Anda di halaman 1dari 15

“Sultan Mehmed II (Sultan Muhammad Al-Fatih)

Sang Penakluk Konstantinopel 1453 masa Turki Utsmani”1

Abstrak

Konstatinopel didirikan oleh pahlawan legendaris Yunani: Byzas, kota


ini kemudian dinamai dengan namanya tersebut yaitu Byzatium. Abad ke-4
masehi, Kaisar Konstantinus memindahkan ibukota Romawi Timur ke kota ini
karena saat itu kekuasaan Imperium Romawi Kuno berkembang begitu pesat.
Kota ini juga terkenal dengan benteng yang besar untuk melindungi pusat kota,
serta masa Konstatinus di bangun gedung pemerintahan, rumah-rumah ibadah
dan pemandian umu. Kemudian untuk mengenang jasa dari Konstatinus ini,
sejak saat itu kota tersebut diubah menjadi Konstatinopel, yang disebut sebagai
“New Rome” dan menjadi kota dengan aktivitas dagang terbesar. Karena pusat
perkembang yang maju inilah membuat Konstatinopel ingin ditaklukan oleh
kaum muslim. Penaklukan ini berhasil pada masa Sultan Muhammad II (Al-
Fatih) masa Turki Utsmani tahun 1453, ini merupakan puncak kejayaan kaum
Muslim dalam penaklukan di Eropa.
Kata Kunci: Sultan Muhammad II (Al-Fatih), Konstatinopel, Penaklukan.

A. Pendahuluan.

Islam sendiri memang telah berkembang pesat saat Nabi Muhammad s.a.w
menyebarkan agama Islam di jazirah arab. Seiring dengan perkembangannya ini pula
adanya keinginan untuk perluasan agama Islam secara besar-besaran yang dimulai
yang pada saat itupula kerajaan-kerajaan Islam telah memulai era perdagangan yang
membuat mereka mudah untuk menyelusuri daerah untuk menyampaikan ajaran
Islam. Perkembangan ini pula telah nampak saat muslim ingin menduduki dataran
Eropa. Dimana saat itu pintu masuk dataran Eropa ialah melewati jalur timur
tepatnya di Konstatinopel (Romawi Timur), adanya hasrat serta semangat juang oleh
kaum muslim yang disampaikan oleh Rasulullah Saw, bahwa Konstatinopel akan
ditaklukan. Sehingga nantinya membuat kaum muslim berkembang pesat didataran

1
Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas Sejarah Asia Barat, oleh Mahasiswa
Rivaldi Apryanto (14407144001), Program Studi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan
Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta 2014.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 1
Eropa khususnya di Konstatinopel yang saat itu dikuasai oleh Turki Utsmani dan
kemudian nantinya berubah nama menjadi Istanbul (Turki).

Konstatinopel (Romawi Timur) sendiri merupakan daerah sebuah kota dengan


imperium terbesar pada masanya, kota ini dihuni oleh berbagai etnis dan bangsa yang
didominasi etnis Yunani. Kaisar Konstantin yang menjabat saat itu menjadikan kota
sebagai “kota yang paling diinginkan di seluruh dunia” . Saat itu Konstatinopel
merupakan ibukota terakhir Romawi dan ibukota negara Kristen pertama serta kota
ini memiliki berbagai kekayaan yang membuat kota ini diperebutkan. Saat
penaklukan kota Konstatinopel ini, Rasulullah Saw, menyampaika berita gembira
kepada para sahabatnya mengenai akan ditaklukannya kota tersebut. Tepatnya saat
ketika berlangsung perang Khadaq, Beliau bersabda:

“Sesungguhnya kota Konstatinopel pasti akan ditaklukkan oleh seseorang.


Pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baiknya pemimpin dan
pasukannya adalah sebaik-baiknya pasukan.” (HR Ahmad bin Hanbal).2

Saat itupula Islam berusaha memperluas wilayah kekuasaanya, yang dimana


penaklukan Konstatinopel ini dimulai sejak masa pemerintahan Muawiyah bin Abi
Sufyan, terjadi pada tahun 688 Masehi. Namun, penaklukan ini gagal dan salah satu
sahabat Rasulullah Saw, yaitu Abu Ayyub al-Anshri gugur dalam pertempuran. Akan
tetapi saat masa kepemimpinan Sultan Bayazid I, terjadi pengepungan Konstatinopel,
hingga membuat kota ini nyaris runtuh. Walaupun upaya penaklukkan Konstatinopel
ini telah dimulai sejak pemerintahan Utsman ibn Affan hingga para khalifah
sesudahnya, baik dari Umayyah, Bani Abbasiyah, hingga Turki Ustmani. Namun
upaya yang dilakukan mengalami kegagalan. Hingga saat masa pemerintahan Sultan
Muhammad II bin Murad yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih ini
lah kota Konstatinopel ini mampu ditaklukan tahun 1453.3 Penaklukan ini sendiri

2
Felix Y. Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453, Jakarta, 2012. Halaman 5-8.
3
Ibid, Halaman 59-65.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 2
taklepas dari strategi, rencana serta kekuatan militer yang kuat yang dimiliki oleh
Sultan Al-Fatih dan pasukannya dalam penaklukan kota ini.

B. Biografi Sang Penakluk Konstatinopel (Sultan Al-Fatih).

Sultan Muhammad II dilahirkan pada 30 Maret 1432. Ayahnya ialah Sultan


Murad I dan Ibunya bernama Huma Hatun, putri dari Abdullah dari Hum. Ia
merupakan sultan yang cerdas dan merupakan Daulah Utsmani ketujuh dalam
silsilah keturunan Keluarga Utsmani. Beliau banyak menghabiskan masa kecilnya di
kota Adrenah, karena saat itu Ayah beliau, betul-betul ingin mendidik beliau agar
menjadi seorang pemimpin kuat dan saleh. Ia juga dilatih dan dididik dari segala
segi, seperti militer, dan ilmu keagamaan. Muhammad II memiliki gelar Al-Fatih
karena ia berhasil menaklukan ibukota Romawi Timur (Konstatinopel). 4 Muhammad
II diangkat menjadi Sultan setelah ayahnya Sultan Murad I wafat pada tahun 855
H/1451 Masehi. Saat beliau diangkat menjadi khalifah, beliau masih berumur 22
tahun. Sultan Muhammad II juga memiliki kecerdesan yang luar biasa, yang
sebagaimana diakui oleh salah satu gurunya Asy-Syeikh Muhammad bin Ismail Al-
Kurani.

Sultan Muhammad Al-Fatih memang telah memiliki pengajaran dari kecil,


sehingga tak heran beliau telah mempelajari bagaimana strategi pertempuran, teknik
mengepung kota dan beberapa wawasan kemiliteran lainnya. Beliau juga gemar
mempelajari sejarah Islam mulai dari zaman Rasullah Shallahu‘alaihi wasallam
hingga beliau hidup saat itu, kisah sejarah yang dipenuhi kisah-kisah kepahlawanan
dan kesatrian para pahlawan Islam. Hal ini pula lah yang menimbulkan hasrat beliau
dalam pertempuran untuk menaklukkan kota Konstatinopel, yang sejak kecil juga ia
diyakinkan oleh gurunya mengenai Hadits yang berbunyi:

4
Churyha El Khadiri, Peradaban Islam yang Terlupakan: Tiga kota saksi sejarah
kejayaan (Cordoba, Konstatinopel dan Vienna), Yogyakarta, 2015. Halaman 119-120.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 3
“Konstatinopel akan bisa ditaklukkan ditangan seorang laki-laki. Maka
orang yang memerintah disana adalah sebaik-baiknya penguasa dan tentarannya
adalah sebaik-baik tentara”.5

Muhammad Al-Fatih sangat mahir mengendari kuda dan pandai memainkan


senjata. Beliau juga dikenal sebagai sosok yang pemberani, adil dalam memutuskan
perkara dalam pengetahuan agama dan sastranya, zuhud lagi wara’ terhadap dunia,
serta memiliki pandangan ke depan yang tajam. Selain itu beliau dikenal sebagai
penguasa yang dekat dengan Ulama dan beliau juga sangat rajin beribadah. Sultan
Al-Fatih semenjak kecil telah mengamati upaya-upaya sang ayah, Sultan Murad II,
untuk menaklukan Konstatinopel. Beliau juga mengkaji usaha-usaha yang pernah
dibuat sepanjang sejarah Islam kea rah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang
kuat dalam dirinya untuk meneruskan cita-cita umat Islam. Saat beliau naik tahta,
beliau telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukan Konstatinopel.

C. Perundingan antara Muhammad Al-Fatih dengan Kasiar Bizantium dan


Pertemuan Kaisar Konstatin dengan Jajarannya.
i. Perundingan antara Muhammad Al-Fatih dengan Kaisar Bizantium.

Saat itu Kaisar Bizantium berusaha merencanakan berbagai strategi dan tipu
dayanya agar bisa menyelamatkan kota Konstatinopel yang waktu itu diserang oleh
pasukan Utsmani. Maka dari itu ia mengajukan berbagai tawaran kepada Sultan agar
menarik pasukannya. Sebagai gantinya Kaisar akan membayar sejumlah uang atau
menyatakan tunduk dan taat kepada Sultan6. Akan tetapi Sultan Al-Fatih menolak
tawarannya ini, sebaliknya ia meminta kota Konstatinopel diserahkan kepadanya
secara damai. Apabila dituruti maka tidak akan ada seorang pun penduduk kota
maupun gerejanya yang akan mendapatkan gangguan. Sultan pun mengirimkan surat
kepada Kaisar Bizatium yang berisi:

5
Ibid, Halaman 121-122.
6
Felix Siauw, Op Cit 64-67.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 4
“Hendaknya Kaisar kalian menyerahkan kota Konstatinopel kepada saya.
Saya bersumpah bahwa pasukanku tidak akan menganggu seorangpun dari
kalian baik pada jiwa, harta, maupun kehormatannya. Barang siapa yang ingin
tetap tinggal di kota ini, silahkan tinggal dengan damai dan aman. Barang siapa
ingin meninggalkannya, silahkan pergi kemana pun dia suka dengan aman dan
damai pula”.

Dari tawaran Muhammad Al-Fatih ini tentu ditolak oleh sang Kaisar karena
Kaisar tidak mau kehilangan negeri yang telah ia bangun sejak ratusan tahun yang
menjadi kebanggan umat Kristen ini. Karena perundingan ini tidak menemui jalan
keluar, maka Muhammad Al-Fatih melanjutkan misinya sampai tuntas. Kali ini tidak
ada tawaran lagi bagi Sultan dalam mewujudkan impian kaum Muslim. Penolakan
yang dilakukan Konstatin ini membuat Sultan memerintahkan kepada wazirnya
untuk memulai persiapan pernyerangan abis-abisan atas kota Konstatinopel.7

Ditengah gempuran pasukan Muhammad Al-Fatih ini membuat datangnya


bantuan dari Eropa, yang dikirimkan pasukannya untuk membantu Konstatinopel
yang berjumlah lima kapal dengan 700 orang. Kedatangan pasukan dari Genoa ini
menimbulkan pengaruh besar dalam mengangkat mental serta semangat pasukan
Bizatium. Sementara itu Angkatan Laut Ustmani berusaha melewati rantai-rantai
besar yang mengontrol lalu lintas di Tanduk Emas dan bisa menyampaikan ke tempat
ini. Pada tanggal 20 April 1453 terjadi pertempuran armada laut, dimana kaum
Muslimin berupaya mencegah datangnya bantuan armada Eropa yang dipimpin oleh
Flantanella. Kedatangan mereka ini membantu membentengi Konstatinopel ditepi
laut dekat Teluk Tanduk Emas. Pertempuran antara armada laut Eropa melawan
armada Ustmani tidak terbentung lagi.8 Menyaksikan secara langsung pertempuran
ini membuat Sultan Muhammad Al-Fatih merasa geram. Sampai-sampai ia memacu
kudanya kepinggir pantai hingga air laut membasahi kuda dan lututnya. Sulta

7
Roger Crowley, 1453: Detik-Detik Jatuhnya Konstatinopel ke Tangan Muslim (The
Holy War for Contantinople and the Clash of Islam and The West, Penerj: Ridwan
Muzir), Tanggerang Selatan, 2015. Halaman 76-81.
8
Ibid, Halaman 129-135.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 5
menuliskan surat pada pimpinan armada laut Muslimin yang bernama Balta Oghlu
dalam beberapa sumber lain namanya Palta Oghlu. Isi suratnya:

“Hanya ada dua pilihan untukmu, menguasai kapal – kapal itu atau
menengelamkannya. Jika tidak, maka janganlah kaum kembali kepada kami
dalam keadaan hidup”.9

Sultan kemudian memikirkan bagaimana cara agar bisa menembus dan


melakukan penyerangan Konstatinopel melalui wilayah Tanduk Emas. Akhirnya
Sultan menemukan ide untuk bisa masuk wilayah Tanduk Emas, ia kemudian
melakukan diskusi dengan para petinggi militernya. Beliau menyampaikan ide
tersebut ialah memindahkan kapal-kapal pasukannya melalui jalan darat menuju
Tanduk Emas. Ide ini memang tidak masuk akal dalam benak para panglima. Namun
satu-satuny jalan untuk bisa menguasai daerah ini ialah mencobanya. Ide dari Sultan
ini belum diduga-duga sebelumnya. Strategi ini dilaksanakan tanggal 21 April 1453.
Tanah-tanah yang dilewati kapal-kapal diratakan, pohon-pohon ditebang dan
dijadikan landasan kapal yang terlebih dulu dilumuri minyak agar pergerakan lebih
cepat. Pada tanggal 22 April 1453, subuh, pasukan Muhammad Al-Fatih berhasil
memasuki Teluk Tanduk Emas tanpa diketahui oleh pasukan Konstatinopel,
sehingga tidak ada upaya perlawanan yang berarti untuk menghadang. Setelah kapal-
kapal muslim ini berhasil masuk kedalam Teluk Tanduk Emas akhirnya diketahui
oleh pasukan Konstatinopel dan mengejutkan seluruh rakyatnya, mereka beranggap
ini merupakan hal yang mutahil tapi terjadi.

Peristiwa pasukan kaum Muslim ke Teluk Tandu Emas ini dengan


memindahkan 70 buah kapal melaui jalur darat juga diungkapkan oleh sejarawan
Bizatium:

“Kami tidak pernah melihat dan mendengar sebelumnya, sesuatu yang


sangat luar biasa seperti ini.10 Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi
menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak

9
Abu Fatah, Grania, Panglima Surga, Jakarta, 2008. Halaman 397.
10
Felix Siauw, Op Cit, Halaman 182-183.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 6
sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh
melebihi apa yang pernah dilakukan oleh Alexander The Great”.

Kehadiran kapal-kapal Utsmani di Tanduk Emas ini berperan besar dalam


melemahkan semangat pasukan Bizatium yang mempertahankan Konstatinopel.
Sehingga mereka menarik sejumlah besar kekuatan dari perbatasan lain untuk
mempertahankan pagar perbatasan yang ada di Tanduk Emas.

ii. Pertemuan Kaisar Konstatin dengan Jajarannya.

Akibat dari kondisi yang kian mencekam Konstatinopel, kaisar Konstantin


mengumpulkan para pembantunya, penasehat serta pemuka Kristen dalam pertemuan
mendadak di dalam kota. Semua yang hadir menasehati Konstatin agar di sendiri
keluar dari kota dan segera meminta bantuan pada kaum Kristen dan Negara –
Negara Eropa. Semoga saja bala bantuan ini segara datang dan bisa memaksa
Muhammada Al-Fatih meninggalkan pengepungan kota mereka. Namun ia menolak
saran ini dan bertekad melawan tentara Utsmani untuk terakhir kalinya, dia pun tidak
akan pernah meninggalkan rakyatnya hingga berada dalam kondisi yang sama.
Sikapnya ini dianggap sebagai kewajibannya.11 Oleh karena itu dia memerintahkan
pihak yang hadir agar tidak menasehatinnya untuk keluar dari Konstatinopel. Ia
hanya mencukupkan dengan mengirim utusan ke berbagai pelosok Eropa untuk
meminta bantuan. Utusan-utusan yang dikirim pulang dengan kegagalan.

D. Penaklukan Konstantinopel dan Jatuhnya Konstatinopel ke Tangan Sultan


Muhammad Al-Fatih 1453.

Penaklukan Konstatinopel ini sendiri memang telah dimulai sejak


pemerintahan Utsman bin Affan hingga para khalifah sesudahnya, baik dari Bani
Umayyah, Bani Abbasiyah, hingga Turki Utsmani. Namun semua ini mengalami
kegagalan hingga pada masa Turki Utsmani pemerintahan Sultan Muhammad II bin
Murad atau Sultan Muhammad Al-Fatih inilah kota tersebut dapat ditaklukan. Sultan

Ash Shalabi, Ali Muhammad, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Jakarta
11

Timur, 2004. Halaman 120-121.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 7
sendiri memilik strategi-strategi yang jelit untuk melancarkan serangan agar kota ini
dapat ditaklukan, sesuai dengan impian kaum Muslimin.

Awalnya sultan mengadakan perundingan kepada Kaisar Konstatin agar


menyerahkan kota itu dengan damai. Namun perundingan ini ditolak oleh Kaisar,
saat itupula Sultan menyuruh wazirnya untuk mempersiapkan pengepungan di kota
Konstatinopel. Ia pun menyiapkan startegi-starteginya untuk melancarkan serangan
ini. Strateginya, pertama ia membangun sebuah benteng baru, yang terinspirasi dari
benteng yang pernah dibuat oleh leluhurnya Bayazid I, yang saat itu digunakan
sebagai penahan serangan dari kaum Kristen Genoa dari utara, khususnya
pemukiman mereka di Laut Hitam.12 Benteng ini dibangun 15 April 1452 dengan tiga
menara utamanya serta dilengkapi meriam-meriam, sehingga tidak satu kapal dapat
melalui selat Bosporus dan Muhammad Al-Fatih sesungguhnya telah memutus nadi
utama Konstatinopel ini. Kedua ia memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk
menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa
memasuki wilayah Teluk Tanduk Emas, ini merupakan ide cemerlang yang dimiliki
nya dan merupakan ide yang tidak masuk akal dan berhasil 13. Ketiga, ia menambah
kekuatannya dengan mempelajari teknologi militer Persia dalam merakit Mesin
pengepung/pelontar batu, yang digunakan untuk meluluh lantakan semangat lawan
sebelum serangan utama dilancarkan.

Namun pertahanan dari Konstatinopel ini sangat kokoh karena benteng-


benteng yang mengintari kota ini. Sehingga Sultan berfikir keras untuk mencari alat
yang sesuai. Dengan kecerdesaanya ini dibuatlah meriam pelontar besi yang besar,
dengan panjam 8 meter dengan diameter lebih dari 0,7 meter, tebal bibir meriam 20
cm dari logam padat dan pelurunya pun dibuat dari batu dibentuk seperti ola dengan
berat 700kg/peluru. Meriam ini dibuat oleh Orban. 14 Selain meriam Sultan juga
merekrut prajurit sejak calon itu masih kecil, dengan disebarkan ke seluruh wilayah
12
Felix Y. Siauw, Op Cit. Halaman 76-79.
13
Churyha El Khadiri, Op Cit. Halaman 109-110.
14
Michael Spilling, Perang yang Mengubah Sejarah (Dari Pertempuran Megiddo 1457
SM, Hingga Blenheim (1704), Jakarta, 2012. Halaman 191-192.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 8
Turki dan sekitarnya seperti Balkan dan Eropa Timur untuk mencari anak-anak
dengan IQ-nya paling tinggi, rajin ibadahnya dan kuat fisiknya, keluarga mereka juga
nantinya ditawarkan kontrak panjang dan kebutuhan hidupnya ditanggung negara.
Maka tidak heran kalau tentara Al-Fatih adalah tentara yang paling rajin shalat.
Sementara dari sisi kecerdesan, mereka memang sudah memilikinya sejak lahir,
sehingga penambahan llmu dan sains menjadi perkara mudah. Selain ketiga
strateginya tadi Sultan juga membuat terowongan untuk memasuki pusat kota, akan
tetapi usahanya ini gagal karena dihalau oleh tentara Bizantium dengan cara
membakar terowongan ini.15 Upaya ini cukup memakan korban tapi hal ini tidak
menjadikan tentara Muslim patah semangat.

Sultan Al-Fatih sendiri melakukan pengepungan baik melalui daratan, laut dan
meluncurkan ribuan anak panah melalui udara. Pengepungan Konstatinopel oleh
Sultan Muhammad Al-Fatih dimulai tanggal 6 April 1453 Masehi. Secara perlahan,
kota-kota dan desa-desa yang berdekatan dengan Konstantinopel berhasil ditaklukan.
Sultan dan pasukannya berkemah sekitar 5 mil diluar tembok kota dan menancapkan
panji-panji Turki di gerbang kota St. Romanus. Sebelum melancarkan penyerangan
pada tanggal 27 Mei 1453 ini Sultan Al-Fatih mengingatkan kepada seluruh
pasukannya untuk lebih meningatkan kepada seluruh pasukannya untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah s.w.t, melaksanakan sholat dan memohon doa sepaya
mendapatkan keberhasilan dalam penaklukan Konstatinopel ini. Sementara pada
tanggal 28 Mei 1453 setelah persiapan telah matang dan siap tempur meriam-meriam
mulai menembakkan pelurunya. Sultan Muhammad Al-Fatih tiada hentinya
mengawasi pasukannya dengan selalu memberi semangat untuk tetap ikhlas dalam
berjihad. Sultan dalam salah satu pidatonya mengatakan:

“Jika penaklukan Konstatinopel sukses, maka sabda Rasulullah telah


menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah menjadi terbukti, makai
kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadist ini,
yang berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada
para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini,
15
Churyha El Khadiri, Op Cit, Halaman 110-111.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 9
akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap
pasukan, menjadikan ajaran-ajaran syariat selalu di depan matanya dan jangan
sampai ada diantara mereka yang melanggar syariat-syariat yang mulia ini.
Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja.
Hendaknya mereka jangan menganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak
berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran”.16

Setelah tujuh minggu pengepungan ini akhirnya pasukan muslim berhasil


meruntuhkan pintu gerbang Edirne, pintu gerbang Santo Romanus, dan pintu
gerbang militer. Melihat gerbang-gerbang pertahanan Konstatinopel yang sudah
mulai rapuh, Sultan memutuskan untuk melakukan penyerbuan besar-besaran pada
tanggal 29 Mei, namun rencana ini diketahui oleh orang-orang Yunani (Tentara
Bizantium). Sehingga sebelum tanggal 29 Mei, kedua belah pihak melakukan
persiapan-persiapan, mulai dari senjata, mental dan tenaga. Pada tanggal 20 Jumadil
Ula tahun 857 H, tepatnya Selasa, 29 Mei 1453 M, penyerbuan terakhir
dilaksanakan.17 Dalam penyerbuan ini, Sultan berusaha mengempur abis-abisan
dinding pertahanan Konstatinopel dari berbagai penjuru. Tetapi, penyerbuan utama
dilakukan di Lembah Lycus, dekat dengan gerbang Santo Romanus yang temboknya
telah dirusak oleh meriam-meriam pasukan Islam. Pertempuran ini sangat sengit
sehingga tentara Bizantium kehilangan panglima perangnya, Giovanni Guistiniani. Ia
mengalami luka yang parah sehingga harus mundur dari medan pertempuran. Setelah
panglimanya wafat, tentara Bizantium dikomando lagsung oleh Kaisar. Namun saat
pasukan Muslim berhasil masuk ke Konstatinopel, Sang Kaisar gugur ditangan
tentara Islam. tentara Bizantium yang kehilangan pemimpin ini semakin takut dan
kehilangan rasa percaya diri.18

Adanya rasa takut dan duka oleh orang Kristen ini, membuat para pangeran
dan raja-raja mengadakan pertemuan dan terus-menerus menyeru orang-orang

16
Ash Shalabi, Ali Muhammad, Op Cit, Halaman 130-131.
17
Churyha El Khadiri, Peradaban Islam yang Terlupakan: Tiga kota saksi sejarah
kejayaan (Cordoba, Konstatinopel dan Vienna), Yogyakarta, 2015. Halaman 112-113.
18
Ibid, Halaman 114-115.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 10
Kristen untuk berperang melawan kaum Muslimin. Dengan adanya kabar Kaisar
tewas ini berpengaruh besar dalam meningkatkan semangat juang pasukan Utsmani.
Saat ini pula pertahanan pasukan Nasrani melemah dan melarikan diri ke berbagai
penjuru. Pasukan Muslim pun berhasil masuk ke kota ini. Pasca penaklukan
Konstatinopel ini disebut sebagai zaman gemilang. Kemudian Sultan Al-Fatih
mengubah nama kota Konstatinopel menjadi Istanbul dan menjadikan ibukotanya
Turki Utsmani dan tempat kedudukan Sultan.19 Sejak berada di bawah pemerintah
Islam, Sultan Muhammad Al-Fatih menjunjung tinggi toleransi. Karena saat itu
Konstatinopel masih beragama Nasrani. Sultan juga menerapkan berbagai kebijakan
dalam sistem pemerintahannya.

E. Wafatnya Sang Penakluk Konstatinopel.

Sultan Muhammad Al-Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, pada bulan
Rabiul Awal tahun 886/1481 Masehi, pada saat itu kondisi beliau tidak sehat. Di
tengah perjalanan sakit yang ia derita kian parah dan semakin berat ia rasakan.
Sehingga dokter pun didatangkan untuk mengobatinya, akan tetapi dokter dan obat
tidak lagi bermanfaat bagi sang Sultan. Ia pun wafat ditengah pasukannya pada hari
Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886/ 3 Mei 1481 Masehi. Sultan meninggal diusia 52
tahun dan memerintah selama 31 tahun. Ada yang mengatakan bahwa wafatnya sang
Sultan ini diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya, Allahu a’lam. Tidak
adapula keterangan yang bisa dijadikan sandaran kemana sang Sultan hendak
membawa pasukannya ini.20 Ada yang mengatakan beliau ingin hendak menuju Itali
untuk menaklukan Roma ada juga yang mengatakan menuju Perancis atau Spanyol.

Sebelum wafat. Muhammad Al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus


tahtanya, yakni Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat
adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi,
rakyat dan kerjaan.

19
Ibid, Halaman 116-117.
20
Ibid, Halaman 136-137.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 11
F. Dampak Penaklukan dan Runtuhnya Dinasti Turki Ustmani di
Konstatinopel.

Dampak penaklukan Konstatinopel.

Setelah Konstatinopel ditaklukan namanya dirubah menjadi Istanbul yang


berarti Kota Islam, dan penyebutan nama ini hingga saat ini. Setelah penaklukan ini
juga jalur perdagangan darat dengan Asia kini dikatakan ditertutup sepenuhnya bagi
Kristen Eropa, karena saat itu Kristen Eropa dibebankan dengan sistem pajak yang
sangat mahal untuk melewati Laut Aegea dan Marmora untuk perdagangannya,
karena saat itu wilayah tersebut telah masuk dalam kekuasaan pemerintahan Turki
Utsmani dan menyebabkan orang-orang Eropa berupaya untuk mencari jalan lain
untuk bisa mendaptkan keperluan logistic mereka.21

Runtuhnya Turki Ustmani di Konstatinopel.

Akhir dari penaklukan oleh Muhammad Al-Fatih ini kemudian di teruskan oleh
penerus-penerus Dinasti Turki Ustmani, yang pada akhirnya juga mengalami
kemunduran dan keruntuhan kerajaan Turki Ustmani di Konstatinopel berawal sejak
wafatnya Sultan Sulaiman al-Qanuni (1566 Masehi). Pada masa itu kerajaan
mengfokuskan pada peperangan dari pada kemakmuran rakyatnya. Pemerintah yang
tidak lagi memberikan perharian penuh pada masyarakat Konstantinopel. Perpecahan
antara Islam – Kristen dan Sekte Kristen satu dengan lainnya menambah bibit
kehancuran peradaban Islam di kota ini.22 Selain itu kemunduran Turki Utsmani ini
juga disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman
meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para
pengganti Sulaiman sebagaian besat orang yang lemah dan mempunyai sifat serta
kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit
Ustmani yang mengakibatkan kekalahan dalam menghadapi beberapa peperangan

Churyha El Khadiri, Op Cit, 177-178.


21

22
Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Ed.1-2, Jakarta,
2009. Halaman 190-191.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 12
dan ekonomi semakin memburuk dan sistem pemerintahan tidak berjalan dengan
semestinya.

Kemudian muncul-lah gerakan-gerakan revolusi dan melemahnya kekhalifah


Islam, muncul tokoh Islam, Mustafa Kemal Attarurk. Ia pada awalnya setia kepada
kerajaan. Namun pendirinya berubah, ia beranggapan kerajaan tidak dapat lagi
diperhankan akibat salah urus dan kalah perang. Saat itupula Mustafa Kemal
Attaturk mulai mengembangkan paham nasionalisme Turki dan menginginkan
diakhirinya kerjaan Ustmani dan Tanggal 29 Oktober 1923, Republik Turki
diproklamasikan dan Attaturk menjadi presiden pertama. Peradaban Islam tetap
berlanjut di Konstatinopel (Istanbul) dibawah pemerintahan Republik Turki.

G. Kesimpulan.

Penaklukan Konstatinopel merupakan masa gemilang dan keberhasilan telak


kaum Muslim dalam menaklukan kota ini. Peran dari Sultan Muhammad II atau
dikenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih taklepas dari penaklukan yang begitu
besar hingga dikenang sebagai penaklukan yang besar serat strategi yang gemilang
sehingga mampu menghancurkan pertahanan paling kokoh, dengan kekuatan militer
dan perang yang sangat lengkap pada masanya. Penaklukan ini tak lepas dari
perkataan Rasulullah Saw dalam sebuah hadist “Berkata lah Abdullah bin Amru bin
Ash: ”bahwa ketika kami duduk disekiling Rasulullah Saw untuk menulis. Lalu
Rasulullah Saw ditanya tetang kota manakah yang akan runtuh terlebih dahulu.
Konstantinopel atau Roma. Maka Rasulullah Saw menjawab, “kota Heraklius
terlebih dahulu, yakni Konstantinopel (HR. Ahmad), terbukti kebenarannya kini,
bahwa yang terlebih dahulu ditaklukan adalah Konstatinopel. Meskipun misi dari
penaklukan ini dimulai sejauh sebelum Muhammad Al-Fatih lahir dimana percobaan
penaklukan ini telah dimulai sejak lamanya sekitar abad ke-8 oleh kaum Muslim dan
bangsa-bangsa lainnya untuk merebut kekuasaan kota ini dari kaum Kristen ortodhok
dari Yunani.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 13
Sultan Al-Fatih juga dikenal sebagai sultan yang cerdas, serta kecerdikannya
dalam membuat strategi untuk meruntuhkan Konstatinopel. Selain itu peran dari
guru-gurunya juga sangat mempengaruhi keberhasilan nya. Selama kepemimpinanya
juga ia mengeluarkan berbagai kebijakan dalam sistem pemerintahannya dimana
toleransi merupakan suatu caranya untuk menyatukan rakyat dan pemerintahanya,
karena saat itu Konstatinopel masih ada yang Nasrani. Selama kepemimpinanya ini
kemudian diganti oleh penerus-penerusnya hingga masa akhir dari Dinasti Turki
Ustmani ini ialah berubahnya sistem kerajaan menjadi Republik Turki yang dipimpin
oleh presiden pertamanya Mustafa Kemal Attaturk. Peradaban Islam sendiri tetap
berlanjut di Konstatinopel ini yang kemudian dikenal dengan nama Istanbul, Turki.

H. Daftar Pustaka

Sumber Buku:

Abu Fatah, Grania, Panglima Surga, Jakarta: Cicero Publishing, 2008.


Alatas, Alwi, Al-Fatih Sang Penakluk Konstatinopel, Jakarta Timur, Zikrul Hakim,
2000.
Al-Hasyimi, Abdul Mu’nim, Para Penakluk: Kisah Para Panglima Muslim
Menaklukan Dunia, Jakarta: Akbar, 2007.
Ash Shalabi, Ali Muhammad, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2004.
_____________________, Sultan Muhammad Al-Fatih Penakluk Konstatinopel, Solo:
Pustaka Arafah, 2011.
Churyha El Khadiri, Peradaban Islam yang Terlupakan: Tiga kota saksi sejarah
kejayaan (Cordoba, Konstatinopel dan Vienna), Yogyakarta: Araska, 2015
Felix Y. Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453, Jakarta: Khilafah Pres, 2012.
Michael Spilling, Perang yang Mengubah Sejarah (Dari Pertempuran Megiddo 1457
SM, Hingga Blenheim (1704), Jakarta: Kompas Gramedia, 2012.
Philip K. Hitti, History of The Arabs (Rujukan Induk dan Paling Otoritatif Tentang
Sejarah Peradaban Islam) Terjem: R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi,
Jakarta: Srambi, 2006.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 14
Ramzi Al-Munyawi, Muhammad Al-Fatih (Dar Al-Kitab Al-‘Arabi, Cet: pertama),
Penerj: Muhammad Ihsan, Jakarta Timur: Al-Kaustsar, 2011.
Roger Crowley, 1453: Detik-Detik Jatuhnya Konstatinopel ke Tangan Muslim (The
Holy War for Contantinople and the Clash of Islam and The West, Penerj: Ridwan
Muzir), Tanggerang Selatan, Pustaka Alvabet, 2015.
Syalabi, Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam IV: Imperium Turki Utsmani, Jakarta: Al-
Kautsar, 1988.
Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Ed.1-2, Jakarta:
Rajawali Pers, 2009.
Yusliani Noor, Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya), Yogyakarta: Ombak, 2014.
Sumber Skripsi:
Muhammad. Syatria, Kepemimpinan Muhammad Al-Fatih pada masa Pemerintahan
Turki Utsmani (1451-1481), Yogyakarta: Fakultas Adab, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, 2009.
Riza Nur Fikri, Penaklukan Konstatinopel, Yogyakarta: Fakultas Adab, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2012.

Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) Sang Penakluk Konstatinopel 1453


masa Turki Ustmani Page 15

Anda mungkin juga menyukai