Anda di halaman 1dari 2

Mereka etnis arab yang bermigrasi ke Afrika Timur dan India bisa kembali ke tanah air lebih

mudah dan lebih sering daripada yang bermigrasi ke Nusantara. Pasalnya, kapal layar Arab
melakukan perjalanan dagang setiap tahun antara India, Arab, dan Afrika Timur. “Sebelum jalur
kapal uap didirikan di Samudra Hindia, berlayar ke Hindia Timur lebih memakan waktu, butuh
berhenti di tengah perjalanan untuk menunggu angin muson selama hampir setahun,” tulis Linda
Boxberger dalam On the Edge of Empire Hadhramaut.

Karenanya, banyak Hadrami menetap di Nusantara secara permanen. “Bahkan setelah perjalanan
dengan kapal uap lebih mudah, karena alasan keluarga atau bisnis, mereka jarang pulang akibat
biaya dan lamanya perjalanan,” tulis Boxberger.

Menurut LWC van den Berg, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda, sejumlah kecil orang
Arab yang datang dari berbagai negeri di luar Hadramaut jarang menetap. Kalaupun menetap,
mereka berbaur dengan orang Arab dari Hadramaut. Sebagian besar adalah petualang yang
dalam waktu singkat menghilang secepat mereka datang.

Terdapat pula warga keturunan Arab yang berasal dari negara-negara Timur


Tengah dan Afrika lainnya di Indonesia, misalnya dari Mesir, Arab Saudi, Sudan atau Maroko;
akan tetapi jumlahnya lebih sedikit daripada mereka yang berasal dari Hadramaut.

Kaum Arab Hadrami yang datang ke Nusantara sebelum abad ke-18 telah berasimilasi penuh
dengan penduduk lokal. Sebagai produk asimilasinya, banyak anak keturunannya yang
menggunakan nama-nama lokal daripada nama-nama Arab. Hal tersebut yang menyebabkan
Kaum Arab Hadrami yang berimigrasi ke Nusantara sebelum abad ke-18 sulit diidentifikasi,
kecuali mereka yang memang memiliki hubungan historis dengan kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara. Sebagai contoh asimilasi antara Kaum Arab Hadrami dengan Pribumi-
Nusantara adalah pernikahan antara Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan (Raja
Champa 1471 - 1478) dengan Rara Santang (puteri Prabu Siliwangi) yang kemudian
berputera Syarif Hidayatullah, dan menghasilkan anak keturunan dari Raja-raja Banten di ujung
barat Pulau Jawa, umumnya mereka dapat diidentifikasi dengan gelar kebangsawanannya
seperti Tubagus atau Ratu
Sedangkan mereka yang datang setelah abad ke-18, lebih sedikit yang melakukan asimilasi
sehingga lebih mudah diidentifikasi dengan marga-marga yang mereka bawa, seperti Assegaf, al-
Aydrus, al-Attas, dan lainnya

 "RootsWeb's WorldConnect Project: Naqobatul Asyrof Al-Kubro". wc.rootsweb.ancestry.com. Diakses


tanggal 2017-04-18.

^ "KELANT2". www.royalark.net. Diakses tanggal 2017-04-29.

^ a b Saefullah, Hikmawan (2013-08-11). "Kaum Arab Hadrami di Indonesia: Sejarah dan Dinamika


Diasporanya #2". antimateri.com(dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-18.

^ Urbaner (2015-07-29). "Cerita gelar Tubagus dan Ratu di Banten -


Bantenurban.com". Bantenurban.com (dalam bahasa Inggris). 

 a b "Perempuan Arab - Literatur, Kunthi Tridewiyanti, FISIP UI.,


2009." (PDF). http://lib.ui.ac.id. 2009-01-01. Diakses tanggal 2018-10-21

Anda mungkin juga menyukai