TEOLOGI POSTMODERN
Abstrak
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari pergeseran era dan zaman.
Perubahan demi perubahan telah terjadi dan dialami oleh realitas pengetahuan
manusia. Sejak zaman kuno, pertengahan, modern dan posmodernisme pemikiran
manusia memiliki karakteristiknya masing-masing. Pada setiap periode memiliki
kecenderungan yang berbeda-beda sesuai dengan dialektika nalar yang dikembangkan
oleh manusia dalam menghadapi realitasnya. Istilah postmodern muncul pertama kali
1
David Ray Griffin, Visi-Visi Post Modern, Kanisius, Yogyakarta, 2005, p. 17
2
David Ray Griffin, Tuhan, Agama Dalam Dunia Postmodern, Kanisius, Yogyakarta, 2005, p. 15
1
di wilayah seni Menurut Jean-François Lyotard, istilah “postmodernisme” muncul
pertama kali di kalangan seniman dan kritikus di New York pada 1960-an dan
kemudian istilah itu diambil alih oleh para teoretikus Eropa pada 1970-an, dengan
cakupan bidang-bidang seni rupa, arsitektur, politik, sastra, feminism, filsafat,
psikologi, sosiologi dan juga secara terbatas terlintas dalam antropologi. Oleh
berbagai tokoh defenisi posmodern itu sendiri memiliki perbedaan satu
dengan yang lainnya sehingga istilah postmodern tidak mungkin didefinisikan
dalam satu definisi tunggal dan ketat.
Tokoh yang mncul seperti Lyotard, Michel Foucault, Jacques Derrida, berperan
besar dalam pemikrian / pengaruh secara khusus dalam berbagai bidang kehidupan
manusia di zaman postmodern, yaitu subyektif, anti-sejarah, pluralisme perspektif dan
relativisme.
Teologi dan nilai-nilai transenden pada era modernisme tidak berperanan alias
mati karena dianggap tidak rasionalitas dan realitas, bahkan dianggap ketinggalan
zaman. Keberadaan Teologi begitu “tersingkir” sedangkan ilmu pengetahan menjadi
“superstar”. Ilmu pengetahuan diagung-agungkan sedemikian setinggi langit,
sementara teologi seakan hilang tanpa jejak.. 3 Penolakan dan keetidakpercayaan
kepada Tuhan sangat kental. Tidak ada Tuhan, demikian kepercayaan kaum modernis.
Munculnya pandangan dunia postmodern teologi dibangun kembali karena adanya
minat terhadap spritualitas religius sebagai landasan individu maupun sosial..4
Rumusan Masalah
Metode Penelitian
3
Ibid.
4
Ibid.p. 17
5
https://serupa.id/metode-penelitian-deskriptif/
1
2
PEMBAHASAN DAN HASIL
Postmodern:
Defenisi dan Sejarahn Perkembangannya
Ungkapan/ istilah Postmodern berasal dari dua suku kata yaitu”post” dari
bahasa latin yang berarti “setelah, suatu keadaan yang sudah lewat, lepas,
terpisah, atau terputus. Serta kata “modern” yang jika dirujuk kepada Kamus
Besar Bahasa Indonesia bermakna “terbaru atau mutakhir”. Secara harfiah
berarti “setelah modern”. Istilah “modern”, sendiri berkembang setelah era Abad
Pertengahan. Modern atau Modernitas (modernity) sendiri diartikan sebagai kondisi
sosial budaya masyarakat modern. Dibanding masa sebelumnya. Modernitas
sekaligus juga menjadi titik awal baru lantaran ia menawarkan hal-hal baru seperti:
pengetahuan, moral, ilmu, kebudayaan, politik dan seni.
Menurut Jean-François Lyotard, istilah “postmodernisme” muncul pertama kali
di kalangan seniman dan kritikus di New York pada 1960-an dan kemudian istilah itu
diambil alih oleh para teoretikus Eropa pada 1970-an.6 Lyotard dalam bukunya,“La
Condition Postmoderne, Rapport sur le Savoir” terbit tahun 1979 dan diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dengan judul “The Postmodern Condition: A Report on
Knowledge.”7Edisi bahasa Inggrisnya terbit pada tahun 1984 dan sejak itu ia menjadi
topik untuk diskusi-diskusi tentang postmodernisme di bidang filsafat. Tulisan Lyotard
ini merupakan bentuk penyerangan terhadap mitos yang selama ini melegitimasi
jaman modern (“narasi besar”), pembebasan progresif humanitas melalui ilmu, dan
gagasan bahwa filsafat dapat memulihkan kesatuan untuk proses memahami dan
mengembangkan pengetahuan yang secara universal sahih untuk seluruh umat
manusia.8 Artinya, kemunculan postmodern itu sendiri adalah sebagai kritik terhadap
filsafat modern telah sekian lama menguasai ilmu filsafat atau pengetahuan.
Seorang ahli bernama Jenks dalam Pawitro, memberikan pandangan tentang
Postmodern sebagai berikut:
Pertama, postmodernisme diartikan sebagai sebuah aliran atau
6
file:///C:/Users/USER/Downloads/POSTMODERNISME_DALAM_PANDANGAN_JEAN_FRANCOIS_LYOTA.pdf
7
Ibid
8
http://ejournal.stftws.ac.id/index.php/spet/article/view/126/117
1
3
pemikiran filsafat yang berkembang pada penghujung
abad 20, yang merupakan sebuah aliran pemikiran yang
radikal dan bersifat kritis terhadap filsafat Barat yang
cenderung pada aspek rasionalisme sebagai landasan
utama dalam bidang sains/ilmupengetahuan, sementara
kehadiran postmodernisme menghancurkan
universalisme tendensi-tendensi dalam filsafat.
Kedua, postmodernisme merupakan sebuah aliran pemikiran yang
berhubungan dengan sikap, kebudayaan umum,
atau yang berkaitan dengan kritik teoritikal, yang
berhubungan dengan penekanan pada relativitas, anti-
universalitas, nihilistik,kritik terhadap rasionalisme, dan kritik
terhadap fundametalisme atau sains.
Ketiga, postmodernisme didefinisikan dalam kaitannya dengan
sosiologi, yaitu sebagai aliran pemikiran atau gerakan yang
timbul dari adanya akibat atau hasil perubahan ekonomi,
kebudayaan dan demografis.9
Demikian juga menurut beberapa kamus memberikan defenisi sebagai berikut:
Oxford English Dictionary
“a style of art, writing, music, theatre,
and especially architecture popular in the West in the 1980s and 90s,
that includes features from several different periods in the past or from
the present and past” 10
yang mendefinisikan terma postmodernisme sebagai "suatu gaya dan konsep dalam
seni yang menonjol pada tahn 80-an sampai 90-an, dimana gaya atau seni tersebut
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, American Heritage
Dictionary menjelaskan istilah yang sama sebagai "sesuatu yang berhubungan dengan
seni, arsitektur, atau sastra yang bereaksi menolak prinsip-prinsip modernisme, dengan
cara memperkenalkan kembali unsur-unsur gaya tradisional atau klasik atau dengan
cara membawakan gaya atau praktik modernisme secara ekstrim”11
Maka dapat disimpulkan bahwa postmodernisme merupakan suatu ide baru yang
menolak atau pun yang termasuk dari pengembangan suatu ide yang telah ada tentang
teori pemikiran masa sebelumnya yaitu paham modernisme yang dianggap telah gagal
dan bertanggung jawab terhadap kehancuran martabat manusia; ia merupakan
pergeseran ilmu pengetahuan dari ide-ide modern menuju pada suatu ide yang baru
12
yang dibawa oleh postmodernisme itu sendiri.
1
4
Sejarah kemunculan Postmodern. Kita melihat ada tiga era sebagai tahapan menuju
Posmodernis/ me. Tahap pertama
Era postmodern tidak diketahui persis tanggal atau bulan bahkan tahun kemunculanya
namun pemahaman itu telah mencuat ketika Nietzh membuat beberapa catatan tentang
Postmodenitas itu sendiri hadir ketika adanya manusia super. Pemikiran ini diperjelas
lagi oleh Lyon : “ the 1980s the social sciences have engaged with a growing debate
over ’postmodernity’, a debate having close affinity with paralel (postmodern/ist)
discussions within the arts, including particulary architechture”.Dengan demikian era
postmodern dimulai ketika ilmu sosial mendiskusikan tentang sains. Istilah ini pertama
kali muncul di kalangan seniman dan kritikus di New York pada tahun 1960- an,
selanjutnya diambil oleh oleh teoretikus eropa tahun 1970-an. Diantaranya Jean
13
”Middle Ages” Wikipedia: The Free Encyclopedia,
14
Hali Daniel Lie, ‟Abad Pertengahan Modernisme & Postmodernisme‟Jurnal Teologi Stulos, 8/1
(2009), diakses dari https:/ /www.academia.edu/ 38587556/
15
Hali Daniel Lie, ‟Abad Pertengahan Modernismesme‟Jurnal Teologi Stulos.
16
”Modernisme” Wikipedia: The Free Encyclopedia diakses dari https: //en.wikipedia.org
1
5
Francois Lyotard dalam karyanya The Postmodern Condition: A Reoport on
Knowlodge menyerang mitos yang meligitimasi zaman moderen, pembebasan
progresif humanitas melalui ilmu, dan gagasan bahwa filsafat dapat memulihkan
kesatuan untuk proses memahami dan mengembangakan pengetahuan secara universal
sahih untuk seluruh umat manusia17
Tetapi dengan jelas bahwa kelahiran Postmodernisme merupakan sebuah kritik
terhadap Modernisme. Modernisme selalu menjanjikan pada kita untuk membawa pada
perubahan ke dunia yang lebih mapan di mana semua kebutuhan akan dapat
terpenuhi.18
Di satu sisi, munculnya teori sosial postmodern patut diapresiasi. Merujuk
Pauline M. Rosenau, kemunculan teori-teori sosial postmodern ini telah mendorong
lahirnya kesadaran kritis dan reflektif terhadap paradigma modernisme yang dianggap
19
banyak melahirkan patologi modernitas . Patologi-patologi tersebut diantaranya :
pandangan dualistik yang telah melakukan tindakan objektivasi alam secara
berlebihan dan eksploitasi alam secara semena-mena. Kemudian, dominasi ilmu-ilmu
empiris-positivistik terhadap nilai moral dan religi menyebabkan meningkatnya tindak
kriminalitas, kekerasan fisik maupun kesadaran keterasingan dan pelbagai bentuk
depresi mental. Selanjutnya merebaknya pandangan materialisme, yakni prinsip
hidup yangmemandang materi dan segala strategi pemuasannya sebagai satu-satunya
tujuan. Kemudian, berkembangnya militerisme karena moral dan agama tidak lagi
memiliki kekuatan disiplin dan regulasi. Selanjutnya bangkitnya kembali tribalisme,
semangat rasisme dan diskriminasi, yang merupakan konsekuensi logis hukum
survival of the fittest ala Charles Darwin20 Di sisi lain, kesemarakan yang menyertai
perkembangan teori sosial postmodern telah pula melahirkan euforia berlebihan yang
menganggap paham postmodernisme akan mengubur paham modernisme dan menjadi
satu-satunya pandangan dunia yang benar. Sikap demikian tentu saja bertolak belakang
dengan keyakinan postmodernisme yang justru menolak segala bentuk narasi besar
(grand narratives) dan absolutisme kebenaran. 21
17
Agustinus Ryadi. 2004. Postmodernisme Versus Modernisme. Jurnal Studia Philosophica et Theologica
4(2):90-92
18
Maksum, Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme, Yogyakarta, 2014, p. 309
19
George, Ritzer., Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010, p.19-20
20
Journal of Urban Sociology | Volume 2 / No. 1 / April 2019
21
Ibid
1
6
Tokoh-tokoh Postmodernisme
Jean-Francois Lyotard,
Ia adalah tokoh filsuf paling terkenal dan terpenting diantara para filsuf
postmodernisme. Berkebangsaan Prancis, pemikir filsafat dan sosial yang mulai
meletakkan dasar argumentasi filosofis dalam diskursus postmodernisme. Melalui
bukunya yang telah menjadi klasik, The Condition of Postmodern: A Report on
Knowledge (1984)22
Michel Foucault,
Ia juga berkebangsaan Prancis yang menolak keuniversalan pengetahuan.Menurutnya
lebih bersifat khas atau pasti untuk setiap waktu dan tempat, bukan bersifat
transcendental, metafisis, dan universal, 23
Jacques Derrida,
Adalah filsuf yang pemikirannya tidak terlepas dari dekontruksi. Istilah ini adalah
suatu konsep kunci pemikiran postmodernisme. Yang dimaksud dekontruksi adalah
mengurai, melepaskan, dan membuka. Ia mencetuskan sebuah pemikiran baru terhadap
postmodernisme yaitu suatu konsep dekontruksi, yang mencoba untuk memberikan
suatu gagasan baru terhadap teori yang dianggap sangat kaku dan kebenarannya tidak
dapat dibantah. 24
Pada bagian ini akan membahas pemikiran postmodernisme, secara khusus dalam
pemikrian ini hanya menuliskan prinsip-prinsip umum yang juga memberikan
pengaruh secara khusus dalam berbagai bidang kehidupan manusia di zaman
postmodern, yaitu subyektif, anti-sejarah, pluralisme perspektif dan relativisme.
Pluralisme
Artinya cara pandang yang memahami sebuah fenomena secara beragam. Prinsip
subyektifisme membuat postmodernisme menghadirkan cara pandang yang plural.
Berkenaan dengan hal itu dalam konteks teologi dan kehidupan gereja postmodernisme
22
Ibid
23
Ali Maksum, Op. Cit. p. 309
24
Journal of Urban Sociology | Volume 2 / No. 1 / April 2019
1
7
juga mempengaruhi. Dengan demikian postmodernisme juga membawa pemikiran
iman Kristen pada konsep baru dan mengabaikan tradisi.25 Toleransi keberagaman
perbedaan pemikiran, peradaban, agama dan budaya. Sehingga terciptanya suatu
mayasrakat heterogen termasuk agamanya)(masyarakat yang bermacam-macam) bukan
masyarakat homogeny (masyarakat yang sama)26
Relativitas 27
Postmomodern memandang kebenaran sebagai sesuatu yang relatif termasuk
pandangan iman Kristen dianggap sebagi sesuatu yang relatif. Pandangan tersebut
menempatkan kehidupan tanpa dasar yang absolut.
Rekonstruktif.
Hampir semua bangunan atau konstruksi dasar keilmuan yang telah mapan dalam era
modern, baik dalam bidang sosiologi, psikologi, antropologi, sejarah, bahkan juga
ilmu-ilmu kealaman yang selama ini baku ternyata dipertanyakan ulang oleh
postmodernisme.
Teologi Postmodern
Percaya Keberadaan Tuhan.
Pada abad Pertengahan yang dikenal dengan dunia modern, membuat keberadaan
Teologi begitu “tersingkir” sedangkan ilmu pengetahan menjadi “superstar”. Ilmu
pengetahuan diagung-agungkan sedemikian setinggi langit, sementara teologi seakan
hilang tanpa jejak..28 Penolakan dan keetidakpercayaan kepada Tuhan sangat kental.
Tidak ada Tuhan, demikian kepercayaan kaum modernis. Beberapa persepsi diangkat
kaum atheis ini diantaranya, paham Naturalistik. Secara umum dapat dipahami, pokok-
pokok pemikiran teologi naturalisme menganggap bahwa alam semesta ini selain sudah
memiliki hukum-hukum yang pasti, juga alam sudah sempurna dan tidak perlu lagi
adanya campur tangan sang pencipta atau Tuhan. Selanjutnya alam semesta ini menjadi
25
Ramli B Lumintang, Keunikan Theologia Kristen Di Tengah Kepalsuan (Batu: Departemen Literatur PPII, 2010. p. 312
26
Amin, Abdullah,, Falsafah Kalam di Era Postmodernisme, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 104
27
Lumintang, Op.Cit. p. 312
28
David Ray Griffin, Tuhan, Agama Dalam Dunia Postmodern, Kanisius, Yogyakarta, 2005, p. 16
1
8
dan menjadi dengan sendirinya menurut tabiat atau berdasarkan hukum sebab-akibat
(hukum kausalitas).29
Demikian juga perihal anggapan ketidakberdayaan Tuhan melawan kejahatan.
Kejahatan semakin besar kekuasaannya, dan Tuhan tidak berdaya melenyapkanya,
demikian pandangan modernis. Ketidakberdayaan Tuhan melenyapkan kejahatan
membuktikan bahwa Tuhan tidak ada. Atheisme dianggap hal yang lebih baik dan
percaya kepada Tuhan dianggap hal yang buruk. Dostoyevski berkata “ Bila Tuhan
tidak ada, segalanya mungkin”. Pemikir modern memegang apa yang disebut dengan
relativisme norma dan nilai. Nietzsche dan Heidegger tokoh modernisme mengatakan
norma transenden tidak ada bahkan Tuhan telah “mati”. Tingkah laku atau norma tidak
ada yang objektif, demikian pandangan mereka. Bagi modernisme pendapat, norma
dan nilai bagi modernisme bersifat subjektif karena memiliki kepentingan relatif dan
30
tidak berkaitan atau memiliki hubungan dengan alam melainkan dengan diri sendiri.
Norma-norma moral dianggap memiliki fungsi yang berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk membentuk hidup dan mempengaruhi dunia. Dalam hal ini norma-
norma berketegangan dengan kepentingan diri sendiri. 31
Di sisi lain pengenalan akan Tuhan zaman modernisme bersifat empiris-indrawi.
Keberadaan Tuhan harus dapat diamati melalaui pencerapan. Dimana semua
pengetahuan diperoleh melalui persepsi indrwai dan semua persepsi indrawi diperoleh
melali indra fisik. 32
Namun di era Postmodern posisi teologi dalam arti kepercayaan kepada adanya
Tuhan kini mendapat momentumnya.33 Kedudukan dan hakikat teologi berubah,
karena adanya pembaharuan minat terhadap religius sebagai landasan kehidupan
individu maupuan sosial
Beberapa dasar pemikiran adanya Tuhan dijelaskan berikut ini :
1. Mengenal Tuhan dengan persepsi Non Indrawi.
Postmodern tidak melihat persepsi indrawi satu-satunya mengenal Tuhan atau
pengaruh dari luar sebagaimana klaim modernisme. Justru posmodernisme mengakui
bahwa penerimaan data dari dunia sekelilingnya, setiap individu bersifat non indrawi.
29
Louis Kattsoff, Pengantar Filsafat, Terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiarawacana, 1992, p. 117.
30
Ibid. P.84
31
David Ray Griffin, Visi-Visi Postmodern, Kanisius, Yogyakarta,2005, p. 22
32
David Ray Griffin,, Agama...Op.Cit, p. 106
33
Ibid, p.95
1
9
Pengalaman akan Tuhan akan didapatkan melalui pengamatan terus menerus, yang
akhirnya sampai pada kesadaran akan adanya Tuhan. Misalnya kesadaran akan norma-
norma di tengah masyrakat. Norma-norma di tengah masyarakat yang sebegitu banyak,
namun tidak ada yang ideal dan tidak ada standar penilaian untuk itu. Namun
kesadaran bahwa pasti ada norma yang ideal, yang objektif dan tak terbantahkan untuk
menerima eksistensi Tuhan.34
2. Teisme Naturalistik
Teologi yang berkembang pada zaman modern adalah teologi naturalisme dimana
pokok pemikirannya terhadap eksistensi Tuhan, agama dan semua yang bersifat
spiritual metafisik yang disandarkan semata-mata pada alam lahiriyah dan kemampuan
akal manusia. Tesime Naturalistik percaya akan kemahakuasaan Tuhan, pribadi
pencipta yang memiliki tujuan, maha sempurna, sumber norma-norma moral, jaminan
mendasar kehidupan manusialandasan harapan yang bisa diandalkan demi kemenangan
akhir atas kejahatan, dan patut disembah. Teisme Naturalistik melihat bahwa hubungan
Tuhan dengan dunia alamiah. Dalam arti hubunganTuhandan makhluk dunia masing-
masing menjalankan aktivitasnya. Benda-benda di dunia ini memiliki kekuatan sendiri
yang tidak bisa dikesampingkan, maka Tuhan secara sepihak menjalankan karyaNya di
dunia. Kreativitas Tuhan dan makhluk dunia berlangsng secara bersama-sama, maka
peran Tuhan atau penyebab ilahinya selalu bersifat persuasif dan tidak pernah berupa
manipulasi atau tindakan sepihak. 35
34
Ibid,
35
Ibid. P.110-111
36
Ibid, p.96
1
10
(Agama) kembali pada posisinya yang sebenarnya namun bersifat relatif.
sebagaimananya cirinya relativis telah meruntuhkan sebuah prinsip adanya kebenaran
yang absolut.37 Dalam pemikiran teologis prinsip kebenaran absolut (mutlak) adalah
prinsip utama dalam meyakini kebenaran Alkitab adalah firman Allah dan Yesus
Kristus adalah satu-satunya Juruselama (bd. Kis. 4:12). Mindset relitivisme yang
sejalan dengan subjektivisme telah mengantar kepada perspektif pluralisme agama.
Subjektivisme pluraris membuat manusia menerima segala sesuatu berdasarkan apa
kata dirinya. Jika manusia memaksakan dirinya menjadi standar kebenaran maka
manusia akan mengalami nihilisme dalam mengerti standar kebenaran.Martin L.
Sinaga mengangkat pandangan Tom Yacob tentang kebenaran sebuah agama menolak
adanya kebenaran yang relatif, sebab tidak ada alat pembanding menilai kebenaran
agama-agama.38
Teologi dalam zaman postmodernisme banyak didasarkan bukan kepada obyek
kebenaran, namun keberanan berdasarkan dari subyek. Dengan demikian jika
seseorang mengatakan sesuatu itu salah maka tetap salah, jika benar maka tetap benar.
Dengan demikian teologi yang subyektifisme akan banyak menghancurkan pemikiran
teologis yang sudah diabsahkan secara umum oleh Gereja.39 Gereja terancam memiliki
banyak warna baik itu dalam doktrin, eklesiologi, praktek ibadah dan hukum-hukum
gereja dan sebagainya. Keberagaman ini didasarkan dari subyek atau pelaku dari
teologi itu sendiri. Relativisme dapat menghadirkan teologi yang beragam, tetapi juga
dapat meniadakan keunikan teologi itu sendiri.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa postmodern merupakan gambaran
atas suatu keadaan sosial budaya masyarakat yang pada masa perkembangannya
ditandai globalisasi, konsumerisme, dan lainnya yang melampaui batas nilai-nilai yang
dianutnya.
Kemunculan postmodern itu sendiri adalah sebagai kritik terhadap filsafat modern
yang sekian lama menguasai ilmu filsafat. Modernisme dianggap telah gagal dan
37
Johan Setiawan & Ajat Sudrajat, Pemikiran Postmodernisme Dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan.
Jurnal Filsafat. (2018),
38
Martin L. Sinaga dalam Forum Biblika, p.43
39
Lumintang, Op.Cit
1
11
bertanggung jawab terhadap kehancuran martabat manusia. Postmodernisme sendiri
merupakan sebuah peralihan dari modernisme. Peralihan ini dilatarbelakangi oleh
kegagalan filsafat modern menjawab tantangan kemanusiaan pada zamanya.
Postmodern juga tidak meninggalkan berbagai hasil dari zaman modern, tetapi
postmodern memberikan pandangan baru dalam menggunakan hasil-hasil modernisme.
Era posmodern esensi teologis kembali pada nilai tertingginya. Masyrakat sudah
menunjukkan adanya kerinduan kembali kepada Tuhan. Kedudukan dan hakikat
teologi berubah, karena adanya pembaharuan minat terhadap religius sebagai landasan
kehidupan individu maupuan sosial walau masih terdapat kelemahan karena ciri
relativisme dan pluralisme terhadap agama/ teologi. Namun dengan ciri relativisme itu
maka memberikan kesan mengancam iman Kristen. Diman iman Kristen meyakini
kebenaran itu adalah sesuatu yang absolut, bukan bersifat relatif. Situasi yang
terhindarkanini, membuat iman Kristen terbuka dengan setiap ujian-ujian filosofis dari
postmodernisme.
Postmodernisme memiliki segi positif, yaitu keterbukaan untuk saling
menghargai yang lain, terbukanya bentuk kebhinekaan dalam masyarakat, dominan
agama, dll
1
12
trendnya pluralisme dengan gaungnya bahwa semua agama harus dihormati karena
nilai kebenaran ada di dalammnya. Bahkan agama yang baru yang baru sinkretis dan
pluralis akan bermunculan. Akan tetapi esensi iman itu tidaklah dapat dianggap sama
dengan agama-agama lain. Bahwa menurut iman Kristen yang kita iman bersifat
absolut.
Kiranya penelitian sederhana ini dapat menolong kita para mahasiswa sebagai
teolog di era ini dan masa yang akan datang.
Terimakasih. Syalom.
Daftar Pustaka
1
13
Ritzer, George., Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010
Smart, Barry., Modernity, Postmodernity, and The Present dalam Bryan S Turner (ed)
Theory of Modernity and Postmodernity, London Sage, 1990
1
14