DOSEN PENGAMPU:
Moh. Fadli Dg. Patompo, SH, MH
KELOMPOK III:
Darsina (PO7120318003)
Intan Auliya (PO7120318006)
Desi Nurulain (PO7120318014)
Putri Alingga (PO7120318021)
Nurfadilah (PO7120318031)
Filda Rahmi (PO7120318038)
Windi Safitri (PO7120318047)
Siti Rahmadianti (PO7120318052)
Arnela Darae (PO7120318061)
Indri Safitri (PO7120318067)
Moh. Rian Hidayat (PO7120318082)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan petunjuk
untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya kami sekelompok
tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah
dititipkan kepada kelompok kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai
rintangan, namun dengan penuh kesabaran kami mencoba untuk menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini memuat tentang “Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan
Bersih (Clean Governance & Good Governance),” tema yang akan dibahas di
makalah ini sengaja dipilih oleh Dosen Pengampu kami untuk kami pelajari lebih
dalam. Butuh waktu yang cukup panjang untuk mendalami materi ini sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Pemerintahan yang Baik dan Bersih.......................................4
2.2 Prinsip-Prinsip Pokok Pemerintahan yang Baik dan Bersih.....................4
2.3 Pemerintahan yang Baik dan Bersih dengan Kontrol Sosial....................8
2.4 Korupsi Penghambat Utama Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih
........................................................................................................................9
2.5 Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik
......................................................................................................................10
2.6 Penerapannya di Indonesia.....................................................................11
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
menerus, Di samping itu, perlu juga dibangun kerja sama dari seluruh
komponen bangsa yaitu para aparatur negara, pihak swasta, dan masyarakat
madani untuk menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dalam rangka
mencapai tata kelola pemerintah yang baik dan bersih.
2
5. Mengetahui hubungan antara pemerintahan yang baik dan bersih dengan
kinerja birokrasi pelayanan public.
6. Mengetahui bagaimana penerapan tata kelola pemerintahan yang baik di
Indonesia.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
g) Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
h) Akuntabilitas (accountability)
i) Visi strategis (strategic vision)
a) Partisipasi
Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam
pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan
yang sah yang mewakili kepentingan mereka. Untuk mendorong partisipasi
masyarakat dalam seluruh aspek pembangunan, termasuk dalam sektor-sektor
kehidupan sosial lainnya selain kegiatan politik, maka regulasi birokrasi harus
diminimalisasi.
b) Penegakan Hukum
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang
profesional harus didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa.
Sehubungan dengan hal tersebut, realisasi wujud good and clean governance,
harus diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan hukum
yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Supremasi hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara,
dan peluang partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara didasarkan pada hukum dan aturan yang jelas dan tegas, dan
dijamin pelaksanaannya secara benar serta independen. Supremasi hukum
akan menjamin tidak terjadinya tindakan pemerintah atas dasar diskresi
(tindakan sepihak berdasarkan pada kewenangan yang dimilikinya).
b. Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa bernegara diatur
oleh hukum yang jelas dan pasti, tidak duplikatif dan tidak bertentangan
antara suku dengan lainnya.
5
c. Hukum yang responsif, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan
aspirasi masyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan
publik secara adil.
d. Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan
hukum berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu. Untuk itu,
diperlukan penegak hukum yang memiliki integritas moral dan
bertanggung jawan terhadap kebenaran hukum.
e. Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari
pengaruh penguasa atau kekuatan lainnya.
c) Transparansi
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good
and clean governance. Akibat tidak adanya prinsip transparan ini, Indonesia
telah terjerembab de dalam kubangan korupsi yang sangat parah. Dalam
pengelolaan negara terdapat delapan unsur yang harus dilakukan secara
transparan, yaitu:
a. Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan.
b. Kekayaan pejabat politik.
c. Pemberian penghargaan.
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
e. Kesehatan.
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
g. Keamanan dan ketertiban.
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
6
d) Responsif
Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-prinsip good and
clean governance bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-
persoalan masyarakat. Sesuai dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah
harus memiliki dua etika, yakni etika individual dan sosial. Kualifikasi etika
individual menuntut pelaksana birokrasi pemerintah agar memiliki kriteria
kapabilitas dan layolitas profesional. Adapun etik sosial menuntut mereka
agar memiliki sensitivitas terhadap berbagai kebutuhan publik.
e) Konsensus
Asas konsensus adalah bahwa keputusan apa pun harus dilakukan
melalui proses musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan
konsensus, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak,
cara ini akan mengikat sebagian besar komponen yang bermusyawarah dan
memiliki kekuatan memaksa terhadap semua yang terlibat untuk
melaksanakan keputusan tersebut.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan
secara partisipatif, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan
masyarakat yang terwakili. Semakin banyak yang melakukan pengawasan
serta kontrol terhadap kebijakan-kebijakan umum, maka akan semakin tinggi
tingkat kehati-hatiannya, dan akuntabilitas pelaksanaannya dapat semakin
dipertanggungjawabkan.
f) Kesetaraan
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan
publik. Asas kesetaraan ini mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah
untuk bersikap dan berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa
mengenal perbedaan keyakinan, suku, jenis kelamin, dan kelas sosial.
7
g) Efektivitas dan efisiensi
Kriteria efektivitas biasanya diukur dengan parameter produk yang
dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai
kelompok dan lapisan sosial. adapun, asas efisiensi umumnya diukur dengan
rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua
masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai untuk kepentingan yang
terbesar, maka pemerintahan tersebut termasuk dalam kategori pemerintahan
yang efisien.
h) Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap
masyakarat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan
mereka. Setiap pejabat publik dituntut untuk mempertanggungjawabkan
semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas sikapnya terhadap
masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas akuntabilitas dalam upaya
menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
i) Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk
menghadapi masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam
rangka realisasi good and clean governance.
8
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.
2. Kemandirian lembaga peradilan.
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah.
4. Penguatan partisipasi Masyarakat Madani.
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.
2.4 Korupsi Penghambat Utama Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan
Bersih
9
2.5 Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan
Publik
10
1. Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi
mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber
daya manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya.
2. Indikator proses, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan
berkaitan dengan kesesuaian anatar perencanaan dengan pelaksanaan yang
diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun
nonfisik.
3. Indikator produk, yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
4. Indikator hasil adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
6. Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun
negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah
ditetapkan.
11
Untuk menjawab pertanyaan ini dapat ditelusuri dari indikator di bawah
ini, seandainya indikator di bawah ini sudah terpenuhi dan tercukupi maka dapat
dipastikan bahwa good government sudah terlaksana di indonesia ini. Sebenarnya
indikator ini adalah tugas dari domain/lembaga yang pembentuk good
government itu sendiri. Indikator tersebut antara lain:
1. Pemerintah
a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil.
b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan.
c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable.
d. Menegakkan HAM.
e. Melindungi lingkungan hidup.
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.
3. Masyarakat Madani
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi
12
b. Mempengaruhi kebijakan publik
c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintaH
e. Mengembangkan SDM
f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Good and clean governance memiliki pengetian akan segala hal yang
terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan,
mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian good governance tidak sebatas
pengelolaan lembaga pemerintahan semata, tetapi menyangkut semua lembaga
baik pemerintah maupun nonpemerintah (lembaga swadya masyarakat) dengan
istilah good corporate. Dalam praktiknya, pemerintahan yang bersih adalah
model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggung
jawab.
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan sari implementasi
good and clean governance. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan
bersih berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean governance, setidaknya
dapat dilakukan melalui pelaksanaan prioritas program.
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhani,Yola. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good and Clean
Governance).Academia.edu:
http://www.academia.edu/9966363/BAB_9_Tata_Kelola_Pemerintahan_y
ang_Baik_dan_Bersih_good_and_clean_governance_ Diakses pada
Jumat, 18 September 2020 Pk. 11.00 WITA
15