Anda di halaman 1dari 6

Nama: Rizal Saputra

NPM: 10070219028

BAB 2
Peradaban Arab Pra Islam

A. Kondisi Geografis
Secara geografis posisi Jazirah Arab sangat strategis, meskipun kondisi daratanya
diliputi gurun pasir. Jazirah Arab terletak di antara benua yang terkenal dalam dunia lama
& tempat persimpangan, baik di darat maupun di laut. Sebelah barah laut jazirah Arab
merupakan pintu masuk ke benua Afrika, kemudian sebelah barat laut merupakan pintu
gerbang benua Eropa, lalu sebelah timur membuka jalan ke negeri non-Arab, seperti Timur
Tengah, Timur Dekat, India dan Cina. Dengan demikian, Jazirah Arab merupakan
bertemunya seluruh benua utama pada waktu itu, yaitu Asia, Afrika dan Eropa (benua
Amerika & Australia baru ditemukan belakangan) melalui darat & laut. Tidaklah heran
kalua jazirah Arab menjadi tempat berlabuh kapal dagang & tempat singgah kafilah dagang
yang menempuh jalur darat.
Jazirah Arab atau disebut juga semenanjung Arab dikelilingi oleh laut. Sebelah barat
berbatasan dengan laut merah (Read Sea) & Teluk Aqabah, kemudian di sebelah tenggara
terdapat Laut Arab (Arabian Sea) yang merupakan bagian dari Samudera Hindia dan di
sebelah Timur laut terdapat Teluk Oman, Selat Hormuz dan Teluk Persia. Semenanjung
Arab tidak mempunyai batas yang jelas dengan gurun pasir Syam, tetapi yang sering
dijadikan rujukan adalah perbatas sebelah utara Arab Saudi dengan Kuwait. Sebagian besar
wilayah itu terdiri dari padang pasir, tetapi di bagian barat laut terdapat gugusan
pegunungan yang mendapat curah hujan yang lebih banyak daripada daerah lainnya di
semenanjung Arab. Luas seluruhnya sekitar 1.300.000 mil persegi. (Mihammad Syafii
Antonio, 2011:4)
Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian tengah dan bagian pesisir.
Senagian besar daerah Jazirah adalah padang pasir Sahara yang terletak di tengah &
memiliki keadaan serta sifat yang berbeda-beda, karena itu wilayah bagian Tengah
terbagian menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Sahara Langit memanhjang 140 mil dari utara ke selatan & 180 mil dari timur ke
barat, disebut juga sahara Nufud. Oase dan mata air sangat jarang, tiupan angin
seringkali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh.
2. Sahara Selatan yang membentang & menyambung sahara langit ke arah timur
sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan daratan keras, tandus & pasir
bergelombang. Daerah ini juga disebut sebagai al-Rub al-khali (bagian yang sepi)
3. Sahara Harrat, suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam bagaikan
terbakar. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di keluasan Sahara ini, seluruhnya
mencapai 29 buah.
Penduduk Sahara (wilayah Tengah) sangat sedikit terdiri dari suku-suku Badui yang
mempunyai gaya hidup pedesaan & nomadic, berpindah dari satu daerah ke daerah lain,
guna mencari air dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka, kambing &
unta. Adapun daerah pesisir, bila dibandingkan dengan Sahara sangat kecil, bagaikan
selembar pita yang mengelilingi jazirah. Penduduk sudah hidup menetap dengan mata
pencaharian Bertani & berniaga. Karena itu, mereka membina berbagai macam budaya,
bahkan kerajaan. (Badri Yatim, 2009:9-10).
B. Sejarah Arab
Bangsa Arab adalah salah satu entitas yang berasal dari keturunan Sam, putra tertua
Nabi Nuh. Entitas lainnya adalah Romawi & Persia. Mereka berdomisilli disekitar wilayah
barat data benua Asia (al-Janub al-Gharbi min Asia), atau yang biasa dikenal dengan
Semenanjung Arabia. Semenanjung Arabua sebagian besar terdiri dari gurun pasir & stepa
(padang rumput luas di gurun pasir). (Ahmad al ‘Usairy, 2003:58). Para sejarawan
membagi Bangsa Arab berdasarkan silsilah keturunannya menjadi 3 kelompok. yaitu:
1. Arab Ba’idah, yaitu kaum Arab terdahulu yang rincian sejarah mereka tidak dapat
diketahui secara sempurna, seperti kaum Tsamud, Tasa & Amlaq.
2. Arab ‘Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garus keturunan Yasjub bin
Ya’rub bin Qahtan & dinamakan Arab Qahtaniyyah. Arab Aribah atau kaum Qahtan
bertempat tinggal di negeri Yaman & terdiri dari beberapa suku. Dua suku utama
mereka adalah:
a) Himyar, Anak keturunanya yang terkenal adalah Zaid Al-Jumhur, Quda’ah
& kaum Sakasik.
b) Kahlan, Anak keturunanya yang terkenal adalah Hamdan, Anmar, Tayyi,
Madzhaj, Lakhm, Judzam, Azed, Aus, Khajraz & anak-anak Jafnah raja-raja
Syam.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Isma’il &
dinamakan Arab Ananiya. Kaker mereka yang teratas adalah Ibrahim a.s yang
berasal dari Ar, suatu wilayah di tepi barat Sungai Eufrat, dekat Kufah, Irak.
C. Sistem Kepercayaan
Dari segi kepercayaan, bangsa Arab pra Islam telah menggunakan kata “Allah”.
Penyair-penyair jahiliyah pun menulis banyak puisi yang menyebut kata Allah. Kata ini
juga ditemukan dalam prasasti, tertulis di atas batu, dan menjadi nama orang, seperti
“Abdullah”, yang berarti hamba Allah. Namun bagi mereka, ada pula anak-anak Tuhan,
yaitu berhala dan sejenisnya, sebagai perantara atau pemberi syafaat untuk memohon
kepada Allah sebaga Tuhan Tertinggi. Mereka sudah meyakini Allah sebagai pencipta yang
menurunkan hujan, menghidupkan bumi dan sebagai penguasa Ka’bah. Ayat-ayat Al-
Qur’an menunjukkan keyakinan kaum jahiliyah akan Allah sebagai pencipta dan pemberi
hidup diantaranya: QS. Al-Ankabut (29): 61, 63, 65 dan QS. Lukman (31): 32. Ayat-ayat
ini menjelaskan bahwa kaum jahiliyah hanya mengingat Allah dalam keadaan yang
mengancam jiwa seperti diterjang gelombang laut, setelah kembali ke darat, mereka segera
melihat berhala di rumah mereka, maka nama Allah terluapakan (Muhammad Syafii
Antonio, 2011:17-18).
Menurut Badri Yatim bangsa Arab Pra Islam percaya kepada banyak dewa yang
diwujudkan dalam bentuk berhala & patung. Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri.
Berhala-berhala tersebut ditempatkan di Ka’bah, meskipun di tempat-tempat lain juga ada.
Berhala-hala yang terpenting pada saat itu adalah Hubal, yang dianggap sebagai dewa
terbesarm terletak di Ka’bah; Lata, dewa tertua dan terletak di Tha’if; Uzza, terletak di
Hijaz, kedudukannya di bawah Hubal, dan Manat, terletak di Yastrib. Berhala-berhala itu
mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan nasib buruk )Jaih
Mubarok, 2004:15-16). Berhala-berhala yang menjadi kepercayaan Bangsa Arab Pra Islam,
yaitu Lata, Uzza & Manat, Ketiha berhala itu disebut dalam al-Qur’an surat Al-Najm (53)
ayat 19-20. Dalam kepercayaan bangsa Arab Pra Islam, Lata adalah berhala dari batu dan
disembah suku tsaqif di Thaif. Sedangkan Manat, yang berarti putri tuhan penentu nasib,
hidup dan mati manusia, merupakan salah satu berhala tertua. Berhala Manat diletakkan di
Qudaid, sebuah desa dengan banyak mata air, di utara Makkah arah ke Madinah.
Setelah itu, kemusryikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil
bertebaran setiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari kemusryikan
bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim
(hanif). Ada beberapa contoh tradisi & penyembahan berhala yang mereka lakukan, seperti:
1. Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit dihadapannya,
meminta pertolongan tatkala kesulita, berdo’a untuk memenuhi kebutuhan, dengan
penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memeberikan syafaat disisi Allah
dan mewujudkan apa yang mereka kehendaki.
2. Mereka menunaikan Haji & Thawaf disekeliling berhala, merunduk & bersujud
dihadapannya.
3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut namanya.
Selain itu, orang-orang Arab juga mempercayai dengan pengundian nasib dengan anak
panah dihadapan berhala Hubal. Mereka juga percaya kepada perkataan peramal, orang
pinta dan ahli Nujum.
D. Sistem Sosial
Jazirah Arab secara geografis dan demografis telah membentuk suatu Kawasan dan
bersambung antara yang satu dengan yang lain. Suatu kesatuan wilayah dengan
masyarakatnya yang berkebudayaan dan berperadaban sehingga mampu menunjukkan
eksistensinya sebagai suatu bangsa yang besar. Kebesaran bangsa Arab dengan segala
kebudayaan dan peradabannya tidak lepas dari kontribusi masyarakat Arab dengan sistem
sosialnya.
Sistem social masyarakat Arab Pra Islam berdasarkan pemukiman yang mereka huni
dibagi menjadi 2 kategori utama, yaitu: Al-Badawi & Al-Hadlar. Kaum Badawi adalah
penduduk padang pasir dimana mereka tidak memiliki tempat tinggal yang tetap tetapi
hidup secara nomaden yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk
mencari sumber mata air dan padang rumput baru. Mata penghidupan mereka adalah
beternak kambing, biri-biri, kuda & unta. Kehidupan masyarakat nomaden tidak banyak
memberikan peluang untuk membangun sebuah peradaban. Sedangkan ahl al-hadlar adalah
penduduk yang sudah bertempat tinggal menetap di kota-kota atau daerah-daerah
pemukiman yang subur. Mereka hidup berdagang, bercocok tanam serta memiliki peluang
besar untuk membentuk sebuat peradaban.
Dalam struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai intik dari sebuah komunitas
yang lebih besar. Kabilah merupakan organisasi keluarga besar yang memiliki keterkaitan
hubungan berdasarkan pertalian darah (Nasab), tetapi tedapat juga hubungan yang
didasarkan pada ikatan perkawinan, suaka politik atau karena sumpah setia. Kabilah dalam
kehidupan masyarakat Arab merupakan iktan keluarga sekaligus sebagai ikatan politik
yang dipimpin oleh seorang kepala yang disebut syaikh al-qabilah (Siti Maryam, dkk,
2009:18-19).
E. Akhlak & Kultur
Kehidupan moral bangsa Arab sebelum Islam merupakan sebuah potret kehidupan yang
jauh dari cahaya. Mereka mencatat periode tersebut sebagai al-ayyam al-jahilliyah (the
days of the darkness). Periode dimana mereka tidak mengetahui agama, tata cara
kemasyarakatan, politik, pengetahuan tentang ke-Esaan Allah SWT sehingga penduduknya
dikatakan sebagai penduduk Jahiliyah. Lebih lanjut, jaih Mubarok menjelas beberapa
akhlak & kultur buruk masyarakat Arab Jahiliyah, yaitu:
4. Perjudian atau maisir. Ini merupakan kebiasaan penduduk di daerah perkotaan di
Jazirah Arab, seperti Mekkah, Thaif, Shan’a, Hijr, Yastrib & Dumat al-Jandal.
5. Minim arak (Khamr) & berfoya-foya, Meminum arak ini menjadi tradisi di kalangan
saudagar, orang-orang kaya, para pembesar, penyair & sastrawan di daerah
perkotaan.
6. Nikah Istibdha, yaitu jika istri telah suci dari haidnya, sang suami mencarikan
untuknya lelaki dari kalangan terkemika, keturunan baik & berkedudukan tinggi
untuk menggaulinya.
7. Mengubur anak perempuan hidup-hidup jika seorang suami mengetahui bahwa anak
yang lahir adalah perempuan. Karena mereka takut terkena aib karena memilik anak
perempuan.
8. Membunuh anak-anak, jika kemiskinan & kelaparan mendera mereka, atau bahkan
sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan mereka alami.
9. Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita terbiasa bersolek & keluar rumah sambil
menampakkan kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum lelaki dengan berlengak-
lenggok, agar orang-orang memujinya.
10. Lelaki yang mengambil wanitia sebagai gundik atau sebaliknya, lalu melakukan
hubungan seksual secara terselubung
11. Prostitusi, yaitu memsang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang wanita
menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur.
12. Fanatisme kabilah atau kaum.
13. Berperang & saling bermusuhan untuk merampas & menjarah harta benda dari kaum
lainnya. Kabilah yang kuat akan menguasai kabilah yang lemah untuk merampas
harta benda mereka.
14. Orang- orang yang merdeka lebih memilih berdagang, menunggang kuda,
berperang, bersyair & saling menyombongkan keturunan & harta. Sedang budak-
budak mereka diperintah untuk bekerja yang lebih keras & sulit. (Jalih Mubarok,
2004: 15).
F. Ekonomi (Pencaharian)
Kehidupan ekonomi di jazirah Arab dapat diketahui dari perniagaan yang dilakukan
oleh orang-orang Quraisy. Perniagaan di masa kerajaan Saba’ dan Himyar meliputi
perniagaan di laut dan di darat. Perniagaan di laut yaitu ke India dan Tiongkok serta
perniagaan di darat adalah dalam jazirah Arab. Kondisi Jazirah Arab yang bergurun sangat
cocok digunakan untuk berdagang sebagai penunjang kemapanan ekonomi. Orang-orang
Quraisy berdagang sepanjang tahun. Pada musim dingin, mereka mengirim kalifah dagang
ke Yaman, sementara di musim panas Kafilah dagang menuju ke Syam. Perdagangan yang
paling ramai di Makkah adalah pada bulan Zuqaidah, Zulhijjah & Muharram yang mana
itu meruoakan musim “Pasar Ukaz” (A. Hasjmy, 1995: 21). Faktor yang menjadikan
Makkah memiliki peranan dalam perdagangan adalah ketika negeri Yaman di Selatan
berpindah ke Makkah karena negerinya dijajah oleh bangsa Habsyi & Persia, sehingga
perniagaan laut dikuasai oleh penjajah. Perpindahan bangsa Yaman ke Makkah sangat
menguntungkan penduduk Makkah, karena bangsa Yaman sangat piawai dan
berpengalaman luas daklam bidang perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai