Anda di halaman 1dari 7

Bahan Sharing : Pada Sermon Pdt/G.

I/CGI/ Pengurus Distrik Distrik 2 GMI KTS


Tanggal 03 Oktober 2013 di GMI El Shadday Simalingkar Medan

Strategi Misi Penginjilan


Upaya Pemberdayaan Warga Gereja Dalam Pertumbuhan Gereja

Pendahuluan

Penginjilan adalah pewartaan Kabar Baik kepada mereka yang belum menerima Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya . Dengan kata lain penginjilan merupakan kewajiban
bagi setiap orang percaya kepada Kristus. Kewajiban Tidak hanya tugas hamba Tuhan (Pendeta/
Guru Injil) melainkan semua orang yang mengaku pengikut Kristus. Hal ini dinyatakan jelas
dalam Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20 (dan beberapa ayat lainnya). Tuhan
Yesus sendiri mengamanahkan kepada setiap orang percaya untuk memberitakan Injil. Inilah
mandat, Sesungghnya penginjilan

Pewartaan Injil tidak lepas dari metode dan strategi, yaitu kecakapan apa dan bagaimana
melakukan. Dengan memiliki kompetensi akan mempermudah kinerja penginjilan itu sendiri
sehingga pekerjaan iu menjadi efektif. Yang menjadi pertanyaan : Mengapa kegiatan penginjilan
terkesan terabaikan ? Sepertinya tidak menjadi “kewajiban” yang harus dipertanggungjawabkan
kepada Allah. Sudah barang tentu ada masalah di sana. Penulis mengidenifikasi beberapa
masalah yaitu :

 Pengabaian tugas dan panggilan gereja (orang Kristen) dalam memberitakan Injil;
 Pelayanan penginjilan tidak lagi menjadi prioritas

 Gereja berkutat pada program fisik

 Pengginjilan dianggap hanya tugas para hamba Tuhan

 Tidak terprogramnya rencana strategi nasional

 Motivasi penginjilan OK, anggaran NO

Tentunya, akhir dari sebuah penginjilan adalah tujuan atau hasil dari pekerjaan itu sendiri. Dari
beberapa pandangan teolog disimpulkan bahwa tujuan penginjilan adalah supaya orang
mengenal Yesus Kristus secara pribadi1 dan hidup baru di dalamNya. Mengenal Yesus dalam hal
in berdimensi pada aspek nilai-nilai hidup yang lebih luas.

Korelasi Penginjilan dengan Pertumbuhan Gereja

Hamilton berpendapat “kalau gereja ingin melihat gambaran pertumbuhan gereja, marilah kita
melihat tugas khusus kita yaitu penginjilan.”2 Penginjilan yang dilaksanakan berdasarkan Amanat
Agung tidak berhenti pada batas menjadikan seseorang menjadi anggota gereja lokal saja, tetapi
juga bertanggung jawab untuk memuridkan orang tersebut sama seperti Yesus telah memuridkan
kedua belas murid-Nya. Pemuridan bertujuan agar setiap orang memahami dengan benar
mengapa Allah menyelamatkannya. Dengan satu harapan setelah mereka menjalani proses
pemuridan, mereka menjadi seorang anggota gereja lokal yang bertanggung jawab untuk turut
melaksanakan tugas penginjilan. Purnawan memberikan pendapat tentang korelasi antara
penginjilan dan pertumbuhan gereja sebagai berikut ini: penginjilan adalah motor bagi
pertumbuhan gereja. Tanpa penginjilan gereja tidak lahir. Kisah Para Rasul melaporkan
keyakinan ini, bahwa sejarah gereja mengulangnya dan akan terus terulang sampai Tuhan Yesus
datang kembali untuk kedua kalinya dan menyempurnakan segalanya. Penginjilan memiliki
peranan utama dalam pertumbuhan gereja. Pertumbuhan yang dihasilkannya itu adalah
pertumbuhan yang sehat. Sehat karena pertumbuhan seperti itu adalah sesuai dengan kehendak
Tuhan. Tuhan menghendaki supaya jangan ada orang yang binasa, melainkan supaya semua
orang bertobat (2 Petrus 3:9). Tanpa penginjilan gereja akan berhenti untuk bertumbuh, bahkan
1
Alfred P. Gibbs, Penginjilan Pribadi, Malang: Sekolah Alkitab Warta Vital Lembaga Pelayanan Kristen Indonesia,
1980, hal. 8.
2
Michael Hamilton, God’s Plan for the Church Growth!.,Springfield: Radiant Books, 1981, hal. 51.

1
Bahan Sharing : Pada Sermon Pdt/G.I/CGI/ Pengurus Distrik Distrik 2 GMI KTS
Tanggal 03 Oktober 2013 di GMI El Shadday Simalingkar Medan

mungkin dengan segera mati.3 Namun gereja juga harus memperhatikan pertumbuhan secara
biologis, yaitu anak-anak dari orang-orang yang telah percaya juga perlu diinjili.

Pengertian Misi

Misi berasal dari bahasa latin missio / mittere, yang merupakan terjemahan dari bahasa Yunani
yaitu πεμπο dan αποστελο yang dalam bahasa Inggis disebut mission sedangkan dalam bahasa
Indonesia disebut “misi” yang berarti “pengutusan”.4 Awalnya “misi” digunakan sebagai
pewrtaan iman khusus bagi kalangan Kristen sendiri, baik bersifat umum maupun khusus,
misalnya upacara kasulan (Roma Katolik). Baru dikemudian hari istilah misi ini dipergunakan
untuk penginjilan. Berbicara misi adalah berbicara mengenai penginjilan karena ia merupakan
God’s mission (karya Allah); atau tugas yang diberikan Allah kepada kita.5 Tugas itu

Mengapa (harus) Bermisi ?

a) Rencana Allah. Allah merancang penginjilan sejak kekekalan (Ef.1:1-14) dan Allah
sendiri telah melaksanakanNya (bd. Gal.3:8; Ro.1:16-17; Kej.4:4, 4:25-26, 5:24; 6”9,
12”1-3)6
b) Amanat Tuhan Yesus.7
Dalam PB 5 kali tercatat berhubungan dengan perintah memberitakan Injil :Matius
28:19-20 ; Markus 16:15-18; Lukas 24:44-49; Yohanes 20:19-23, 21:15-29; Kis.1:6-8.
Reverensi ayat-ayat tersebut bentuk imperativ untuk memberitakan Injil sebagai bentuk
tanggungjawb yang harus dilakukan orang percaya Tidak ada yang menentang perintah
ini.
c) Kemuliaan Tuhan (Efesus Pasal; Roma 15:9)8
d) Bukti Kasih kepada Allah.
-Ketaatan yang sungguh-sungguh adalah pancaran kasih (Yoh. 14:15).
-Kasih Terhadap orang tersesat (Jadikanlah Sekalian Bangsa, hal 55 )Ef.6:7-8
e) Keselamatan manusia. Tuhan menghendaki “supaya jangan ada yang binasa, melainkan
supaya semua orang berbalik (dari dosa) dan bertobat” (1Ptr. 3:9). Yesus berkata bahwa
Ia datang “untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10), seperti
gembala yang baik meninggalkan 99 ekor domba yang telah aman dalam kandangnya,
untuk mencari seekor yang tersesat (Mat. 18:12).9
f) Tuaian banyak, pekerja sedikit (Matis 9:37)

Allah Inisiator Misi

Penginjilan dimlai di hati Allah seperti yang diungkapkan oleh J. Simmerman yang dikutip oleh
Andar Tobing, bahwa Missio Dei (pengutusan Allah) dimulai di sorga. Sorga sendirilah home
base, titik tolak atau pangkalan dari zending.10 Dalam arti Allah adalah inisiator bagi penginjilan
itu sendiri. Ia sebagai sumber dan tumpuan penginjilan. Menurut Tomatala 11, konsep penginjilan
itu dimulai dari PL dan kemudian mulai nyata dan jelas dalam PB. Penginjilan dlam PL konsep
filosofis yaitu menjelaskan tentang penginjilan kemudian PB secara praktis menguraikan tentang
penginjilan itu. Menurutnya Allah yang berkarya dan pemelihara ciptaan sebagai bukti keaktifan

3
Menuju Tahun 2000: Tantangan Gereja Di Indonesia sebuah bunga rampai dalam rangka peringatan 25 Tahun
Kependetaan Caleb Tong, ed. S.v. Pertumbuhan Gereja Dan Strategi Penginjilan oleh Purnawan Tanibemas,
Surabaya: YAKIN, 1990, hal.175-176.
4
A. Heuken., Ensiklopedia Gereja III, Jakarta, Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993, hal.164 . bd. H. Eddie Fox & George
E Morris, Medan, Gereja Methodist Indonesia, 2000, hal. 17
5
De Kuiper, Missiologia, Jakarta, BPK GM, 1988, hal. 9
6
Y.Y. Tomatala, Penginjilan Masa Kin., Malang, Gandum Mas, 2004, hal.2
7
H. Eddie Fox & George , Op.Cit, hal. 22
8
John Piper, Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita, Bandung, Lembaga Literatur Baptis, 2001, hal.42
9
De Kuiper,Op.Cit, hal.17-18
10
A. Lumbantobing., Missio Dei, Pematang Siantar, Kolportase /Publikasi Pusat GKPI, 1980, hal.1
11
Y.Y. Tomatala, Op.Cit, hal.5

2
Bahan Sharing : Pada Sermon Pdt/G.I/CGI/ Pengurus Distrik Distrik 2 GMI KTS
Tanggal 03 Oktober 2013 di GMI El Shadday Simalingkar Medan

dan kuasa penciptaan itu sendiri merupakan kedinamisanNya. Karya penciptaan itu adalah misi
yang telah dirancang dengan sangat baik. Manusia pertama yang jatuh ke dalam dosa itu tidak
dibiarkanNya terseret terus menerus dalam keberdosaannya. Ternyata Allah merancang
penyelamatan. Dan misi penyelamatan itu terbukti dengan menetapkan, memanggil, serta
mengutus orang-orang pilihannya. Misalnya panggilan Abraham, adalah wujud misi
penyelamatan berkat bangsa Israel. Hal senada diungkapkan Eddy dan Morris, yang
menggunakan istilah “Faith Sharing” sebagai sebutan untuk misi penginjilan bahwa
keprakarsaan Allah itu dimulai dari proses penciptaan secara khusus pada penciptaan manusia.
Mnurut mereka, “Allah adalah Allah yang mencari yang sifatnya terlihat dalam penciptaan dan
dalam maksud keilahianNya untuk mengembalikan manusia menjadi baru kembali setelah
manusia itu memberontak, menjadi tidak patuh dan berdosa”12.

Terminologi, Arti dan Tujuan Penginjilan

Secara terminologi euangelizo itu awalnya digunakan dalam konteks kemiliteran. Bahwa
pasukan yang pulang dari medan tempur membawa berita kemenangan. Dalam konteks itu
euangelizo berarti “berita” kemenangan. Dalam termenologi Kristen “berita” itu dihubungkan
dengan karya penebusan Kristus. Injil yang disebut Kabar Baik, berkaitan dengan karya dan
penebusan Kristus yang menyelamatkan (Luk.2:10; Ef.3:8). Dan dalam hubungannya dengan
penginjilan, maka kata itu berarti mengkhotbahkan Injil atau mengkhotbahkan kabar baik.13

Pengertian dan Tujuan menurut para ahli :

a. D. W. Ellis mengatakan “mengabarkan Injil adalah upaya orang Kristen melayankan


kabar kesukaan ihwal Yesus Kristus kepada seseorang, sedemikian rupa, sehingga ia
berpaling dari dosa-dosanya dan percaya kepada Allah melalui anak-Nya- Yesus Kristus,
dengan kuasa Roh Kudus.”14 Istilah “penginjilan” mencakup segala usaha untuk
memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus. Tujuannya ialah supaya orang-orang
mengerti bahwa Allah menawarkan keselamatan, dan supaya mereka menerima
keselamatan itu dengan iman.

b. Alfred P. Gibbs “penginjilan adalah memberitakan Injil dengan tujuan supaya orang
mengenal akan Yesus Kristus”.15

c. Michael Hamilton “Penginjilan adalah "memberitakan Kabar Baik tentang Kristus".


Penginjilan itu lebih daripada sekadar metode; penginjilan adalah sebuah berita. Berita
tentang kasih Allah, tentang dosa manusia, tentang kematian Kristus, tentang
penguburan-Nya, dan kebangkitan-Nya. Penginjilan adalah berita tentang pengampunan
dosa dari Allah, yang menuntut suatu tanggapan menerima Injil itu dengan iman, lalu
menjadi murid Yesus. Istilah "penginjilan" mencakup segala usaha untuk memberitakan
Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Tujuannya ialah agar orang-orang mengerti bahwa
Allah menawarkan keselamatan serta menerima keselamatan itu dengan iman, lalu hidup
sebagai murid Yesus.16

d. George E. Sweazey, “Evangelism is very possible way of reaching outside the Church to
bring people to faith in Christ and membership in His church”. 17 (Penginjilan adalah
setiap jalan yang sangat mungkin untuk menjangkau yang berada di luar gereja untuk
membawa orang untuk beriman di dalam Kristus serta keanggotaan di dalam gereja-Nya).

12
H.Eddie Fox & George Morris (Terjemahan), Faith Sharng, 2000,, Medan, Gereja Methodist ndonesia, hal.17
13
Y.Y. Tomatala, Op.Cit.hal.24
14
D. W. Ellis, Metode Penginjilan ,Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993, hal.117.
15
Alfred P. Gibbs, Penginjilan Pribadi , Malang: Sekolah Alkitab Warta Vital Lembaga Pelayanan Kristen Indonesia,
1980), 8.
16
Michael Hamilton, God’s Plan for the Church Growth!. Springfield: Radiant Books, 1981, hal.51.
17
Sweazey, E.George, Effective Evangelism, USA: Harper and Row, Publisher, 1953. Hal. 19

3
Bahan Sharing : Pada Sermon Pdt/G.I/CGI/ Pengurus Distrik Distrik 2 GMI KTS
Tanggal 03 Oktober 2013 di GMI El Shadday Simalingkar Medan

e. The World Council of Churches at Amsterdam “Evangelism is so making Christ known to


men that each is confronted with the necessity of a personal decision, Yes or No.” 18
(Penginjilan adalah membuat Kristus diketahui atau dikenal manusia yang masing-
masing diperhadapkan dengan keperluan untuk mengambil keputusan pribadi, “ya” atau
“tidak”)

f. The Madras Foreign Missions Council “Evangelism is so to present Jesus Chris to the
world in the power of the Holly Spiri that men shall come to put their trust in God
through Him, accept Him as their Savior and serve Him as their Lord in the fellowship of
His Church” 19. (Penginjilan adalah memperkenalkan Yesus Kristus kepada dunia di
dalam kekuatan dari Roh Kudus yang mana manusia dapat datang dan menaruh iman di
dalam Allah melalui-Nya, menerima-Nya sebagai Juruselamat dan melayani-Nya sebagai
Tuhan mereka di dalam persekutuan dari gereja-Nya).

g. Toyohiko Kagawa “Evangelism means the conversion of people from worldliness to


Christlike godliness”. 20 (Penginjilan berarti perubahan orang dari keduniawian kepada
kesalehan seperti Kristus).
h. Samuel Boon-Itt of Siam “Evangelism means living, doing, talking for Christ”. 21
(Penginjilan berarti hidup, melakukan, dan mengatakan tentang Kristus (bersaksi).

i. Sedangkan Fox dan Morris mengartikannya “sebagai proses penyebarluasan Injil


Kerajaan Allah melalui kata-kata, perbuatan dan tanda dalam berbagai konteks, di dalam
kuasa Roh Kudus, seraya menantikan, memperhatikan dengan kerendahan hati, sopan
dan terus mengerjakannya dengan pengharapan yang penuh22.

j. Y.Y. Tomatala menguraikan bahwa tujuan penginjilan adalah menghimpun, mencipta bagi
diriNya suatu umat Allah (Kej.1:28; Mat.28:19-20; 1Pet.2:910 dsb.)ia dan melayani Dia23

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Penginjilan adalah memberitakan Kabar Baik /
memperkenalkan tentang Kristus kepada mereka yang berada di luar gerejanya. Dengan tujuan
agar berpaling dari dosa-dosanya dan percaya kepada Allah melalui anak-Nya- Yesus Kristus,
serta menjadi muridNya. Hasil dari penginjilan mencakup hidup patuh kepada Kristus,
menggabungkan diri dengan gereja-Nya, dan melayani Tuhan dengan penuh tanggung jawab di
dunia ini." Perlu diketahui bahwa menginjili bukanlah sesuaatu yang kita lakukan kepada orang
banyak, tetapi sesuatu yang kita lakukan denga Injl yaitu pertobatan 24 Christian Schwarz
mengatakan bahwa penginjilan yang efektif adalah penginjilan yang selalu berorientasi pada
kebutuhan, sebab itu penginjilan ini hanya dilakukan kepada orang lain yang benar-benar telah
dikenal.25 Renhard Bonnke telah mengungkapkan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh Tuhan
Yesus benar-benar menjawab kebutuhan orang-orang yang dilayani. Dia bukan hanya
memberitakan, mengajarkan namun menyembuhkan orang yang dilayani. 26

Siapakah Pelaku Misi Penginjilan ?

Asumsi klasik yang melihat bahwa pekerjaan penginjilan adalah tugas para hamba Tuhan
(Pendeta, Guru Injil, Badan Misi, yang memiliki jabatan gerejawi, dsb). Warga beralasan
pelayanan penginjilan bukan wewenang Warga gereja, sebab tidak diberi wewenang/ kuasa
seperti pendeta. Juga terdengar ungkapan “saya ini kan hanya orang biasa, kami bukan Bishop
Ketua KONTA, DS, Pendeta atau Guru Injil”. Kami hanya orang awam, yang tidak tau apa-apa.
Kami juga “tidak terlatih”, “tidak mengerti apa-apa”, “tidak dipersiapkan”, “tidak sebaik”, tidak
18
Ibid. hal. 20
19
Ibid.
20
Ibid.
21
Ibid.
22
H. Eddie Fox & George E Morris, O p.cit., hal.55
23
Y.Y. Tomatala, Op.Cit.,hal.2
24
H. Eddie Fox & George E Morris(terjemahan), Op. Cit., hal.54
25
Christian A. Schwarz, Pertumbuhan Gereja Alamiah (Jakarta: Metanoia, 2002), 105-110.
26
Joel Komiskey, Ledakan Kelompok Sel (Jakarta: Media Buana Indonesia, 1998), 112.

4
Bahan Sharing : Pada Sermon Pdt/G.I/CGI/ Pengurus Distrik Distrik 2 GMI KTS
Tanggal 03 Oktober 2013 di GMI El Shadday Simalingkar Medan

ditahbiskan”, dst. Jawaban-jawaban tersebut dapat ditafsir paling tidak ada dua hal, pertama,
dapat jadi sebagai alasan enggan melayani; kedua, memang benar karena ketidakmengertian.
Namun bila alasan pertama menjadi alasan, maka pandangan ini keliru. Belajar dari pengalaman
dalam pelayanan alasan itu cenderung pada alasan pertama.

Pendeta dan Warga Gereja dari aspek tugas dan tanggungjawabnya kepada Tuhan tidak
berbeda. Pendeta sebagai κλερος dan warga sebagai λαος adalah sama-sama dipanggil untuk
tugas pelayanan. Dalam bahasa Yunani κλερος berarti pendeta dan λαος berarti semua umat
(manusia). Dalam dunia Yunani terminologi kata ini dibedakan λαος menunjuk orang banyak
(penduduk) sedangkan κλερος menunjuk pada para pejabat negara dimana ia tinggal. Kedua
istilah itu lalu kemudian diadopsi dalam kekristenan yaitu umat Allah dan Pendeta. Perbedaan
secara fungsional akan dibahas kemudian. Perjanjian Baru dari aspek tugas dan tanggungjawab
tidak membedakan kaum κλερος dan λαος. Keduanya adalah dianggil menjadi umat yang secara
bersama-sama bertanggngawab melayani Tuhan. 1 Petrus 2:9,10: menguraikan :warga gereja
adalah bangsa yang terpilih Imamat yang rajani, umat yang kudus bangsa kepunyaan Allah
sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Dia, yang telah memaanggil
kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. Perlu digarisbawahi bahwa yang
dipanggil itu adalah warga gereja tentu termasuk pendeta. Artinya tugas panggilan pelayanan
adalah menjadi tanggungjawab bersama dan sama-sama mempertnggunjawabkannya kepada
Tuhan yang telah memaanggil umat. Hal yang sama dapat juga dilihat dalam Ef.4:4,7; 1Kor.1:9;
Ro.1:6 frasa “kamu” dalam ayat-ayat tersebut jels menunjuk umat bukan pribadi (penatua,
pendeta dsb) saja. Dengan demikian orang Kristen baik warga gereja maupun pendeta bagian
dari Imamat Kristus yang rajani, setiap orang Kristen adalah bertanggungjawab untuk menjadi
imam bagi yang lain.27 Intinya dalam PB kata pelayanan tidak pernah digunakan hanya untuk
menunjuk tanggungjawab kepada seseorang yang dipilih dalam hal ini Pendeta (yang telah
menerima tahbisan).

Dalam hal apa perbedaan Pendeta (yang ditahbis) dengan Warga Gereja (umat) ? Dari
aspek fungsionalnya jelas berbeda.. Κλερος adalah orang yang dipanggil dan dipilih secara
khusus (ditahbiskan) untuk melakukan beberapa fungsi dalam gereja. Menurut Disiplin GMI,
2009,pasal 61 ayat 1-17 atau Disiplin tahun 1997 pasal 60 ayat 1-17 28:Pendeta adalah orang
yang diberi kuasa melalui pentahbisan yang telah dipanggil Allah dan yang telah diasingkan
oleh gereja untuk dikhususkan melakukan pelayanan Firman, Sakramen dan memimpin ibadah
(tata Ibadah). Fox dan Morris melihat hal tersebut di atas memberi penekanan atas “panggilan”
dan “penahbisan” .29 “kuasa” khusus ini tidak datang dari dirinya sendiri melainkan diberi oleh
gereja yang memberi wewenang itu. Kuasa itu dapat dicabut apabila melanggar disiplin atau
tidak layak lagi menerima tahbisan itu.

Metode Misi

Metode Yesus 30

a. Pemilihan (Luk. 6:13)


b. Persekutuan (Mat. 28:20)

c. Persiapan (Mat.11:29) Ketaatan

d. Pengurapan (Yoh.20:22)

e. Memberi Teladan ((Yoh.13:15)

f. Pengutusan (Mat.4:19) menjadi penjala orang

27
Ibid. hal.84-85.
28
Disiplin GMI 2009 hal.69, bd. Disiplin GMI 1997, hal. 69
29
Ibid.
30
Y.Y. Tomatala, Op.Cit.,hal.42.bd.Robert E Coleman,Rencana Agung Penginjilan, tt, tp

5
Bahan Sharing : Pada Sermon Pdt/G.I/CGI/ Pengurus Distrik Distrik 2 GMI KTS
Tanggal 03 Oktober 2013 di GMI El Shadday Simalingkar Medan

g. Pengawasan (Mar. 8:17)

h. Berbuah (Yoh.15:16)

Metode Theodore Williams

a. Pendidikan Misi31 (Program, Seminar, Pelatihan). Di GMI wadahnya ada dalam Komisi
PI dan Misi

b. Pengajaran. 32 Kegiatan misi bukan masalah struktural, melainkan masalah spritual.


Masalah penginjilan adalah komitmen pribadi. Hanya orang-orang rohani yang telah
menerima pengajaran dapat melakukan misi

c. Inspirasi33 (Doa, ibadah, puasa). John Wesley menjadi teladan dalam hal ini. Dengan
disiplin Wesley melakukan doa, puasa dan seterusnya.

d. Informasi.34 Informasi dapat memotivasi jemaat bermisi. Kketidaktahuan akan misi


merupakan kendala besar bagi anggota jemaat untuk terlibat dalam kegiatan misi

e. Badan-badan Misi35. Badan PI dan Misi berperan besar dalam kegiatan Misi. Dari aspek
struktur instansi inilah penggerak nomor satu dalam gereja, terlebih bagi gereja yang
bersifat episkopal seperti GMI.

Strategi Misi (Penginjilan)

Strategi berarti ilmu dan seni dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan tertentu.36, atau
dapat juga diartikan “rencana yang tepat berdasarkan rasionalitas.37 Strategi penginjilan berarti
metode penyampaian Injil supaya memudahkan penginjil menyampaikan berita Injil, sehingga
penginjilan menjadi lebih efektif. Strategi yang cocok disuatu tempat, belum tentu cocok di
tempat lain. Dengan demikian tidak ada satu metode pun yang dapat dimutlakan
penggunaannya. Dan yang perlu diingat, sebaik apapun strategi yang digunakan, tidak mampu
membuat seseorang datang kepada Allah kecuali dengan pertolongan Roh Kudus. Namun
demikian, bukan berarti startegi penginjilan tidak perlu. Penginjilan tanpa strategi seperti
seorang yang pergi berperang tanpa perencanaan. Baik strategi maupun pengandalan diri pada
kuasa Roh Kudus, keduanya dibutuhkan dalam menginjili.

Strategi Paulus

Paulus selalu serius dengan pemberitaan Injilnya. Ia tahu bahwa ada banyak tantangan yang
harus dihadapi ketika ia memberitakan Injil. Oleh sebab itu, Paulus mempunyai strategi dalam
memberitakan Injil. Ada beberapa strategi yang dilakukannya dalam menginjili, yang dapat
dijadikan model penginjilian yang efektif yaitu:

1. Ia mendirikan gereja kota. Ia mendirikan jemaat Kristus di kota-kota besar yang startegis
seperti Filipi, Efesus, dsb. Tujuannya agar sebanyak mungkin orang mendengar berita
Injil. Setelah jemaat kuat dijadikan pusat pemberitaan Injil, dan kemudian jemaat itu
mengutus Paulus dan mendukung pelayanannya ke tempat yang baru. Paulus menginjili
ke tempat yang memungkinkan adanya hubungan yang lebih jauh dengannya, supaya ada
komunikasi. Paulus menulis surat kepada jemaat-jemaat yang ia dirikan.38

31
Theodore Williams, Misi dan Jemaat Lokal, Jakarta, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, tt, hal. 20
32
Ibid, hal.22
33
Ibid, hal. 25
34
Ibid, hal.27
35
Ibid, hal. 30
36
Hasal Alwi dkk. (Red), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga),Jakarta, Balai Pustaka, 2007, hal. 1092
37
Eckhard J.Schnabel, Rasul Paulus Sang Misionaris, Yogyakarta, Andi, 2010, hal.11
38
Ibid., hal.284-290

6
Bahan Sharing : Pada Sermon Pdt/G.I/CGI/ Pengurus Distrik Distrik 2 GMI KTS
Tanggal 03 Oktober 2013 di GMI El Shadday Simalingkar Medan

2. Tempat yang digunakan untuk memberitakan Injil tempat-tempat umum yang sangat
strategis, yaitu di sinagoge, dipasar-pasar, dirumah-rumah, dan ditempat belajar (Tiranus,
Kis. 19:9). 39

3. Rasul Paulus mengabarkan Injil di dalam rumah yang mereka kunjungi atau singgahi
(Kis. 20:20; 20:31). 40

4. Paulus melakukan penginjilan lintas budaya. Untuk menghindari terjadinya


miss communication (kesalahpahaman) akibat perbedaan worldview, seperti peristiwa di
Listra (Kis. 14:8 dst). Oleh sebab itu dalam kesempatan penginjilan yang lainnya Paulus
masuk melalui worldview daerah setempat. Worldview adalah pandang semesta/ dunia,
atau asumsi apa yang mendasari, atau tindakan yang mendasari sebuah kebudayaan.
Sebagai contohnya ialah dalam Kis.17 dalam peristiwa di Athena. Langkah pertama yang
dilakukannya ialah menyelidiki worldview orang-orang Athena. Hal ini ditunjukan dalam
ayat 17 yaitu dengan cara bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi, orang-orang yang
takut akan Tuhan, serta orang-orang dipasar yang dijumpainya. Selain
itu dalam ayat yang ke 23 dikatakan bahwa ia berjalan-jalan di kota
itu dan melihat-lihat barang pujaan orang Athena. Dan ia menemukan
worldview yang mendasari tindakan ibadah orang-orang Athena yatiu
tulisan pada mezbah persembahan mereka yang berbunyi, “ Kepada Allah
yang tidak dikenal.”

Dari bunyi tulisan ini Paulus menemukan cara untuk masuk kepada penginjilan. Ia berkata
kepada orang Athena bahwa Allah yang tidak mereka kenal itu adalah Allah yang ia beritakan.
Allah yang menciptakan segala sesuatu dan memberi hidup kepada semua orang (ayat
24-25). Ini menunjukan bahwa Allah yang Paulus beritakan adalah Allah yang menciptakan
orang Athena juga. Kemudian sampai kepada inti Injil yaitu Yesus yang mati dan bangkit (ayat
31).

5. Menjalin kontak (relasi) dengan publik. Hal ini merupakan pendekatan dasar memasuki
sebuah kota/daerah yang belum mendengar kabar tentang Yesus. Di tempat-tempat umu
m di suatu kota, ia berusaha bertemu dengan siapa saja, baik kepada orang yang berkuasa
maupun yang biasa (miskin). Dengan menjalin kontak relasi akan mempermudahnya
bermisi.

Penting diperhatikan bahwa menurut Schnabel “tidak ada metode yang menjamin kesuksesan
misi, hanya Allah sendiri yang membuat orang percaya”. Menurutnya kuasa Allah semata yang
meyakinkan orang akan dosa, membawa mereka pada pertobatan dan menyatukan mereka dalam
pertemuan mingguan mereka.41

Penutup

Demikian bahan sharing ini diperbuat, kiranya materi ini bermanfaat dan memotivasi kita untuk
bermisi.Tentunya masih perlu disempurnakan. Mari kita sharingkan lagi secara bersama-sama.

Syalom

Pdt.Selamat Karo-Karo

39
Ibid., hal.318
40
D. W. Eliss, Metode Penginjilan, Jakarta: Yayasan Bina Kasih/ OMF, TT hal.. 132.
41
Eckhard J.Schnabel,Op. Cit., hal.513-514. Bd. Hal.6 di atas

Anda mungkin juga menyukai