Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME BAB 2

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam 5

Oleh Dosen : Asep Ahmad Siddiq. Drs. M.Si

Disusun oleh :

Syifa Nadila Hadid

10050019073/Kelas B

Fakultas Psikologi
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021
Masa pra-Islam dikenal dengan istilah jahiliyyah atau zaman kemunduran. Masa pra-
Islam ini terjadi sekitar 150 tahun sebelum masa kenabian Rasulullah SAW. Pada masa ini
masyarakat Arab memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk seperti minum minuman keras, berjudi
dan menyembah berhala.

Ketika nabi Muhammad SAW lahir (570M). mekah merupakan sebuah kota penting dan
terkenal di antara kota-kota lain di Jazirah Arab. Kota Mekah dilalui oleh jalur perdagangan
yang menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah
kota Mekah, maka kota ini pun menjadi pusat keagamaan Arab. Disekeliling Ka’bah terdapat
360 berhala yang mengelilingi berhala utama, Hubal.

I. Peradaban Arab Jahiliyah

A. Kondisi Geografis
Secara geografis posisi Jazirah Arab sangat strategis terletak di antara benua-
benua yang terkenal dalam dunia lama dan sebagai tempat persimpangan, baik di darat
maupun di laut. Sebelah barat laut jazirah Arab merupakan pintu masuk ke benua Afrika,
sebelah barat laut pintu gerbang benua Eropa, sebelah timur membuka jalan ke negeri
non-Arab, seperti Timur Tengah, Timur Dekat, India, dan Cina. Jazirah Arab merupakan
tempat beretmunya seluruh benua yaitu Asia, Afrika, dan Eropa melalui darat dan laut.
Sehingga jazirah Arab menjadi tempat berlabuh kapal dagang dan tempat singgah kafilah
dagang yang menempuh jalur darat.
Disebut juga semenanjung Arab dikelilingi oleh laut. Di Barat berbatasan dengan
laut merah dan Teluk Aqabah, di Tenggara terdapat Laut Arab yang merupakan bagian
dari Samudera Hindia, dan di Timur laut terdapat Teluk Oman, Selat ormuz, dan Teluk
Persia. Semenanjung Arab tidak mempunyai batas yang jelas dengan gurun pasir Syam,
tetapi yang sering dijadikan rujukan adalah perbatasan sebelah utara Arab Saudi dengan
Kuwait. Sebagian besar wilayah itu terdiri dari padang pasir, tetapi di bagian barat laut
terdapat gugusan pegunungan yang mendapat curah hujan yang lebih banyak daripada
daerah lainnya di semenanjung Arab. Luas seluruhnya sekitar 1.300.000 mil persegi.
(Muhammad Syafii Antonio, 2011:4).
Letak geopolitik ini sangat menguntungkan bagi kondisi sosial, ekonomi, dan
politik bangsa Arab. Keadaan tanahnya sebagian besar terdiri dari padang Pasir tandus,
bukit dan batu, terutama bagian tengah. Dan bagian selatan atau pesisir pada umumnya
tanahnya cukup subur.
Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian tengah dan pesisir.
Sebagian besar daerah Jazirah adalah padang pasir Sahara yang terletak di tengah dan
memiliki keadaan dan sifat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, wilayah bagian tengah
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Sahara Langit (Sahara Nufud): memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil
dari timur ke barat. Daerah ini sukar ditempuh karena oase dan mata air sangat jarang
serta tiupan angin seringkali menimbulkan kabut debu.
2. Sahara Selatan (al-Rub’al-khali: bagian yang sepi) : membentang dan menyambung
sahara langit ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan
daratan keras, tandus, dan pasir bergelombang.
3. Sahara Harrat: terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam bagaikan terbakar. Gugusan
batu-batu hitam itu menyebar di keluasan Sahara ini, seluruhnya mencapai 29 buah.

Penduduk Sahara (wilayah Tengah) sangat sedikit terdiri dari suku-suku Badui
yang mempunyai gaya hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke
daerah lain, guna mencari air dan padang rumpt untuk binatang gembalaan mereka,
kambing dan onta. Daerah pesisir sudah hidup menetap dengan mata pencaharian bertani
dan berniaga. Karena itu, mereka membina berbagai macam budaya, bahkan kerajaan.
(Badri Yatim, 2000:9-10).

Masa sekarang, negara-negara yang termasuk wilayah Jazirah Arab adalah


Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), Yaman, dan Arab Saudi.
Beberapa wilayah yang termasuk kawasan ini adalah padang pasir Syria sebelah selatan,
wilayah timur Yordania, bagian tenggara Syria, dan bagian barat Irak.

Negara-negara Jazirah Arab kecuali Yaman membentuk kerjasama Negara-


Negara Teluk/ Gulf Cooperation Council (GCC) yang disebut Negara-Negara Arab Teluk
Persia. Kerajaan Arab Saudi memiliki wilayah terluas.
Sebagian besar penduduk semenanjung Arab tinggal di Arab Saudi dan Yaman.
Semenanjung itu memiliki kandungan minyak bumi terbesar di dunia. Di kawasan itu
terdapat dua kota suci yaitu Makkah dan Madinah yang masuk dalam wilayah kerajaan
Arab Saudi. (Muhammad Syafii Antonio, 2011:4).

B. Sejarah Arab
Bangsa arab adalah salah satu entitas yang berasal dari keturunan Sam, putra
tertua Nabi Nuh. Entitas lainnya adalah Romawi dan Persia. Mereka berdomisili disekitar
wilayah barat daya benua Asia (al-Janub al-Gharbi min Asia), / yang biasa dikenal
dengan Semenanjung Arabia. Semenanjung Arabian sebagian besar terdiri dari gurun
pasir dan stepa (padang rumput luas di gurun pasir). (Ahmad al ‘Usairy, 2003:58).
Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarag, mereka termasuk ras atau
rumpun bangsa Caucasoid (Kaukasia)/Asia Barat, yang juga dikenal dengan nama
“Semit” atau “Semitik”.
Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan membagi kaum-
kaum Bangsa Arab menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Arab Ba’idah : yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak
secara rinci dan komplit. Seperti Ad, Tsamud, Thasn, Judais, Amlaq dan lain-lainnya.
2. Arab Aribah : yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub bin
Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
3. Arab Musta’ribah : yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma’il, yang
disebut pula Arab Adnaniyah.

C. Sistem Kepercayaan
Bangsa Arab pra Islam telah menggunakan kata “Allah” dalam banyak puisi,
prasasti, dan menjadikan nama “Abdullah” sebagai hamba Allah. Ada pula anak-anak
Tuhan, yaitu berhala sebagai perantara atau pemberi syafaat untuk memohon kepada
Allah. Mereka sudah meyakini Allah sebagai pencipta yang menurunkan hujan,
menghidupkan bumi, dan sebagai penguasa Ka’bah, tetapi mereka hanya mengingat
Allah dalam keadaan yang mengancam jiwa seperti yang disebutkan dalam Q. S. Al-
Ankabut: 61
“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke
darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)”
Sumber kepercayaan merekap terhadap Allah adalah risalah samawiyah yang
kemudian bertransformasi menjadikan berhala, pohon, binatang, dan jin sebagai penyerta
Allah. Mereka tidak percaya hari kiamat dan kebangkitan, namun sebagian kecil dari
mereka masih percaya ajaran monotheisme yang diajarkan Nabi Ibrahim, al-hunafa.
Amr bin Luhai dianggap paling bertanggungjawab terhadap hadirnya berhala-
berhala di Ka’bah. Bangsa Arab pra Islam percaya kepada banyak dewa. Hubal dianggap
sebagai dewa terbesar dan yang paling dihormati terletak di Ka’bah. Lata, dewa tertua
yang disembah suku tsaqif. Huzza, kedudukannya dibawah Hubal, disembah oleh kaum
Quraisy, Kiannah, dan suku lainnya. Manat, berarti putri tuhan penentu nasib, hidup, dan
mati manusia. Adapun lima berhala lain yang dusebutkan dalam Q. S. Nuh: 23.
“Dan mereka berkata: ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-
tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan
jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr’.”
Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala mereka, yaitu: mereka
mengelilingi berhala dan mendatanginya, meminta pertolongan, berdo’a, yakin berhala
itu memberikan syafaat di sisi Allah; mereka menunaikan Haji & Thawaf di sekeliling
berhala, merunduk dan bersujud dihadapannya; mereka mengorbankan sembelihan demi
berhala dan menyebut namanya; dan mereka percaya pengundian nasib dengan anak
panah yang dihadapkan Hubal, serta percaya pada perkataan peramal, orang pintar, dan
ahli Nujum.
Masyarakat Arab pra-Islam memeluk berbagai macam agama, di antaranya
Paganisme, Yahudi, Kristen dan Hanifiyah. Agama-agama ini merupakan agama warisan
dari pendahu-pendahulunya. Keadaan tersebut masih terus berlangsung sampai datangnya
Islam sebagai agama yang hak, serta penyempurna dari agama-agama sebelumnya.

D. Sistem Sosial
Sistem sosial masyarakat Arab pra Islam berdasarkan pemukiman yang mereka
huni dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu: Kaum Badawi, penduduk padang pasir
hidup secara nomaden untuk mencari sumber mata air dan padang rumput baru dengan
mata penghidupan beternak kambing, biri-biri, kuda, dan unta. Mereka tidak memberikan
peluang untuk membangun sebuah peradaban; dan Kaum Al-Hadlar, penduduk yang
menetap di kota atau daerah pemukiman subur dengan hidup berdagang, bercocok tanam,
dan industry. Mereka memiliki peluang besar untuk membentuk suatu peradaban.

Terdapat istilah “kabilah”, oraganisasi keluarga besar yang memiliki keterikatan


hubungan berdasarkan pertalian darah (nasab), ikatan perkawinan, suaka politik, atau
karena sumpah setia yang pimpinannya disebut syaikh al-qabilah. Jika dilihat dari sudut
sistem kekerabatan tersebut di atas, maka keluarga masyarakat Arab pra-Islam dapat
dibedakan atas lima bentuk, yaitu: Kabilah (qabi-lah/tribe), Sub-kabilah(‘ashirah), Suku
(hamulah/clan, lineage). Kelurarga besar (a’ilah/ex-tended family). Keluarga kecil
(usrah/nuclear family).

Apapun nama dan bentuk kesatuan sosialnya, kedudukan laki-laki di dalam


lima kelompok masyarakat tersebut tetap sentral sifatnya. Segala kebijakan prinsip,
baik dalam lingkungan keluarga terkecil sampai kepada lingkungan kelompok
terbesar,berada di lingkungan laki-laki. Sebaliknya perempuan berada pada posisi yang
subordinatif.

Selain itu, mereka memiliki solidaritas yang didasarkan oleh kesukuan (ashabiyah
qabaliyah) sebagai wadah politik setelah nasab. Solidaritas ini berperan untuk
mewujudkan komunitas kuat yang mampu mengalahkan penghalang dalam kehidupan
mereka dan bertujuan untuk mencagah bahaya yang mengancam dimana ia membutuhkan
seorang pemimpin yang dapat mencegahnya dari sifat kebinatangan (manusia yang
menyakiti sesama). Kekuatan solidaritas tersebut meciptakan kedamaian bagi
masyarakatnya, sehingga perkembangan roda hidup terjaga. Salah satu buktinya adalah
adanya pasar tempat berkumpul untuk jual beli dan membacakan syair (pasar Ukhad,
Majinnah, dan Dzul Majaz).

E. Akhlak dan Kultur


Sebelum Islam datang kehidupan moral bangsa Arab sangatlah kelam, mereka
mencatat periode itu sebagai al-ayyam al-jahiliyah (the days of the darkness). Pada
periode ini mereka tidak mengetahui tentang agama, politik dan tata cara bermasyarakat.
Sehingga penduduknya mengalami kebobrokan moral, diantaranya meletakkan semangat
kekabilahan atau ashabiyah diatas segalanya, rendahnya martabat wanita dalam
percaturan kehidupan manusia bahkan lebih rendah daripada binatang, adanya
ketidakjelasan kemurnian nasab dimana wanita boleh bersuamikan lebih dari satu dan
juga penguburan anak wanita hidup-hidup sebagai bentuk pengabdian terhdap keyakinan
yang sangat bertolak belakang dengan fitrah manusia (M. abdul Karim, 2007:49-52).
Walaupun dasarnya mereka memiliki agama yang mereka yakini dan juga sistem sosial
politik.
Jaih Mubarok menjelaskan beberapa akhlak dan kultur buruk masyarakat arab
jahiliyah, yaitu:
1. Perjudian atau maisir.
2. Minum arak atau khamr dan berfoya-foya.
3. Nikah istibdha’, yaitu jika istri telah suci dari haid nya, sang suami mencarikan lelaki
dari kalangan terkemuka, keturunan baik dan berkedudukan tinggi untuk
menggaulinya.
4. Mengubur anak perempuan hidup-hidup. Karena mereka takut terkena aib karena
memiliki anak perempuan.
5. Membunuh anak-anak, jika mereka berada pada kondisi kemiskinan dan kelaparan
atau mereka mendapat firasat tentang hal tersebut.
6. Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita terbiasa bersolek dan keluar rumah sambil
menampakkan kecantikannya lalu berjalan di antara laki-laki dengan berlenggak-
lenggok agar orang memujinya.
7. Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya dan melakukan
hubungan seksual secara terselubung.
8. Prostitusi.
9. Danatisme kabilah atau kaum
10. Berperang dan saling bermusuhan untuk merampas dan menjarah harta benda dari
kaum lainnya.
11. Orang-orang yang merdeka lebih memilih untuk berdagang, berkuda, berperang,
bersyair dan saling menyombingkan keturunan dan harta. Sedangkan budak-budak
F. Ekonomi
Perekonomian bangsa Arab pra-islam sangat bergantung pada perniagaan.
Perniagaan banyak dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Pada masa kerajaan Saba’ dan
Himyar perniagaan meliputi perniagaan darat dan perniagaan laut. Perniagaan darat
adalah dalam jazirah Arab, sedangkan perniagaan laut yaitu ke India dan Tiongkok.
Kondisi jazirah Arab yang bergurun sangat cocok untuk dijadikan tempat
perdagangan, selain itu juga jazirah Arab terletak di tempat yang strategis. Dimana
Yaman berada di selatan dan Syiria di utara. Pada saat musim dingin mereka mengirim
khalifah ke untuk berdagang ke Yaman, sedangkan pada musim panas merek mengirim
khalifah berdagang ke Syam. Perdangan paling ramai terjadi saat bulan Zulqaidah,
Zulhijjah dan muharam, karena pada bulan itu merupakan musim “Pasar Ukaz”(A.
Hasmy, 1995:21). Begitu pula dibulan Rajab, karena pada bulan itu banyak orang yang
melakukan umroh.
Selain itu perpindahan masyarakat Yaman ke Mekah juga menjadi salah satu
faktor penting pada perdagangan. Karena bangsa Yaman sangat piawai dan
berpengalaman luas tentang perdagangan.

G. Ilmu Pengetahuan dan Seni.


ilmu pengetahuan dan seni yang berkembang pada masa itu ialah astronomi (ilmu
perbintangan), Meteorologi, Mythologi, Astrologi, Kedokteran, Khatabah (Retorika), dan
syair-syair. Dalam bidang bahasa dan seni, masyarakat Arab jahiliyyah sangat maju.
Bahasa mereka sangat indah dan kaya, syair-syair mereka sangat banyak.

Anda mungkin juga menyukai