Anda di halaman 1dari 13

Kepemimpinan ASERTIF

ASERTIF
A. Pengertian
Kepemimpinan Asertifitas adalah kemampuan seseorang untuk memotifasi dan menyatakan
secara langsung ide, opini, dan keinginan diri mereka secara jujur, dan tidak melanggar hak
orang lain, untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Gaya kemimpinan asertif (Assertive). Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan
mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik.
Pengambilan keputusan muncul dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang
sehingga muncul kesimpulan yang memuaskan.

B. Ciri-ciri dan Sikap Kepemimpinan Asertifitas


Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat seseorang dikatakan mempunyai sikap asertifitas
apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan
2) Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka
3) Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik
4) Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau segala
sesuatu yang tidak beralasan cenderung bersifat negatif
5) Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan
6) Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan
dengan cara yang tepat
7) Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan
8) Menerima keterbatasan yang ada dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa yang
diinginkan nya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki
harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).
C. Manfaat Prilaku Asertif
Dalam berprilaku asertif ini sangat bermanfaat dalam hal bagaimana seseorang terampil
berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain secara jujur, sabar, percaya diri, dan tanpa
menyinggung perasaan orang lain. Selain itu manfaat selanjutnya adalah :
1) Memahami dan mengenal diri sendiri, orang lain, tim kerja, dan organisasi
2) Meningkatkan pola berpikir : positif, percaya diri, tegas, tulus, terbuka, etis dan tidak
menyinggung perasaan
3) Mengembangkan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara asertifitas dengan orang
lain dalam pergaulan, pekerjaan dan organisasi

D. Contoh dari Sikap Kepemimpinan Asertifitas


Contoh :
Seorang Kepala Ruangan bernama Ny. A yang sudah bekerja lama dirumah sakit swasta, yang
sudah memimpin ruangan dahlia selama 3 tahun, ia mempunyai ciri kepemimpinan asertifitas.
Setiap pagi Ny. A selalu mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan tim medis lain, agar ruangan tersebut lebih terasa kondusif. Selain itu Ny. A sering
mengadakan pertemuan berkala dengan perawat ruangan lainnya yang berada di wilayah
tanggung jawabnya, agar setiap permasalahan bisa teratasi dan dibicarakan dengan baik. Bukan
hanya dengan tim kerja lainnya, Ny. A selalu memberikan pendekatan kepada setiap pasien yang
dirawat untuk mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta membantu memecahkan
masalah yang dihadapinya.

KOMUNIKASI ASERTIF
Komunikasi Asertif adalah komunikasi yang terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain.
Komunikasi assertive tidak menaruh perhatian hanya pada hasil akhir tapi juga hubungan
perasaan antar manusia.
Perilaku asertif diperlukan, sedikitnya jika dilihat dari dua sudut pandang: (1) ini menunjukkan
komunikasi yang terbuka, dewasa dan langsung, yang memungkinkan orang lain untuk melihat
dan mengetahui perasaan seseorang, serta meningkatkan harga diri (Percell, 1997) dan (2)
merupakan cara yang “tidak terlalu mahal” untuk menciptakan hubungan antar pribadi yang
efektif daripada perilaku pasif atau agresif.
Ciri-ciri Komunikasi Asertif adalah :
1. Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain
2. Mendengarkan pendapat orang lain dan memahami
3. Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain
4. Mencari solusi bersama dan keputusan
5. Menghargai diri sendiri dan orang lain, mengatasi konflik
6. Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati
7. Mempertahankan hak diri
8. He differences between Assertive, Aggressive and Passive
9. Bahasa tubuh.

PERILAKU ASERTIF PADA PERAWAT


Karakteristik pekerjaan keperawatan sedang berubah, sehingga tercipta tuntutan untuk
bertanggung jawab dan wewenang yang lebih besar pada semua tingkat profesi keperawatan.
Kebutuhan ini merubah konsep peran dan konsep diri profesional dari para praktisi keperawatan.
Super (1957) mengatakan bahwa pemilihan karir adalah sebuah cara untuk implementasi konsep
diri seseorang. Karenanya, keterlibatan dengan pekerjaan yang memungkinkan ungkapan diri
yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi dapat menjadi sebuah fungsi dan gaya kepribadian, selain
juga merupakan sumber dan kesempatan.
Terdapat beberapa alasan mengapa pelatihan sikap asertif menarik minat para perawat : (1) para
perawat yang lebih menyukai sikap reaktif mungkin perlu lebih mengenal dan mahir dalam
ketrampilan dan bahasa yang lebih aktif berpartisipasi dalam pekerjaan mereka. (2) mereka yang
mendukung peran perawat yang professional dan primer mungkin akan menemukan bahwa
pelatihan sikap asertif akan berguna untuk memungkinkan perkembangan sikap-sikap perilaku
keperawatan yang bertanggung jawab, serta ketrampilan komunikasi yang efektif, dan (3) para
professional keperawatan yang peduli pada pandangan masyarakat terhadap keperawatan
mungkin dapat menemukan cara untuk mengkomunikasikan sikap-sikap dan harapan-harapan
mereka dengan lebih jelas.

TUJUAN DARI PELATIHAN SIKAP ASERTIF


Wheeler (1977) menunjukan bahwa tujuan dari pelatihan sikap asertif adalah untuk mengajar
orang tentang bagaimana menggunakan hak mereka, untuk membantu mereka dalam
mengembangkan berbagai perilaku, dan untuk membantu mereka untuk bertindak menurut minat
terbaik mereka sendiri. Karena pelatihan sikap asertif ini adalah metoda perilaku (bukan metoda
yang berorientasi pada pemahaman), maka tujuannya lebih bersifat induktif daripada deduktif.
Tujuan dari banyak bentuk psiko-terapi manusia : yaitu kemudahan dalam hubungan
interpersonal; keselarasan pikiran, perasaan, dan perilaku; dan kemampuan menerima tanggung
jawab atas tindakan seseorang serta untuk menerima akibat dari tindakan tersebut.

UNSUR – UNSUR SIKAP ASERTIF


Secara garis besar, sikap asertif dapat terbagi menjadi dua unsure : verbal dan nonverbal. Untuk
di kategorikan sebagai asertif, sebuah komunikasi harus mengandung kedua unsure ini.mungkin
saja seseorang mengatakan semua kata – kata yang benar, misalnya “Saya ingin anda
mengembalikan baju yang anda pinjam”, tetapi ia mengatakannya dengan cara yang agresif
(tangan di pinggang, mata membelalak, suara tinggi), atau cara yang pasif (suarakecil, mata
sedih, nada memohon) sehingga penerima pesan merasa tersinggung atau tidak nyaman.
Agar semua pesan benar-benar asertif, kata-kata dan irama di balik kata-kata harus berjalan
bersama. Misalnya, orang telah belajar bahwa kelemah lembutan tidak diungkapkan dengan nada
suara yang keras, bahwa pembicaraan intim tidak mengambil tempat di antara dua orang yang
terpisah 5 meter, dan bahwa marah tidak diungkapkan dengan tersenyum. Sebenarnya, jika kata-
kata dan irama tidak seiring maka akan sulitlah untuk mengetahui mana yang harus di percaya.
Akibatnya timbul kebingungan, dan respon yang wajar dari pendengar pesan yang campur aduk
ini adalah penghindaran diri, menarik diri, marah atau beberapa bentuk jarak interpersonal
lainnya.

1. Unsur Nonverbal
Serber (1977) menyebutkan bahwa unsure non-verbal dari perilaku adalah :
1) Kekerasan suara
Berteriak atau berbisik bukanlah sikap asertif. Nada suara tidak tergantung pada isi pesan yang
dikirim. Nada yang asertif harus keras dan tegas sehingga terdengar dengan jelas, tetapi tidak
boleh terlalu keras sehingga memekakkan telinga penerima.
2) Kelancaran mengatakan kata-kata
Kelancaran mengatakan kata-kata juga tidaak bergantung pada isi pesan. Orang yang
menggunakan terlalu banyak penghentian atau kata-kata “pengisi” seperti “uh”, “er”, “huh”,
“anda tahu”, “seperti”, dan sebagainya cenderung dilihat sebagai orang yang ragu, sedangkan
orang yang bicara terlalu cepat sering di alami oleh orang lain sebagai orang yang terlalu
membebani. Yang asertif adalah kecepatan bicara yang sedang dan tidak terputus-putus.
3) Kontak mata
Tidaklah mungkin untuk menjadi asertif bila tidak melihat kepada penerima yang di harapkan.
Tanpa kontak mata, tidaklah terdapat cara untuk mengukur sebuah respon, dan penerima pesan
di paksa untuk masuk kepada pemberi pesan supaya memberikan umpan balik komunikasi.
Tentu saja, membelalak atau menatap tajam adalah hal yang intrusive. Kontak mata yang asertif
berarti bahwa seseorang mampu memandang wajah penerima secara terus-menerus tetapi tanpa
intensitas tertentu yang membuat penerima merasa di tantang.
4) Ungkapan wajah
Orang yang terkekeh-kekeh saat marah atau mengerutkan dahi saat mengatakan sayang, akan
“mengkhianati” isi dari kata-kata mereka. Bila merah, janganlah tersenyum; bila menunjukkan
penghargaan, tersenyumlah. Meskipun ungkapkan wajah sulit untuk di ukur atau di gambarkan,
kebanyakan orang telah tersosialisasi untuk mampu memilih ungkapan wajah yang cocok untuk
arti kata-kata mereka. Bila seseorang tidak mampu untuk menyelaraskan kata-kata dengan irama,
seringkali hal ini merupakan tanda dari rasa tidak nyaman atau kecemasan; karena keselarasan
dan kecemasan merupakan reaksi-reaksi eksklusif yang saling menguntungkan, maka menjadi
selaras dapat membantu mengurangi kecemasan.
5) Ungkapan tubuh
Seperti ungkapan wajah, cara seseorang berdiri, duduk, atau bergerak sebenarnya menyampaikan
sekumpulan sikap yang kompleks. Seseorang yang duduk membungkuk dapat di lihat sebagai
marah, tidak berminat, atau ketakutan. Orang yang asertif dalam ungkapan tubuhnya akan
tampak santai tetapi tidak membungkuk, berdiri tegak tanpa menjadi kaku, dan menggunakan
tangan serta bahu untuk menekankan pembicaraan mereka tanpa menjadi terlalu memaksa atau
kasar.
6) Jarak
Seberapa jauh seseorang berdiri dari orang lain ketika berinteraksi akan berbeda-beda dalam
setiap kebudayaan dan setiap orang. Istilah gelembung telah di terapkan untuk batas tidak kasat
mata yang di gunakan oleh seseorang untuk melindungi dirinya dari intrusi orang lain (Sommer,
1969).

Unsur Verbal
Apa yang di katakan sama pentingnya dengan bagaimana cara seseorang mengatakannya.
Misalnya, kemungkinan kecil bahwa seseorang yang membuat pernyataan atau permintaan yang
tidak jelas akan mendapat respon yang sesuai. Si pendengar belum tentu tidak responsive, tetapi
pesannya terlalu samar untuk mendapatkan respon yang jelas. Cooley dan Hollandsworth (1977)
telah menyebutkan tiga unsure verbal dari pernyataan yang asertif :
1) Mengatakan tidak atau menyatakan sikap
2) Meminta bantuan atau mempertahankan hak
3) Mengungkapkan perasaan

Unsur verbal pernyataan yang asertif.


Mengatakan “tidak” atau menyatakan sikap
a. Posisi : Pernyataan, biasanya pro atau kontra tentang sikap seseorang tentang sebuah isu atau
respon seseorang terhadap sebuah permintaan atau tuntutan
b. Alasan : Pernyataan diajukan untuk menjelaskan atau membenarkan posisi, permintaan, atau
perasaan seseorang
c. Pemahaman : Pernyataan mengenali dan menerima posisi, permintaan, atau perasaan orang lain.
Meminta bantuan atau mempertahankan hak
a. Masalah : pernyataan menggambarkan suatu situasi yang tidak memuaskan yang perlu di rubah.
b. Permintaan : pernyataan meminta sesuatu yang di perlukan untuk mengatasi masalah.
c. Penjelasan : pernyataan dirancang untuk menghasilkan informasi tambahan atau spesifik tentang
masalah yang terlibat.
Ungkapan perasaan
a. Ungkapan pribadi : pernyataan mengkomunikasikan emosi, perasaan, atau ungkapan yang cocok
lainnya, seperti ucapan terima kasih, kasih sayang, atau kekaguman.

Mengatakan tidak.
Pernyataan asertif dapat berupa inisiasi atau reaksi. Terdapat cara-cara untuk mengatakan tidak
secara asertif sebagai respon terhadap permintaan orang lain atau kebutuhan orang lain.

Menunjukkan sikap.
Unsur dari asertif ini bisa merupakan inisiasi atau respon terhadap suatu situasi. Unsur kunci
pada area ini adalah kejelasan dari posisi seseorang, penghargaan diri dengan mana posisi
tersebut di nyatakan, dan pemahaman tentang posisi orang lain: “saya tahu bahwa anda yakin
Nona Lloyd sedang dalam pemulihan. Tetapi saya tidak yakin bahwa ia telah siap untuk di
pulangkan, dan saya tidak mendukung kepulangannya”.

TEKNIK – TEKNIK dan SIKAP ASERTIF


Kebanyakan orang bervariasi dalam sikap asertifnya dari situasi satu ke situasi lainnya, dan
derajat keintiman yang di bagikan kepada orang lain juga berpengaruh pada variasi ini. Mungkin
saja seseorang dapa bersifat asertif dengan pasangan hidupnya, tetapi berubah menjadi pendiam
di hadapan mertuanya. Bisa juga bersikap asertif terhadap orang asing lebih mudah dari pada
harus membatalkan sebuah pertemuan dengan temannya karena ingin tinggal di rumah. Salah
satu perbedaan yang lebih umum dari sikap asertif di dalam diri seseorang, dan bukan diantara
beberapa pribadi, adalah pada bagaimana pemimpin berespon terhadap bukan rekan kerjanya,
yaitu mereka yang lebih berkuasa terhadap mereka yang kurang berkuasa. Jika di tambah dengan
unsure perbedaan latar belakang pendidikan, maka akan dapat di mengerti bagaimana sikap
asertif dapat menjadi membingungkan dan sulit.
1. Bersikap Asertif Terhadap Figur Atasan
Banyak orang di besarkan dan di didik untuk “menghargai yang lebih tua”mdan “mematuhi
orang tua”. Meskipun hal ini tidak mendapat tantangan pada masa kanak – kanak yang masih
bergantung pada orang tuanya dan guru, tetapi sikap ini bukan merupakan nasihat yang tepat
bagi orang dewasa yang harus mengarahkan dirinya sendiri dan bertanggung jawab untuk hidup
mereka. Jarang seseorang akan menyelamatkan anak buah dari atasannya yang kejam,dan lebih
jarang lagi bahwa seorang atasan akan berubah hanya karena harapan anak buahnya. Anak buah
harus menolong atasannya untuk mengerti bahwa mereka bukanlah alas kaki atau anak – anak
atau alat pasif yang dapat digunakan untuk bermacam – macam hal. Meskipun kebanyakan
atasan atau pengawas perawat secara kognitif mengetahui hal ini, tetapi beberapa dari mereka
tidak mahir dalam relasi antar pribadi. Bersikap asertif terhadap atasan atau pengawas dapat
menjadi peringatan yang halus bahwa anak buah mempunyai hak untul di perlakukan sebagai
orang dewasa, meskipun atasan mempunyai posisi kekuasaan lebih bayak tanggung jawab dan
wewenangnya.
2. Bersikap Asertif Terhadap Anak Buah
Orang-orang belajar bagaimana menjadi pimpinan dan orang tua dengan memperhatikan model
peran. Jika nasib anda mujur dan menyediakan latihan – latihan yang baik melalui pimpinan,
manajer, orang tua, dan profesi pelayanan, maka keterampilan interpersonal yang efektif akan
tumbuh dan berkembang untuk selamanya,tetapi, karena nasib tidak selalu mujur dan dalam saat
– saat stress, akan mudah untuk “menularkan” sikap agresif dan manipulatif yang kita pelajari di
masa lalu. Bila orang bersikap asertif terhadap atasan, akan lebih sedikit timbunan kemarahan
yang dapat tertumpah ketika berkontak dengan pegawai, pasien, dan anak – anak; lebih dari
itu,akan kecil kemungkinan untuk melupakan bahwa orang lain yang mempunyai kekuasaan
lebih kecil juga mempunyai hak untuk menentukan respon mereka sendiri.

KOMUNIKASI AGRESIF
Komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain dan cenderung untuk merendahkan /
mengendalikan / menghukum orang lain. Komunikasi ini menenggelamkan hak orang lain.
Contoh komunikasi agresif : "Lakukan saja!".
Ciri-cirinya adalah :
1. Ingin kemauan dan pendapatnya diikuti
2. Memaksa orang untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukan
3. Keras dan bermusuhan
4. Menyerang secara fisik atau verbal
5. Interupsi
6. Intimidasi
7. Ingin menang dengan segala cara
8. Suka memakai kambing hitam
9. Suka memakai figur "Big Boss"
Komunikasi agresif memiliki satu buah sub yaitu Komunikasi Aggresif tidak Langsung yang
berupaya untuk memaksa orang lain melakukan hal yang kita kehendaki tetapi mereka tidak
menghendakinya. Istilah "pisau dibalik topeng senyuman" mungkin cocok dengan komunikasi
agresif tidak langsung karena cara-cara mereka umumnya sopan, tenang, manipulative/menjebak,
merendahkan orang lain, dan sabotase. Orang yang melakukan aggressive communication
mungkin pada awalnya merasa puas, menang/superior dan cenderung untuk mengulangi
tindakannya. Tetapi untuk jangka panjangnya mereka dapat merasa bersalah (saat memikirkan
tindakannya), malu, dan ditinggalkan teman. Pada akhirnya akan terus menyalahkan orang lain
atau system. Balas dendam mungkin dapat dilakukan oleh orang lain yang sebelumnya
disudutkan.

PASSIVE COMMUNICATION (SUBMISSIVE)


Komunikasi ini merupakan lawan dari komunikasi aggressive dimana orang tersebut cenderung
untuk mengalah dan tidak dapat mempertahankan kepentingannya sendiri. Bahkan hak mereka
cenderung dilanggar namum dibiarkan. Mereka cenderung untuk menolak secara pasif (dengan
ngomel dibelakang misalnya).

Ciri-ciri komunikasi pasif ini adalah:


1. Orang yang jarang mengungkapkan keinginan dan kebutuhan atau perasaan
2. Mengikuti tuntutan dan kemauan orang lain, ingin menghindari konflik
3. Tidak mampu mempertahankan hak dan pribadinya
4. Selalu mengedepankan orang lain
5. Minta maaf berlebihan
6. Marah kecewa, frustasi dipendam
7. Tidak tahu apa yang diinginkan
8. Tidak bisa ambil keputusan
9. Selalu mencari-cari alasan atas tindakan

Untuk jangka pendek, komunikasi ini bisa mengakibat rasa lega, terhindar dari rasa bersalah,
bangga, dan kasihan pada diri sendiri. Namun untuk jangka panjang dapat kehilangan percaya
diri dan hormat pada diri sendiri.

BAHASA TUBUH UNTUK TIGA JENIS KOMUNIKASI


1. Assertive
2. Aggressive
3. Pasif

Posture :
Tegak lurus
Condong ke depan
Agak mundur

Head:
Santai dan tidak kaku
Mendongak ke atas
Menunduk

Eyes :
Langsung, tidak melototi, pandangan bagus, biasa/santai
Melototi seolah-olah akan mengamuk
Tidak berani menatap.

Face :
Ekspresi sesuai kata-kata yang keluar
Tegas
Tersenyum selalu bahkan sewaktu kesal
Voice :
Sesuai dengan kontak
Keras
Ragu/lembut, cenderung berbicara setelah lawan selesai berbicara

Arms/hands :
Santai, bergerak bebas
Terkontrol, jari menunjuk menancap ke suatu objek, terkepal keras
Diam… tidak bisa bergerak

Movement/ walking :
Terukur, sesuai
Lambat dan keras atau cepat, bebas, Keras
Lambat dan ragu-ragu atau cepat tapi terkesan terburu-buru
Perilaku assertive memiliki manfaat :
1. Meningkatkan percaya diri dalam mengekspresikan diri sendiri
2. Dapat bernegosiasi lebih produktif dengan orang lain
3. Dapat merubah situasi kerja yang negatif menjadi positif
4. Meningkatkan hubungan antar manusia pada pekerjaan dan mengurangi kesalahpahaman
5. Meningkatkan pengembangan diri dan kepuasan diri pada pekerjaan/karir sesuai dengan
kebutuhan, gaya dan kemampuan
6. Mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang mendapatkan apa yang dicari
dalam hidup

Hambatan yang didapat saat mencoba untuk assertive:


1. Tindakan dan cara berpikir negatif yg membatasi peluang Anda
2. Conflict : Takut menghadapi konflik sehingga menghindari tanggapan assertif dalam situasi
yang menentukan
3. Keterampilan komunikasi. Ketidakmampuan menanggapi berbagai situasi mengakibatkan
emosi, pikirkan dan kecemasan yang negative
4. Race, tradition, education sewaktu kita masih anak-anak

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Komunikasi Asertif adalah komunikasi yang terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain.
Komunikasi Agresif Komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain dan cenderung untuk
merendahkan / mengendalikan / menghukum orang lain. Komunikasi ini menenggelamkan
hak orang lain.
Passive Communication (Submissive). Komunikasi ini merupakan lawan dari komunikasi
aggressive dimana orang tersebut cenderung untuk mengalah dan tidak dapat
mempertahankan kepentingannya sendiri. Bahkan hak mereka cenderung dilanggar namum
dibiarkan. Mereka cenderung untuk menolak secara pasif (dengan ngomel dibelakang
misalnya).
Tujuan dari pelatihan sikap asertif adalah untuk mengajar orang tentang bagaimana
menggunakan hak mereka, untuk membantu mereka dalam mengembangkan berbagai
perilaku, dan untuk membantu mereka untuk bertindak menurut minat terbaik mereka sendiri.
Terdapat beberapa alasan mengapa pelatihan sikap asertif menarik minat para perawat: (1)
para perawat yang lebih menyukai sikap reaktif mungkin perlu lebih mengenal dan mahir
dalam ketrampilan dan bahasa yang lebih aktif berpartisipasi dalam pekerjaan mereka. (2)
mereka yang mendukung peran perawat yang professional dan primer mungkin akan
menemukan bahwa pelatihan sikap asertif akan berguna untuk memungkinkan perkembangan
sikap – sikap perilaku keperawatan yang bertanggung jawab, serta ketrampilan komunikasi
yang efektif, dan (3) para professional keperawatan yang peduli pada pandangan masyarakat
terhadap keperawatan mungkin dapat menemukan cara untuk mengkomunikasikan sikap –
sikap dan harapan – harapan mereka dengan lebih jelas.

Anda mungkin juga menyukai