Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam 5
Disusun oleh :
10050019073/Kelas B
Fakultas Psikologi
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021
Masa pra-Islam dikenal dengan istilah jahiliyyah atau zaman kemunduran. Masa pra-
Islam ini terjadi sekitar 150 tahun sebelum masa kenabian Rasulullah SAW. Pada masa ini
masyarakat Arab memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk seperti minum minuman keras, berjudi
dan menyembah berhala.
Ketika nabi Muhammad SAW lahir (570M). mekah merupakan sebuah kota penting dan
terkenal di antara kota-kota lain di Jazirah Arab. Kota Mekah dilalui oleh jalur perdagangan
yang menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah
kota Mekah, maka kota ini pun menjadi pusat keagamaan Arab. Disekeliling Ka’bah terdapat
360 berhala yang mengelilingi berhala utama, Hubal.
A. Kondisi Geografis
Secara geografis posisi Jazirah Arab sangat strategis terletak di antara benua-
benua yang terkenal dalam dunia lama dan sebagai tempat persimpangan, baik di darat
maupun di laut. Sebelah barat laut jazirah Arab merupakan pintu masuk ke benua Afrika,
sebelah barat laut pintu gerbang benua Eropa, sebelah timur membuka jalan ke negeri
non-Arab, seperti Timur Tengah, Timur Dekat, India, dan Cina. Jazirah Arab merupakan
tempat beretmunya seluruh benua yaitu Asia, Afrika, dan Eropa melalui darat dan laut.
Sehingga jazirah Arab menjadi tempat berlabuh kapal dagang dan tempat singgah kafilah
dagang yang menempuh jalur darat.
Disebut juga semenanjung Arab dikelilingi oleh laut. Di Barat berbatasan dengan
laut merah dan Teluk Aqabah, di Tenggara terdapat Laut Arab yang merupakan bagian
dari Samudera Hindia, dan di Timur laut terdapat Teluk Oman, Selat ormuz, dan Teluk
Persia. Semenanjung Arab tidak mempunyai batas yang jelas dengan gurun pasir Syam,
tetapi yang sering dijadikan rujukan adalah perbatasan sebelah utara Arab Saudi dengan
Kuwait. Sebagian besar wilayah itu terdiri dari padang pasir, tetapi di bagian barat laut
terdapat gugusan pegunungan yang mendapat curah hujan yang lebih banyak daripada
daerah lainnya di semenanjung Arab. Luas seluruhnya sekitar 1.300.000 mil persegi.
(Muhammad Syafii Antonio, 2011:4).
Letak geopolitik ini sangat menguntungkan bagi kondisi sosial, ekonomi, dan
politik bangsa Arab. Keadaan tanahnya sebagian besar terdiri dari padang Pasir tandus,
bukit dan batu, terutama bagian tengah. Dan bagian selatan atau pesisir pada umumnya
tanahnya cukup subur.
Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian tengah dan pesisir.
Sebagian besar daerah Jazirah adalah padang pasir Sahara yang terletak di tengah dan
memiliki keadaan dan sifat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, wilayah bagian tengah
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Sahara Langit (Sahara Nufud): memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil
dari timur ke barat. Daerah ini sukar ditempuh karena oase dan mata air sangat jarang
serta tiupan angin seringkali menimbulkan kabut debu.
2. Sahara Selatan (al-Rub’al-khali: bagian yang sepi) : membentang dan menyambung
sahara langit ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan
daratan keras, tandus, dan pasir bergelombang.
3. Sahara Harrat: terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam bagaikan terbakar. Gugusan
batu-batu hitam itu menyebar di keluasan Sahara ini, seluruhnya mencapai 29 buah.
Penduduk Sahara (wilayah Tengah) sangat sedikit terdiri dari suku-suku Badui
yang mempunyai gaya hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke
daerah lain, guna mencari air dan padang rumpt untuk binatang gembalaan mereka,
kambing dan onta. Daerah pesisir sudah hidup menetap dengan mata pencaharian bertani
dan berniaga. Karena itu, mereka membina berbagai macam budaya, bahkan kerajaan.
(Badri Yatim, 2000:9-10).
B. Sejarah Arab
Bangsa arab adalah salah satu entitas yang berasal dari keturunan Sam, putra
tertua Nabi Nuh. Entitas lainnya adalah Romawi dan Persia. Mereka berdomisili disekitar
wilayah barat daya benua Asia (al-Janub al-Gharbi min Asia), / yang biasa dikenal
dengan Semenanjung Arabia. Semenanjung Arabian sebagian besar terdiri dari gurun
pasir dan stepa (padang rumput luas di gurun pasir). (Ahmad al ‘Usairy, 2003:58).
Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarag, mereka termasuk ras atau
rumpun bangsa Caucasoid (Kaukasia)/Asia Barat, yang juga dikenal dengan nama
“Semit” atau “Semitik”.
Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan membagi kaum-
kaum Bangsa Arab menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Arab Ba’idah : yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak
secara rinci dan komplit. Seperti Ad, Tsamud, Thasn, Judais, Amlaq dan lain-lainnya.
2. Arab Aribah : yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub bin
Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
3. Arab Musta’ribah : yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma’il, yang
disebut pula Arab Adnaniyah.
C. Sistem Kepercayaan
Bangsa Arab pra Islam telah menggunakan kata “Allah” dalam banyak puisi,
prasasti, dan menjadikan nama “Abdullah” sebagai hamba Allah. Ada pula anak-anak
Tuhan, yaitu berhala sebagai perantara atau pemberi syafaat untuk memohon kepada
Allah. Mereka sudah meyakini Allah sebagai pencipta yang menurunkan hujan,
menghidupkan bumi, dan sebagai penguasa Ka’bah, tetapi mereka hanya mengingat
Allah dalam keadaan yang mengancam jiwa seperti yang disebutkan dalam Q. S. Al-
Ankabut: 61
“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke
darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)”
Sumber kepercayaan merekap terhadap Allah adalah risalah samawiyah yang
kemudian bertransformasi menjadikan berhala, pohon, binatang, dan jin sebagai penyerta
Allah. Mereka tidak percaya hari kiamat dan kebangkitan, namun sebagian kecil dari
mereka masih percaya ajaran monotheisme yang diajarkan Nabi Ibrahim, al-hunafa.
Amr bin Luhai dianggap paling bertanggungjawab terhadap hadirnya berhala-
berhala di Ka’bah. Bangsa Arab pra Islam percaya kepada banyak dewa. Hubal dianggap
sebagai dewa terbesar dan yang paling dihormati terletak di Ka’bah. Lata, dewa tertua
yang disembah suku tsaqif. Huzza, kedudukannya dibawah Hubal, disembah oleh kaum
Quraisy, Kiannah, dan suku lainnya. Manat, berarti putri tuhan penentu nasib, hidup, dan
mati manusia. Adapun lima berhala lain yang dusebutkan dalam Q. S. Nuh: 23.
“Dan mereka berkata: ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-
tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan
jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr’.”
Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala mereka, yaitu: mereka
mengelilingi berhala dan mendatanginya, meminta pertolongan, berdo’a, yakin berhala
itu memberikan syafaat di sisi Allah; mereka menunaikan Haji & Thawaf di sekeliling
berhala, merunduk dan bersujud dihadapannya; mereka mengorbankan sembelihan demi
berhala dan menyebut namanya; dan mereka percaya pengundian nasib dengan anak
panah yang dihadapkan Hubal, serta percaya pada perkataan peramal, orang pintar, dan
ahli Nujum.
Masyarakat Arab pra-Islam memeluk berbagai macam agama, di antaranya
Paganisme, Yahudi, Kristen dan Hanifiyah. Agama-agama ini merupakan agama warisan
dari pendahu-pendahulunya. Keadaan tersebut masih terus berlangsung sampai datangnya
Islam sebagai agama yang hak, serta penyempurna dari agama-agama sebelumnya.
D. Sistem Sosial
Sistem sosial masyarakat Arab pra Islam berdasarkan pemukiman yang mereka
huni dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu: Kaum Badawi, penduduk padang pasir
hidup secara nomaden untuk mencari sumber mata air dan padang rumput baru dengan
mata penghidupan beternak kambing, biri-biri, kuda, dan unta. Mereka tidak memberikan
peluang untuk membangun sebuah peradaban; dan Kaum Al-Hadlar, penduduk yang
menetap di kota atau daerah pemukiman subur dengan hidup berdagang, bercocok tanam,
dan industry. Mereka memiliki peluang besar untuk membentuk suatu peradaban.
Selain itu, mereka memiliki solidaritas yang didasarkan oleh kesukuan (ashabiyah
qabaliyah) sebagai wadah politik setelah nasab. Solidaritas ini berperan untuk
mewujudkan komunitas kuat yang mampu mengalahkan penghalang dalam kehidupan
mereka dan bertujuan untuk mencagah bahaya yang mengancam dimana ia membutuhkan
seorang pemimpin yang dapat mencegahnya dari sifat kebinatangan (manusia yang
menyakiti sesama). Kekuatan solidaritas tersebut meciptakan kedamaian bagi
masyarakatnya, sehingga perkembangan roda hidup terjaga. Salah satu buktinya adalah
adanya pasar tempat berkumpul untuk jual beli dan membacakan syair (pasar Ukhad,
Majinnah, dan Dzul Majaz).