Anda di halaman 1dari 19

PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL)

PUSKESMAS GARUDA

Topik : Penyakit Menular & Penyakit Tidak Menular

Tempat : Puskesmas Garuda

Tanggal Pelaksanaan : 8 Juni- 3 Juli 2021

Nama Mahasiswa : Data Affan Dharma Satria

Meylenia Wavika

Nuva Arafatul Fadhilah

I. MENENTUKAN KEBUTUHAN PROMOSI KESEHATAN


1. DIAGNOSIS MASALAH
A. Diagnosis Sosial
Dalam fase ini, dilakukan analisis situasi dan kondisi yang ada di
lapangan. Adapun masalah sosial yang ada di Puskesmas Garuda adalah sebagai
berikut :
1) Kependudukan
Pada tahun 2020, jumlah penduduk wilayah binaan UPT Puskesmas
Garuda sebanyak 66.165 orang dengan jumlah penduduk pria sebanyak
33.798 dan wanita sebanyak 32.365.
Sementara jumlah penduduk terbanyak berdasarkan golongan umur yaitu
kelompok umur 15-44 tahun (48%). Dimana pada kelompok umur ini
merupakan usia produktif, sebanyak 15.000 jiwa.
2) Pendidikan
Berdasarkan data Profil Puskesmas Garuda 2020, diketahui bahwa tingkat
pendidikan di wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda paling banyak adalah
tidak tamat SD (34%) dan paling sedikit adalah lulusan sarjana (7%).
3) Ekonomi
Mata pencaharian terbanyak masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas
Garuda yaitu (40,1%) adalah kategori lain-lain yang terdiri dari buruh harian,
ojek online, freelancer, dan asisten rumah tangga.
4) Kriminalitas
Kasus kriminalitas yang terjadi di Kelurahan Garuda berdasarkan koran
online merdeka.com pada tanggal 15 Januari 2021, Polrestabes Bandung
mengamankan 15 tersangka komplotan begal sadis yang kerap meresahkan
warga Kelurahan Garuda. Tim melakukan penyelidikan dan melihat pelaku
sedang beraksi merampas handphone korban di Jalan Garuda pada 21 Mei
pukul 03.00.

B. Diagnosis Epidemiologi
Dalam fase ini, ditekankan besaran masalah prioritas penyakit menular &
penyakit tidak menular berdasarkan data Profil Puskesmas Garuda tahun 2019 dan
data Pusat Informasi COVID-19. Hasil analisis kami, kami mendapatkan 5
masalah penyakit menular dan tidak menular terbesar di wilayah kerja UPT
Puskesmas Garuda, adapun masalahnya adalah sebagai berikut :
1) COVID-19 (PM)
Berdasarkan data Pusat Informasi Covid-19 sampai tanggal 17 Juni 2021.
Kelurahan Garuda :
- Aktif: 71 orang
- Sembuh: 171 orang
- Meninggal: 12 orang
- Total Terkonfirmasi: 254 orang
Kelurahan Maleber :
- Aktif: 94 orang
- Sembuh: 241 orang
- Meninggal: 4 orang
- Total Terkonfirmasi: 339 orang
Kelurahan Campaka
- Aktif: 90 orang
- Sembuh: 284 orang
- Meninggal: 5 orang
- Total Terkonfirmasi: 379 orang
Kelurahan Dungus Cariang
- Aktif: 123 orang
- Sembuh: 279 orang
- Meninggal: 7 orang
- Total Terkonfirmasi: 409 orang
Bisa disimpulkan dari 4 kelurahan wilayah kerja UPT Puskesmas Garuda
sebanyak 378 kasus aktif, 975 sembuh,dan 28 orang meninggal sehingga total
kasus terkonfirmasi sebesar 1.381 kasus.
2) TBC (PM)
Jumlah kasus TBC sebanyak 248 orang dan kasus kematian sebanyak 1
orang.
3) Jantung (PTM)
Jumlah kasus penyakit jantung sebanyak 536 orang dan kasus kematian
sebanyak 12 orang.
4) Hipertensi (PTM)
Jumlah kasus hipertensi sebanyak 3.995 orang dan kasus kematian sebanyak
4 orang.
5) Diabetes Mellitus (PTM)
Jumlah kasus DM sebanyak 1.745 orang dan kasus kematian sebanyak 10
orang.

C. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

Masalah Kesehatan Penyakit Menular (COVID-19)


Analisis Lingkungan 1) Aktivitas edukasi kesehatan terbatas
selama masa pandemi COVID-19.
2) Lingkungan wilayah UPT
Puskesmas Garuda tergolong padat
penduduk dan pemukiman di gang
sempit sehingga penyebaran sangat
mudah terjadi.
3) Budaya setelah hari raya, banyak
kerumunan.
4) Sirkulasi udara yang buruk
(ruangan tertutup, tidak ada ventilasi,
tidak cukup cahaya matahari).
5) Rendahnya ketegasan dari
pemerintah untuk memberikan sanksi
kepada warga yang tidak menerapkan
protokol kesehatan.
1) Tidak menerapkan etika batuk dan
bersin
2) Tidak membiasakan CTPS
3) Memakai peralatan makan
Analisis Perilaku
bersamaan 4) Pola makan tidak gizi
seimbang
5) Tidak patuh dan mengabaikan
protokol Kesehatan 5M

D. Diagnosis Pendidikan dan Organisasional


1) Faktor Predisposisi
 Rendahnya pengetahuan masyarakat
 Adanya stigma sosial dalam masyarakat terhadap pasien COVID-19
 Masyarakat enggan melakukan vaksin dikarenakan percaya dengan isu
hoaks
2) Faktor Enabling
 Tenaga promotor kesehatan belum memadai
 Sudah menyediakan fasilitas guna penanganan COVID-19 (bantuan APD,
cek suhu, tenda emergency, lorong sterilisasi)
 Fasilitas swab PCR gratis untuk masyarakat, khususnya yang memiliki
kontak erat dengan pasien positif COVID-19.
3) Faktor Reinforcing
 Kurangnya peran aktif keluarga untuk saling mengingatkan
 Rendahnya ketegasan dari pemerintah untuk memberikan sanksi kepada
warga yang tidak menerapkan protokol kesehatan.

E. Diagnosis Administratif dan Kebijakan


1) Tenaga Kesehatan
Menurut data Profil Puskesmas Garuda tahun 2019, tenaga Promotor
Kesehatan masih dibawah standar PMK No. 43 Tahun 2019 yaitu yang
seharusnya berjumlah 2, tetapi di Puskesmas Garuda belum adanya Tenaga
Khusus Promosi Kesehatan.
2) Kebijakan politis
a) Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2020 Tentang Peningkatan Disiplin dan
Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan
Pengendalian Covid-19 sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas
pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19/
di seluruh daerah provinsi serta kabupaten/kota di Indonesia.
b) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2021
tentang pelaksanaan vaksisnasi dalam  rangka penanggulanagan pandemi
COVID-19.
c) KMK No. HK.01.07-MENKES-4641-2021 Panduan Pelaksanaan
Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, Isolasi Dalam Pencegahan COVID-
19.
d) Surat Edaran No. HK.0202/I/385/2020 Tentang Penggunaan Masker Dan
Penyediaan Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Untuk Mencegah
Penularan Covid-19.
e) KMK No. HK.01.07-MENKES-382-2020 tentang Protokol Kesehatan
Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka
Pencegahan COVID-19.
3) Peraturan dan Organisasional Puskesmas
a) Melakukan 3T (testing, tracing, dan treatment)
b) Menerapkan sistem giliran kerja petugas kesehatan untuk mengurangi
kerumunan pegawai di UPT Puskesmas Garuda.
c) Mengatur antri pengunjung puskesmas untuk mengurangi kerumunan di
UPT Puskesmas Garuda.
d) Puskesmas Garuda yang memutuskan penempatan masyarakat
terkonfirmasi positif COVID-19 apakah isolasi mandiri atau dirujuk ke
rumah sakit.
e) Melakukan komunikasi dengan kader melalui WhatsApp dan jika
diperlukan pengisian data, menggunakan G-Form.

II. PRIORITAS MASALAH


a. Menentukan status kesehatan masyarakat terkini

Status kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor terpenting dan


berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia dalam mendukung
pembangunan di suatu negara. Sumber daya menusia merupakan faktor terpenting
dalam pembangunan bangsa, penduduk yang sehat akan mampu untuk berkerja
produktif yang akan berdampak pada meningkatnya pendapatan keluarga. Dalam
mencapai status kesehatan diperlukan dukungan dari masyarakat untuk
meningkatkan kesehatannya. Penambahan dan penyebaran kasus COVID-19 secara
global berlangsung cukup cepat sehingga COVID-19 telah dinyatakan sebagai
pandemi dunia oleh WHO (WHO, 2020).

Secara nasional melalui Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan


Bencana Nomor 9A Tahun 2020 yang diperbarui melalui Keputusan nomor 13 A
Tahun 2020 telah ditetapkan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah
Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia. Selanjutnya, dengan memperhatikan
eskalasi kasus dan perluasan wilayah terdampak, Pemerintah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) Dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19, serta Keputusan
Presiden Nomor 11 Ta hun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat COVID-19, kemudian diperbaharui dengan Instruksi Mendagri Nomor
03 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis
Mikro dan Pembentukan Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Tingkat
Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019.

Sampai dengan tahun 2019, terdapat 10.134 Puskesmas sebagai ujung


tombak pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia. Puskesmas merupakan garda
terdepan dalam memutus mata rantai penularan COVID-19 karena berada di setiap
kecamatan dan memiliki konsep wilayah. Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) merupakan pembatasan beberapa kegiatan tertentu yang dilakukan
penduduk dalam wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19. Tindakan ini
dilakukan sebagai salah satu upaya untuk memutus mata rantai penularan COVID-
19 dan memulihkan kondisi kesehatan di wilayah tersebut. PSBB diterapkan di
berbagai sektor, termasuk Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), posyandu,
RT-RW dan fasilitas pendidikan. Penerapan PSBB pada sektor-sektor tersebut
diantaranya adalah penyesuaian sistem pelayanan kesehatan pada FKTP, kegiatan
posyandu dihentikan sementara waktu, peningkatan pelaksanaan PHBS di tingkat
keluarga dan pelaksanaan sekolah daring pada fasilitas pendidikan.

b. Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada

PELAYANAN
KESEHATAN
MASYARAKAT

PELAYANAN DI PELAYANAN DI LUAR


DALAM GEDUNG GEDUNG
Pelayanan kesehatan adalah sebuah pelayanan pemeliharaan kesehatan
dalam rangka mencapai derajat kesehatan baik itu untuk individu maupun
masyarakat dengan secara optimal. Pelayanan di puskesmas terdiri dari pelayanan
dalam gedung dan luar gedung. Pelayanan didalam gedung dilaksanakan sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan yang berlaku. Jika
diperlukan, pelayanan medik dapat dimodifikasi untuk mencegah penularan
COVID-19 sesuai dengan petunjuk teknis pelayanan di puskesmas pada masa
COVID-19. Pelayanan kesehatan di puskemas garuda pada pandemi COVID-19
ini terdapat beberapa perubahan seperti setiap pengunjung maupun pasien di
wajibkan memakai masker, pengecekan suhu tubuh saat akan memasuki
puskesmas garuda, serta diwajibkan menjaga jarak antar minimal satu meter. Pada
hari senin dan sabtu dilakukan juga penyuluhan di dalam Gedung khususnya
tentang COVID-19 dan alur pelaporan jika terkonfirmasi COVID-19.

Sedangkan pelayanan luar gedung dapat dilakukan dengan cara kunjungan


langsung atau melalui sistem informasi dan telekomunikasi dengan tetap
memperhatikan prinsip PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi), penggunaan
APD sesuai pedoman serta physical distancing. Pelaksana pelayanan di luar
gedung adalah petugas kesehatan puskesmas, yang dapat juga melibatkan lintas
sektor seperti RT/RW, kader, atau jejaring Puskesmas atau bersama satgas
kecamatan/desa/kelurahan/RT/RW yang sudah dibentuk dengan tupoksi yang
jelas.

Di masa pandemi ini puskesmas garuda lebih mengutamakan pelayanan di


dalam gedung, yang pada akhirnya pelayanan atau aktifitas puskesmas di luar
gedung berkurang seperti kegiatan posyandu, posbindu, dan UKBM yang bersifat
mengumpulkan massa di tunda selama pandemi.
c. Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan
di masyarakat
Status kesehatan masyarakat adalah salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dalam mendukung pembangungan di
suatu negara. Status kesehatan merupakan hasil interaksi beberapa faktor dari dalam
indvidu (internal) dan faktor luar (eksternal). Salah satu faktor eksternal adalah
pelayanan kesehatan yang ada.
Status kesehatan terkait penyakit tidak menular dan penyakit menular yang
masih tinggi di masyarakat sangat erat hubungannya dengan pelayanan kesehatan
dari fasilitas kesehatan setempat (UPT Puskesmas Garuda). Karena, penguatan
pelayanan kesehatan primer dalam rangka realisasi cakupan kesehatan memberikan
pondasi penting untuk beradaptasi ke dalam konteks pandemi. Sistem kesehatan
yang ditata dan dipersiapkan dengan baik akan mampu mempertahankan akses
terhadap layanan-layanan kesehatan esensial berkualitas yang merata selama
berlangsungnya kedaruratan, sehingga dapat membatasi kematian langsung dan
menghindarkan kematian tidak langsung. Jangan sampai nanti saat pandemi selesai,
kasus penyakit kronis menjadi meningkat. Itu yang harus kita jaga agar tidak ada
peningkatan kasus setelah pandemi.

d. Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat


Kerangka konsep determinan kesehatan menjelaskan bahwa tingkat kesehatan
individu dan distribusi kesehatan yang adil dalam populasi, ditentukan oleh banyak
faktor yang terletak di berbagai level. Dahlgren dan Whitehead (1991)
menggambarkan determinan sosial kesehatan terletak di berbagai level dalam
model eko-sosial kesehatan.
1) Lapisan pertama (level mikro, hilir/ downstream)
Meliputi perilaku dan gaya hidup individu, yang meningkatkan ataupun
merugikan kesehatan :
- Tidak patuh dan mengabaikan protokol Kesehatan 5M
- Tidak mau untuk mengikuti vaksin COVID-19.
2) Lapisan kedua (level meso)
Adalah pengaruh sosial dan komunitas, yang meliputi norma komunitas, nilai-
nilai sosial, lembaga komunitas, modal sosial, jejaring sosial, dan sebagainya.
- Adanya isu-isu hoaks yang disebarkan melalui interaksi sosial ataupun
media sosial tentang vaksin COVID-19 sehingga timbul keraguan untuk
vaksin.
3) Lapisan ketiga (level ekso)
Meliputi faktor-faktor struktural seperti lingkungan pemukiman terhadap
pelayanan kesehatan yang bermutu.
- Lingkungan wilayah UPT Puskesmas Garuda tergolong padat penduduk dan
pemukiman di gang sempit sehingga penyebaran sangat mudah terjadi.
4) Lapisan terluar (level makro, hulu/ upstream)
Meliputi kondisi-kondisi dan kebijakan makro sosial-ekonomi, budaya, dan
politik umumnya, serta lingkungan fisik.
Dalam masa pandemi seperti ini banyak hal yang merubah khususnya
untuk melakukan dan mentaati protokol kesehatan yang sudah di tetapkan oleh
Pemerintah Indonesia. Contohnya yaitu dengan menerapkan sosial distancing
(menjaga jarak) minimal 1 meter di semua tempat dan lingkungan, hal ini
merupakah salah satu usaha untuk mengurangi rantai penyebaran covid-19.
Selain itu kita dapat menghindari kerumunan, menghindari berjabat tangam
dengan seseorang yang kita temui, membawa peralatan makan dan ibadah
sendiri agar tidak tercampur dengan milik orang lain. Sebagaimana telah
diputuskan dalam pembuatan kebijakan, seperti :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2021
tentang pelaksanaan vaksisnasi dalam  rangka penanggulanagan pandemi
COVID-19.
- Surat Edaran No. HK.0202/I/385/2020 Tentang Penggunaan Masker Dan
Penyediaan Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Untuk Mencegah
Penularan Covid-19.
- Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07-MENKES-382-2020 tentang
Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam
Rangka Pencegahan COVID-19.
e. Menentukan prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah, kami menggunakan USG. Urgency,
Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas
isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi,
keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5. Isu yang
memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Adapun hasilnya adalah
sebagai berikut :

NO. MASALAH NILAI SKOR RANKING


USG
U S G
1. COVID-19 5 5 5 15 I
2. TBC 3 4 3 10 V
3. JANTUNG 4 4 3 11 IV
4. HIPERTENSI 4 4 4 12 III
5. DM 5 5 4 14 II

Jadi, dapat disimpulkan bahwa masalah prioritas kami untuk saat ini
adalah COVID-19, mengingat isu masalah tersebut sangat mendesak karena
fasilitas Kesehatan dan tempat isolasi pasien COVID-19 semakin penuh,
dapat menimbulkan masalah-masalah lain yaitu masalah sosial, masalah
ekonomi, dan masalah psikologis. dan sangat mudah berkembang dengan
adanya Virus Corona varian jenis baru sudah masuk ke Indonesia. Varian
baru tersebut antara lain B117, B1351, dan B1617.

Tabel analisis menurut penilaian USG

No Masalah Metode Skor Alasan


1 COVID-19 Urgency 5 Karena fasilitas Kesehatan dan tempat isolasi
pasien COVID-19 semakin penuh, banyaknya
tenaga kesehatan yang meninggal dunia
dalam penanganan COVID-19 ini.
Seriousness 5 Dapat menimbulkan masalah-masalah lain
yaitu masalah sosial, masalah ekonomi, dan
masalah psikologis.
.Growth 5 Penyakit COVID-19 dapat dipengaruhi oleh
kondisi yang diderita oleh seseorang
sebelumnya (komorbid), variasi gejala yang
berbeda-beda hingga kemampuan virus untuk
bermutasi.

2. TBC Urgency 3 WHO merilis masih ada 155 ribu orang


terinfeksi setiap tahunnya di 33 negara
berkembang. Sebanyak 10 ribu orang di
antaranya meninggal dunia.

Seriousness 4 TBC merupakan penyakit menular


yang menyebabkan masalah kesehatan
terbesar kedua di dunia setelah HIV.
Growth 3 TBC dapat menimbulkan komplikasi yang
timbul jika tidak segera ditangani: Sakit
punggung, Kerusakan pada sendi,
Pembengkakan selaput otak (meningitis),
Masalah pada hati dan ginjal, Kelainan pada
jantung.

3. Jantung Urgency 4 Penyakit jantung dapat menyerang siapa saja,


tidak hanya usia tua namun juga ditemui pada
usia muda. Kejadian kematian mendadak
paling sering disebabkan oleh penyakit
jantung
Seriousness 4 Penyebab terjadinya komplikasi penyakit
jantung disebabkan oleh ketidakpatuhan
pasien dalam mengikuti pengobatan dan
perawatan.
Growth 3 Mayoritas penyakit jantung berkembang
seiring waktu karena faktor risiko seperti pola
makan yang buruk, merokok, kolesterol
tinggi, diabetes, usia, stres, kurang olahraga,
atau obesitas. Jenis-jenis penyakit jantung
yang umum antara lain jantung koroner,
aritmia, angina, gagal jantung dan penyakit
katup jantung.
4. Hipertensi Urgency 4 Semakin bertambahnya usia, risiko penyakit
hipertensi akan meningkat. Hal ini disebabkan
oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Seriousness 4 Sulitnya mendeteksi penyakit ini dikarenakan
tidak adanya gejala yang spesifik dapat di
minimalisir dengan memeriksakan kesehatan
seperti Medical Check up yaitu suatu
pemeriksaan rutin dan menyeluruh yang
dilakukan untuk mengetahui kondisi
kesehatan dan mendeteksi adanya suatu
penyakit di dalam tubuh
Growth 4 Jika tidak terkontrol, hipertensi dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi seperti:
Penyakit jantung koroner dan stroke, gagal
jantung, gagal ginjal, dan kerusakan
pembuluh darah retina yang mengakibatkan
gangguan penglihatan.
5. DM Urgency 5 Penderita diabetes di Indonesia setiap
tahunnya semakin meningkat. WHO
memperkirakan jumlah pasien diabetes di
Indonesia khususnya tipe 2 akan meningkat
signifikan hingga 16,7 juta pada tahun 2045.
Seriousness 4 Ketika terlalu banyak gula menetap dalam
aliran darah untuk waktu yang lama, hal itu
dapat mempengaruhi pembuluh darah, saraf,
mata, ginjal dan sistem kardiovaskular.
Komplikasi termasuk serangan jantung dan
stroke, infeksi kaki yang berat (menyebabkan
gangren, dapat mengakibatkan amputasi),
gagal ginjal stadium akhir dan disfungsi
seksual. Setelah 10-15 tahun dari waktu
terdiagnosis, prevalensi semua komplikasi
diabetes meningkat tajam.
Growth 4 Komplikasi jangka panjang biasanya
berkembang secara bertahap saat diabetes
tidak dikelola dengan baik. Tingginya kadar
gula darah yang tidak terkontrol dari waktu ke
waktu akan meningkatkan risiko komplikasi,
yaitu kerusakan serius pada seluruh organ
tubuh.

Selanjutnya, perlu dilakukan pemilihan prioritas perilaku dan lingkungan yang diambil sebagai
subjek dalam melakukan intervensi. Dengan menganalisis masalah melalui tabel berikut :

MORE IMPORTANT LESS IMPORTANT


(LEBIH PENTING) (LEBIH TIDAK
PENTING)
MORE CHANGEABLE PRIORITAS 1 PRIORITAS 3
(LEBIH BISA DIUBAH) 1) Aktivitas edukasi 1) Rendahnya ketegasan dari
kesehatan terbatas pemerintah untuk
2) Tidak menerapkan memberikan sanksi kepada
etika batuk dan warga yang tidak menerapkan
bersin protokol kesehatan.
3) Tidak membiasakan
CTPS
4) Memakai peralatan
makan bersamaan
5) Tidak patuh dan
mengabaikan
protokol Kesehatan
5M
6) Pola makan tidak
gizi seimbang
LESS CHANGEABLE PRIORITAS 2 PRIORITAS 4
(LEBIH TIDAK BISA 1) Sirkulasi udara yang 1) Lingkungan wilayah UPT
DIUBAH) buruk (ruangan tertutup, Puskesmas Garuda tergolong
tidak ada ventilasi, tidak padat penduduk dan
cukup cahaya matahari). pemukiman di gang sempit
sehingga penyebaran sangat
mudah terjadi.
2) Budaya setelah hari raya,
banyak kerumunan.

III. MENGEMBANGKAN KOMPONEN PROMOSI KESEHATAN


Berdasarkan hasil analisis prioritas masalah dengan menggunakan tabel USG maka dapat
disimpulkan bahwa prioritas masalah dari penyakit menular dan penyakit tidak menular
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Garuda untuk saat ini adalah COVID-19, mengingat
isu masalah tersebut sangat mendesak, dapat menimbulkan masalah-masalah lain bahkan
hingga berbagai aspek, dan sangat mudah berkembang. Maka dari itu, kegiatan yang akan
dilakukan sebagai upaya pemecahan masalah adalah pelaksanaan Program SEMPIT
(Sebarkan Edukasi COVID-19) yang didalamnya terdapat pemberian pengetahuan/edukasi
mengenai COVID-19 yang diharapkan mampu menekan angka terjadinya COVID-19.
A. Tujuan Promosi Kesehatan
 Specific
Tujuan dari kegiatan ini adalah supaya kader kelurahan mengetahui waspada
penyebaran COVID-19 yang diharapkan untuk menyampaikannya kembali kepada
masyarakat umum.
 Measurable
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kader kelurahan mengenai waspada
penyebaran COVID-19 yang dapat diukur pengetahuan masyarakat tersebut sebelum
dan sesudah kegiatan berlangsung.
 Appropriate
Tujuan dari kegiatan ini sesuai dengan prioritas masalah yang telah dianalisis,
yaitu mengenai pengetahuan tentang waspada penyebaran COVID-19.
 Reasonable
Kegiatan ini dibuat berdasarkan sumber data sekunder yang di analisis kembali.
Time Bound
Kegiatan ini dilakukan dalam jangka waktu yang terukur, yaitu 3 minggu analisis,
pengolahan dan perencanaan, 1 minggu terakhir adalah pelaksanaan kegiatan.

B. Sasaran Promosi Kesehatan


Sasaran promosi kesehatannya yaitu kader yang diharapkan mampu menyebarluaskan
informasi yang sudah disampaikan kepada seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah
kerja Puskesmas Garuda.

C. Isi Promosi Kesehatan


 Pengertian COVID-19
 Gejala COVID-19
 Cara penularan COVID-19
 Vaksinasi COVID-19
 Penerapan protokol kesehatan dengan 5M

D. Metode Promosi Kesehatan


Pemberian edukasi menggunakan alat bantu media
E. Media Promosi Kesehatan
a. Video edukasi/penyuluhan

F. Evaluasi
Evaluasi Struktur :
1. Peserta mengahadiri penyuluhan
2. Tempat, media, dan alat penyuluhan sesuai rencana

Evaluasi Proses :
1. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan
3. Peserta hadir sesuai dengan perencanaan
4. Peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan

Evaluasi Hasil :
1. Pre : Peserta antusias dan tertarik dengan materi penyuluhan dan media
promosi kesehatan.
2. Post : Peserta memahami materi yang disajikan dalam media promosi
kesehatan dengan peningkatan nilai pengetahuan dari pre-test.

G. Jadwal Pelaksanaan
a. Timeline Kegiatan

Juni Juli
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan / Perencaan
1) Diagnosis masalah
2) Penentuan prioritas
masalah
3) Pengembangan
komponen promosi
kesehatan
2. Pelaksanaan/ Implementasi
1) Kemitraan
2) Pemberdayaan
3) KIE
3. Evaluasi
1) Input
2) Proses
3) Output

b. Rincian Pelaksanaan (Implementasi)

No Waktu Kegiatan Keterangan


1. 2 menit Pembukaan 1) Mengucapkan salam
2) Melakukan perkenalan
3) Menyampaikan tujuan
2. 2 menit Evaluasi (Pre-test) Memberikan beberapa
pertanyaan melalui Google
Form untuk mengetahui
pengetahuan awal sasaran
sebelum
diselenggarakannya
program
3. 15 menit Pemberian Edukasi
mengenai COVID-19
4. 2 menit Evaluasi akhir (Post-test) Memberikan beberapa
pertanyaan melalui Google
Form untuk mengukur
pengetahuan akhir dari
sasaran setelah
dilaksanakannya program
5. 2 menit Penutupan 1) Kesimpulan
2) Mengucapkan
terimakasih
3) Kata-kata penutup
4) Mengucapkan salam

c. Pelaksanaan (implementasi)
1. Kemitraan
Kegiatan kemitraan dilakukan dengan Puskesmas Garuda yang akan
mendukung keberlangsungan program SEMPIT, agar mencapai tujuan bersama
yaitu untuk menurunkan angka terjadinya kasus COVID-19 di Wilayah Kerja
Puskesmas Garuda.
2. Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan dilakukan kepada para kader di wilayah kerja
Puskesmas Garuda dengan memberikan edukasi mengenai COVID-19 yang
diharapkan yang diharapkan para kader tersebut dapat menyebar luaskan
informasi yang sudah diterima kepada seluruh masyarakat untuk menekan angka
terjadinya kasus COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Garuda.
3. KIE
Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi berupa pemberian materi
mengenai COVID-19 dengan menggunakan alat bantu media promosi kesehatan
yang dapat memudahkan dan membantu sasaran dalam memahami informasi
yang disampaikan melalui program SEMPIT.

Anda mungkin juga menyukai