(Rational Emotif
Therapy)
Psikologi Konseling & Psikoterapi
5A
Dosen Pengampu :
Ibu Dr. Hera Wahyuni, M.Psi, Psikolog
Kelompok 4
Antecedent event, yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa
A pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain
Belief, yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa.
B Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional dan keyakinan yang tidak
rasional.
Emotional consequence, merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu
C dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi, yang dibentuk oleh irrasional belief dalam
hubungannya dengan (A).
Desputing merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmiah untuk menentang pikiran yang cenderung
D mengalahkan diri sendiri dan mengalahkan nilai-nilai irasional yang tidak bisa dibuktikan.
E Hasil akhir dariproses A-B-C-D berupa Effect, yaitu perilaku kognitif dan emotif.
Perilaku Bermasalah
Ellis (dalam Latipun, 2010: 74-76) mengemukakan indikator keyakinan
irasional yang berlaku secara universal. Beberapa indikator-indikator
orang yang berkeyakinan irasional tersebut sebagai berikut:
Pada suatu ketika, kekasih Andi tiba-tiba memutuskan hubungan dengan Andi secara sepihak. Andi
begitu stress dan frustrasi karena berakhirnya hubungan mereka. Andi menjadi sering tidak masuk
kuliah dan tidak mengerjakan tugas, Andi semakin merasa dirinya kurang termotivasi untuk hidup. Dia
beranggapan bahwa yang membuatnya mampu menjadi seorang yang berprestasi sebelumnya adalah
karena kekasihnya. Perlahan prestasinya menurun, Andi selalu terlihat murung di kelas, beberapa kali
terlambat ke kelas bahkan tidak masuk tanpa alasan, dia merasa tidak ada lagi seseorang yang
membuatnya untuk menjadi seseorang yang kompeten lagi seperti sebelumnya. Andi merasa dunia
telah bertindak kejam pada dirinya karena telah menghilangkan satu-satunya sumber motivasinya
untuk mengejar cita-cita. Andi merasa begitu putus asa hingga akhirnya dia disarankan oleh dosen
pembimbingnya untuk menemui psikolog agar dapat berkonsultasi.
Tahapan-Tahapan RET
01 Membangun rapport yang baik dengan klien.
02 Menanyakan pada klien terkait masalah/keluhan utama yang klien hadapi dengan
mempersilahkan klien menceritakan semuanya.
03 Melakukan sesuai teknik dan tahapan konseling yaitu konselor menunjukkan perilaku attending,
empati, refleksi, memberikan pertanyaan terbuka maupun tertutup, paraphrasing, menyimpulkan
sementara.
Terapis berusaha menunjukkan dan menjelaskan bahwa apa yang klien pikirkan terkait keberhasilannya yang
04 disebabkan oleh satu-satunya orang yaitu kekasihnya dahulu adalah hal yang salah atau tidak logis,
membantu klien memahami kenapa dirinya dapat memiliki pikiran tersebut, kemudian menunjukkan pada
klien hubungan pikirannya yang irasional itu dengan ketidakbahagiaan dan gangguan emosional yang
dialaminya terutama pada akademik dan kesehariannya.
Menunjukkan pada klien bahwa jika ia terus menerus memiliki pikiran irasional itu maka
05 ketidakbahagiaan dan gangguan akan terus klien alami.
06 Terapis mengarahkan klien dengan disputing keyakinan klien yang irasional
dengan tujuan mengubah cara berpikir klien yang salah dan membuang
pikiran-pikiran itu.
Melalui disputation, terapis berusaha meyakinkan klien bahwa masih banyak yang
07 menjadi sumber motivasi baginya, seperti orang tua, keluarga, dan teman-temannya.
08 Terapis menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi yang nyata
dimana hal ini disebut teknik Assertive Adaptive. Misalkan, dimana biasanya klien bangun
dibangunkan oleh telp dari kekasihnya dahulu, maka saat ini klien harus bangun dengan alarm yang
sudah ia pasang; Kemudian apabila klien semangat pergi ke kampus karena akan bertemu dengan
wanita itu, klien harus berusaha mengubah pikiran tersebut menjadi semangat ke kampus untuk
memulai hari yang baru dan bertemu teman-temannya.
Mengarahkan klien agar lebih “mendebatkan” terkait pikiran irasionalnya, dimana pada tahap ini terapis
09 akan melakukan leading agar klien mampu mengembangkan filsafat yang efektif dimana hal ini dapat
mengubah pikiran irasional menjadi rasional. Pikiran rasional akan membawa klien menjadi lebih
produktif, meminimalkan perasaan benci pada diri sendiri dan orang lain, serta memunculkan rasa puas
dan senang. Sehingga klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal seperti sedia kala
tanpa ada rasa benci pada orang lain dan ketergantungan pada seseorang lagi.
Referensi
Alang, HS (2019). Proses Pelaksanaan Terapi Rasional
Emotif. Al-Irsyad Al-Nafs: Jurnal Bimbingan dan Penyuluhan
Islam , 6 (2).