Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENYEBARLUASAN PESAN GIZI

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kapita Selekta

Dosen Pembimbing :

Tati Ruhmawati, SKM., M.Kes

Disusun oleh:

Moch Eko Syamsul M P17336118403

Adinda Nauval S P17336118423

Meylenia Wavika M P17336118424

Resi Nur Alia P17336118425

Aruni Hizba Risalah P17336118426

Myura Jihan S P17336118427

Maura Jihan A P17336118429

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PROMOSI KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penyebarluasan
Pesan Gizi” yang diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kapita Selekta pada Jurusan
Promosi Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Kapita Selekta yang telah memberika tugas ini. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu pembuatn makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih perlu adanya perbaikan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan masukan,
kritikan dan saran yang bersifat membangun demi pengembangan kreativitas dan berpikir
penyusun.

Bandung, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Tujuan........................................................................................................................2

1.3 Manfaat......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Menyebarluaskan Pesan............................................................................................3

2.2 Strategi Komunikasi Perubahan Sosial dan Perilaku..................................................3

2.3 Lanskap Media dan Media Massa..............................................................................4

2.4 Advokasi.....................................................................................................................5

2.5 Mobilisasi...................................................................................................................6

2.6 4P Pilar Strategi Kreatif Yang Saling Terkait............................................................6

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................7

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya


manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental
yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini
sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh
jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi
langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung
dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial-ekonomi, budaya dan
politik (Unicef, 1990). Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi
faktor penghambat dalam pembangunan nasional. Di Indonesia masih banyak dijumpai
masalah gizi. Seperti gizi buruk, gizi kurang, kekurangan vitamin A, Anemia Gizi Besi
(AGB), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) dan obesitas. Masalah gizi menjadi
salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Masalah-masalah gizi ini terjadi
selama siklus kehidupan dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan
usia lanjut. Apabila sejak awal kehidupan balita tidak mendapatkan perilaku sadar akan
pentingnya gizi maka hal ini dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya
secara positif serta dapat menurunkan kondisi kesehatannya (Kepmenkes RI, 2007).
Masalah gizi merupakan gangguan kesehatan yang terjadi akibat ketidakseimbangan
antara asupan dengan kebutuhan tubuh. Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu
akan menimbulkan masalah pembangunan di masa selanjutnya, seperti masalah gizi yang
terjadi pada masa anak-anak yang dapat mengakibatkan tubuh mudah terserang penyakit.
Oleh karena itu anak-anak memerlukan perhatian lebih dalam hal jaminan ketersediaan
zat-zat gizi. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan,
dan keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam
otak sehingga struktur dan fungsi otak terganggu, gangguan pertahanan tubuh serta dapat
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu (Cakrawati dan Mustika,
2011).
Akses terhadap pangan meningkat dan prevalensi gizi kurang (undernutrition) terus
menurun selama beberapa tahun terakhir. Namun, status gizi masyarakat Indonesia masih
rendah menurut standar internasional dan perbedaan gizi antardaerah masih tetap besar.
Pada saat yang bersamaan, Indonesia juga menyaksikan makin tingginya prevalensi
kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas, serta defisiensi mikronutrien
(micronutrient deficiency) di masyarakat. Indonesia menghadapi tiga beban malnutrisi,
yaitu gizi kurang yang berdampingan dengan kelebihan gizi (overnutrition) dan
defisiensi mikronutrien. Selain itu, di tengah upaya mengatasi persoalan-persoalan lama
terkait ketahanan pangan dan gizi, Indonesia kini menghadapi krisis baru yang dipicu
oleh pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Oleh karena itu, diperlukan
strategi baru yang lebih baik agar Indonesia mampu mencapai Agenda 2030, khususnya
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDG) 2, yang menyebutkan bahwa Indonesia
akan memberantas kelaparan dan mengatasi malnutrisi, serta meningkatkan produktivitas
pertanian secara inklusif dan berkelanjutan paling lambat pada 2030.Salah satu isu
strategis dan perbaikan gizi di Indonesia yaitu dengan menyebarluaskan pesan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui isu strategis dan perbaikan gizi di Indonesia.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui penyebarluasan pesan mengenai isu strategis gizi di


Indonesia.

2. Untuk mengetahui penyebarluasan pesan mengenai perbaikan gizi di Indonesia.

1.3 Manfaat

1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai penyebarluasan pesan mengenai


isu strategis san perbaikan gizi di Indonesia
2. Menjadi sumber literatur yang baru mengenai penyebarluasan pesan mengenai isu
strategis san perbaikan gizi di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menyebarluaskan Pesan

Isu strategis yang harus dipertimbangkan ketika mengembangkan alternatif


kebijakan dan ketika mengidentifikasi peluang potensial untuk perbaikan gizi di
Indonesia saat ini, salah satunya dapat diatasi melalui menyebarluaskan pesan, sesuai
dengan kebijakan ke 3 yaitu, meningkatkan kesadaran dan komitmen untuk perbaikan
gizi dengan menggunakan metode inovatif dan berbagai saluran komunikasi.

Menurut Bappenas (2019), penyebab dan dampak beban ganda masalah gizi masih
belum secara utuh dipahami dengan baik meskipun masalah tersebut sudah menjadi
prioritas pemerintah. Sebagian dari alasan untuk hal ini adalah bahwa kondisi seperti
stunting dan kelebihan berat badan tidak sangat terlihat. Selain itu, masih ada tabu sosial
dan budaya yang luas tersebar dalam hal pembatasan makanan, pemahaman tentang gizi
pada ibu dan anak, dan persepsi bahwa bayi yang gemuk lebih sehat. Pengambil
keputusan tidak selalu menyadari dampak malnutrisi terhadap ekonomi dan bagaimana
hal ini dapat mengikis bonus demografis yang diharapkan terjadi pada 2020-2030.
Mengingat semakin banyaknya jenis dan penggunaan media modern untuk
berkomunikasi, dan fakta bahwa semakin banyak jumlah penduduk yang memiliki akses
ke telepon seluler dan televisi, adalah saat yang tepat untuk memulai kampanye
advokasi, komunikasi, dan mobilisasi yang komprehensif untuk meningkatkan kesadaran
dan komitmen untuk perbaikan gizi. Selain itu, sinergi pesan kunci yang dilakukan oleh
kementerian/lembaga terkait dalam menyebarkan pesan gizi melalui strategi komunikasi
perubahan perilaku juga penting untuk dapat dikerjakan secara bersama-sama.

2.2 Strategi Komunikasi Perubahan Sosial dan Perilaku

Strategi komunikasi perubahan sosial dan perilaku (Social Behavioural Change


Comunication/SBCC) juga dikenal sebagai Komunikasi untuk Pembangunan
(Communication for Development atau C4D) merupakan salah satu strategi kunci untuk
mencapai target kesehatan dan pembangunan. Komunikasi untuk pembangunan telah
digunakan untuk mencapai target yang memberikan manfaat secara sosial selama
beberapa dekade. Saat ini, bidang tersebut menganut prinsip bahwa peran komunikasi
tidak hanya terbatas pada penyebaran informasi, tetapi menjadi elemen penting agar
seseorang dapat memegang kendali atas hidup mereka dan membuat pilihan berdasarkan
informasi.
Pendekatan SBCC / C4D menggabungkan perubahan perilaku tingkat individu
dengan perubahan sosial yang lebih luas. Inti dari proses perubahan adalah komunikasi
yang dibangun di atas bukti dan perencanaan strategis serta mendorong dialog,
partisipasi, dan keterlibatan pemangku kepentingan. Pendekatan SBCC / C4D dalam
penyebarluasan pesan gizi merupakan pendekatan yang komprehensif dan responsif
gender, didesain dengan tujuan untuk memberdayakan remaja putri dan putra dalam
meningkatkan asupan makanan sehat dan aktivitas fisik dengan dukungan dari keluarga,
teman, dan komunitas mereka.
Strategi SBCC yang diusulkan akan mengatasi tiga beban gizi di antara remaja putri
dan putra dengan menggunakan berbagai pendekatan yang saling memperkuat.
Pendekatan strategis akan menargetkan tingkat model SEM yang berlainan : advokasi
untuk mengatasi tingkat kebijakan, mobilisasi sosial untuk mengatasi perubahan tingkat
organisasi dan komunitas (di sekolah dan dengan penyedia layanan), dan perubahan
sosial dan perilaku untuk perubahan tingkat individu, interpersonal dan komunitas.
Komponen perubahan sosial dan perilaku selanjutnya telah dipecah menjadi keterlibatan
sekolah dan komunitas, pengembangan materi, serta media sosial dan massa.
Strategi SBCC ini juga didasarkan pada penelitian dan data mengenai media di
Indonesia dan jangkauan saluran komunikasi yang tersedia bagi remaja dan keluarganya,
yang menyiratkan pentingnya menggunakan pendekatan multi-saluran.

2.3 Lanskap Media dan Media Massa

Lanskap media di Indonesia berkembang pesat setelah 1998 dan berakhirnya masa
pemerintahan Presiden Soeharto. Hingga 2017, Dewan Pers memperkirakan jumlah
media di Indonesia mencapai 47.000 outlet. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 2.000
adalah media cetak, 1.166 stasiun radio, 674 stasiun televisi dan 43.300 media online.
Lingkungan media saat ini ditandai dengan meningkatnya kebebasan pers dan
munculnya konglomerasi media, dengan sekitar selusin kelompok media utama yang
mengendalikan sebagian besar saluran media. Grup media terbesar adalah Global
Mediacomm (MNC), Grup Jawa Pos, dan Grup Kompas Gramedia (KKG). MNC Group
memiliki 20 saluran televisi, 20 radio, 7 media cetak dan 1 media online. Grup Jawa Pos

4
memiliki 20 saluran televisi, 171 media cetak dan 1 media online. KKG sendiri memiliki
10 saluran televisi, 12 stasiun radio, 88 media cetak serta 2 media online.
Media sosial dan media massa akan menjadi wahana penting untuk mempromosikan
pesan-pesan utama gizi serta partisipasi dari khalayak. Perkembangan teknologi digital di
Indonesia dan popularitas media sosial di kalangan masyarakat zaman sekarang,
menjadikan media sosial sebagai platform yang cocok untuk penyebaran pesan dan
membangkitkan dialog. Perbedaan gender harus dipertimbangkan dan diperhitungkan
ketika intervensi dan pesan untuk media sosial dan media massa dikembangkan.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa intervensi perubahan perilaku yang menggunakan
digital platform dalam hubungannya dengan non-digital platform seperti pendidikan
kesehatan, penetapan tujuan perubahan perilaku, pemantauan diri, dan keterlibatan orang
tua dapat menghasilkan perbaikan signifikan dalam perilaku diet dan aktivitas fisik
remaja (Rose et al, 2017). Komponen media sosial dan media massa dapat meliputi :
Pelatihan media untuk remaja, Pengembangan pesan media sosial (Instagram,
WhatsApp, Line, YouTube, Facebook), Pengembangan portal/aplikasi gizi untuk remaja,
serta Pendukung lokal untuk gizi dipromosikan melalui media.
Studi dasar gizi remaja UNICEF juga memberikan informasi yang berguna mengenai
akses dan penggunaan media. Jenis media sosial yang paling disukai di kalangan remaja
adalah Facebook (56%). Setengah dari remaja juga dilaporkan menggunakan BBM
(53,6%), YouTube (46,3%), Instagram (44,5%), dan WhatsApp (44,0%) dan tentunya
terdapat beberapa perbedaan jenis aplikasi media sosial yang disukai menurut jenis
kelamin dan kelompok umur.

2.4 Advokasi

Upaya advokasi bertujuan untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan di tingkat


kabupaten, pejabat dan media untuk menggalang komitmen terhadap perbaikan gizi.
Advokasi terhadap media lokal dan pengguna media sosial juga akan meningkatkan
perhatian publik terhadap isu-isu yang menghalangi masyarakat untuk mempraktikkan
gizi dan olah raga yang optimal dengan cara membuat gebrakan media.
Untuk strategi ini, komponen advokasi akan mencakup beberapa hal berikut seperti,
pengembangan alat advokasi, memilih Duta Aksi Bergizi berdasarkan kriteria yang
ditetapkan, melakukan sensitisasi terhadap media, dan melaksanakan kampanye untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai program Aksi Bergizi.

5
2.5 Mobilisasi

Kegiatan mobilisasi salah satunya difokuskan di tingkat sekolah, dengan dukungan


dari Tim Pembina UKS/M atau Satgas gizi remaja. Komponen mobilisasi sekolah secara
intrinsik akan dikaitkan dengan inisiatif berbasis sekolah yang ada, yaitu suplementasi
TTD dan Pendidikan Gizi. Guru, terutama yang membawahi program UKS, pendidikan
jasmani dan sains bersama manajemen sekolah akan bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa kegiatan berbasis sekolah ini berlangsung teratur dan berkelanjutan.
Kegiatan mobilisasi sekolah melibatkan remaja sebagai garda terdepan untuk
melaksanakan kegiatan.

2.6 4P Pilar Strategi Kreatif Yang Saling Terkait

Adapun 4P dalam pilar strategi kreatif yang saling terkait, yakni :

a. Penggerak : Panutan yang menginspirasi, pendukung dan pendidik sebaya sebagai


agen perubahan/ pemberi pengaruh.
b. Pengganda : Platform media sosial & media massa untuk berbagi pesan, cerita
tentang asupan bergizi, dan gaya hidup sehat.
c. Pesan : Pesan dan materi kreatif terpilih dari modul pendidikan gizi.
d. Pemberi Motivasi : Citra diri, Hadiah kompetisi dan kontes, Pengakuan dan
penghargaan, dan Aspirasi masa depan.

6
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Isu strategis yang harus dipertimbangkan ketika mengembangkan alternatif
kebijakan dan ketika mengidentifikasi peluang potensial untuk perbaikan gizi di
Indonesia saat ini, salah satunya dapat diatasi melalui menyebarluaskan pesan, sesuai
dengan kebijakan ke 3 yaitu, meningkatkan kesadaran dan komitmen untuk perbaikan
gizi dengan menggunakan metode inovatif dan berbagai saluran komunikasi.

Mengingat semakin banyaknya jenis dan penggunaan media modern untuk


berkomunikasi, dan fakta bahwa semakin banyak jumlah penduduk yang memiliki akses
ke telepon seluler dan televisi, adalah saat yang tepat untuk memulai kampanye
advokasi, komunikasi, dan mobilisasi yang komprehensif untuk meningkatkan kesadaran
dan komitmen untuk perbaikan gizi. Selain itu, sinergi pesan kunci yang dilakukan oleh
kementerian/lembaga terkait dalam menyebarkan pesan gizi melalui strategi komunikasi
perubahan perilaku juga penting untuk dapat dikerjakan secara bersama-sama.

7
DAFTAR PUSTAKA

Bappenas.go.id. 2018. Pembangunan gizi di indonesia.


https://www.bappenas.go.id/files/1515/ 9339/2047/FA_Preview_HSR_Book04.pdf.
Diakses pada tangggal 16 September 2021.

Sintya,Widia. 2016. BAB I PENDAHULUAN. https://www.google.com/url?


sa=t&source=web
&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/965/3/Chapter1.doc.pdf&ved=2ahUKE
wjp7fHC3YLzAhWDYysKHV9QA_QQFnoECAMQAQ&usg=AOvVaw1EoWz9SkU
IcSkY4FFca9so&cshid=1631771592627. Diakses pada tanggal 19 September 2021.

Sirojuddin,Arif,dkk. 2020. Tinjauan Strategis Ketahanan Pangan dan Gizi di Indonesia


Informasi Terkini 2019-2020. https://smeru.or.id/id/content/tinjauan-strategis-
ketahanan-pangan-dan-gizi-di-indonesia-informasi-terkini-2019-2020. Diakses pada
tanggal 16 September 2021.

Unicef.org. 2021. Strategi komunikasi perubahan sosial dan perilaku.


https://www.unicef.org/indonesia/media/9241/file/Strategi%20Komunikasi
%20Perubahan%20Sosial%20dan%20Perilaku.pdf. Diakses pada tanggal 16 September
2021.

Anda mungkin juga menyukai