Anda di halaman 1dari 13

EUKARISTIA VICTORIQUE

you!! lowlife who will never amount to anything!!


Selasa, 15 Mei 2012

TEKNIK KONSELING ASERTIF TRAINNING

1.  Konsep Dasar

Banyak Pakar memberikan definisi yang berbeda tapi sama (satu makna)

tentang asertif, berikut diantaranya :

a.          Asertif adalah sikap di mana seseorang mampu bertindak sesuai dengan keinginannya,

membela haknya dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Selain itu, bersikap asertif juga

berarti mengkomunikasikan apa yang kita inginkan secara jelas dengan menghormati

tanpa menyakiti orang lain.

b.          Sikap asertif adalah kemampuan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, perasaan, dan

kepentingan secara langsung kepada siapapun. Namun sikap asertif ini jangan disamakan

dengan sikap agresif. Sikap asertif bersifat jujur, obyektif, tidak dipengaruhi oleh

judgement, atau hal-hal yang bersifat emosionil.

c.          Asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan kita secara jujur, wajar

dan tidak dibuat-buat.

d.          Asertif adalah sarana untuk menjadikan hubungan kita lebih setara dan menghindari

perasaan direndahkan yang kerap kali datang bilamana gagal mengekspresikan apa yang

sungguh-sungguh kita dambakan.

e.          Asertif adalah Cara Efektif dalam mengekpresikan diri, mempertahankan harga diri, dan

menunjukan rasa hormat kepada orang lain.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asertif adalah sikap positif

bukan sikap negatif, asertif bukan agresif yang selalu  merugikan orang lain, asertif

bukan perilaku permisif/pasif yang selalu merugikan diri sendiri, bahkan menurut
penelitian di Amerika, dikatakan bahwa perilaku agresif dan permisif/pasif

adalah  animal behavior  sedangkan asertif adalah  human behavior. 

 Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap

asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1.         Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.

2.        Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.

3.        Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.

4.        Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau

segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.

5.        Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.

6.        Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak  menyenangkan

dengan cara yang tepat.

7.        Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.

8.        Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai

apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan

tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).

Ada empat kategori yang dikelompokkan dalam perilaku asertif (Walker,1996):

a.    Kemampuan untuk berinisiasi dengan memulai percakapan, menyambung dan menghentikan

percakapan

b.    Berani berkata “tidak”

c.    Mengajukan suatu pertanyaan dan keinginan

d.    Mengekspresikan perasaan suka dan tidak suka

Sedangkan Latihan asertif merupakan latihan keterampilan-sosial yang diberikan

pada individu yang diganggu kecemasan, tidak mampu mempertahankan hak-haknya,


terlalu lemah, membiarkan orang lain merongrong dirinya, tidak mampu mengekspresikan

amarahnya dengan benar dan cepat tersinggung.

Willis (2004:72) menyatakan bahwa asertif training merupakan teknik dalam

konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam

perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya.  Sebagai contoh ingin marah tapi tetap

berespon manis. Klien yang dapat dibantu menggunakan teknik ini adalah klien yang

seperti berikut :

a)     Tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelannya

b)    Mereka yang  sopan berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan

daripadanya

c)     Mereka yang mengalami kesulitan dalam berkata “tidak”

d)    Orang yang berkesulitan menyatakan kecintaan dan respon-respon positif lainnya

e)     Orang yang merasa tidak mempunyai hak untuk menyatakan perasaan dan pikirannya.

INDIKATOR KEASERTIFAN

PESAN-PESAN TUBUH INDIKATOR

Kontak Mata Melihat orang lain langsung di matanya, ataupun cukup melihat di

antara dua matanya, sedikit di atasnya, sedikit di bawahnya, dan

tetap melakukan kontak mata pada saat menyatakan diri

Ekspresi Wajah Menyatakan emosi positif dan negative anda dengan tepat, tetap

dalam keasliannya, seperti tidak tersenyum sewaktu marah

Postur Tubuh Tidak membungkuk


Gerak-Gerik Menggunakan gerakan tangan dan lengan untuk membantu menyatakan

diri anda dalam cara yang konstruktif

Jarak Tidak menghindari orang, tidak “tabrak-lari”

Bebas Komunikasi Tubuh Seperti: kepala mengeleng-geleng, membanting pintu, mengepalkan

Yang Negatif tangan sebagai pertanda geram, telunjuk menuding-nuding muka

seseorang

Bebas Komunikasi Tubuh Menarik-narik rambut, mempermainkan jari-jari, mengeser-geserkan

Yang Membingungkan telapak kaki ke lantai

PESAN-PESAN SUARA INDIKATOR

Volume Keras tetapi layak

Nada Lugas, tidak mengambil suara “anak kecil”

Kecepatan Tidak terlalu cepat

Perubahan Nada Penghadiran perubahan suara yang menekankan pernyataan, tiadanya

perubahan nada yang memberi indikasi menyerang ataupun

merendahkan

2.  Komponen

Adapaun menurut Duckworth dan Mercer ( Fisher,2006) terdapat beberapa

komponen kunci dalam latihan asertif (Key Components of an Assertiveness Training

Protocol), meliputi:
1.   Assertiveness training usually begins with a didactic presentation of (a) the rationale

for the use of assertive behavior; (b) definitions of assertiveness, passiveness and

aggressiveness; and (c) the basic content and procedural guidelines that govern

assertive behavior

2.  Self-monitoring assignments are given and in-session role plays are undertaken to

identify problematic interactions

3.  For the particular skill set being targeted, the verbal content of a sufficiently

assertive response is delineated and the appropriately assertive delivery of that verbal

communication is modeled by the therapist or confederate

4.  The client practices assertive behaviors in the context of in-session role-plays that are

similar to the identified problematic interactions

5.  The evaluation of the role-play performance should always begin with the solicitation of

comments from the client. This strategy allows the therapist to (a) evaluate the client’s

understanding of the verbal and nonverbal behaviors that comprise the assertive

response and (b) evaluate the accuracy and objectivity with which the client evaluates

his or her performance. Evaluating one’s performance subsequent to role-plays may be

made difficult by recall burden. Videotaping role-plays is recommended to reduce recall

burden and to provide specific, visual evidence for performance problems and

performance gains over time

6.  Feedback is provided by the therapist and/or confederate and instructions for further

refinement of the assertive performance are provided. When there is a considerable

discrepancy between the therapist-modeled assertive behavior and the client’s

performance, it is often useful to provide feedback in the form of a review of a

videotape of the role-play

7.  Real-world practice of assertive behavior is next. Again, the client provides a technical

and affective evaluation of the assertive performance in the real-world situation.


8.  Reinforcement and reiteration of reasonable performance goals is essential throughout

the assertiveness skills training process multicomponent intervention package aimed at

the treatment of severe aggression, there is little research that empirically

establishes the contribution of combined therapies above and beyond the independent

effectiveness of either monotherapy (Ziegler, 1996).

3.  Tujuan

Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk

menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama

berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan

perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon

posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan

konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.

Tujuan utama latihan asertif adalah untuk mengatasi kecemasan yang dihadapi oleh

seseorang akibat perlakuan yang dirasakan tidak adil oleh lingkungannya, smeningkatkan

kemampuan untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan lingkungan, serta

meningkatkan kehidupan pribadi dan sosial agar lebih efektif.

Jadi, secara umum tujuan dari latihan asertif adalah :

1.    Mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara sehingga

memantulkan kepekaan kepada perasaan dan hak-hak orang lain.

2.    Meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa menentukan pilihan

apakah pada situasi tertentu perlu berperilaku seperti apa yang diinginkan atau tidak

3.    Mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri dengan cara sedemikian rupa

sehingga terefleksi kepekaanya terhadap perasaan dan hak orang lain

4.    Meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan mengekspresikan dirinya

dengan enak dalm berbagai situasi sosial


5.    Menghindari kesalahpahaman dari pihak lawan komunikasi

4.  Manfaat

Sikap asertif memengaruhi banyak segi kehidupan kita. Orang yang asertif

cenderung memiliki konflik yang lebih sedikit dengan orang lain, artinya stres dalam

hidup mereka berkurang. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dan juga

menolong orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan memiliki

hubungan yang saling mendukung, orang yang asertif memiliki orang-orang yang dapat ia

andalkan. Hal ini menjauhkan mereka dari stres sehingga tubuh dan jiwa mereka juga

menjadi lebih sehat.

5.  Tahap-tahap

Prosedur dasar dalam asertive training :

a.    Mengajarkan perbedaan antara asertif, agresif, non agresif dan sopan.

b.    Membantu individu mengidentifikasi dan menerima hak-hak pribadi dirinya dan orang

lain.

c.    Mengurangi hambatan kognitif dan afektif yang menghambat aktualisasi sikap asertif.

d.    Mengembangkan ketrampilan perilaku asertif secara langsung melalui praktek-praktek di

dalam pelatihan.

Sedangkan prosedur umum dalam pelaksanaan latihan asertif adalah sebagai

berikut:

1.    Identifikasi masalah, yaitu dengan menganalisis permasalahan klien secara komprehensif

yang meliputi situasi-situasi umum dan khusus di lingkungan yang menimbulkan

kecemasan, pola respon yang ditunjukkan, faktor-faktor yang mempengaruhi, tingkat

kecemasan yang dihadapi, motivasi untuk mengatasi masalahnya, serta sistem dukungan.
2.   Pilih salah suatu situasi yang akan diatasi, dengan memilih terlebih dahulu situasi yang

menimbulkan kesulitan atau kecemasan paling kecil. Selanjutnya, secara bertahap

menuju pada situasi yang lebih berat.

3.   Analisis situasi, yaitu dengan menunjukkan kepada klien bahwa terdapat banyak

alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahnya tersebut. Identifikasi

alternatif penyelesaian masalah.

4.   Menetapkan alternatif penyelesaian masalah. Bersama-sama klien berusaha untuk

memilih dan menentukan pilihan tindakan yang dianggap paling sesuai, mungkin, cocok,

layak dengan keinginan dan kemampuan klien serta memiliki kemungkinan pleuang

berhasil paling besar.

5.   Mencobakan alternatif yang dipilih. Dengan bimbingan, secara bertahap klien diajarkan

untuk mengimplementasikan pilihan tindakan yang telah dipilih.

6.   Dalam proses latihan, hendaknya diperhatikan hal-hal yang terkait dengan kontak mata,

postur tubuh, gerak isyarat, ekspresi wajah, suara, pilihan kalimat, tingkat kecemasan

yang terjadi, serta kesungguhan dan motivasinya.

7.   Klien diberi tugas untuk mencoba melakukan hal-hal yang sudah dibicarakan secara

langsung dalam situasi yang nyata.

8.  Evaluasi hasil dan tindak lanjut.

SUMBER :

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196002011987031-

SUNARDI/karya_tls-materi_ajar_pdf/LATIHAN_ASERTIF.pdf  Diakses tanggal

25/10/11 jam 14.00

http://lutfifauzan.wordpress.com/2010/01/12/makalah-konseptual-assertive-training/  diaks

es tanggal 25/10/11 jam 14.30


http://keperawatanregulerpoltek.blogspot.com/2010/05/asertif-training.html  diakses

tanggal 26/10/11 jam 20.00

Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual teori dan praktek. Bandung : Alfabeta.

VERBATIM

Peran Dialog Teknik

Ki Assalamualaikum  (sambil mengetuk pintu)

Ko Waalaikumsalam, oh Ana..., silahkan masuk Attending

Ki Iya bu, terimakasih

Ko Mari silahkan duduk

Ki Iya Bu, terima kasih

Ko Bagaimana kabarnya hari ini? Topik Netral

Ki Baik bu. Ibu sendiri?

Ko Ibu juga baik, tadi pelajarannya siapa na?

Ki Pak Mahmud Bu

Ko Nampaknya kamu terlihat sangat lesu, apa ada yang ingin Kalimat Penjembatan
dibicarakn dengan ibu?

Ki Itu dia bu, karena ada yang ingin saya bicarakan dengan

Ibu, saya datang kesini.

Ko Memangnya ada apa Ana, nampaknya serius sekali

Ki Beberapa hari ini, saya sering datang terlambat Bu ke

Sekolah

Ko Hmm..., apa alasan kamu datang terlambat? Lead Khusus

Ki Sudah seminggu ini, saya tidak bisa tidur Bu, hanya

setelah  lewat jam 3 pagi saya baru dapat tidur

Ko Insomnia ya??.., cob aceritakann pada Ibu apa yang Lead Umum

menyebabkan kamu tidak bisa tidur?

Ki saya sendiri tidak tahu bu, padahal saya tidak pernah minum

kopi Bu

Ko yaa..., tetapi perlu kamu ketahui penyebab orang tidak bisa

tidur itu bukan hanya karena kopi, mungkin saja kamu

sedang memikirkan sesuatu. Mungkin ada sesuatu yang

mengganjal pikiranmu

Ki Iya bu, saya sedang ada masalah dengan teman dekat saya.

Dan itu membuat saya memikirkannnya.

Ko hmm...ya , Lalu apa kamu sudah mencoba untuk Acceptance & lead Khusus

membicarakannya dengan temanmu?

Ki Belum Bu

Ko belum? Bagaimana masalah bisa selesai kalau kamu tidak

mau menyelesaikannya
Ki Saya takut Bu

Ko takut ? apa yang menyebabkan kamu takut?

Ki saya takut, teman saya tidak bisa memafkan saya

Ko selama belum dicoba kamu belum bisa tahu bagaimana

reaksi teman kamu itu

Ki jadi saya harus menyampaikannya ya bu?

Ko Ya ana, kalau ada masalah itu harus dibicarakan agar dapat

terselesaikan.

Ki Bagaimana cara saya untuk menyampaikannya Bu?

Ko Sebelumnya Ibu ingin tahu, ada masalah apa antara kamu Lead Umum

dan teman kamu?

Ki Jadi begini Bu, Teman saya itu sering kali membuat saya

kesal dengan memakai barang saya tanpa ijin. Saya ingin

sekali melarangnya Bu, tapi saya tidak berani.

Ko Jadi dengan kata lain, kamu ingin sekali berkata pada Klarifikasi

temanmu bahwa kamu tidak suka jika barang-barang kamu

dipakai tanpa ijin?

Ki Iya bu

Ko Dari penuturan kamu tadi, sepertinya kamu termasuk dalam Interpretasi

orang yang tidak asertif.

Ki Asertif?apa itu Bu

Ko Asertif adalah usaha seseorang untuk mempertahankan Penjelasan mengenai teknik

hak-hak rasionalnya. Semacam berani menegor, berani

menolak ajakan teman, dan lainnya.


Ki Oh begitu, iya bu sepertinya saya termasuk tidak asertif,

lalu harus bagaimana Bu

Ko Kamu harus latihan agar menjadi asertif. Mungkin dengan Latihan asertif

belajar untuk mengemukakan pendapat kamu, berani untuk

berkata jangan pada teman mu itu. Tapi penyampaian

pendapat kamu tadi menggunakan kata-kata yang sopan

yang didahului dengan “maaf, saya”

Ki Iya Bu, mungkin kalau begitu terlihat sopan ya Bu?

Ko Iya ana

Ki Baiklah Bu, saya akan mencobanya. Terima kasih Bu, atas

bantuannya. Saya harus kembali ke kelas karena ada

pelajarn lagi.

Ko Sama-sama Ana. Selamat mencoba, dan Ibu tunggu kabar Pengakhiran

selanjutnya

Ki Iya Bu, permisi assalumailakum

eukaristia at 06.12
Berbagi



Beranda

Lihat versi web


About Me

eukaristia
semarang, jawa tengah, Indonesia
paranoid, anti-social, dependent, avoidant, narcissistic, histrionic, irritable, easily
offended, vindictive, high selfishness, emotional electorate, easy to criticize, arrogant,
spiteful, like to see others suffer, i love the way i am
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai