ASERTIF
A. Pengertian
Kepemimpinan Asertifitas adalah kemampuan seseorang untuk memotifasi dan menyatakan
secara langsung ide, opini, dan keinginan diri mereka secara jujur, dan tidak melanggar hak
orang lain, untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Gaya kemimpinan asertif (Assertive). Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan
mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik.
Pengambilan keputusan muncul dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang
sehingga muncul kesimpulan yang memuaskan.
KOMUNIKASI ASERTIF
Komunikasi Asertif adalah komunikasi yang terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain.
Komunikasi assertive tidak menaruh perhatian hanya pada hasil akhir tapi juga hubungan
perasaan antar manusia.
Perilaku asertif diperlukan, sedikitnya jika dilihat dari dua sudut pandang: (1) ini menunjukkan
komunikasi yang terbuka, dewasa dan langsung, yang memungkinkan orang lain untuk melihat
dan mengetahui perasaan seseorang, serta meningkatkan harga diri (Percell, 1997) dan (2)
merupakan cara yang “tidak terlalu mahal” untuk menciptakan hubungan antar pribadi yang
efektif daripada perilaku pasif atau agresif.
Ciri-ciri Komunikasi Asertif adalah :
1. Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain
2. Mendengarkan pendapat orang lain dan memahami
3. Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain
4. Mencari solusi bersama dan keputusan
5. Menghargai diri sendiri dan orang lain, mengatasi konflik
6. Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati
7. Mempertahankan hak diri
8. He differences between Assertive, Aggressive and Passive
9. Bahasa tubuh.
1. Unsur Nonverbal
Serber (1977) menyebutkan bahwa unsure non-verbal dari perilaku adalah :
1) Kekerasan suara
Berteriak atau berbisik bukanlah sikap asertif. Nada suara tidak tergantung pada isi pesan yang
dikirim. Nada yang asertif harus keras dan tegas sehingga terdengar dengan jelas, tetapi tidak
boleh terlalu keras sehingga memekakkan telinga penerima.
2) Kelancaran mengatakan kata-kata
Kelancaran mengatakan kata-kata juga tidaak bergantung pada isi pesan. Orang yang
menggunakan terlalu banyak penghentian atau kata-kata “pengisi” seperti “uh”, “er”, “huh”,
“anda tahu”, “seperti”, dan sebagainya cenderung dilihat sebagai orang yang ragu, sedangkan
orang yang bicara terlalu cepat sering di alami oleh orang lain sebagai orang yang terlalu
membebani. Yang asertif adalah kecepatan bicara yang sedang dan tidak terputus-putus.
3) Kontak mata
Tidaklah mungkin untuk menjadi asertif bila tidak melihat kepada penerima yang di harapkan.
Tanpa kontak mata, tidaklah terdapat cara untuk mengukur sebuah respon, dan penerima pesan
di paksa untuk masuk kepada pemberi pesan supaya memberikan umpan balik komunikasi.
Tentu saja, membelalak atau menatap tajam adalah hal yang intrusive. Kontak mata yang asertif
berarti bahwa seseorang mampu memandang wajah penerima secara terus-menerus tetapi tanpa
intensitas tertentu yang membuat penerima merasa di tantang.
4) Ungkapan wajah
Orang yang terkekeh-kekeh saat marah atau mengerutkan dahi saat mengatakan sayang, akan
“mengkhianati” isi dari kata-kata mereka. Bila merah, janganlah tersenyum; bila menunjukkan
penghargaan, tersenyumlah. Meskipun ungkapkan wajah sulit untuk di ukur atau di gambarkan,
kebanyakan orang telah tersosialisasi untuk mampu memilih ungkapan wajah yang cocok untuk
arti kata-kata mereka. Bila seseorang tidak mampu untuk menyelaraskan kata-kata dengan irama,
seringkali hal ini merupakan tanda dari rasa tidak nyaman atau kecemasan; karena keselarasan
dan kecemasan merupakan reaksi-reaksi eksklusif yang saling menguntungkan, maka menjadi
selaras dapat membantu mengurangi kecemasan.
5) Ungkapan tubuh
Seperti ungkapan wajah, cara seseorang berdiri, duduk, atau bergerak sebenarnya menyampaikan
sekumpulan sikap yang kompleks. Seseorang yang duduk membungkuk dapat di lihat sebagai
marah, tidak berminat, atau ketakutan. Orang yang asertif dalam ungkapan tubuhnya akan
tampak santai tetapi tidak membungkuk, berdiri tegak tanpa menjadi kaku, dan menggunakan
tangan serta bahu untuk menekankan pembicaraan mereka tanpa menjadi terlalu memaksa atau
kasar.
6) Jarak
Seberapa jauh seseorang berdiri dari orang lain ketika berinteraksi akan berbeda-beda dalam
setiap kebudayaan dan setiap orang. Istilah gelembung telah di terapkan untuk batas tidak kasat
mata yang di gunakan oleh seseorang untuk melindungi dirinya dari intrusi orang lain (Sommer,
1969).
Unsur Verbal
Apa yang di katakan sama pentingnya dengan bagaimana cara seseorang mengatakannya.
Misalnya, kemungkinan kecil bahwa seseorang yang membuat pernyataan atau permintaan yang
tidak jelas akan mendapat respon yang sesuai. Si pendengar belum tentu tidak responsive, tetapi
pesannya terlalu samar untuk mendapatkan respon yang jelas. Cooley dan Hollandsworth (1977)
telah menyebutkan tiga unsure verbal dari pernyataan yang asertif :
1) Mengatakan tidak atau menyatakan sikap
2) Meminta bantuan atau mempertahankan hak
3) Mengungkapkan perasaan
Mengatakan tidak.
Pernyataan asertif dapat berupa inisiasi atau reaksi. Terdapat cara-cara untuk mengatakan tidak
secara asertif sebagai respon terhadap permintaan orang lain atau kebutuhan orang lain.
Menunjukkan sikap.
Unsur dari asertif ini bisa merupakan inisiasi atau respon terhadap suatu situasi. Unsur kunci
pada area ini adalah kejelasan dari posisi seseorang, penghargaan diri dengan mana posisi
tersebut di nyatakan, dan pemahaman tentang posisi orang lain: “saya tahu bahwa anda yakin
Nona Lloyd sedang dalam pemulihan. Tetapi saya tidak yakin bahwa ia telah siap untuk di
pulangkan, dan saya tidak mendukung kepulangannya”.
KOMUNIKASI AGRESIF
Komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain dan cenderung untuk merendahkan /
mengendalikan / menghukum orang lain. Komunikasi ini menenggelamkan hak orang lain.
Contoh komunikasi agresif : "Lakukan saja!".
Ciri-cirinya adalah :
1. Ingin kemauan dan pendapatnya diikuti
2. Memaksa orang untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukan
3. Keras dan bermusuhan
4. Menyerang secara fisik atau verbal
5. Interupsi
6. Intimidasi
7. Ingin menang dengan segala cara
8. Suka memakai kambing hitam
9. Suka memakai figur "Big Boss"
Komunikasi agresif memiliki satu buah sub yaitu Komunikasi Aggresif tidak Langsung yang
berupaya untuk memaksa orang lain melakukan hal yang kita kehendaki tetapi mereka tidak
menghendakinya. Istilah "pisau dibalik topeng senyuman" mungkin cocok dengan komunikasi
agresif tidak langsung karena cara-cara mereka umumnya sopan, tenang, manipulative/menjebak,
merendahkan orang lain, dan sabotase. Orang yang melakukan aggressive communication
mungkin pada awalnya merasa puas, menang/superior dan cenderung untuk mengulangi
tindakannya. Tetapi untuk jangka panjangnya mereka dapat merasa bersalah (saat memikirkan
tindakannya), malu, dan ditinggalkan teman. Pada akhirnya akan terus menyalahkan orang lain
atau system. Balas dendam mungkin dapat dilakukan oleh orang lain yang sebelumnya
disudutkan.
Untuk jangka pendek, komunikasi ini bisa mengakibat rasa lega, terhindar dari rasa bersalah,
bangga, dan kasihan pada diri sendiri. Namun untuk jangka panjang dapat kehilangan percaya
diri dan hormat pada diri sendiri.
Posture :
Tegak lurus
Condong ke depan
Agak mundur
Head:
Santai dan tidak kaku
Mendongak ke atas
Menunduk
Eyes :
Langsung, tidak melototi, pandangan bagus, biasa/santai
Melototi seolah-olah akan mengamuk
Tidak berani menatap.
Face :
Ekspresi sesuai kata-kata yang keluar
Tegas
Tersenyum selalu bahkan sewaktu kesal
Voice :
Sesuai dengan kontak
Keras
Ragu/lembut, cenderung berbicara setelah lawan selesai berbicara
Arms/hands :
Santai, bergerak bebas
Terkontrol, jari menunjuk menancap ke suatu objek, terkepal keras
Diam… tidak bisa bergerak
Movement/ walking :
Terukur, sesuai
Lambat dan keras atau cepat, bebas, Keras
Lambat dan ragu-ragu atau cepat tapi terkesan terburu-buru
Perilaku assertive memiliki manfaat :
1. Meningkatkan percaya diri dalam mengekspresikan diri sendiri
2. Dapat bernegosiasi lebih produktif dengan orang lain
3. Dapat merubah situasi kerja yang negatif menjadi positif
4. Meningkatkan hubungan antar manusia pada pekerjaan dan mengurangi kesalahpahaman
5. Meningkatkan pengembangan diri dan kepuasan diri pada pekerjaan/karir sesuai dengan
kebutuhan, gaya dan kemampuan
6. Mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang mendapatkan apa yang dicari
dalam hidup
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi Asertif adalah komunikasi yang terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain.
Komunikasi Agresif Komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain dan cenderung untuk
merendahkan / mengendalikan / menghukum orang lain. Komunikasi ini menenggelamkan
hak orang lain.
Passive Communication (Submissive). Komunikasi ini merupakan lawan dari komunikasi
aggressive dimana orang tersebut cenderung untuk mengalah dan tidak dapat
mempertahankan kepentingannya sendiri. Bahkan hak mereka cenderung dilanggar namum
dibiarkan. Mereka cenderung untuk menolak secara pasif (dengan ngomel dibelakang
misalnya).
Tujuan dari pelatihan sikap asertif adalah untuk mengajar orang tentang bagaimana
menggunakan hak mereka, untuk membantu mereka dalam mengembangkan berbagai
perilaku, dan untuk membantu mereka untuk bertindak menurut minat terbaik mereka sendiri.
Terdapat beberapa alasan mengapa pelatihan sikap asertif menarik minat para perawat: (1)
para perawat yang lebih menyukai sikap reaktif mungkin perlu lebih mengenal dan mahir
dalam ketrampilan dan bahasa yang lebih aktif berpartisipasi dalam pekerjaan mereka. (2)
mereka yang mendukung peran perawat yang professional dan primer mungkin akan
menemukan bahwa pelatihan sikap asertif akan berguna untuk memungkinkan perkembangan
sikap – sikap perilaku keperawatan yang bertanggung jawab, serta ketrampilan komunikasi
yang efektif, dan (3) para professional keperawatan yang peduli pada pandangan masyarakat
terhadap keperawatan mungkin dapat menemukan cara untuk mengkomunikasikan sikap –
sikap dan harapan – harapan mereka dengan lebih jelas.