Disusun oleh :
Alfania Nafila NIM 20220164
Fithra NIM 20220181
Salsabila
Dosen Pengampu :
Ibu Ruaedah, S. Th.I, M.A
Abstrak
Hadis Nabi sebagai salah satu dari dua sumber terbesar Islam
memiliki peran yang sangat penting dalam bangunan kokohnya Islam.
Khususnya dalam bidang hukum Islam, hadis memegang peranan
penting. Perlunya seorang muhaddisin meneliti seluk-beluk turunnya
hadis menjadi sebuah langkah utama, hal tersebut sering dinamakan
dengan asbab al-wurud. Asbab al-wurud menjadi kajian penting
dalam pembahasan hadis dikarenakan untuk menghindari
kesalahpahaman dalam menangkap maksud suatu hadis. Dalam kajian
ini dipaparkan pentingnya mengetahui asbab al-wurud yang terdiri
atas ayat Al-Qur’an, hadis, sebab yang berupa perkara yang berkaitan
dengan para sahabat yang mendengar hadis tersebut, dan upaya
memahami hadis secara komprehensif melalui pendekatan sosio-
historis. Dari pembahasan ditemukan dua kategori asbab al-wurud,
yaitu asbab al-wurud al-khassah (mikro) dan asbab al-wurud
al-‘ammah (makro). Kedua kategori asbab al-wurud mempunyai
peran yang sangat penting.
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
KATA PENGANTAR...............................................................................................................4
BAB 1...........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
I. Latar Belakang.............................................................................................................5
2
II. Rumusan Masalah......................................................................................................5
III.Tujuan Masalah...........................................................................................................5
BAB 2.........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................
BAB III.........................................................................................................................................
KESIMPULAN........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
KATA PENGANTAR
Tak lupa, ucapan terima kasih kepada Ibu Ruaedah, selaku dosen
mata kuliah Ulumul Hadist yang sudah bersabar dan berkenan membagi
3
waktunya untuk menyampaikan materi dalam semester kali ini, dan teman-
teman pemakalah atas waktu dan kerjasamanya dalam megerjakan makalah.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah kenyataan
yang tak dapat diragukan lagi. Hadits Nabi merupakan sumber ajaran Islam, di samping
4
al-Qur’an. “Hadits atau disebut juga dengan Sunnah, adalah segala sesuatu yang
bersumber atau didasarkan kepada Nabi SAW baik berupa perketaan, perbuatan, atau
taqrir-nya. Hadits, sebagai sumber ajaran Islam setelah al-Qur’an, sejarah perjalanan
hadits tidak terpisahkan dari sejarah perjalanan Islam itu sendiri. Akan tetepi, dalam
beberapa hal terdapat ciri-ciri tertentu yang spesipik, sehingga dalam mempelajarinya
diperlukan pendekatan khusus”.
Pada zaman Nabi, hadits diterima dengan mengandalkan hafalan para sahabat
Nabi, dan hanya sebagian hadits yang ditulis oleh para sahabat Nabi. Hal ini disebabkan,
“Nabi pernah melarang para sahabat untuk menulis hadits beliau. Dalam pada itu, Nabi
juga pernah menyuruh para sahabat untuk menulis hadits beliau. Selain perkembangan
hadits yang cukup banyak, juga banyak istilah-istilah yang digunakan. Pada masyarakat
umum yang dikenal adalah Hadits dan as-Sunnah, sedangkan pada kelompok tertentu,
dikenal istilah Khabar dan Atsar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Asbabu al–wurud merupakan susunan idhafah yang terdiri dari tiga unsur kata, yaitu
asbab, wurud dan al–hadits. Asbab adalah bentuk jam’ (furlal) dari sabab, yang berarti
dengan al-habl (tali), saluran yang artinya segala yang enghubungkan satu benda lainya
sedangkan menurut istilah adalah “Segala sesuatu yang mengantarkan pada tujuan” adapun
5
yang mendefinisikan sebagai suatu jalan yang menuju kepada terbentuknya hukum tanpa ada
pengaruh apapun dalam hukum itu. Sedangkan kata wurud berarti sampai, muncul dan
mengalir seperti air yang memancar atau air yang mengalir.
Secara sederhana dapat diartikan bahwa asbabul wurud adalah sebab sebab datangnya
sesuatu, karan istilah tersebut biasa dipakai dalam diskursus ilmu hadis, maka asbabul wurud
biasa diartikan dengan sebab sebab atau latar belakang munculnya suatu hadits. Menurut
ashaby shidiqy asbabul wurud adalah sebab sebab nabi menuturkan sabdanya dan masa masa
nabi Saw menuturkan itu, atau sebab datangnya hadits atau munasabah munasabah.1
Asbabul wurud digunakan untuk mengetahui hadits yang bermuatan norma hukum,
khususnya hukum sosial. Sebab hukum dapat berubah karna perubahan atau perbedaan sebab.
Asbabul wurud tidak dibutuhkan untuk memahami informasi yang menerangkan tentang
alam ghaib atau akidah karna masalah ini tidak terpengaruh oleh situasi apapun. Asbabul
wurud hadis seringkali dimuat oleh hadits itu sendiri ketika periwayatan menuturkan sebuah
peristiwa secara utuh peristiwa hanya menguntip potongan tertentu untuk dijadikan riwatyat
hadits tertentu pula.
Disini perlu diketahui bahwa tidak semua hadits dapat ditemukan asbabul wurudnya,
seperti halnya ayat al Quran tidak semuanya mempunyai asbabul nuzulnya. Teori asbabul
wurud perlu dikembangkan dalam rangka mengetahui kontek sosial budaya, ketika hadits itu
muncul.
Menurut Imam al-Suyuty, asbabul al warud dapat dikatagotrikan menjadi tiga macam
yaitu, yang pertama sebab yang berupa ayat al –Quran yang kedua, sebab yang berupa hadits
itu sendiri yang ketiga, sebab yang berkatan dikalangan para sahabat.
1
Munzier Suparta, Ilmu Hadist (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal 38-39.
6
Contohnya yang terdapat dalam firman Allah dalam surat al-Anam ayat 82 yang
berbunyi :
Orang orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan kedzoliman, mereka itulah orang orang yang mendapat keamana dan mereka
itulah orang orang yang mendapat petunjuk.
Sebagian sahabat dalam memahami ayat ini dengan menganggap bahwa kata
zulm (zalim) dengan makna aniaya dan melanggar batas dalam ajaran agama. Mereka
mengadukannya kepada Rasulullah Saw kemudian memberikan penjelasan bahwa
kata zulm itu adalah syirik, yaitu menyekutukan Allah. Orang orang yang beriman
dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzoliman, mereka itulah orang
orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang orang yang mendapat
petunjuk.
Asbabul wurud hadits tersebut adalah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim dalam shaihnya yaitu :
Dari An-Nas bin Malik berkata bahwa ketiak iring-iringan membawa jenazah lewat,
orang orang memuji jenazah dengan kebaikan, kemudian Nabi Saw bersabda: wajib,
wajib, wajib, lalu lewat pula iringan jenazah lain, orang orang mencelanya dengan
keburukan, kemudian Nabi Saw bersabda : wajib, wajib, wajib. ‘Umar berkata :
menjadi penebusmu ayah dan ibuku. Ada iringan jenazah lewat lalu sebagian orang
memujinya lalu engkau mengatakan : wajib, wajib, wajib. Lewat pula iringan enazah
lain yang disifati sebagai orang jahat, lalu engkau mengatakan: wajib, wajib, wajib.
7
Apa artinya itu? Rasulullah Saw bersabda : orang yang kamun pji baik maka wajib
baginya syurga sedangkan orang yang kamu katakan sebagai jahat, maka baginya
neraka. Kalian adalah para saksi Allah dibumi. Kalian adalah para saksi Allah
dibumi. Kalian adalah para saksi Allah dibumi.
8
hadist. Dari situ kita bisa mengetahui apa atau siapa yang dimaksud dalam hadist
tersebut. Atau bagaimana proses terjadinya atau tersampainya hadist tersebut dari nabi
Muhammad SAW.
Adapun Manfaat mempelajari asbabul wurud antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menentukan adanya takhsis hadist yang bersifat umum
2. Membatasi penegertian hadist yang masih mutlak
3. Mentafshil (memerinci) hadist yang masih bersifat global
4. Menentukan ada atau tidak adanya naskh-mansukh dalam suatu hadist
5. Menielaskan 'illat (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hukum. Menjelaskan maksud
suatu hadits yang masih musykil (sulit dipahami).
Lebih jauh, asbabul wurud mempunyai peranan yang sangat penting dalam
rangka memahami suatu hadits. Sebab, hadits yang disampaikan oleh Nabi bersifat
kultural. Oleh karenanya, memperhatikan konteks historis munculnya hadits sangat
penting, karena paling tidak akan dapat menghindarkan kesalapahaman dalam
menangkap maksud suatu hadits, sehingga kita tidak terjebak pada teksnya saja,
sementara konteksnya kita abaikan atau kita kesampingkan sama sekali. Pemahaman
9
hadits yang mengabaikan peranan asbabul wurud akan cenderung bersifat kaku, bahkan
kadang kurang akomodatif terhadap perkembangan zaman.3
ٰۤ ُ ۡ ُ
َول ِٕٕٮ\[كَ لَهُ ُم ااۡل َمۡ نُ َوهُمۡ ُّم ۡهتَد ُۡون اَلَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا َولَمۡ يَ ۡلبِس ُۡۤوا[ اِ ۡي َمانَهُمۡ بِظل ٍم ا
Artinya: “Orang-orang yang beriman, dan mereka tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan
mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk”
Ilmu asbabul wurud memiliki beberapa fungsi. Secara umum, fungsi-fungsi dari
asbabul wurud ini telah tergambar dalam definisi asbabul wurud menurut As-Suyuthi,
yaitu:
ما يكون طريقا لتحديد المراد من الحديث من عموم أو خصوص أو إطالق أوتقييد أو نسخ أو نحو ذالك
Artinya, “Setiap hal yang menjadi metode untuk membatasi makna hadits, baik
dari makna umum, khusus, mutlak-muqayyad, atau naskh, dan semacamnya.”
Di antara contoh asbab al-wurud yang disebut Bersama dengan matan hadist yang
bersangkutan ialah sebagai berikut :
1. Hadis dari Abu Sa‘id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW
pernah ditanya oleh seseorang tentang perbuatan yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW, "Apakah engkau mengambil air wudlu dari sumur Budha'ah, yakni sumur yang
ke dalamnya dibuang darah, daging anjing dan barang-barang busuk?" Rasulullah
bersabda, "Air itu suci, tidak ada sesuatu yang menjadikannya najis." (HR. Abu
Dawud).
3
Farid Wajdi Ibrahim, “Jurnal Ilmiah Sintesa : Media Kajian Keagamaan Dan Ilmu Sosial” Vol.
15 (2016): No. 2.
10
G. KITAB-KITAB ASBABUL WURUD
Asbabu Wurud al-Hadis, karya Abu Hafs al-Ukbari (w. 339 H). Kitab ini tidak bisa
diakses, karena telah hilang (rusak) seiring dengan berlalunya zaman.
Asbabu Wurud al-Hadis, karya Abu Hamid Abd al-Jalil al-Jubari. Sebagaimana kitab
asbab al-wurud karya al-Ukbari di atas, kitab ini pun tidak dapat diakses oleh umat
Islam saat ini. 4
Asbabu Wurud al-Hadis atau disebut juga al-Luma’ Fi Asbab Wurud al-Hadis, karya
Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuti.
Al-Bayan wa al-Ta’rif, karya Ibnu Hamzah al-Husaini al-Dimasyqi (w. 1110 H.)
Asbab al-Hadist, karya Abu Hafsh Al-Akbari, Syaikh Al-Qadli Abi Ya’La
Muhammad bin Al-husain al-Fazza’i
Al-bayyan wa at-ta’rif fi Asbabi Wurud al-hadist asy-syarif, karya Sayyid Ibrahim bin
Muhammad bin kamaluddin (ibnu hamzah)
Asbab Wurud Al-hadist, (sebab keluarnya hadist Rasulullah), karya Imam Al-Suyuti.5
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan semua paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum ada dua
kategori asbab al-wurud, yaitu asbab al-wurud al-khassah (mikro) dan asbab al-wurud
al-‘ammah (makro). Asbab al-wurud al-khassah (mikro) adalah faktor-faktor (baik berupa
peristiwa atau pertanyaan) yang melatarbelakangi munculnya suatu hadis, sedangkan asbab
al-wurud al-‘ammah (makro) adalah situasi dan kondisi sosio-historis yang lebih bersifat
umum dalam konteks apa, di mana, dan kapan Nabi Saw menyampaikan suatu hadis. Kedua
kategori asbab al-wurud ini, dalam kajian hadis mempunyai peran yang sangat penting dan
tidak saling asbab al-wurud al-khassah akan takhsis dari yang umum, dan nasikh dari
mansukh suatu hadis.
4
Asep Herdi, Memahami Ilmu Hadist, Cetakan Perttama (Bandung: Tafakur (kelompok
Humaniora), 2014).
5
Ma’shum Zein, Ilmu Memahami Hadist Nabi, Cetakan Pertama (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2016).
11
Sementara, pemahaman terhadap asbab al-wurud al-‘ammah akan mengantarkan
kepada pemahaman relatif komprehensif mengenai suatu hadis (yang tidak ber- asbab al-
wurud al-khassah) secara lebih apresiatif dan akomodatif terhadap perubahan masyarakat
(social change). Lebih jauh, pengetahuan terhadap keduanya, bukan untuk menomorsatukan
pemahaman kontekstual dan mensubordinasikan pemahaman tekstual, melainkan untuk
membimbing ke arah pemahaman yang proporsional; kapan suatu hadis dipahami secara
tekstual dan kapan dipahami secara kontekstual.6
DAFTAR PUSTAKA
Herdi, Asep. Memahami Ilmu Hadist. Cetakan Perttama. Bandung: Tafakur (kelompok
Humaniora), 2014.
Ibrahim, Farid Wajdi. “Jurnal Ilmiah Sintesa : Media Kajian Keagamaan Dan Ilmu Sosial”
6
Muin, “Pemahaman Komprehensif Hadis Melalui Asbab Al-Wurud.”
12
Putri, Widia. “Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam” Vol. 4 (June 2020): No.
1.
Suparta, Munzier. Ilmu Hadist. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Zein, Ma’shum. Ilmu Memahami Hadist Nabi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2016.
13