Anda di halaman 1dari 19

PERENCANAAN PROGRAM PROMKES

Kelompok 2 :
Adhik Pramisthi Galuh Tantry
Haque Arinda
Meisha Indriyani
Meylenia Wavika
Nuni Husni
KESEHATAN MENTAL?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di
kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di
mana setiap individu bisa mewujudkan potensi
mana setiap individu bisa mewujudkan potensi
mereka sendiri. Artinya, mereka dapat
mereka sendiri. Artinya, mereka dapat
mengatasi tekanan kehidupan yang normal,
mengatasi tekanan kehidupan yang normal,
dapat berfungsi secara produktif dan
dapat berfungsi secara produktif dan
bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi
bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi
kepada komunitas mereka.
kepada komunitas mereka.
Diagnosis Sosisal
Proses mengetahui penyebab orang berpersepsi untuk kebutuhannya atau kualitas hidup,
Proses mengetahui
aspirasi penyebab
mereka pada common orang berpersepsi
good, untuk kebutuhannya
melalui partisipasi atautindakan-tindakan
secara luas dan kualitas hidup,
aspirasi
mencari mereka pada
informasi common
yang good,
dibentuk melalui
untuk partisipasi
meluaskan secara luas
pemahaman dan tindakan-tindakan
komuniti. se ini, membantu
mencari informasi yang dibentuk untuk meluaskan pemahaman komuniti. se
komuniti menilai kualitas hidupnya tidak hanya pada kesehatan. ini, membantu
komuniti menilai kualitas hidupnya tidak hanya pada kesehatan.
Hasil Analisis Diagnosis Sosial

KESEHATAN MENTAL ANAK SEKOLAH DI MASA PANDEMI

Adanya pandemi COVID19, mengharuskan masyarakat banyak berdiam di


rumah dan menjaga jarak fisik dengan orang lain, rentan membuat anak
bosan atau bahkan stres dan bisa memicu emosi yang tidak stabil. Menurut
data badan pusat statistik menyatakan tingkat ke khawatiran tinggi yang
dialami masyarakat dalam situasi pandemi saat ini sebesar 48,35% pada
kesehatan diri.
Lanjutan..
Sebagaian anak memiliki resiko untuk mengalami masalah
kesehatan mental lebih tinggi dibandingkan anak-anak lain,
diantaranya yaitu
• anak-anak dari keluarga sosial ekonomi menengah
kebawah yang mengalami tekanan ekonomi akibat
pandemi,
• anak-anak yang mengalami kejadian buruk sebelum
pandemi,
• anak-anak yang sudah mengalami problem kesehatan
mental sebelum pandemi,
• anak-anak yang mendapatkan penganiayaan atau
pengabaian oleh orang tua.
Lanjutan..
Selain itu, menurut Studi You-COPE mengatakan, hampir
setengah dari remaja berusia 16 - 24 tahun tanpa masalah
kesehatan mental sebelumnya, melaporkan tingkat tinggi
gejala depresi. Sedangkan menurut Studi ILO menunjukkan
hampir 50 % para pelajar mengatakan bahwa mereka takut
pandemi akan menunda pendidikan mereka, sementara 9
persen mengatakan takut gagal dalam ujian. Hal ini menjadi
salah satu pendorong tekanan mental bagi usia pelajar. 
Masalah kesehatan yang mungkin ditimbulkan

KESEHATAN MENTAL ANAK SEKOLAH DI MASA PANDEMI

masalah kesehatan yang muncul yaitu Kecemasan dan


gangguan mental yang menimbulkan ketidakseimbangan di
otak, yang pada akhirnya timbul menjadi gangguan psikis
disebut juga psikosomatik. Ketika seseorang mengalami
gejala psikosomatik, maka orang atau anak tersebut bisa
merasakan gejala seperti penyakit COVID-19, yakni merasa
demam, pusing, atau sakit tenggorokan, padahal suhu
tubuhnya normal.
Masalah kesehatan yang mungkin ditimbulkan

• Sulit konsentrasi
• Perubahan perilaku

• Mengompol atau marah saat stres


• Insomnia atau pola tidur tidak teratur

• Kebosanan yang mengarah ke gejala depresi


• Perubahan dalam pola makan
• Perilaku anti-sosial
Diagnosis Epidemiologi
Ditinjau dalam kesehatan anak di masa pandemi covid 19 ini, Orang tua harus peka dan
Ditinjau dalam kesehatan
memperhatikan anaknyaanak
yangdi masa pandemi
melakukan covid 19 jarak
pembelajaran ini, Orang
jauh. tua harus
Menurt Subpeka dan
Spesialis
memperhatikan
Kesehatan Jiwa anaknya
Anak danyang melakukan
Remaja, Rumah pembelajaran jarak Provinsi
Sakit Jiwa (RSJ) jauh. Menurt
JawaSub Spesialis
Barat, dr. Lina
Kesehatan
Budiyanti mengatakan ada 11 gejala bagi anak yang mengalami kecanduan gadget Lina
Jiwa Anak dan Remaja, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat, dr. dalam
Budiyanti mengatakan ada 11 gejala bagi anak yang mengalami kecanduan gadget
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) V. Beberapa di antaranya bisa dalam
Diagnostic and Statistical
dikenali Manualsehari-hari,seperti
dari perilaku of Mental Disorders (DSM) V. Beberapa
mengamuk di antaranya bisa
ataupun menangis.
dikenali dari
Kemudiandalam perilaku
sebulan sehari-hari,seperti
RSJ mengamuk
(Cisarua) rata-rata ataupun 11
dapat menangani menangis.
hingga 12 pasien
Kemudiandalam sebulan RSJ (Cisarua) rata-rata dapat menangani 11
anak dengan rentang usia 7-15 tahun. Serta total saat ini ada ratusan anak yanghingga 12 pasien
ditangani
anak dengan rentang usia 7-15 tahun. Serta total saat
di RSJ tersebut. ini ada ratusan anak yang ditangani
di RSJ tersebut.
beberapa faktor penyebab meningkatnya gangguan kesehatan anak
pada masa pandemi:

1. Faktor Genetik

Orang yang memiliki keluarga atau orangtua dengan riwayat


gangguan mental disebut lebih rentan mengalami kondisi
yang sama.ilmu kesehatan jiwa ditemukan fakta bahwa
masalah kejiwaan bisa muncul karena faktor genetik.
Sepertiga penduduk dunia pernah mengalami kecemasan.
Gangguan kecemasan : 42%
(hasil penelitian ketika kongres di Jerman terkait genetik)
Walaupun, 58% berasal dari faktor lingkungan.
beberapa faktor penyebab meningkatnya gangguan kesehatan anak
pada masa pandemi:

2. Faktor Perilaku

Mengamati permasalahan perilaku pada anak bisa dilakukan dengan


pendekatan behavioristik. Pendekatan ini memiliki prinsip dimana
gangguan perilaku terjadi karena adanya pengalaman salah belajar.

Dimana Salah belajar disini memiliki dua arti, yaitu :


1. anak mempelajari dengan benar contoh perilaku yang tidak baik
2. anak mempelajari dengan salah contoh perilaku yang baik.

Adanya masalah perilaku pada anak dapat dideteksi dari aktivitas yang ia
lakukan setiap harinya, seperti aktivitas tidur, makan, dan bermain.
beberapa faktor penyebab meningkatnya gangguan kesehatan anak
pada masa pandemi:

3. Faktor Lingkungan

- minimnya fasilitas pendukung untuk pembelajaran jarak jauh.Dimana


sebanyak 68% anak memiliki akses belajar, 32% tidak mendapatkan program
belajar dalam bentuk apapun.Pembelajaran ini juga membuat anak harus
melakukan adaptasi cepat dalam proses pembelajarannya.

-penyebab lainnya yaitu

• 37% anak tidak bisa mengatur waktu belajar


• 30% anak sulit memahami pelajaran
• 21% anak tidak memahami instruksi guru.
beberapa faktor penyebab meningkatnya gangguan kesehatan anak
pada masa pandemi:

3. Faktor Lingkungan

- Adapun meningkatnya tekanan psikososial selama


pandemi yang mana berdasarkan catatan Kemenkes,sebanyak

• 47% anak merasa bosan tinggal di rumah


• 34% merasa terinfeksi covid-19
• 35% anak merasa khawatir ketinggalan pelajaran
• 20% anak merindukan teman-temannya.
beberapa faktor penyebab meningkatnya gangguan kesehatan anak
pada masa pandemi:

3. Faktor Lingkungan

Masalah lainnya yang berpotensi mengganggu kesehatan jiwa


anak yakni keluarga. Dilihat dari faktor lingkungan, peranan keluarga
sangatlah penting dalam tumbuh kembang anakBerdasarkan pantauan
Kemenkes,

• 15% anak merasa tidak aman


• 10% merasa khawatir tentang penghasilan orang tua dan
kekurangan makan
• 11% anak mengalami kekerasan fisik
• 63% anak mengalami kekerasan verbal.
indikator vital

1. Angka kesakitan

• fakta bahwa betapa tingginya pengaruh pandemi ini kepada kesehatan


jiwa. Hingga 14 Mei lalu, ada 2.364 responden dari 34 provinsi.
Terdapat 72% peserta adalah perempuan. Terdapat hasil yang
menunjukkan 68% mengalami cemas, 67% depresi dan 77% trauma
psikologis di masa pandemi.

• Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan, ada sekitar 1,6


persen anak alami depresi. Dari 42 juta jiwa penduduk Jatim, maka
anak usia 0-18 tahun mencapai 10,87 juta. salah satunya 16.000 anak
di Jatim mengalami depresi selama masa Covid-19.
indikator vital

2. Angka kematian

• Menurut WHO, banyak kasus yang tidak tertangani


sehingga bunuh diri akibat depresi menjadi penyebab
kematian tertinggi pada anak muda usia 15-29 tahun.

• Merujuk data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


tahun 2018, prevalensi gangguan mental emosional pada
remaja berumur lebih dari 15 tahun sebesar 9,8%. Angka
ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 6%.
indikator vital

3. Angka kecacatan

Kasus depresi menyumbang 4,3% dari beban penyakit dan


merupakan salah satu yang terbesar penyebab kecacatan di
seluruh dunia, khususnya bagi perempuan.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
kondisi pandemi yang mengharuskan masyarakat banyak
berdiam di rumah dan menjaga jarak fisik dengan orang lain, rentan
membuat anak bosan atau bahkan stres dan bisa memicu emosi
yang tidak stabil. Selain itu, proses belajar jarak jauh dapat
membawa risiko masalah kesehatan jiwa karena kesulitan
memahami pelajaran sampai tidak punya akses terhadap jaringan
daring itu sendiri.
Jika masalah mental tidak tertangani, maka dunia bisa
menghadapi krisis kesehatan bahkan setelah pandemi berakhir.
Kondisi ini juga dapat berdampak pada kualitas hidup dan
memperburuk faktor-faktor yang berkontribusi pada kesejahteraan
hidup.
Maka dari itu peran penting orang tua dalam menjaga anak
selama pembelajaran secara daring ini berlangsung sangat di
tekankan. Agar pencegahan penyakit mental dimasa mendatang
dapat berkurang.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai