Anda di halaman 1dari 15

Pelayanan Bagi Kelompok Dewasa Muda

Gita Ria

Irene Agustin

Johan Setiawan

Safrius Laoli

Pembinaan Jemaat Dewasa

MPB 7202

15 November 2014
1

I. Pendahuluan

Pendidikan orang dewasa atau andragogi adalah suatu seni dan ilmu dalam

usaha untuk membantu orang dewasa belajar.1Namun, sebuah pergumulan yang sering

dihadapi oleh para pendidik Kristen di gereja dalam beberapa dekade ini adalah

kecilnya peran aktif dari warga jemaat dewasa untuk ikut terlibat dalam program

pembinaan orang dewasa. Berdasarkan hasil penelitian Michael Harton, hal itu terjadi

karena orang dewasa itu sendiri merasa tidak menemukan kebutuhan mereka dalam

pembinaan tersebut.2Peserta didik (orang dewasa) sudah bisa menentukan penting

atau tidaknya pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya. Orang dewasa

mempelajari sesuatu berdasarkan kebutuhannya. Kebutuhan itulah yang menuntut

orang dewasa belajar karena dengan pengetahuan baru dan keterampilan baru,

masalah yang dihadapinya dapat diselesaikan.

Dalam makalah ini, kelompok membahas tentang pembinaan terhadap jemaat

dewasa muda. Pembahasan dimulai dengan menerangkan perkembangan pada usia

dewasa muda, kemudian menjelaskan apa yang menjadi kebutuhan usia ini dan

bagaimana strategi pembelajaran atau pembinaan yang dapat dilakukan. Selanjutnya

menjelaskan tentang apa saja hambatan dan solusi yang terjadi, dan pada bagian akhir

memberikan kesimpulan.

II. Perkembangan Usia Dewasa Muda

Secara umum kelompok usia dewasa muda atau biasa disebut Early Adult ialah

mereka yang dikatakan sebagai orang – orang yang sedang memulai dirinya untuk

1. http://henryalam.blogspot.com/2010/12/kendala-belajar-mengajar-orang-dewasa.html
(diakses tanggal 14 November 2014)
2. http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html (diakses
tanggal 15 November 2014)
2

beranjak dewasa dan akan menuju kepada kematangan hidup. Istilah adult berasal dari

kata kerja Latin “adultus”, seperti juga istilah adolescence yang berarti “tumbuh menjadi

kedewasaan”.Adult juga dapat diartikan “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran

yang sempurna.”3Namun dalam hal ini mereka masih dikatakan early yang berarti baru

memasuki tahap awal untuk sebuah kedewasaan atau kematangan. Ditinjau secara usia

John W. Santrock mengatakan bahwa “kelompok usia dewasa muda berada sekitar usia

18 tahun sampai usia 35 tahun.”4Hal ini terbukti bahwa memang mereka merupakan

kelompok orang yang baru saja meninggalkan masa remaja.

Hurlock mengatakan bahwa “masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian

diri terhadap pola –pola kehidupan baru dan harapan – harapan sosial baru.”5 Dalam

hal ini berarti dapat dikatakan bahwa seseorang yang memasuki masa dewasa muda

tentu akan berhadapan dengan situasi baru dalam hidupnya di mana hal tersebut akan

membawa dirinya kepada sebuah perkembangan dalam hidupnya.6Hal ini dikarenakan

bahwa kondisi usia dewasa muda memiliki keadaan yang berbeda dengan kelompok

usia remaja. Akan tetapi tidak juga sama dengan kondisi kelompok usia dewasa madya

atau lanjut usia. Pada masa ini, kelompok usia dewasa muda tentu mengalami masa

peralihan atau transisi dari usia remaja menuju usia dewasa. Oleh sebab itu, tepatlah

seperti yang dikatakan Santrock bahwa “orang yang memasuki kondisi usia dewasa

muda dikatakan sebagai mereka yang mengalami masa transisi, yakni peralihan dari

remaja menuju dewasa.”7 Masa ini merupakan masa di mana mereka akan lebih banyak

3. Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo (Jakarta : Erlangga, 1980), 246.
4. John W. Santrock, Perkembangan Masa Hidup. 13th ed. Terj. Benedictine Widyasinta.(Jakarta:
Erlangga, 2012), 34.
5. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, 246.
6. Arti perkembangan dibedakan dengan pertumbuhan, di mana perkembangan (development)
lebih mengacu kepada kognitif, emosional, sikap sedangkan pertumbuhan (growth) lebih mengacu
kepada pertumbuhan fisik seperti berat dan tinggi.
7. Santrock, Perkembangan Masa Hidup, 34.
3

menyesuaikan diri. Hal ini dikarenakan bahwa pada saat masa anak - anak dan remaja,

mereka memiliki orang tua, guru dan orang lain yang dapat menolong mereka setiap

waktu untuk melakukan penyesuaian diri bahkan dalam pengambilan keputusan.

Namun, pada saat memasuki masa dewasa muda, mereka memiliki tugas

perkembangan dalam hidupnya yakni diharapkan untuk dapat melakukan pengambilan

keputusan bagi kehidupan mereka. Hurlock mengatakan bahwa “… masa ini ditandai

oleh eksperimen dan eksplorasi. Pada titik ini dalam perkembangan mereka, banyak

individu masih mengeksplorasi jalur karir yang ingin mereka ambil, ingin menjadi

individu seperti apa, dan gaya hidup seperti apa yang mereka inginkan.”8 Hal ini

mungkin dapat dilihat lebih jelas melalui konteks Indonesia, bahwa pada masa kini, usia

18 tahun merupakan waktu bagi seseorang untuk melanjutkan studi ke jenjang

perguruan tinggi atau masa bagi seseorang untuk memulai karirnya.

Secara umum, mereka yang berada pada kelompok usia dewasa muda memiliki

kecenderungan untuk menunjukkan bukti kepada orang tua dan masyarakat lainnya

bahwa dirinya sudah layak dianggap sebagai orang dewasa. Ahli psikologi mengatakan

bahwa, “dalam usaha melepaskan diri dari ketergantungan orang tua, pemuda atau

dewasa muda memantapkan arah perjalanan hidupnya dengan memperoleh status dan

pekerjaannya.”9 Pada intinya mereka yang berada di dalam kelompok ini ialah orang –

orang yang sebenarnya sudah mulai dapat berpikir logis dan kritis untuk mengatur,

atau memutuskan apa yang menjadi pilihan bagi dirinya dan tentunya mereka butuh

pengakuan bahwa dirinya bukan lagi seorang remaja. Santrock juga kembali

8. Hurlock, Psikologi Perkembangan, 246.


9. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1995), 125.
4

mengatakan bahwa di usia dewasa muda ini, seseorang diperhadapkan pada sebuah

tugas untuk mengembangkan identitasnya dan mencapai kemandirian dari orang tua.10

III. Kebutuhan Belajar Usia Dewasa Muda

Ketika melihat kondisi perkembangan yang telah dipaparkan di atas dapat

dikatakan bahwa betapa pentingnya masa dewasa muda ini untuk mendapatkan

pembinaan atau tuntunan yang baik dari orang yang lebih dewasa. Masa transisi

sebenarnya menunjukan bahwa mereka belum terlalu matang di dalam

perkembangannya. Hal lain yang menjadi alasan untuk membina kelompok usia ini

karena kelompok usia dewasa muda juga merupakan pijakan awal untuk seseorang

mulai mengembangkan hidupnya yang kemudian memberi pengaruh kepada tahapan

usia berikutnya. Untuk dapat menolong mereka mengalami perkembangan, maka

sesungguhnya perlu memahami terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhan belajar

pada usia ini. Dengan mengetahui kebutuhan belajar mereka, maka sesungguhnya akan

memudahkan pembina untuk menuntun mereka mencapai perkembangan dalam hidup

mereka. Kebutuhan – kebutuhan itu seperti halnya memberikan pemahaman belajar

mengenai:

a. Seksualitas

Persoalan mengenai seksualitas tidak selalu diartikan sebagai masalah aktifitas

seks. Singgih D. Gunarsa membagi makna seksualitas menjadi dua bagian yakni:

Seksualitas yang dilihat dari segi fisik seperti halnya bentuk tubuh, kelamin,
hormon – hormon.Kemudian seksualitas dapat juga ditinjau dari segi psikis yakni
berkaitan dengan emosi atau perasaan.11

10. Santrock, Perkembangan Masa Hidup, 46.


5

Masalah seksualitas ini harus dipahami dengan baik oleh mereka agar mereka

tidak terjerumus kepada tindakan – tindakan ekstrim mengenai seksualitas yang

sekadar berorientasi hanya kepada aktifitas seks, seperti halnya homoseksual atau

melakukan hubungan seks sebelum pernikahan. Hal ini dikarenakan bahwa secara fisik

baik laki – laki maupun perempuan pada usia dewasa muda ini sedang menuju kepada

kematangan secara fisiknya. Agus Sujanto mengatakan bahwa,

Masalah seksualitas ini menjadi ciri utama yang dibahas dalam usia pemuda. hal
ini dikarenakan bahwa pada masa pemuda ini seseorang mengalami
perkembangan jasmani yang mendekati kesempurnaan. Sehingga matang
pulalah kelenjar – kelenjar kelamin dalam dirinya yang kemudian menumbuhkan
desakan – desakan baru di dalam jiwanya, yaitu desakan yang menghendaki
layanan kebutuhan seksualitas.12

Dapat dikatakan bahwa kematangan hormon – hormon tersebut membuat

mereka memiliki dorongan dan hasrat yang kuat akan kebutuhan seks. Hormon yang

membentuk mereka semasa remaja, kini perlahan berubah menjadi hormon yang mulai

membentuk mereka menjadi seorang yang dewasa. Ketika mereka tidak diberikan

ajaran, kesadaran tentang hal ini kemungkinan besar mereka dapat jatuh kepada sikap

– sikap ekstrim yang hanya memandang seksualitas sebagai tindakan seks semata. Hal

ini tentu berkaitan dengan kondisi masa transisi yang sedang mereka alami. Di mana di

satu sisi mereka menganggap dirinya telah mandiri, tetapi pada kenyataannya mereka

belum cukup kuat untuk mengendalikan perubahan – perubahan hormon tersebut.

Pembelajaran mengenai masalah seksualitas ini mungkin dapat berkaitan kepada

pemilihan pasangan hidup mereka nantinya, bahkan ketika mereka berkeluarga.

b. Cita-Cita

11. Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga, 66.


12. Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Rineka Cipta, 1988), 181.
6

Hal berikut yang menjadi kebutuhan belajar usia dewasa muda adalah mengenai

cita – cita. Tema ini merupakan hal yang esensial bagi kelompok dewasa muda. Santrock

kembali mengatakan bahwa, “Pada usia belasan akhir dan awal duapuluhan,

pengambilan keputusan akan masa depan mereka biasanya menjadi lebih serius seiring

eksplorasi mereka terhadap berbagai kemungkinan cita-cita yang ingin mereka

tekuni.”13 Dalam bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa kelompok usia dewasa

muda ini merupakan orang – orang yang sudah mulai memiliki pemikiran logis, kritis,

mandiri yang kemudian melandasi mereka untuk mencari dasar atau pedoman bagi

hidupnya. Akan tetapi dalam hal ini bukan berarti mereka telah matang sepenuhnya.

Masa transisi menandakan bahwa sebenarnya mereka belum memiliki pengalaman

yang cukup banyak untuk menentukan arah masa depan atau cita – cita hidup mereka

sendiri. Dalam hal ini lebih tepatnya mereka membutuhkan orang lain yang lebih senior

untuk menuntun mereka dalam hal berpikir tentang visi dan arah hidup yang jelas agar

tidak jatuh kepada ambisi semata.

IV. Strategi Pembelajaran Usia Dewasa Muda

Dewasa muda adalah masa dimana seluruh potensi sebagai manusia berada pada

puncak perkembangan baik fisik maupun psikis. Masa yang memiliki rentang waktu

antara 18-35 tahun ini adalah masa-masa pengoptimalan potensi yang ada pada diri

individu. Jika masa ini bermasalah, maka akan mempengaruhi bahkan kemungkinan

individu mengalami masalah yang paling serius pada masa selanjutnya. Oleh sebab itu

perlu dipikirkan strategi pembelajaran yang serius untuk usia ini.

13. Santrock, Perkembangan Masa Hidup, 28.


7

Pada bab sebelumnya telah disebutkan ada dua yang menjadi kebutuhan dalam

usia ini untuk mencapai perkembangan, yaitu seksualitas dan cita-cita. Kebutuhan-

kebutuhan ini dapat dikatakan menjadi kebutuhan yang dasar, namun penting pada

masa transisi ini. Karena usia dewasa muda ini disebut sebagai masa transisi, maka

mereka perlu seorang pembina atau pembimbing yang dapat mengarahkan mereka.

Perlunya seorang pembina atau pembimbing dikarenakan pada usia ini belum memiliki

cukup banyak pengalaman pribadi yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk

melangkah masuk dalam dunia yang lebih luas dari masa sebelumnya. Dengan kata lain,

di usia ini yang menjadi sumber pembelajarannya adalah seorang pembina atau

pembimbing.

Seorang pembina atau pembimbing harus mampu menciptakan strategi

pembelajaran yang baik dan menyenangkan bagi usia ini. Dikatakan baik agar ia

mendapatkan kerangka berpikir atau konsep dasar yang kuat untuk ia memutuskan dan

melakukan sesuatu. Selain itu dikatakan menyenangkan supaya mereka tidak cepat

bosan dan dapat menikmati pembelajaran yang diajarkan kepada mereka. Di usia inilah

seseorang harus memiliki dasar pemahaman yang kuat akan konsep teori mengenai

kebutuhan-kebutuhannya, khususnya seksualitas dan cita-cita. Drs. Asmin juga

mengatakan, “Dasar pemahaman akan konsep teori diberikan agar ia memiliki

pegangan yang kuat sebagai awal pembelajarannya,”14 sehingga ia mampu bertindak

dengan tepat.

Ada banyak macam-macam strategi atau metode yang dapat dilakukan dalam

proses pembelajaran atas kebutuhan-kebutuhan pada usia ini. Dr. Suprijanto

14. Asmin, “Konsep dan Metode Pembelajaran untuk Orang Dewasa (Andragogi),”
Psikologinet.com, http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195109141975011-
AYI_OLIM/andragogi_PDF2.pdf (diakses 12 November 2014).
8

berpendapat bahwa, “strategi apa pun yang dipilih, sebaiknya dipertimbangkan sebagai

alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu agar peserta didik memperoleh pengalaman

belajar yang bermanfaat.”15 Melihat bahwa usia ini belum memiliki banyak pengalaman,

maka strategi atau metode yang dapat dipakai untuk pembelajaran kebutuhan

seksualitas ialah memberikan dasar pemahaman melalui lecturing atau seminar,

mendatangkan narasumber yang pakar di bidangnya.

Lecturing atau seminar ini sifatnya dapat juga disertakan dengan diskusi.

Meskipun usia ini belum memiliki banyak pengalaman, tetapi mereka sudah

mempunyai prior knowledge. Prior knowledge inilah yang dapat menjadi bahan diskusi

sehingga melalui interaksi, wawasannya lebih diperkaya lagi. Strategi diskusi juga dapat

digunakan untuk pembelajaran kebutuhan yang menyangkut cita-cita seseorang agar

setiap peserta dalam interaksi, menyampaikan pendapat dan membuat peserta berpikir.

Interaksi yang terjadi selain akan memperkaya pengetahuan peserta dalam kelompok,

juga akan membuat mereka lebih mengingat materi yang telah didiskusikan bersama-

sama.

Pada akhir dari diskusi, pembimbing harus menyimpulkan serta memberikan

arahan yang benar dan jelas. Lebih rinci, Suprijanto memberikan cara menutup diskusi

dengan generalisasi kesimpulan, dan penerapannya sebagai berikut:16

1. Tutup diskusi atas setiap masalah atau isu dengan ringkasan prinsip atau
kesimpulan tindakan yang diinginkan.
2. Diskusikan penerapan prinsip untuk memecahkan masalah lain yang sama.
3. Usahakan agar setiap peserta sampai pada rencana tindakan individual.
4. Minta perhatian terhadap masalah atau isu terkait yang belum terpecahkan
untuk dipertimbangkan di masa datang. Dorong agar peserta memiliki
keinginan untuk mempelajari dan mendiskusikan masalah atau isu terkait
pada pertemuan berikutnya.

15. H. Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa: Dari Teori Hingga Aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), 72.
16. Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, 106.
9

Seorang pembimbing juga sebaiknya memberikan diri untuk berbagai

pertanyaan atau masalah dari peserta di luar waktu diskusi. Seorang yang pakar

Pendidikan Agama Kristen bernama Paulus Lilik Kristianto dalam bukunya mengenai

Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen menyarankan, “sebagai pengajar, harus

mengerti keseimbangan antara tantangan untuk bertumbuh dan dukungan positif untuk

berubah.”17 Lebih lanjut ia mengatakan, pengajaran yang diajarkan harus berbasis pada

Alkitab, maka setidaknya ia harus sungguh mengerti pesan Alkitab.18 Terkait dengan hal

yang telah dikatakannya, ada strategi lain yang diberikan olehnya, yang dikutipnya dari

Stubblefield, Merriam dan Ferro, serta Hershey, sebagai berikut:19

Stubblefield Merriam dan Ferro Hershey

Program pengajaran Mengembangkan Memberi tanggungjawab


Alkitab untuk masing- pernyataan yang jelas (terlibat aktif).
masing orang dewasa tentang misi/tujuan/goal.
muda.
Program training khusus Model organisasi Fokus pada keyakinan
pemuridan, pendidikan Kerygma: proklamasi yang penting (relevan).
misi dan musik. Koinonia: persekutuan Kesempatan untuk saling
Diakonia: pelayanan memiliki (hubungan).
Didake: mengajar
Marturia: bersaksi
Kelas-kelas khusus Jangan pisahkan ke dalam Jangkau masyarakat
untuk mereka yang kelompok usia. lokal.
bercerai dan selalu
lajang.
Kelas efektivitas Jangan gabungkan lajang Perhatian khusus untuk
pernikahan: untuk dengan orang dewasa orang baru. Berikan
pasangan dan orang tua. muda. mereka kepemilikan
terhadap program.

Perhatian khusus untuk Hargai mereka sebagai Dukunglah perbedaan


keluarga campuran dan orang dewasa. mereka.
kebutuhan mereka.
Fasilitas menarik untuk Promosikan kelas-kelas Pelajari kebutuhan.
anak-anak. penting, workshop-

17. Paulus Lilik Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen: Penuntun bagi Mahasiswa
Teologi & PAK, Pelayanan Gereja, Guru Agama, dan Keluarga Kristen (Yogyakarta: Andi, 2008), 106.
18. Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, 106-107.
19. Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, 107.
10

workshop dan retreat-


retreat.

Tiga pendidik memberikan saran yang tidak terlalu jauh berbeda, yang

dapat diterapkan sebagai strategi pembelajaran bagi kebutuhan dewasa muda.

Strategi yang telah dipaparkan di atas dapat dikatakan hal teknis dari strategi

pembelajaran model lecturing dan diskusi.

V. Kendala dan Solusi Pembinaan Usia Dewasa Muda

Kemampuan orang dewasa sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri

sendiri mendorong timbulnya keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain

sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan

dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa menghadapi situasi

yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan merasa

dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak kecil, maka

pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah.

Maka itu perlu dipahami apa hambatan bagi orang dewasa belajar, dan bagaimana ia

dapat belajar paling baik.

Secara fisik tidak ada hambatan bagi dewasa muda untuk belajar, karena seluruh

aspek yang menopang seluruh kehidupannya sedang berada dalam kondisi prima.

Namun, ada hambatan secara psikologis, yaitu mulai dari lemahnya motivasi. Ada dua

jenis motivasi. Pertama, motivasi yang datang dari luar (eksternal) seperti pujian orang

lain, suasana belajar yang menyenangkan, kawan-kawan yang mendukung dan

menerima, atau adanya sanksi atau hukuman yang menantang kalau tidak mengikuti

kegiatan dengan baik. Kedua, motivasi yang tumbuh dari dalam diri sendiri seperti rasa
11

ingin tahu, perasaan puas dan bahagia.20 Oleh sebab itu, peserta didik dewasa muda

perlu mendapat bantuan dalam hal membangkitan motivasi ini.

Kemudian ada hambatan ketidakstabilan emosi, seperti sulit menguasai diri,

khususnya dalam relasi dengan orang lain. Akibatnya, tidak jarang menemukan peserta

pembinaan yang mudah tersinggung ketika pandangannya kurang berkenan bagi rekan-

rekannya. Untuk itu, perlu komunikasi yang lebih berhati-hati, dan yang tidak langsung

menyerang karakter ataupun sifatnya.

Hambatan secara sosiologis adalah adanya kebimbangan peran. Hal ini terutama

dialami oleh peserta didik dewasa muda yang belum tuntas pencarian jati dirinya.

Mereka ingin mencoba peran ini atau itu, dan oleh sebab itu menyibukkan diri dalam

upaya itu. Hal demikian dapat mengurangi tingkat konsentrasi. Kemudian suasana

diantara anggota kelompok yang kurang akrab atau kurang bersahabat juga dapat

menganggu kegiatan belajar. Dalam situasi semacam itu perasaan sebagai “orang asing”

(terisolasi) pun bertumbuh, menyebabkan rasa tidak aman dan tidak nyaman. Oleh

sebab itu,dapat dilakukan ice-breaking lewat permainan atau nyanyian untuk

mengakrabkan para peserta didik.

Hambatan secara spiritual adalah pertama, belum menjadi ciptaan baru di dalam

Kristus. Hal ini membuat peserta didik kurang berminat atau tidak memahami hal-hal

rohani yang akan diajarkan. Alasan teologisnya adalah bahwa hanya di dalam diri orang

yang sudah dilahirkan kembali atau yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus

Kristus, pekerjaan Roh Allah menjadi lebih nyata.21 Kedua, terlambat dalam

pertumbuhan iman, keterlambatan ini berkaitan dengan sikap yang kurang memberi

20. http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html
(diakses tanggal 15 November 2014)
21. http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html
(diakses tanggal 15 November 2014)
12

diri untuk segera maju di dalam iman. Saat ini banyak orang merasa kurang perlu

bertumbuh dalam hal kerohanian. Mereka tidak melihat nilai dari iman itu sendiri

dalam kehidupan nyata. Masalah iman dianggap hanya urusan masa depan di balik

kematian.22 Ketiga adalah adanya dosa yang menghambat. Adanya dosa yang belum

diakui dapat menggangu pekerjaan Tuhan dalam kehidupan peserta. Akar pahit,

kemarahan, pikiran cabul, keterlibatan dengan kuasa gelap, antara lain merupakan

perkara yang menghambat proses dan keefektifan belajar.23 Oleh sebab itu, peranan

pembina sangat penting dalam memberikan teladan spiritualitas.

VI. Kesimpulan

Pengembangan pembinaan orang dewasa harus sensitif kepada fakta akan

kebutuhannya. Yang dibutuhkan dalam pembinaan bukan sekedar kesiapan seorang

pembimbing untuk mengajar. Pada intinya, apa yang dipelajari oleh jemaat dewasa

muda haruslah dirasakan bermanfaat di masa kini. Karena kalau tidak, akan muncul

perasaan bahwa program pembinaa, yang ditempuhnya tidak membawa manfaat, dan

hal itu akan membuatnya menghindar dari pembinaan.

22. http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-
hakekat.html(diakses tanggal 15 November 2014)
23. http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html
(diakses tanggal 15 November 2014)
13

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Gunarsa, D. Singgih. Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1995.

H. Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa: Dari Teori Hingga Aplikasi . Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.

Hurlock, B. Elizabeth. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta : Erlangga, 1980.

Kristianto, Lilik Paulus. Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen: Penuntun bagi
Mahasiswa Teologi & PAK, Pelayanan Gereja, Guru Agama, dan Keluarga Kristen.
Yogyakarta: Andi, 2008.

Santrock, W. John. Perkembangan Masa Hidup. Terj. Benedictine Widyasinta. Jakarta:


Erlangga, 2012.

Sujanto, Agus. Psikologi Perkembangan . Jakarta: Rineka Cipta, 1988.

Situs Internet

http://henryalam.blogspot.com/2010/12/kendala-belajar-mengajar-orang-
dewasa.html. diakses tanggal 14 November 2014.

http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html.
diakses tanggal 15 November 2014.

Asmin, “Konsep dan Metode Pembelajaran untuk Orang Dewasa (Andragogi),”


Psikologinet.com,
14

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/1951091419750
11-AYI_OLIM/andragogi_PDF2.pdf. diakses 12 November 2014.

http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html.
diakses tanggal 15 November 2014.
http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-hakekat.html.
diakses tanggal 15 November 2014.
http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-
hakekat.html. diakses tanggal 15 November 2014.
http://junihot.blogspot.com/2009/12/konstruksi-pemahaman-tentang-
hakekat.html. diakses tanggal 15 November 2014.

Anda mungkin juga menyukai