Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kerajaan
Samudera Pasai.
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran sejarah. Penulisan makalah ini memiliki tujuan para pembaca mampu
mengenal lebih Kerajaan Samudera Pasai lebih dekat dari segala aspek.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran sangat penulis apresiasi. Akhir kata, penulis ingin
meminta maaf apabila ada salah kata atau salah informasi di dalam makalah ini.
Terima kasih.
Jakarta, Januari 2016
Tim Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada akhir abad ke-14, Malaka telah berkembang sebagai pusat
perdagangan yang paling ramai, tidak hanya di wilayah sekitar Malaka dan
Nusantara saja, tetapi juga salah satu pusat perdagangan yang terbesar di Asia. Di
pelabuhan Malaka, pedagang-pedagang dari Arab, Parsi, Gujarat, Cina bertemu
dengan pedagang di Sumatera, Jawa, Maluku, dan kepulauan lainnya. Malaka
menjadi bandar transit perdagangan dan pelayaran terpenting.
Persebaran Islam di Nusantara dipegang oleh para pedagang yang berasal
dari tanah Arab, Persia, dan Gujarat. Sebenarnya, cikal bakal kekuasaan Islam
sudah ada dari abad ke-7 sampai ke-8, tetapi sempat hilang karena adanya
Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan Kerajaan Hindu-Jawa seperti
Singasari dan Majapahit di Jawa Timur. Salah satu faktor cepatnya persebaran
Islam adalah Islam tidak mengenal stratifikasi masyarakat (sistem kasta) dan juga
mengajarkan toleransi serta persamaan harkat terhadap sesame. Malaka
merupakan bandar transito bagi para pedagang Arab, sehingga juga membantu
persebaran Islam di Indonesia.
Pada tahun 1511 M, Malaka jatuh ke tangan Portugis yang dipimpin oleh
Alfonso de Albuquerque. Hal ini berdampak pada jalur lalu lintas perdagangan
dan pelayaran. Pusat perdagangan kemudian dipindah ke Aceh, dan mulai saat itu
Aceh menjadi sangat ramai, berkembang, dan mengambil alih dominasi
pelayaran dan perdagangan dari Samudera Pasai. Saat Kerajaan Aceh mencapai
kejayaan, Samudera Pasai ditaklukkan.
Dari latar belakang inilah, akan dibahas lebih dalam mengenai Kerajaan
Samudera Pasai.
B. Rumusan Masalah
1. Di mana lokasi Kerajaan Samudera Pasai, kapan kerajaan Samudera Pasai
berdiri, serta sumber-sumber sejarah Kerajaan Samudera Pasai?
2. Bagaimana silsilah Kerajaan Samudera Pasai?
3. Bagaimana kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik di Kerajaan
Samudera Pasai?
4. Apa saja bukti-bukti peninggalan Kerajaan Samudera Pasai?
5. Apa penyebab kehancuran Kerajaan Samudera Pasai?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui lokasi Kerajaan Samudera Pasai, periode waktu


Kerajaan Samudera Pasai berdiri, serta sumber-sumber sejarah Kerajaan
Samudera Pasai.
2. Untuk mendapat informasi mengenai silsilah Kerajaan Samudera Pasai.
3. Untuk mengetahui kehidupan sosial budaya, ekonomi dan politik di
Kerajaan Samudera Pasai.
4. Untuk mengetahui bukti-bukti peninggalan Kerajaan Samudera Pasai.
5. Untuk mengetahui penyebab kehancuran Kerajaan Samudera Pasai.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Lokasi, Periode Waktu Berdiri, dan Sumber-sumber Sejarah
1. Lokasi Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara Sumatera (Aceh), dekat
Perlak (sekarang disebut Malaysia) kurang lebih di sekitar kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara.
2. Periode Waktu Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai
Kesultanan Kerajaan Samudera Pasai pertama kali didirikan oleh Meurah
Khair, yang bergelar Maharaja Mahmud Syah sekitar tahun abad ke-11.
Rentang masa kekuasaan Samudera Pasai berlangsung sekitar 5 abad, dari
abad ke 11 hingga 16 M.
3. Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
1. Berita Marco Polo (1292)
Menyebutkan saat tinggal di Sumatera mendapati penduduk
setempat di sekitar Perlak beragama Islam. Ia juga mengagumi
kemajuan yang dicapai kesultanan tersebut
2. Berita Ibnu Batutah (1304-1368)
Ibnu Batutah merupakan musafir dari Maroko. Dalam
kunjungan pertamanya, tahun 1326 ia mengatakan masyarakat
pedagang di kerajaan ini sebagian besar beragama Islam. Saat
singgah kembali pada tahun 1345 (Masa Kekuasaan Al-Zahir)
ia menyebutkan kerajaan ini sebagai sebuah pelabuhan yang
ramai dan banyak disinggahi kapal-kapal dagang dari Cina,
India, serta Nusantara sendiri. Ada kutipan dari catatan
perjalanannya yang berjudul Tuhfat Al-Nazha, yaitu Sebuah
negeri yang hijau dengan kota pelabuhan yang besar dan
indah. Ia juga menyebut Samudera Pasai sebagai pusat studi
Islam di Asia Tenggara
3. Hikayat Raja-raja Pasai
Merupakan karya berbahasa Melayu yang bercerita tentang
kerajaan Islam (kesultanan) pertama di Nusantara, Samudera

Pasai. Menurut Dr. Russel Jones, hikayat ini ditulis pada abad
ke-14. Hikayat ini mencakup masa dari berdirinya Kesultanan
Samudra Pasai sampai ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit.
B. Silsilah Kerajaan Samudera Pasai
1. Meurah Khair (1042-1078)
Sebagai pendiri dan sultan pertama Samudra Pasai, bergelar Maharaja
Mahmud Syah.
2. Maharaja Mansyur Syah (1078-1133)
3. Teuku Samudra
Teuku Samudra merupakan penguasa terakhir Samudra Pasai di bawah
kekuasaan Dinasti Meurah Khair. Nama lainnya adalah Nazimuddin alKamil. Sultan ini sebenarnya berasal dari Mesir yang ditugaskan sebagai
laksamana untuk merebut pelabuhan di Gujarat. Ia tidak punya keturunan,
sehingga saat ia wafat, Samudera Pasai kacau akibat perebutan takhta.
4. Sultan Malik al-Saleh (1267-1292 M)
Sultan Malik al-Saleh merupakan penguasa Samudera Pasai berikutnya
yang merupakan keturunan dari Dinasti Meurah Silu. Ia keturunan sultan
Perlak (sekarang disebut Malaysia). Pada masa pemerintahannya, sistem
pemerintahan kerajaan dan angkatan perang laut serta darat sudah
terstruktur rapi. Kesultanan menjadi makmur, terutama setelah Pelabuhan
Pasai dibuka, yang posisinya sangat strategis, dekat dengan Selat Malaka.
5. Sultan Muhammad Malik az-Zhahir (1292-1326 M)
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zhahir, Samudera
Pasai telah memiliki hubungan dagang dengan Cina, Gujarat, dan
Benggala. Komoditas utamanya berupa lada, kapur barus, dan emas.
Untuk kepentingan perdagangan, di masa ini sudah dikenal mata uang
emas (koin emas) yang disebut deureuham (dirham). Selain dengan
negara-negara di luar Nusantara, Samudera Pasai juga menjalin hubungan
dengan pedagang-pedagang Nusantara (Jawa), yang oleh kesultanan
diberikan keistimewaan, yaitu bebas pajak. Para saudagar Jawa biasanya
menukar beras dengan lada.
6. Sultan Mahmud Malik az-Zahir (1326-1345)
Pada masa pemerintahan ini, kerajaan Samudera Pasai dikunjungi Ibnu
Batutah, seorang musafir dari Maroko. Ibnu Batutah menulis, sultan di
negeri

Samatrah

(Samudra)

menyambutnya

dengan

ramah,

dan

penduduknya menganut mazhab Syafii. Menurut catatan yang ditulis


Ibnu Batutah, aktivitas perdagangan di Samudera Pasai berkembang pesat.
Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan internasional yang dikunjungi
oleh para pedagang dari berbagai benua seperti Asia (Cina, India,
Malaka), Afrika, dan Eropa. Di masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik
az-Zahir ini juga merupakan masa kejayaan Kerajaan Samudera Pasai.
7. Sultan Ahmad Malik az-Zahir (1345-1383)
Sultan Ahmad Malik az-Zahir merupakan putra dari Mahmud Malik azZahir. Penyerangan Majapahit terhadap Samudera Pasai terjadi pada saat
pemerintahan Sultan Ahmad Malik az-Zahir. Setelah perang tiga hari tiga
malam, Samudera Pasai kalah dan rakyatnya tercerai-berai. Raja Pasai
meninggalkan kota ke suatu tempat kira-kira 15 hari perjalanan dari Pasai.
Sementara itu, Majapahit yang menang mengambil rampasan dan tawanan
perang, kemudian kembali ke Jawa.
8. Sultan Zainal al-Abidin Malik az-Zahir (1383-1405)
Saat masa pemerintahan ini, Samudera Pasai mengalami kebangkitan.
Kerajaan Samudera Pasai dikunjungi Cheng Ho, seorang kasim Muslim
yang merupakan orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok. Saat
Cheng Ho mengunjungi Samudera Pasai, ia memberikan lonceng raksasa
yang biasa disebut Cakra Donya.
9. Sultanah Nahrasiyah dan Sultan Sallah ad-Din (1405-1412)
Sultanah Nahrasiyah adalah satu-satunya Raja perempuan di Kerajaan
Samudera Pasai, janda Sultan Pasai sebelumnya. Kemudian, Sultan Sallah
ad-Din menikahi Sultanah Nahrasiyah
10. Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir (1412-1455)
Pada saat masa pemerintahannya, Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir
mengirimkan utusan ke Cina.
11. Sultan Mahmud Malik az-Zahir II (1455-1477)
12. Sultan Zain al-Abidin bin Mahmud Malik az-Zahir II (1477-1500)
13. Sultan Abdu-Allah Malik az-Zahir (1500-1513)
14. Sultan Zain al-Abidin III (1513-1521)
Bangsa Portugal berhasil menaklukkan Samudera Pasai saat Sultan Zain
Al-Abidin III memimpin Samudera Pasai.Pada masa pemerintahan ini,
terjadi penaklukkan Kerajaan Samudera Pasai oleh Bangsa Portugal.
C. Kehidupan Sosial Budaya, Ekonomi, dan Politik Kerajaan Samudera Pasai
1. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Samudera Pasai

Dari sisi kehidupan sosial budaya, masyarakat Samudera Pasai mempunyai


kemiripan dengan pola kehidupan sosial budaya yang ada di Malaka
(Malaysia). Kemiripan tersebut dapat kita lihat dari aspek bahasal. Tidak
heran jika bahasa yang digunakan di masyarakat Samudera Pasai adalah
bahasa Melayu, yang merupakan bahasa yang digunakan di Malaysia.
Selain itu, ketika terjadi kelahiran anak, maka selalu diadakan upacara
kelahiran anak dan prosesi dan segala hal terkait dengan upacara tersebut.
Demikian juga ketika masyarakat mempunyai hajat mengadakan pesta
perkawinan, maka adat dan budaya yang mereka terapkan mirip dengan
pesta yang diterapkan di Malaka. Ketika ada anggota masyarakat yang
meninggal dunia, maka upacara kematian yang mereka selenggarakan
identik dengan upacara yang dilaksanakan di Malaka.
Kemiripan ini menyebabkan masyarakat Samudera Pasai dan masyarakat
Malaka dekat. Kedekatan masyarakat Samudera Pasai dengan masyarakat
Malaka ini juga turut mempermudah penerimaan agama Islam di
Samudera Pasai.
Karena termasuk kerajaan Islam, gaya hidup dan keadaan sosial
masyarakatnya pun kental dengan nilai-nilai Islam. Hukum yang
dijalankan di kerajaan ini adalah hukum Islam. Pada pelaksanaannya,
ditemukan banyak kemiripan antara kehidupan di Samudera Pasai dengan
kehidupan masyarakat di Mesir maupun Arab.
Peninggalan budaya dari kerajaan ini tidak banyak ditemukan, mengingat
Kerajaan Samudera Pasai memiliki masyarakat yang kebanyakan terjun ke
dunia maritim. Walaupun banyak ditemukan bukti-bukti yang memperkuat
adanya kerajaan yang berdiri di sana, tidak semua bukti berasal dari
Kerajaan Samudera Pasai. Selain penemuan makam-makam raja yang
pernah menjadi pemimpin di Samudera Pasai, tidak ditemukan lagi bukti
lain yang menunjukkan perkembangan seni budaya masyarakatnya.
2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Samudera Pasai
Kehidupan ekonomi masyarakat Samudera Pasai berkaitan dengan
perdagangan dan juga pelayaran. Hal ini disebabkan oleh letak Kerajaan
Samudera Pasai yang strategis, dekat dengan Selat Malaka yang menjadi
jalur pelayaran dunia pada saat itu. Samudra Pasai menyiapkan bandar-

bandar dagang untuk menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya,


mengurus

masalah-masalah

yang

berkaitan

dengan

perkapalan,

mengumpulkan barang-barang dagangan sebelum diantar ke luar negeri,


serta menyimpan barang-barang dagangan sebelum diantar ke daerahdaerah di Indonesia.
Tahun 1350 M adalah masa kejayaan Majapahit dan juga masa
kejayaan

Kerajaan

Samudera

Pasai.

Kerajaan

Samudera

Pasai

berhubungan dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk mengamankan


diri dari ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya meliputi Jazirah Malaka.
Intinya, dilihat dari sisi ekonomi, Kerajaan Samudera Pasai berkembang
secara pesat, sehingga sering diincar kerajaan-kerajaan lain.
3. Kehidupan Politik Kerajaan Samudera Pasai
Menurut perkiraan para ahli seperti Snouck Hurgronje dan J.L. Moena,
Kerajaan Samudera Pasai didirikan pada pertengahan abad ke-11 oleh
Meurah Khair, dengan gelar Maharaja Mahmud Syah. Ia digantikan oleh
Maharaja Mansyur Syah, dan sultan terakhir Samudera Pasai di bawah
Dinasti Meurah Khair adalah Nazimuddin al-Khamil atau Teuku Samudra.
Teuku Samudra merupakan seorang laksamana laut yang berasal dari
Mesir dan pada tahun 1238 mendapatkan perintah untuk melakukan
perebutan pelabuhan Kambayat di Gujarat yang saat itu menjadi pusat
pemasaran barang-barang perdagangan dari timur.
Menurut Hikayat Raja-raja Pasai dan Hikayat Raja-raja Melayu, ada
penguasa Samudera Pasai yang baru dan berasal dari Dinasti Meurah Silu,
yaitu Sultan Malik al-Saleh.
Dalam masa pemerintahan beliau, pernikahannya dengan Putri
Ganggang Sari turut menjadi faktor yang membuat kedudukan kerajaan ini
lebih kuat di wilayah timur sehingga Kerajaan Samudera Pasai menjadi
pusat perdagangan di Selat Malaka.
Sultan Malik al-Saleh digantikan oleh putranya yang bernama Sultan
Malik az-Zahir, sedangkan putra keduanya yang bernama Sultan Malikul
Mansur memisahkan diri dan kembali menganut aliran Syiah.
Adapun raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Samudera Pasai
sebagai berikut:
1. Meurah Khair (1042-1078)

2. Maharaja Mansyur Syah (1078-1133)


3. Teuku Samudra
4. Sultan Malik al-Saleh (1267-1292 M)
5. Sultan Muhammad Malik az-Zhahir (1292-1326 M)
6. Sultan Mahmud Malik az-Zahir (1326-1345)
7. Sultan Ahmad Malik az-Zahir (1345-1383)
8. Sultan Zainal al-Abidin Malik az-Zahir (1383-1405)
9. Sultanah Nahrasiyah dan Sultan Sallah ad-Din (1405-1412)
10. Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir (1412-1455)
11. Sultan Mahmud Malik az-Zahir II (1455-1477)
12. Sultan Zain al-Abidin bin Mahmud Malik az-Zahir II (1477-1500)
13. Sultan Abdu-Allah Malik az-Zahir (1500-1513)
14. Sultan Zain al-Abidin III (1513-1521)
D. Bukti-bukti Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai
1. Mata Uang Emas
Selama pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan
Samudera Pasai telah memiliki hubungan dagang dengan Cina,
Gujarat, dan Benggala dengan komoditas utama perdagangan lada,
kapur barus, dan emas. Untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal
mata uang emas yang disebut deureuham atau dirham.
2. Batu Nisan Malik as-Saleh
Batu Nisan ini kini terletak di Kompleks Makam Malikus Saleh, Desa
Beuringin, Kecematan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe
Aceh Darussalam. Batu nisan ini terlihat bahwa berasal dari Gujarat
(India). Artinya, bahwa Kerajaan Samudera Pasai terbuka dalam
menerima budaya lain, yaitu dengan memadukan budaya Islam dengan
budaya India, serta memperlihatkan perlaihan dari pengaruh arsitektur
Buddha ke pengaruh arsitektur Islam. Di kompleks makam ini pula
terdapat batu nisan Sultan Malik az-Zhahir, putra dan penerusnya.
3. Hikayat Raja Pasai
Hikayat Raja Pasai adalah karya sastra sejarah yang menceritakan kisah
raja-raja di Kerajaan Samudera Pasai serta peristiwa-peristiwa yang
terjadi antara 1250-1350 M (zaman Meurah Silu yang masuk Islam dan
mengganti namanya menjadi Sultan Malik al-Saleh). Hikayat ini
mencakup mulai dari berdirinya Kerajaan Samudera Pasai sampai
kehancurannya. Teks ini ditulis dalam Bahasa Melayu menggunakan

tulisan tangan huruf Jawi pada lembaran-lembaran berbentuk buku.


Penyelidik menyatakan teks asal ditulis sekitar 1360 M.
4. Cakra Donya
Adalah sebuah lonceng yang berbentuk stupa buatan negeri Cina pada
tahun 1409 M. Ukurannya tinggi 125cm sedangkan lebarnya 75cm. Pada
bagian luar Cakra Donya terdapat beberapa hiasan serta simbol-simbol
kombinasi aksara Cina dan Arab. Aksara Cina bertuliskan Sing Fang
Niat Tong Juut Kat Yat Tjo, sedangkan aksara Arab sudah tidak terbaca
lagi.
5. Stempel Kerajaan Samudra Pasai
Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir oleh Tim
peneliti Sejarah Kerajaan Islam. Di temukan Desa Kuta Krueng, Kec
Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Saat ditemukan stempel dalam
keadaan patah pada bagian gagangnya.
6. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
Adalah surat tulisan Sultan Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518M,
naskah atau surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran.
E. Penyebab Kehancuran Kerajaan Samudera Pasai
Ada beberapa faktor hancurnya Kerajaan Samudera Pasai, yaitu:
i. Pemberontakan internal pada abad ke-16, sehingga terjadi perang
saudara
ii. Berdirinya kerajaan Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis
daripada Samudera Pasai, karena berada di daerah pusat Selat
Malaka
iii. Ditaklukkan oleh bangsa Portugis pada tahun 1521 M
iv. Setelah Sultan Malik az-Zahir meninggal,

tidak

ada

keturunan/penerusnya, sehingga diambil dan diteruskan menjadi


bagian dari Kesultanan Aceh pada tahun 1524 M.

BAB III
KESIMPULAN
Kerajaan Samudera Pasai (atau Samudra Darussalam) adalah kerajaan pertama
di Indonesia yang menganut agama Islam. Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai
utara Sumatera (Aceh), dekat Perlak (Malaysia), kurang lebih di sekitar kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Khair (bergelar
Maharaja Mahmud Syah) pada pertengahan abad ke-11.
Ada beberapa sumber sejarah Kerajaan Samudera Pasai, yaitu Berita Marco
Polo, Berita Ibnu Batutah, dan Hikayat Raja-raja Pasai. Silsilah kerajaannya dimulai
dari Meurah Khair sebagai pendiri, lalu Maharaja Mansyur Syah, dan Teuku Samudra
untuk Dinasti Meurah Khair. Untuk Dinasti Meurah Silu, diawali oleh Sultan Malik
Al-Saleh, lalu Sultan Muhammad Malik az-Zhahir, Sultan Mahmud Malik az-Zahir
(di sini Samudera Pasai mencapai kejayaan), Sultan Ahmad Malik az-Zahir, Sultan
Zainal al-Abidin Malik az-Zahir, Sultanah Nahrasiyah dan Sultan Sallah ad-Din,
Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir, Sultan Mahmud Malik az-Zahir II, Sultan Zain alAbidin bin Mahmud Malik az-Zahir II, Sultan Abdu-Allah Malik az-Zahir, dan yang
terakhir Sultan Zain al-Abidin III.

Dilihat dari sisi sosial budaya, kehidupan di Samudera Pasai mirip dengan
kehidupan di Malaka melalui upacara kelahiran, kematian, dan pernikahan.
Kehidupan sosial budaya di Samudera Pasai juga memiliki kemiripan dengan
kehidupan masyarakat di Mesir maupun Arab. Kehidupan sosial budaya di Samudera
Pasai sangat kental dengan nilai-nilai Islam.
Dilihat dari sisi ekonomi, Samudera Pasai sangat berkembang pesat. Karena
letaknya yang dekat dengan Selat Malaka, Samudera Pasai menjadi kerajaan yang
strategis. Kehidupan ekonomi Samudera Pasai meliputi perdagangan dan pelayaran.
Samudera Pasai juga membentuk bandar untuk mengatasi berbagai masalah tentang
pelayaran dan perdagangan.
Dilihat dari sisi politik, ada dua dinasti dalam Samudera Pasai. Yang
pertama adalah Dinasti Meurah Khair, berisi Meurah Khair, Maharaja Mansyur Syah,
dan Teuku Samudra. Yang kedua adalah Dinasti Meurah Silu, berisi Sultan Malik AlSaleh, Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Sultan Mahmud Malik az-Zahir, Sultan
Ahmad Malik az-Zahir, Sultan Zainal al-Abidin Malik az-Zahir, Sultanah Nahrasiyah
dan Sultan Sallah ad-Din, Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir, Sultan Mahmud Malik azZahir II, Sultan Zain al-Abidin bin Mahmud Malik az-Zahir II, Sultan Abdu-Allah
Malik az-Zahir, dan Sultan Zain al-Abidin III.
Ada beberapa bukti peninggalan Kerajaan Samudera Pasai, yaitu mata uang
emas, batu nisan Malik al-Saleh, hikayat raja Pasai, Cakra Donya, stempel kerajaan
Samudera Pasai, dan naskah surat Sultan Zainal Abidin.
Kehancuran

Kerajaan

Samudera

Pasai

disebabkan

oleh

adanya

pemberontakan internal pada abad ke-16, berdirinya kerajaan Bandar Melaka,


ditaklukkan bangsa Portugis, dan juga karena tidak adanya keturunan Sultan Malik
az-Zahir.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai