Gita Ria
Irene Agustin
Johan Setiawan
Safrius Laoli
MPB 7202
15 November 2014
1
I. Pendahuluan
Pendidikan orang dewasa atau andragogi adalah suatu seni dan ilmu dalam
usaha untuk membantu orang dewasa belajar.1Namun, sebuah pergumulan yang sering
dihadapi oleh para pendidik Kristen di gereja dalam beberapa dekade ini adalah
kecilnya peran aktif dari warga jemaat dewasa untuk ikut terlibat dalam program
pembinaan orang dewasa. Berdasarkan hasil penelitian Michael Harton, hal itu terjadi
karena orang dewasa itu sendiri merasa tidak menemukan kebutuhan mereka dalam
orang dewasa belajar karena dengan pengetahuan baru dan keterampilan baru,
dewasa muda, kemudian menjelaskan apa yang menjadi kebutuhan usia ini dan
menjelaskan tentang apa saja hambatan dan solusi yang terjadi, dan pada bagian akhir
memberikan kesimpulan.
Secara umum kelompok usia dewasa muda atau biasa disebut Early Adult ialah
mereka yang dikatakan sebagai orang – orang yang sedang memulai dirinya untuk
1. http://henryalam.blogspot.com/2010/12/kendala-belajar-mengajar-orang-dewasa.html
(diakses tanggal 14 November 2014)
2. http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html (diakses
tanggal 15 November 2014)
2
beranjak dewasa dan akan menuju kepada kematangan hidup. Istilah adult berasal dari
kata kerja Latin “adultus”, seperti juga istilah adolescence yang berarti “tumbuh menjadi
kedewasaan”.Adult juga dapat diartikan “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran
yang sempurna.”3Namun dalam hal ini mereka masih dikatakan early yang berarti baru
memasuki tahap awal untuk sebuah kedewasaan atau kematangan. Ditinjau secara usia
John W. Santrock mengatakan bahwa “kelompok usia dewasa muda berada sekitar usia
18 tahun sampai usia 35 tahun.”4Hal ini terbukti bahwa memang mereka merupakan
diri terhadap pola –pola kehidupan baru dan harapan – harapan sosial baru.”5 Dalam
hal ini berarti dapat dikatakan bahwa seseorang yang memasuki masa dewasa muda
tentu akan berhadapan dengan situasi baru dalam hidupnya di mana hal tersebut akan
bahwa kondisi usia dewasa muda memiliki keadaan yang berbeda dengan kelompok
usia remaja. Akan tetapi tidak juga sama dengan kondisi kelompok usia dewasa madya
atau lanjut usia. Pada masa ini, kelompok usia dewasa muda tentu mengalami masa
peralihan atau transisi dari usia remaja menuju usia dewasa. Oleh sebab itu, tepatlah
seperti yang dikatakan Santrock bahwa “orang yang memasuki kondisi usia dewasa
muda dikatakan sebagai mereka yang mengalami masa transisi, yakni peralihan dari
remaja menuju dewasa.”7 Masa ini merupakan masa di mana mereka akan lebih banyak
menyesuaikan diri. Hal ini dikarenakan bahwa pada saat masa anak - anak dan remaja,
mereka memiliki orang tua, guru dan orang lain yang dapat menolong mereka setiap
Namun, pada saat memasuki masa dewasa muda, mereka memiliki tugas
keputusan bagi kehidupan mereka. Hurlock mengatakan bahwa “… masa ini ditandai
oleh eksperimen dan eksplorasi. Pada titik ini dalam perkembangan mereka, banyak
individu masih mengeksplorasi jalur karir yang ingin mereka ambil, ingin menjadi
individu seperti apa, dan gaya hidup seperti apa yang mereka inginkan.”8 Hal ini
mungkin dapat dilihat lebih jelas melalui konteks Indonesia, bahwa pada masa kini, usia
Secara umum, mereka yang berada pada kelompok usia dewasa muda memiliki
kecenderungan untuk menunjukkan bukti kepada orang tua dan masyarakat lainnya
bahwa dirinya sudah layak dianggap sebagai orang dewasa. Ahli psikologi mengatakan
bahwa, “dalam usaha melepaskan diri dari ketergantungan orang tua, pemuda atau
dewasa muda memantapkan arah perjalanan hidupnya dengan memperoleh status dan
pekerjaannya.”9 Pada intinya mereka yang berada di dalam kelompok ini ialah orang –
orang yang sebenarnya sudah mulai dapat berpikir logis dan kritis untuk mengatur,
atau memutuskan apa yang menjadi pilihan bagi dirinya dan tentunya mereka butuh
pengakuan bahwa dirinya bukan lagi seorang remaja. Santrock juga kembali
mengatakan bahwa di usia dewasa muda ini, seseorang diperhadapkan pada sebuah
tugas untuk mengembangkan identitasnya dan mencapai kemandirian dari orang tua.10
dikatakan bahwa betapa pentingnya masa dewasa muda ini untuk mendapatkan
pembinaan atau tuntunan yang baik dari orang yang lebih dewasa. Masa transisi
perkembangannya. Hal lain yang menjadi alasan untuk membina kelompok usia ini
karena kelompok usia dewasa muda juga merupakan pijakan awal untuk seseorang
sesungguhnya perlu memahami terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhan belajar
pada usia ini. Dengan mengetahui kebutuhan belajar mereka, maka sesungguhnya akan
mengenai:
a. Seksualitas
seks. Singgih D. Gunarsa membagi makna seksualitas menjadi dua bagian yakni:
Seksualitas yang dilihat dari segi fisik seperti halnya bentuk tubuh, kelamin,
hormon – hormon.Kemudian seksualitas dapat juga ditinjau dari segi psikis yakni
berkaitan dengan emosi atau perasaan.11
Masalah seksualitas ini harus dipahami dengan baik oleh mereka agar mereka
sekadar berorientasi hanya kepada aktifitas seks, seperti halnya homoseksual atau
melakukan hubungan seks sebelum pernikahan. Hal ini dikarenakan bahwa secara fisik
baik laki – laki maupun perempuan pada usia dewasa muda ini sedang menuju kepada
Masalah seksualitas ini menjadi ciri utama yang dibahas dalam usia pemuda. hal
ini dikarenakan bahwa pada masa pemuda ini seseorang mengalami
perkembangan jasmani yang mendekati kesempurnaan. Sehingga matang
pulalah kelenjar – kelenjar kelamin dalam dirinya yang kemudian menumbuhkan
desakan – desakan baru di dalam jiwanya, yaitu desakan yang menghendaki
layanan kebutuhan seksualitas.12
mereka memiliki dorongan dan hasrat yang kuat akan kebutuhan seks. Hormon yang
membentuk mereka semasa remaja, kini perlahan berubah menjadi hormon yang mulai
membentuk mereka menjadi seorang yang dewasa. Ketika mereka tidak diberikan
ajaran, kesadaran tentang hal ini kemungkinan besar mereka dapat jatuh kepada sikap
– sikap ekstrim yang hanya memandang seksualitas sebagai tindakan seks semata. Hal
ini tentu berkaitan dengan kondisi masa transisi yang sedang mereka alami. Di mana di
satu sisi mereka menganggap dirinya telah mandiri, tetapi pada kenyataannya mereka
b. Cita-Cita
Hal berikut yang menjadi kebutuhan belajar usia dewasa muda adalah mengenai
cita – cita. Tema ini merupakan hal yang esensial bagi kelompok dewasa muda. Santrock
kembali mengatakan bahwa, “Pada usia belasan akhir dan awal duapuluhan,
pengambilan keputusan akan masa depan mereka biasanya menjadi lebih serius seiring
tekuni.”13 Dalam bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa kelompok usia dewasa
muda ini merupakan orang – orang yang sudah mulai memiliki pemikiran logis, kritis,
mandiri yang kemudian melandasi mereka untuk mencari dasar atau pedoman bagi
hidupnya. Akan tetapi dalam hal ini bukan berarti mereka telah matang sepenuhnya.
yang cukup banyak untuk menentukan arah masa depan atau cita – cita hidup mereka
sendiri. Dalam hal ini lebih tepatnya mereka membutuhkan orang lain yang lebih senior
untuk menuntun mereka dalam hal berpikir tentang visi dan arah hidup yang jelas agar
Dewasa muda adalah masa dimana seluruh potensi sebagai manusia berada pada
puncak perkembangan baik fisik maupun psikis. Masa yang memiliki rentang waktu
antara 18-35 tahun ini adalah masa-masa pengoptimalan potensi yang ada pada diri
individu. Jika masa ini bermasalah, maka akan mempengaruhi bahkan kemungkinan
individu mengalami masalah yang paling serius pada masa selanjutnya. Oleh sebab itu
Pada bab sebelumnya telah disebutkan ada dua yang menjadi kebutuhan dalam
usia ini untuk mencapai perkembangan, yaitu seksualitas dan cita-cita. Kebutuhan-
kebutuhan ini dapat dikatakan menjadi kebutuhan yang dasar, namun penting pada
masa transisi ini. Karena usia dewasa muda ini disebut sebagai masa transisi, maka
mereka perlu seorang pembina atau pembimbing yang dapat mengarahkan mereka.
Perlunya seorang pembina atau pembimbing dikarenakan pada usia ini belum memiliki
cukup banyak pengalaman pribadi yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk
melangkah masuk dalam dunia yang lebih luas dari masa sebelumnya. Dengan kata lain,
di usia ini yang menjadi sumber pembelajarannya adalah seorang pembina atau
pembimbing.
pembelajaran yang baik dan menyenangkan bagi usia ini. Dikatakan baik agar ia
mendapatkan kerangka berpikir atau konsep dasar yang kuat untuk ia memutuskan dan
melakukan sesuatu. Selain itu dikatakan menyenangkan supaya mereka tidak cepat
bosan dan dapat menikmati pembelajaran yang diajarkan kepada mereka. Di usia inilah
seseorang harus memiliki dasar pemahaman yang kuat akan konsep teori mengenai
dengan tepat.
Ada banyak macam-macam strategi atau metode yang dapat dilakukan dalam
14. Asmin, “Konsep dan Metode Pembelajaran untuk Orang Dewasa (Andragogi),”
Psikologinet.com, http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195109141975011-
AYI_OLIM/andragogi_PDF2.pdf (diakses 12 November 2014).
8
berpendapat bahwa, “strategi apa pun yang dipilih, sebaiknya dipertimbangkan sebagai
alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu agar peserta didik memperoleh pengalaman
belajar yang bermanfaat.”15 Melihat bahwa usia ini belum memiliki banyak pengalaman,
maka strategi atau metode yang dapat dipakai untuk pembelajaran kebutuhan
Lecturing atau seminar ini sifatnya dapat juga disertakan dengan diskusi.
Meskipun usia ini belum memiliki banyak pengalaman, tetapi mereka sudah
mempunyai prior knowledge. Prior knowledge inilah yang dapat menjadi bahan diskusi
sehingga melalui interaksi, wawasannya lebih diperkaya lagi. Strategi diskusi juga dapat
setiap peserta dalam interaksi, menyampaikan pendapat dan membuat peserta berpikir.
Interaksi yang terjadi selain akan memperkaya pengetahuan peserta dalam kelompok,
juga akan membuat mereka lebih mengingat materi yang telah didiskusikan bersama-
sama.
arahan yang benar dan jelas. Lebih rinci, Suprijanto memberikan cara menutup diskusi
1. Tutup diskusi atas setiap masalah atau isu dengan ringkasan prinsip atau
kesimpulan tindakan yang diinginkan.
2. Diskusikan penerapan prinsip untuk memecahkan masalah lain yang sama.
3. Usahakan agar setiap peserta sampai pada rencana tindakan individual.
4. Minta perhatian terhadap masalah atau isu terkait yang belum terpecahkan
untuk dipertimbangkan di masa datang. Dorong agar peserta memiliki
keinginan untuk mempelajari dan mendiskusikan masalah atau isu terkait
pada pertemuan berikutnya.
15. H. Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa: Dari Teori Hingga Aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), 72.
16. Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, 106.
9
pertanyaan atau masalah dari peserta di luar waktu diskusi. Seorang yang pakar
Pendidikan Agama Kristen bernama Paulus Lilik Kristianto dalam bukunya mengenai
Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen menyarankan, “sebagai pengajar, harus
mengerti keseimbangan antara tantangan untuk bertumbuh dan dukungan positif untuk
berubah.”17 Lebih lanjut ia mengatakan, pengajaran yang diajarkan harus berbasis pada
Alkitab, maka setidaknya ia harus sungguh mengerti pesan Alkitab.18 Terkait dengan hal
yang telah dikatakannya, ada strategi lain yang diberikan olehnya, yang dikutipnya dari
17. Paulus Lilik Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen: Penuntun bagi Mahasiswa
Teologi & PAK, Pelayanan Gereja, Guru Agama, dan Keluarga Kristen (Yogyakarta: Andi, 2008), 106.
18. Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, 106-107.
19. Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, 107.
10
Tiga pendidik memberikan saran yang tidak terlalu jauh berbeda, yang
Strategi yang telah dipaparkan di atas dapat dikatakan hal teknis dari strategi
sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan
dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa menghadapi situasi
yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan merasa
dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak kecil, maka
pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah.
Maka itu perlu dipahami apa hambatan bagi orang dewasa belajar, dan bagaimana ia
Secara fisik tidak ada hambatan bagi dewasa muda untuk belajar, karena seluruh
aspek yang menopang seluruh kehidupannya sedang berada dalam kondisi prima.
Namun, ada hambatan secara psikologis, yaitu mulai dari lemahnya motivasi. Ada dua
jenis motivasi. Pertama, motivasi yang datang dari luar (eksternal) seperti pujian orang
menerima, atau adanya sanksi atau hukuman yang menantang kalau tidak mengikuti
kegiatan dengan baik. Kedua, motivasi yang tumbuh dari dalam diri sendiri seperti rasa
11
ingin tahu, perasaan puas dan bahagia.20 Oleh sebab itu, peserta didik dewasa muda
khususnya dalam relasi dengan orang lain. Akibatnya, tidak jarang menemukan peserta
pembinaan yang mudah tersinggung ketika pandangannya kurang berkenan bagi rekan-
rekannya. Untuk itu, perlu komunikasi yang lebih berhati-hati, dan yang tidak langsung
Hambatan secara sosiologis adalah adanya kebimbangan peran. Hal ini terutama
dialami oleh peserta didik dewasa muda yang belum tuntas pencarian jati dirinya.
Mereka ingin mencoba peran ini atau itu, dan oleh sebab itu menyibukkan diri dalam
upaya itu. Hal demikian dapat mengurangi tingkat konsentrasi. Kemudian suasana
diantara anggota kelompok yang kurang akrab atau kurang bersahabat juga dapat
menganggu kegiatan belajar. Dalam situasi semacam itu perasaan sebagai “orang asing”
(terisolasi) pun bertumbuh, menyebabkan rasa tidak aman dan tidak nyaman. Oleh
Hambatan secara spiritual adalah pertama, belum menjadi ciptaan baru di dalam
Kristus. Hal ini membuat peserta didik kurang berminat atau tidak memahami hal-hal
rohani yang akan diajarkan. Alasan teologisnya adalah bahwa hanya di dalam diri orang
yang sudah dilahirkan kembali atau yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus
Kristus, pekerjaan Roh Allah menjadi lebih nyata.21 Kedua, terlambat dalam
pertumbuhan iman, keterlambatan ini berkaitan dengan sikap yang kurang memberi
20. http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html
(diakses tanggal 15 November 2014)
21. http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html
(diakses tanggal 15 November 2014)
12
diri untuk segera maju di dalam iman. Saat ini banyak orang merasa kurang perlu
bertumbuh dalam hal kerohanian. Mereka tidak melihat nilai dari iman itu sendiri
dalam kehidupan nyata. Masalah iman dianggap hanya urusan masa depan di balik
kematian.22 Ketiga adalah adanya dosa yang menghambat. Adanya dosa yang belum
diakui dapat menggangu pekerjaan Tuhan dalam kehidupan peserta. Akar pahit,
kemarahan, pikiran cabul, keterlibatan dengan kuasa gelap, antara lain merupakan
perkara yang menghambat proses dan keefektifan belajar.23 Oleh sebab itu, peranan
VI. Kesimpulan
pembimbing untuk mengajar. Pada intinya, apa yang dipelajari oleh jemaat dewasa
muda haruslah dirasakan bermanfaat di masa kini. Karena kalau tidak, akan muncul
perasaan bahwa program pembinaa, yang ditempuhnya tidak membawa manfaat, dan
22. http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-
hakekat.html(diakses tanggal 15 November 2014)
23. http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html
(diakses tanggal 15 November 2014)
13
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Gunarsa, D. Singgih. Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1995.
H. Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa: Dari Teori Hingga Aplikasi . Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Kristianto, Lilik Paulus. Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen: Penuntun bagi
Mahasiswa Teologi & PAK, Pelayanan Gereja, Guru Agama, dan Keluarga Kristen.
Yogyakarta: Andi, 2008.
Situs Internet
http://henryalam.blogspot.com/2010/12/kendala-belajar-mengajar-orang-
dewasa.html. diakses tanggal 14 November 2014.
http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html.
diakses tanggal 15 November 2014.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/1951091419750
11-AYI_OLIM/andragogi_PDF2.pdf. diakses 12 November 2014.
http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html.
diakses tanggal 15 November 2014.
http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html.
diakses tanggal 15 November 2014.
http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-
hakekat.html. diakses tanggal 15 November 2014.
http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-
hakekat.html. diakses tanggal 15 November 2014.