Anda di halaman 1dari 5

Perkembangan kognitif masa dewasa madya dan dewasa akhir.

 Dewasa Madya

Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang
sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal yang berikutnya
sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini.
Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu
dunia idealitas paling tinggi. Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung
memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat
melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut.
Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun
kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya.
Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara
teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada.
Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal.
Yang kemudian mengajukan pendapat- pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi,
kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.

Kasus :

Makin Banyak Kasus Penurunan Daya Ingat di Usia 30-an


dan 40-an

Sabtu, 3 November 2012 | 20:33 WIB

Sebagian bahkan lupa pada nama mereka sendiri.

Sebuah kuisioner yang dijawab oleh lebih dari 1000 orang di atas usia 50-an tahun
menunjukkan bahwa tanda awal kepikunan mereka dimulai rata-rata pada usia 57 tahun, namun
tampak juga dimulai lebih awal di usia 30-an tahun.
Sepuluh persen orang mengklaim bahwa ingatan mereka mulai memudar saat usia 40-an tahun
dan enam persen orang mengklaim kemampuan mereka dalam mengingat mulai menurun pada
usia 30-an tahun.
            Lebih banyak orang yang lebih tua menjadi perhatian tentang daya ingat mereka dan
menemukan diri mereka dalam situasi memalukan karena mereka sudah sedikit pikun sebelum
usia pensiun mereka, menurut sebuah survei.
Sekitar 31 persen orang mengakui menjadi khawatir tentang makin dekatnya kehilangan ingatan
mereka dan proporsi yang sama mengatakan mereka peduli bahwa hal ini akan menjadi masalah
di kemudian hari.
            Contoh insiden semacam ini misalnya meninggalkan rumah tanpa memakai kaus kaki
dan melupakan bagaimana mengucapkan kata-kata rutin seperti “jam”. Dan dalam sebuah kasus,
seseorang bahkan lupa namanya sendiri di sebuah pertemuan bisnis. Dalam sebuah kasus-kasus
serius, para responden menjawab bahwa mereka telah lupa untuk menepati janji di rumah sakit,
dan meninggalkan pasangan mereka di toko tanpa sadar.
            Hal-hal yang paling sering mereka lupakan antara lain nama-nama orang, pengalaman
yang dilaporkan sekitar sepertiga orang yang berusia lebih dari 50-an tahun, barang-barang
rumah tangga seperti kunci dan gelas (19 persen) dan nomor PIN (13 persen). Survei ini
dilakukan oleh Love to Learn, sebuah situs yang menawarkan latihan mengingat.  “Ingatan
berubah selama masa hidup kita dan otak kita memiliki kemampuan menakjubkan untuk
beradaptasi dan berkembang,” kata Gill Jackson, Direktur Love and Learn. 

Pembahasan :
Aspek kognitif yang menurun pada masa dewasa tengah adalah daya ingat. Banyak yang
menyebabkan daya ingat menurun. Menurut penelitian Craik (1997), daya ingat menurun pada
masa dewasa tengah lebih mungkin terjadi ketika memori jangka panjang (long term memory)
lebih terlibat daripada memori jangka pendek (short term memory). Daya ingat juga cenderung
menurun ketika informasi yang coba diingat lagi adalah  informasi yang baru-baru ini disimpan
atau tidak sering digunakan (Riege 7 Innman, 1980). Daya ingat pada masa dewasa tengah akan
menurun juga jika kondisi kesehatan jelek dan sikap negative (Poon, 1985; Salthouse, 1989).

Sumber https://www.beritasatu.com/kesehatan/80973-makin-banyak-kasus-penurunan-daya-ingat-di-
usia-30-an-dan-40-an
Video Youtube : https://youtu.be/O4cmrOsP34o
 Dewasa Akhir

Pada umumnya orang percaya bahwa proses belajar, memori, dan intelegensi mengalami
kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia.
Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Selain
itu, orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah
disimpan dalam ingatannya. Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan
mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun factor individual differences juga
berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan
mengingat dan memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut
melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau sederhana.

Kasus :

Puncak Kecerdasan Tak Tergantung Usia, Tapi Gaya Hidup

Oleh: Akhmad Muawal Hasan - 20 Juli 2017

Dibaca Normal 3 menit

Gaya hidup sangat menentukan kecerdasan. Mereka yang menerapkan gaya hidup sehat terbukti mampu
"menjaga" kecerdasannya hingga di usia senja.
Ada sebuah keyakinan bahwa puncak kejayaan manusia adalah saat mereka berada di usia "kepala dua"
alias 20 tahunan. Alurnya: intelegensi manusia mulai menanjak saat remaja, usia 20-an mencapai
puncaknya, cenderung stagnan di kepala tiga, lalu akan turun pelan-pelan saat memasuki kepala empat,
lima, dan seterusnya.

Benarkah demikian? Peneliti dari Departement of Brain and Cognitive Science Massachusetts Institute of
Tehchnology (MIT) Joshua Hartshrone dan psikiater sekaligus ahli perkembangan saraf Massachusetts
General Hospital (MGH) Laura Germine menyatakan bahwa gambaran asli dari persoalan tersebut jauh
lebih kompleks.

Sebagaimana dilaporkan MIT News, kedua peneliti itu bekerjasama dalam sebuah penelitian tentang
puncak kecerdasan manusia sejak beberapa tahun terakhir. Hingga sekarang penelitian tentang
kemampuan kognitif terus berubah. Tantangannya yakni mendapatkan partisipan usia lebih tua dari
mahasiswa kampus namun lebih muda dari usia 65 tahun—hal yang juga dihadapi Hartshrone dan
Germine.
Keduanya lalu punya inisiatif untuk melaksanakan eksperimen skala besar dari internet, tempat di mana
orang dari segala usia bisa dijaring sebagai partisipan. Mereka membuat situs kuis uji otak
bernama gameswithwords.org dan testmybrain.org di mana pengunjung bisa menyelesaikan tes dalam
beberapa menit. Hartshrone dan Germine berhasil mengumpulkan 3 juta orang dalam beberapa tahun
terakhir melalui kedua situs tersebut.

Pada 2011, Germine mempublikasikan hasil risetnya yang menunjukkan kemampuan mengenali wajah
seseorang terbangun hingga awal usia 30-an lalu pelan-pelan menurun. Di waktu yang bersamaan
Hartshrone juga menjalankan penelitian dengan hasil yang sama namun untuk bidang memori jangka
pendek. Keduanya belum jadi jawaban yang memuaskan.

Hartshrone dan Germine kemudian mengeksplorasi lagi sumber data terutama untuk performa partisipan
usia dewasa di Weschler Adult Intelligence Scale (sering dipakai untuk mengukur IQ) dan Weschler
Memory Scale. Keduanya memuat tes yang mengukur kurang lebih 30 jenis kecerdasan yang berbeda,
beberapa di antaranya yakni penghafalan digit, pencarian visual, dan teka-teki perakitan.

Dua peneliti lulusan Harvard itu kemudian menganalisisnya dengan cara baru agar bisa
mengkomparasikan puncak usia di tiap sub kecerdasan. Hasilnya, sebagaimana mereka publikasikan di
Jurnal Psychological Science, puncak kecerdasan ternyata tersebar di berbagai usia.

“Setelah kami memetakan kapan kemampuan kognitif ini mencapai puncaknya, dan kami tak menemukan
satu usia pun yang menunjukkan puncak bagi seluruh kemampuan. Puncak-puncak itu benar-benar
tersebar di segala tempat,” kata Hartshrone.

Karena besaran data dirasa belum memuaskan, Hartshrone dan Germine melanjutkan risetnya dengan
jumlah partisipan yang lebih besar. Akhirnya mereka menemukan gambaran lebih jelas yang
menunjukkan bahwa tiap kemampuan kognitif memunculkan puncaknya di usia yang berbeda-beda. Jadi
tak bisa disimpulkan bahwa puncak segala bentuk kecerdasan muncul di usia 20-an.

Sebagai contoh, kecepatan dalam memproses informasi mencapai puncaknya di usia 18-19 tahun, lalu
setelahnya pelan-pelan turun. Memori jangka pendek terus berkembang dan menanjak hingga sekitar usia
25 tahun, lalu mulai stagnan dan akhirnya menurun pelan-pelan mulai usia 35 tahun. Sementara itu untuk
kemampuan mengevaluasi kondisi emosional orang lain, puncaknya terjadi lebih tua lagi, yakni di kisaran
usia 40-an atau 50-an.

Hartshrone dan Germine juga memasukkan tes kosa kata yang bisa dipakai untuk mengukur kecerdasan
yang mengkristal (crystallized intelligence), atau istilah untuk akumulasi dari fakta dan pengetahuan
seseorang. Hasil yang diperoleh kedua peneliti di riset pertama, berdasarkan riset Wechsler IQ,
menunjukkan puncak kemampuan kosa kata terjadi di usia 40-an. Namun riset setelahnya menunjukkan
terjadi lebih lanjut, yakni di usia 60-an atau 70-an.

Jaga Ketajaman Kognisi dengan Gaya Hidup Sehat


Dalam catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), antara 2015-2050 proporsi orang dewasa di dunia
akan meningkat hampur dua kali lipat (12 menjadi 22 persen). Ini artinya, ada peningkatan orang usia di
atas 60 tahun dari angka 900 juta menjadi hampir 2 miliar orang. Orang-orang tua ini menghadapi
tantangan kesehatan fisik dan mental seperti alzheimer dan demensia. Dua penyakit ini benang merahnya
yang sama: menurunnya kemampuan kognisi secara drastis.

WHO memperkirakan ada 47,5 juta orang di dunia yang mengidap demensia, dan rata-rata sudah berusia
lanjut. Pada 2030 jumlahya diprediksi mencapai angka 75,6 juta dan pada 2050 mencapai 135 juta. Lebih
merepotkan lagi sebab sebagian besar dari mereka tinggal di negara atau kawasan dengan pendapatan
menengah atau ke bawah. Kondisi ekonomi dan sosial sangat erat kaitannya dengan tingkat penderita
dimensia.

Perkara puncak kecerdasan memang relatif. Yang pasti kondisi kognitif seseorang jauh berbeda saat usia
jelang 20 tahun dengan usia di atas 60-70 tahun. Tak ada yang bisa dilakukan manusia atas kondisi
penuaan dan efek biologis yang mengikuti, akan tetapi untuk perkara ketajaman kognisi setidaknya bisa
dipertahankan melalui berbagai praktik sederhana dari gaya hidup yang sehat.

Olahraga, misalnya. Merujuk catatan Christpher Bergland untuk Psychology Today, dalam sebuah riset
yang dilakukan oleh peneliti Boston University School of Medicine dan dipublikasikan pada 2013 lalu,
ditemukan fakta bahwa olahraga rutin membantu produksi hormon yang bisa meningkatkan daya ingat.
Yang perlu diingat adalah pelaksanaan olahraga ini mesti rutin, bukan setengah-setengah.

Dalam kompilasi riset yang dikumpulkan Bergland, gaya hidup lainnya antara lain mau terbuka dengan
pengalaman baru, yang menurut peneliti di Universitas Texas lebih penting untuk ketajaman kognisi
dibanding mendengar musik klasik atau main teka-teki kata. Jika ingin dimulai dari kecil, jaga selalu
kreativitas anak dalam kegiatan seni dan kerajinan sebab menurut riset kebiasaan ini akan membuat
mereka tetap inovatif hingga usia senja.

Lakukan juga meditasi yang bagus untuk relaksasi pikiran. Dalam sebuah riset oleh para peneliti dari
Universitas Harvard pada 2013 lalu disimpulkan bahwa meditasi berperan penting dalam mencegah
penyakit alzheimer dan gejala demensia. Tak lupa juga tidur yang cukup dan berkualitas, sebab tidur yang
tak berkualitas menurunkan volume lobus depan atau bagian otak yang bertanggung jawab atas memori
dan tindakan.

Selain menjaga diri sendiri, ketajaman kognisi juga bisa dijaga dengan menjaga hubungan yang baik
dengan teman, keluarga, pasangan, atau bahkan dengan orang asing. Bergland mengutip hasil riset
psikolog Universitas Chicago John Cacioppo yang mengungkapkan bahwa rasa kesepian yang ekstrem
dan laten dapat menurunkan daya kognisi seseorang. Intinya, sesekali menikmati sepi boleh, tetapi jangan
sampai melupakan hakikat sebagai makhluk sosial juga.

Sumber : https://tirto.id/puncak-kecerdasan-tak-tergantung-usia-tapi-gaya-hidup-cs4B

Video Youtube : https://youtu.be/jxEt2cNHS3o

Anda mungkin juga menyukai