Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy)


Teori REBT dikembangkan oleh Albert Ellis pertama kalinya pada tahun 1955
yang mulanya dikenal sebagai Terapi Rasional lalu ia mengubahnya menjadi rational
emotive therapy (RET). Terapi ini memberikan penekanan terhadap hubungan antara
kognisi, emosi dan tingkah laku yang ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain.
Selain itu, terapi ini juga mengaitkan antara pemikiran tidak rasional dengan
permasalahan emosi manusia, serta menyetengahkan pendapat bahwa manusia
mempunyai pilihan untuk terus menyumbang kepada permasalahan yang dihadapi atau
mengambil langkah untuk menghentikan proses permasalahan itu (Aina Razlin, 2014).
Pada 1993, Ellis mengubah nama rational emotive therapy (RET) menjadi
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT). Rasional disini memiliki maksud kognisi
yang efektif dalam membantu diri daripada kognisi yang sekedar valid secara empiris
maupun logis. Kata kognitif yang ia gunakan sejak awal banyak orang membatasi secara
sempit kata rasional yang mengandung maksud intelektual atau logis-empiris (dalam
Richar Nelson, 2011). Terapi REB sering digunakan oleh para konselor di Amerika
Serikat dalam mengatasi masalah individu. Sejalan dengan hal itu, studi lain yang
dilakukan oleh Albert Ellis sebagai penggagas pendekatan ini menunjukkan keberhasilan
dalam mengatasi masalahmasalah yang dialalmi oleh konselinya.
Menurut Gerald Corey dalam bukunya “Teori dan Praktek Konseling dan
Psikoterapi” terapi rasional emotif behaviour adalah pemecahan masalah yang fokus pada
aspek berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa lebih banyak berurusan dengan
dimensi-dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-dimensi perasaan.Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan, bahwa terapi rasional emotif merupakan terapi yang berusaha
menghilangkan cara berpikir klien yang tidak logis, tidak rasional dan menggantinya
dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan cara mengonfrontasikan klien dengan
keyakinan - keyakinan irasionalnya serta menyerang, menentang, mempertanyakan, dan
membahas keyakinan - keyakinan yang irasional.
B. Konsep Dasar REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy)
Konsep dasar REBT adalah, bahwa seseorang berkonstribusi terhadap munculnya
problem psikologis, baik yang ditunjukkan dalam gejala-gejala yang spesifik hingga pada
interpretasi terhadap suatu peristiwa atau situasi tertentu. Setiap manusia yang normal
memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya berlangsung secara simultan.
Konsep dasar yang di kembangkan Albert Ellis adalah :
1. Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional.
2. Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional.
3. Pemikiran dan emosi tidak dapat di pisahkan.
4. Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization, yaitu mengatakan sesuatu terus-
menerus kepada dirinya.
5. Pemikiran tak logis (irrasional) dapat dikembalikan kepada pemikiran logis dengan
reorganisasi persepsi. Pemikiran tak logis itu merusak dan merendahkan diri melalui
emosionalnya.
Pandangan dari pendekatan ini tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-
konsep teori Albert Ellis. Ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu,
kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan teori ABC, kemudian
ditambahkan D, E dan F untuk mengakomodikasi perubahan tersebut :
1. Activating event (A)
Yaitu segenap peristiwa luar yang dialami individu. Peristiwa pendahulu yang
berupa fakta, kejadian, tingkah laku atau sikap orang lain. Seperti : masalah- masalah
keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain
yang kita anggap sebagai penyebab ketidakbahagiaan.
2. Belief (B)
Yaitu keyakinan, pandangan, nilai atau verbalisasi diri individu terhadap suatu
peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional
(rational belif atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irasional belif atau iB).
Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau sistem keyakinan yang tepat,
masuk akal dan bijaksana. Sedangkan keyakinan yang tidak rasional merupakan
keyakinan yang sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal dan
emosional.
3. Emotional consequence (C)
Merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam
membentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan
activating event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi
disebabkan oleh beberapa variable antara lain dalam bentuk keyakinan (B) baik yang
rB maupun yang iB.
4. Disputing irrational (D)
Yaitu melakukan perlawanan terhadap keyakinan irasional.
5. Effective new philosophy of life (E)
Yaitu mengembangkan filosofi dan keyakinan-keyakinan baru yang positif.
6. Perasaan/feelings (F)
Yaitu aksi yang akan dilakukan lebih lanjut dan perasaan baru, dengan demikian kita
tidak akan merasa tertekan, melainkan kita akan merasakan segala sesuatu sesuai
dengan situasi yang ada.

C. Ciri – ciri REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy)


Ciri-ciri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor berperan lebih aktif
dibandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasannya peran konselor disini harus
bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi
klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang dihadapi, artinya
konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya dapat
berkembang sesuai dengan keinginan dan disesuaikan dengan potensi yang
dimilikinya.
2. Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara hubungan
baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan
mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga
dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan
klien.
3. Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor untuk
membantu klien mengubah cara berpikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.
4. Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau
klien.

D. Tujuan REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy)


Tujuan rational emotive behavior therapy menurut Ellis, membantu klien untuk
memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik" yang berarti menunjukkan kepada klien
bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari
gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka. Sedangkan Tujuan dari
Rational Emotive Behavior Therapya menurut Mohammad Surya sebagai berikut:
1. Memperbaiki dan mengubah segala perilaku dan pola pikir yang irasional dan tidak
logis menjadi rasional dan lebih logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
2. Menghilangkan gangguan emosional yang merusak.
3. Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of
Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self
Acceptance Klien.
Dengan demikian tujuan rational emotive behaviour therapy adalah menghilangkan
gangguan emosional yang dapat merusak diri (seperti benci, rasa bersalah, cemas, dan
marah) serta mendidik klien agar mengahadapi kenyataan hidup secara rasional.

E. Peran dan Fungsi Konselor (Rational Emotive Behaviour Therapy)


1. Aktif-Derektif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelasan
terutama pada awal konseling

2. Mengkonrontasi pikiran irasional konseli secara langsung

3. Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik
kembali diri konseli sendiri

4. Secara terus menerus “menyerang” pemikiran irasional konseli

5. Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi

6. Bersifat didaktif.

Adapun keterampilan konseling yang harus dimiliki konselor yang akan menggunakan
Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) adalah sebagai berikut:

1. Empati (Empathy)
2. Menghargai (Respect)

3. Ketulusan (genuineness)

4. Kekongkritan (Concreteness)

5. Konfrontasi (confrontation)

F. Teknik – Teknik REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy)


Rational Emotive Behavior Therapy menggunakan berbagi teknik yang bersifat
kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Teknik-teknik
Rational Emotive Behavior Therapy sebagai berikut :
1. Teknik-Teknik Kognitif
Adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berpikir klien. Dewa
Ketut menerangkan ada empat tahap dalam teknik-teknik kognitif:
a. Tahap Pengajaran
Dalam REBT, konselor mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini
memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan
sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidak logikaan
berpikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien
tersebut.
b. Tahap Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang ia
kemukakan itu tidak benar. Dan Konselor juga mencoba meyakinkan, berbagai
argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak
benar.
c. Tahap Konfrontasi
Konselor mengubah ketidak logikaan berpikir klien dan membawa klien ke arah
berpikir yang lebih logika.
d. Tahap Pemberian Tugas
Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan
tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan
anggota masyarakat kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau
membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berpikir.
2. Teknik-Teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien.
Antara teknik yang sering digunakan ialah:
a. Teknik Sosiodrama
Memberi peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang menekan klien itu
melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan
dramatis.
b. Teknik Self Modelling Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan
konselor untuk menghilangkan perasaan yang menimpanya. Dia diminta taat
setia pada janjinya.
c. Teknik Assertive Training
Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola
perilaku tertentu yang diinginkannya.
3. Teknik-Teknik Behaviouristik
Terapi Rasional Emotif banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam
hal upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar
keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang tergolong
behavioristik adalah:
a. Teknik reinforcement
Teknik reinforcement (penguatan), yaitu: untuk mendorong klien ke arah
tingkah laku yang lebih rasional dan logis denagn jalan memberikan pujian
verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk
membongkar sistem nilai-nilai dan keyakinan yang irasional pada klien dan
menggantinya dengan sistem nilai yang lebih positif.
b. Teknik social modeling (pemodelan sosial)
Teknik social modeling (pemodelan sosial), yaitu: teknik untuk membentuk
perilaku-perilaku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup
dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara mutasi (meniru),
mengobservasi dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-
norma dalam sistem model sosial dengan maslah tertentu yang telah disiapkan
konselor.
c. Teknik live models
Teknik live models (mode kehidupan nyata), yaitu teknik yang digunakan untuk
menggambar perilaku-perilaku tertentu. Khususnya situasi-situasi interpersonal
yang kompleks dalam bentuk percakapanpercakapan sosial, interaksi dengan
memecahkan maslah-masalah. Peneliti menggunakan teknik kognitif dalam
melaksanakan Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) sebab sesuai
dengan permasalahan klien yaitu kurangnya rasa percaya diri.

G. Langkah – langkah REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy)


Untuk mencapai tujuan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) konselor melakukan
langkah-langkah konseling antara lainnya :
1. Langkah pertama
Menunjukkan pada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan
keyakinan-keyakinan irasionalnya, menunjukkan bagaimana klien mengembangkan
nilai-nilai sikapnya yang menunjukkan secara kognitif bahwa klien telah
memasukkan banyak keharusan, sebaiknya dan semestinya klien harus belajar
memisahkan keyakinan keyakinannya yang rasional dan keyakinan irasional, agar
klien mencapai kesadaran.
2. Langkah kedua
Membawa klien ketahapan kesadaran dengan menunjukan bahwa dia sekarang
mempertahankan gangguan-gangguan emosionalnya untuk tetap aktif dengan terus
menerus berpikir secara tidak logis dan dengan mengulang-ulang dengan kalimat-
kalimat yang mengalahkan diri dan mengabadikan masa kanak-kanak, terapi tidak
cukup hanya menunjukkan pada klien bahwa klien memiliki proses-proses yang tidak
logis.
3. Langkah ketiga
Berusaha agar klien memperbaiki pikiran-pikirannya dan meninggalkan gagasan-
gagasan irasional. Maksudnya adalah agar klien dapat berubah pikiran yang jelek atau
negatif dan tidak masuk akal menjadi yang masuk akal.
4. Langkah keempat
Adalah menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupanya yang
rasional, dan menolak kehidupan yang irasional. Maksudnya adalah mencoba
menolak pikiran-pikiran yang tidak logis untuk masuk dalam dirinya.

H. Contoh Penerapan Konseling REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy)


1. Registrasi klien
Konselor berinisiatif menemui klien di ruangannya sebelum operasi getang bening
beliau akan dilakukan.
2. Latar belakang masalah
Klien merasakan kecemasan tinggi dikarenakan harus melakukan operasi pada
penyakitnya yaitu penyakit getang bening. Ini mengakibatkan klien cemas dan takut
bila akan terjadi hal-hal yang semakin parah dan menimbulkan penyakit baru. Di
samping itu, klien takut dengan hal yang berbaur dengan operasi atau pembedahan.
3. Perilaku tidak rasional
Beberapa hari sebelum operasi akan dilakukan, klien sering termenung di kamar
tidurnya dan terbayang akan sakitnya bila akan dioperasi di bagian leher. Klien
khawatir akan semakin memperburuk keadaan dan operasi akan gagal. Kecemasan
itu sempat membuat klien untuk menunda bahkan ingin membatalkan operasi
terhadap penyakit yang dialami.
Setelah melakukan bantuan dengan pendekatan terapi rasional emotif behavior, pada
tahap selanjutnya penulis mencoba membuat laporan terkait dengan hasil yang telah
dicapai pada diri klien.
Dalam proses konseling REBT, konselor harus melakukan tahap-tahap dalam
melakukannya, sebagai berikut :
a. TAHAP 1 : Pada hari Kamis 20 Agustus 2020, konselor menemui pasien ke
ruangannya tepatnya di bagian penyakit dalam. Tujuan rohaniawan menemui pasien
dikarenakan pasien akan menjalani operasi getang bening di bagian leher dan
diketahui pula bahwa pasien yang bersangkutan mengalami kecemasan tinggi
karena takut dengan tindakan operasi yang akan dilangsungkan oleh tenaga medis.
Di awal pertemuan, konselor masih bercerita ringan dan mengajak pasien untuk
mengeluarkan isi hatinya, baik bagaimana ia mempersiapkan diri ataupun
perasaannya akan dioperasi.
b. TAHAP 2 : Di hari kedua, tepatnya Jum’at 21 Agustus 2020, konselor kembali
menemui pasien yang masih menjalani persiapan pra operasi. Pasien ternyata masih
takut dan ragu-ragu untuk menjalani tindakan operasi. Ketakutan pasien membuat
keluarga pasien yang menemani juga ikut cemas serta mengkhawatirkan keadaan
pasien. Rohaniawan mencoba memberikan dukungan dan semangat bahwa
semuanya akan baik-baik saja serta yakinlah bahwa akan berjalan dengan lancar.
Dengan memborbardir ketakutan pasien, pasien mulai menemukan ketenangan
dengan mengatakan bahwa ia akan berusaha berserah diri dan berdoa semoga
semuanya baik-baik saja dan cepat membaik seperti sediakala.
c. TAHAP 3 : Di hari selanjutnya yaitu pada hari Senin 24 Agustus 2020, tepatnya
sehari sebelum operasi akan dilakukan, rohaniawan kembali bertemu dengan
pasien. Rohaniawan kembali memastikan keadaan pasien baik kesiapannya untuk
memulai tindakan operasi getang bening dan kesiapan lainnya. Hal terpenting ialah
bagaimana pasien dapat menikmati operasi yang akan dilakukan. Dengan artian,
tidak ada lagi ketakutan yang ada dalam diri pasien. Setelah berbincang-bincang,
pasien merasa telah siap dan menyerahkan semuanya kepada Allah, dan yakin
bahwa semuanya baik-baik saja. Menariknya, pasien juga menyatakan bahwa rasa
takutnya telah mulai berkurang berkat dukungan yang diberikan rohaniawan serta
keluarga yang menjenguk. Maka dengan itu, pasien siap untuk menjalani tindakan
operasi yang akan ia lalui.
d. TAHAP 4 : Di hari selanjutnya yaitu Selasa 18 Agustus 2020, rohaniawan
menemui pasien ke ruangannya yang ternyata sedang dalam keadaan pemulihan
pasca operasi. Rohaniawan mencoba kembali menanyakan perihal keadaan diri
pasien pasca operasi dan menanyakan keadaannya. Pasien mengatakan bahwa
operasi berjalan lancar dan tidak ada rasa takut dan cemas lagi yang dirasakan saat
ini. Sehingga dengan demikian, berkontribusi yang diberikan rohaniawan untuk
pasien melalui REBT dengan tujuan mengubah pikiran irrasional pasien kepada
pikiran yang rasional cukup berhasil walaupun tidak dapat juga dikatakan cepat
perubahan yang dialami pasien. Namun demikian, pasien dapat menghilangkan
ketakutan serta kecemasannya menghadapi tindakan operasi getang bening.
Pemberian bantuan yang dilakukan konselor berupa layanan konseling kepada
pasien dengan kecemasan yang tinggi, bukanlah hal yang mudah dan ada saja
hambatannya. Beberapa hambatan yang dialami, di antaranya:
Pertama, kondisi pribadi konselor yang memerlukan kesiapan terlebih dahulu, dan proses
perencanaan untuk bertemu pasien di ruangannya. Kedua,kondisi klien, seperti harus
beristirahat dan mengalami kecemasan serta ketakutan tinggi pra operasi. Ketiga, klien
juga meragukan kelancaran dan kesembuhan jika operasi akan dilakukan dan ada pikiran
dari pasien bahwa akan semakin parah setelah operasi selesai dilakukan. Akan tetapi,
keadaan ini menjadi sebuah tantangan dan proses yang berharga bagi konselor dalam
memberikan bantuan kepada klien agar dapat menghilangkan pikiran
irrasionalnya.Sepanjang proses kegiatan konseling dengan klien, terdapat beberapa
perkembangan pada diri klien, di antaranya :
(1) Klien dapat dikatakan sangat terbuka ketika berbicara dengan konselor terkait dengan
penyebab kecemasan yang ia rasakan dan yang menganjal dipikirannya.
(2) Klien mengaku bahwa kecemasan yang ia rasakan menghambat mentalnya untuk
memberanikan diri untuk menjalani tindakan oprasi. Akan tetapi, dengan seiringnya
waktu dan pemberiannya layanan kerohanian, menghadirkan pikiran jernih bagi klien
sehingga memberi semangat untuk berpikiran positif terhadap operasi getah bening
yang akan dijalani.
(3) Setelah proses konseling selesai, pasien mulai merasakan kesiapan dan ketenangan
untuk menjalani tindakan operasi dan menyadari bahwa tidak pantas bila cemas
dikedepankan dalam situasi saat ini.
(4) Klien mau menerima obrolan dan nasehat dari konselor, sehingga ada sebuah
hubungan timbal balik secara face to face yang cermat serta penerimaan dari diri
klien yang bagus. (5) Klien menyadari bahwa perasaan yang ia rasakan, bukanlah
sebuah respon baik dalam menjalani ujian ini.
(5) Klien merasa terbantu dengan bantuan yang diberikan konselor terutama dengan
adanya nasehat serta upaya konselor dalam menghilangkan ketakutan pasien serta
klien merasa diingatkan kembali bahwa sakit adalah wadah penghapusan dosa dan
kesalahan yang pernah dijalani.Konselor telah dapat berperan sesuai dengan tuntutan
konseling rational emotif bahaviour terapi, dengan berpegang pada prinsip
unconditional self-acceptance dengan membangun fikiran yang rasional pada diri
pasien yang menjalani operasi getah bening.

Sumber:
Putra, A. (2020). RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) DALAM
MENANGANI KECEMASAN PASIEN PRA OPERASI GETAH BENING DI RSUP Dr. M.
DJAMIL PADANG. At-Taujih: Bimbingan dan Konseling Islam, 11-16)

Anda mungkin juga menyukai