika peluang dan keinginan dalam waktu

bersamaan. Peluang dapat dikurangi dengan cara membalikkan siasat “laba tinggi, risiko rendah”

menjadi “laba rendah, risiko tinggi”, dengan cara menegakkan hukum dan menakuti secara

efektif, dan menegakkan mekanisme akuntabilitas.

Penanggulangan tindakan korupsi dapat dilakukan antara lain dengan:

1. Adanya political will dan political action dari pejabat negara dan pimpinan lembaga

pemerintah pada setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan langkah proaktif

pencegahan dan pemberantasan perilaku dan tindak pidana korupsi.

13
2. Penegakkan hukum secara tegas dan berat. Proses eksekusi mati bagi koruptor di

Cina, misalnya telah membuat sejumlah pejabat tinggi dan pengusaha di negeri ini

menjadi era untuk melakukan tindak korupsi. Tindakan ini merupakan shock therapy

untuk membuat tindakan korupsi berhenti.

3. Membangun lembaga-lembaga yang mendukung upaya pencegahan korupsi. Pada

beberapa negara, mandat Ombudsman mencakup pemeriksaan dan inspeksi atas

sistem administrasi pemerintah dalam hal kemampuannya mencegah tindakan

korupsi aparat birokrasi.

4. Membangun mekanisme penyelenggara pemerintahan yang menjamin terlaksananya

praktik good and clean governance¸ baik di sektor pemerintah, swasta, atau

organisasi kemasyarakatan.

5. Memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal maupun

nonformal. Dalam pendidikan formal, sejak pendidikan dasar sampai perguruan

tinggi diajarkan bahwa nilai korupsi adalah bantuk lain dari kejahatan.

6. Gerakan agama antikorupsi, yaitu gerakan membangun kesadaran keagamaan dan

mengembangkan spiritualitas antikorupsi.

F. Tata Kelola Pemerintah dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama

pemerintah ataupun pihak swasta itu sendiri kepada masyarakat. Pelayanan publik kepada

masyarakat bisa diberikan secara gratis ataupun disertai dengan pembayaran.

14
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat

pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memerhitungkan elemen-elemen

indicator sebagai berikut:

1. Indikator masukan (inputs), adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi

mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya

manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.

2. Indikator proses (process), yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan

berkaitan dengan kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan yang

diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.

3. Indikator produk (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langung dicapai dari suatu

kegiatan yang bberupa fisik ataupun nonfisik

4. Indikator fisik (outcomes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

produk kegiatan pada jangka menengah.

5. Indikator manfaat (benefit), adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari

pelaksanaan kegiatan.

6. Indikator dampak (impacts), adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun

negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

G. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Birokrasi

1. Struktur birokrasi sebagai hubungan internal yang berikatan dengan fungsi yang

menjalankan aktivitas birokrasi.

2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan dalam perencanaan strategis pada

birokrasi.

15
3. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas diri untuk

bekerja dan berkarya secara optimal.

4. Sistem informatika manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base dalam

kerangka mempertinggi kinerja birokrasi

5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi

penyelenggaraan birokrasi pada setiap aktivitas birokrasi.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada

proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan

secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara,

dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara. Sedangkan

clean governance berarti pemerintahan yang bersih yaitu model pemerintahan yang efektif,

efisien, jujur, transparan dan bertanggung jawab. Maka dari pada itu, good and clean governance

dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat

mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai

itu dalam tindakan dan kehidupan sehari-hari.

B. SARAN

Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) sangat perlu

diwujudkan untuk kepentingan bersama terlebih khusus bagi rakyat bangsa Indonesia. Karena

pemerintah merupakan orang-orang yang bertanggung jawab untuk mengatur dan menata

negaranya sendiri, apabila pemerintah memiliki tata kelola yang baik dan bersih, pasti setiap

permasalahan negara yang ada bisa teratasi, dan setiap program pemerintah dapat berjalan sesuai

dengan tujuannya, sehingga berpengaruh bagi kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang adil,

sejahtera, harmonis, dan makmur.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adriyadi, Fauza.(2019). Good Governance Government and Governmant. LENTERA, vol. 1, no.

2, hal. 85-100

Kompas.com. (2022). Pengertian Good Governance Menurut Ahli. Diakses pada tanggal 9

Oktober 2022, dari https://nasional.kompas.com/read/2022/02/03/01000071/pengertian-

good-governance-menurut-ahli

Pujiana dkk. (2020). MAKALAH Good and Clean Governance. (Universitas Islam Negeri

Walisongo Semarang Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan) diakses dari

https://www.scribd.com/document/517918588/MAKALAH-Good-and-Clean-

Governance

Yunus, Nur.(2016). Menciptakan Good and Clean Government Berbasis Syariah Islamiyah

dalam Tata Kelola Pemerintahan Republik Indonesia. Nur El-Islami, vol. 3, no. 1, hal.

143-175

18

Anda mungkin juga menyukai