REMAJA
Dosen pembimbing :
Disusun Oleh :
Yeni Rahmawati
J210200147
PENDAHULUAN
mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup.
Kondisi mental yang sehat akan membantu perkembangan seseorang kearah yang
mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan mampu
(Kartono,2000).
Masalah kesehatan mental yang dialami remaja cukup tinggi. Data survei yang
bahwa remaja dan dewasa muda pada usia 10-24 tahun baik pria maupun wanita
pernah melakukan rawat jalan gangguan kesehatan mental, sebesar 1,9 juta pria
melakukan rawat jalan kesehatan mental sedangkan wanita sebesar 1,6 juta jiwa.
dengan usia diatas 15 tahun mengalami gangguan kesehatan mental dan emosional,
sekitar 19 juta anak mengalami kesehatan mental dan sosial (Riskesdas, 2007).Data
survei yang dilakukan oleh World Health Organization WHO (2011) menunjukkan
bahwa 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental kususnya kecemasan dan
depresi.
Masalah kesehatan mental yang banyak dialami remaja adalah masalah
remaja dalam menjalin relasi pertemanan yang baik dengan teman sebayanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hightower yang dikutip dalam buku Desmita (2013)
menemukan bahwa hubungan yang harmonis dengan teman sebaya selama masa
remaja, berhubungan dengan kesehatan mental yang positif pada masa dewasa.
menyebabkan remaja menjadi pemalu, menyendiri, kurang percaya diri atau justru
berperilaku sombong, keras kepala, serta salah tingkah bila berada dalam situasi sosial
memberikan dampak yang negatif bagi sekolah seperti kekerasan, perilaku membolos,
yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki
kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam
oleh WHO, “there is no health without mental health” menandakan bahwa kesehatan
mental perlu dipandang sebagai sesuatu yang penting sama seperti kesehatan fisik.
Mengenali bahwa kesehatan merupakan kondisi yang seimbang antara diri sendiri,
orang lain dan lingkungan membantu masyarakat dan individu memahami bagaimana
WHO melaporkan bahwa 450 juta orang di seluruh dunia memiliki gangguan
kesehatan mental, dengan prevalensi 20% kejadian terjadi pada anak-anak (O’Reilly,
Kesehatan mental anak dan remaja dapat mempengaruhi masa depan dirinya sendiri
sebagai individu, dan berdampak pada keluarga hingga masyarakat. Oleh karenanya,
kekhawatiran ini berkembang baik untuk institusi kesehatan dan peneliti akademis.
Hal tersebut juga perlu diketahui oleh keluarga sebagai orang terdekat
penderita, sebab keluarga juga memainkan peran penting pada penderita gangguan
jiwa (Ong et, 2017). Keluarga yang tidak dapat beradaptasi dengan baik pada
penderita gangguan jiwa tentu akan menimbulkan suatu stres, sehingga tidak mampu
dalam menjalankan fungsi keluarga dengan baik, termasuk fungsi dalam perawatan
pengetahuan dan sikap keluarga tentang kesehatan mental yaitu dengan memberikan
kesehatan dapat memiliki dampak baik jika dalam prosesnya menggunakan teknik dan
penderita gangguan jiwa agar mereka dapat terus meningkatkan kesehatan mental dan
C. Tujuan Penelitian
remaja.”
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
teori yang sudah ada. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan
2. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hal yang diketahui oleh orang atau responden
terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan
rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
b. Tingkat Pengetahuan
tingkatan yaitu:
a) Tahu (know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari
b) Memahami (comprehension)
c) Aplikasi (aplication)
d) Analisis (analysis)
e) Sintesis (synthesis)
f) Evaluasi (evaluation)
kepercayaan orang
d) Lingkungan
e) Pengalaman
2. Sikap
a) Pengertian Sikap
sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari sseorang
mempunyai sikap yang sama, hal itu dapat dipengaruhi oleh keadaan
terhadap suatu objek. Objek yang disikapi individu dapat berupa benda,
dapat berupa penilaian positif dan negatif. sikap merupakan sesuatu yang
disimpulkan bahwa sikap adalah suatu reaksi atau respon berupa penilaian
yang muncul dari seorang individu terhadap suatu objek. Sikap juga dapat
masyarakat. Saat terjadi proses sosial terjadi hubungan timbal balik antara
akan dihindari.
salah.
sikap seorang individu yang berasal dari faktor internal dan eksternal.
yang akan disikapi oleh individu, tidak semua objek yang ada
oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
c) Komponen Sikap
sikap yaitu:
tersebut.
dilihat dari perasaan suka, tidak suka, senang atau tidak senang
melalui respon subjek yang berupa tindakan atau perbuatan yang dapat
diamati.
berikut:
sikap.
3. Kesehatan Mental
psikis hingga taraf gangguan mental dan sebaliknya individu dengan gangguan
segala bentuk gejala gangguan mental. Individu yang sehat secara mental akan
fisik, mental dan sosial dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau
depresi. Paling ekstrim orang dengan gangguan depresi mungkin tidak dapat
bangun dari tempat tidur atau merawat dirinya secara fisik dan orang dengan
(tekanan mental) yang timbul. Namun tidak semua orang mampu melakukan
orangtua meliputi tidak punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak dan
anak sakit. Hubungan Interpersonal dimana gangguan ini dapat berupa konflik
dengan rekan kerja, konflik dengan atasan dan bawahan kemudian masalah
keuangan, perkembangan, penyakit fisik atau cidera, faktor keluarga dan lain-
berikut:
a) Kesehatan mental adalah lebih dari tiadanya perilaku abnormal. Prinsip ini
konsep statistik.
bahwa kesehatan mental menjadi tujuan yang amat tinggi bagi seseorang.
diri yang baik terhadap tuntutan sosial dalam budayanya, terus menerus
4. Anak Remaja
a) Pengertian Remaja
25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun
baru.
normal.
ditetapkannya sendiri.
Pengetahuan
Saifudin Azwar (2010: 3)
sikap diartikan sebagai suatu reaksi
atau respon yang muncul dari
sseorang individu terhadap objek
Kesehatan Mental Pada Anak Remaja
yang kemudian memunculkan
Masa remaja sebagai periode yang
perilaku individu terhadap objek
tersebut dengan cara-cara tertentu penting Masa remaja sebagai periode
Saifudin Azwar (2010: 23-28) peralihan Masa remaja sebagai periode
menjelaskan komponen dalam perubahan Masa remaja sebagai usia
struktur sikap yaitu: bermasalah Masa remaja sebagai masa
1. Komponen kognitif, mencari identitas Masa remaja sebagai
2. Komponen afektif usia yang menimbulkan ketakutan Masa
3. Komponen perilaku atau remaja sebagai masa yang tidak realistic
konatif Masa remaja sebagai ambang masa
dewasa
Ciri remaja menurut (Putro, 2017),
yaitu:
1. Masa remaja sebagai periode yang
Sikap Keluarga penting
Kesehatan mental merupakan 2. Masa remaja sebagai periode
kondisi individu yang terbebas peralihan
dari segala bentuk gejala 3. Masa remaja sebagai usia
gangguan mental. Individu yang bermasalah
sehat secara mental akan dapat 4. Masa remaja sebagai masa mencari
berfungsi secara normal dalam identitas
menjalankan kehidupan dan dapat 5. Masa remaja sebagai usia yang
beradaptasi untuk menghadapi menimbulkan ketakutan
masalah-masalah sepanjang
6. Masa remaja sebagai masa yang
kehidupan dengan menggunakan
tidak realistic
kemampuan pengolahan stres
7. Masa remaja sebagai ambang masa
(Putri et al, 2015)
dewasa
Aspek-aspek Kesehatan
mental menurut Veit dan Ware
(1983). Kesehatan Mental terdiri
dari dua aspek antara lain:
1. Psychological Distress
2. Psychological Well-Being
Mental health
C. Kerangka Teori
Faktor lainnya meliputi pendidikan dan pekerjaan yang buruk, hubungan pertemanan
dan kekeluargaan yang buruk, kaum minoritas, mengalami kondisi fisik yang buruk,
mengalami atau saksi pada kekerasan rumah tangga, serta mempunyai orang yang
menderita penyalahgunaan obat atau penyakit mental lainnya
Sasaran :
1.Sasaran primer Mental pada anak
remaja Pengetahuan keluarga
2.Sasaran sekunder
3.Sasaran tesier
D.Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan keluarga tentang kesehatan mental pada
remaja
METODE PENELITIAN
pendekatan one group pre-post test design. Rancangan ini tidak menggunakan kelompok
kontrol. Peneliti memberikan pretest untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap
posttest untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap responden dengan menggunakan
kuisioner.
Pre-experimental design ialah rancangan yang meliputi hanya satu kelompok atau kelas
yang diberikan pra dan pasca uji. Rancangan one grup pretest and posttest design ini,
dilakukan terhadap satu kelompok tanpa adanya kelompok control atau pembanding
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
2. Sampel
Sampel adalah sebagian keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Nurzeta, 2020). Adapun kriteria inklusi dalam sampel yaitu :
a. Keluarga dengan anak remaja Desa Gonilan Kec. Kartasura Kab. Sukoharjo
b. Keluarga dengan anak remaja Desa Gonilan Kec. Kartasura Kab. Sukoharjo yang
menjadi responden.
a. Keluarga di Desa Gonilan Kec. Kartasura Kab. Sukoharjo yang tidak mempunyai
b. Keluarga dengan anak remaja di Desa Gonilan Kec. Kartasura Kab. Sukoharjo
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus
slovin, yaitu :
N
n= 2
1+N e
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e : Standart Error (10%)
Maka sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah n=99/(1+99(0,1)2= 49,74
dibulatkan menjadi 50 siswa. Untuk mencegah kriteria drop out, peneliti menambah
10% dari jumlah sampel. Dengan rumus tersebut didapatkan jumlah minimal sebesar 55
orang.
Teknik sampling dibagi menjadi dua kelompok yaitu probability sampling dan non
atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Probability sampling terdiri dari simple random sampling, proponate
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random
sampling. Simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi
yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
(Dian, 2019) .
Penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Juni 2023. Tempat penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan
independen.
2. Definisi Operasional
Definisi
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel Cara Aspek-aspek SOP dan SAP -
Independen: penyampaian kesehatan mental
Promosi pembelajaran
Kesehatan kepada keluarga
dengan cara
ceramah
tentang
kesehatan
mental remaja di
Desa Gonilan
Kec. Kartasura
Kab. Sukoharjo
dalam satu
kelompok besar.
Variabel Tingkat Mental Health Kuesioner tertutup Ordinal
Dependen: pemahaman Knowledge 1) Baik : Hasil
Tingkat keluarga tentang
Questionnaire Presentase
pengetahuan pengetahuan (MHKQ) 76-100%
kesehatan 2) Cukup : Hasil
mental remaja Presentase
56-75%
3) Kurang : Hasil
Presentase
<56%
Variabel Respon berupa Sikap Kuesioner tertutup Ordinal
Dependen: keyakinan dan keluarga yang 1) Sikap baik : Hasil
Sikap kecenderungan mempengaru Presentase
keluarga untuk hi kesehatan 76-100%
melakukan mental remaja 2) Sikap cukup :
tindakan yang Hasil Presentase
berhubungan 56-75%
dengan 3) Sikap kurang :
kesehatan Hasil
mental remaja Presentase<56%
3. Instrumen Penelitian
Teknik untuk pengumpulan data adalah suatu teknik pendekatan kepada subjek dan
proses karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2020).
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
tertutup (close questions) yaitu bentuk pertanyaan dalam kuesioner dimana responden
kesehatan mental (penerapan dari pengetahuan yang telah dimiliki) (Amiliyanti, 2022).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan kesehatan mental ini
adalah skala Mental Health Knowledge Questionnaire (MHKQ) yang telah diadaptasi
Variable dependen yang kedua adalah sikap keluarga mengenai kesehatan mental
remaja. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel sikap ini adalah kuesioner
tertutup Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini ada 20 soal menggunakan skala
ordinal.
Kuesioner pengetahuan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 20 item yang
setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terdapat 9 item yang tidak valid, sehingga item
yang dapat digunakan adalah 11 item. Item-item disusun berdasarkan aspek-aspek yaitu
knowledge (pengetahuan), belief (kepercayaan), dan attitude (sikap). Skala ini berbentuk
Contoh item pada skala ini ialah “Hampir seluruh gangguan mental tidak dapat
disembuhkan”, item tersebut disajikan dengan pilihan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Dari 11
item yang digunakan, terdapat 3 item (2, 4, dan 6) yang merupakan item unfavorable (respon
yang benar dan bernilai 5 adalah “Tidak”). Sedangkan 8 item lainnya (3, 7, 11, 12, 15, 16, 17,
dan 19) adalah item favorable (respon yang benar dan bernilai 5 adalah “Ya”).
Tinggi dan rendahnya tingkat pengetahuan kesehatan mental akan dilihat dari total skor
item. Semakin besar skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat pengetahuan kesehatan
mental yang dimiliki. Sebaliknya, semakin kecil skor yang diperoleh maka semakin rendah
juga tingkat pengetahuan kesehatan mental yang dimiliki. Hasil jawaban responden yang
telah diberi skor dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah tertinggi lalu dikalikan 100%,
dengan rumus :
Keterangan:
n : Presentase
berarti ke 11 item skala pengetahuan kesehatan mental tersebut dapat dinyatakan reliabel dan
Pada kuesioner sikap keluarga terhadap kesehatan mental remaja peneliti melakukan uji
validitas terhadap 20 sampel diluar responden penelitian. Reabilitas alat ukur pada
prinsipnya menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat memberikan hasil pengukuran yang
relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama
(Arikunto, 2019).
Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini dapat diuji dengan alat uji reliabilitas Alpha
Keterangan :
K : banyaknya pertanyaan
❑
∑
❑
σ b2 : jumlah varians
σ2 : varian total
Semakin tinggi koefisiensi korelasi berarti koefisin antara hasil pengenalan dua tes
tersebut dikatakan reliable. Sebaliknya apabila dianggap parallel menghasilkan skor yang
satu sama lainberkorelasi rendah maka dapat dikatakan reliabilitas hasil ukur tersebut tidak
F. Etika Penelitian
Partisipan memiliki hak untuk membuat keputusan secara sadar untuk menerima
atau menolak menjadi partisipan. Peneliti menjelaskan kepada partisipan tentang proses
penelitian selanjutnya partisipan diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia
Subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang
akan dilakukan dan juga mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, pada lembar pengumpulan data atau
observasi yang diisi adalah kode responden atau hanya nama inisialnya saja dan lembar
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin oleh peneliti.
Data tersebut hanya akan disajikan atau dilaporkan kepada orang yang berhubungan
dengan penelitian.
Penelitian ini tidak membahayakan partisipan dan peneliti telah berusaha melindungi
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti memberikan kesempatan
yang sama dengan partisipan untuk bertanya saat promosi kesehatan berlangsung.
G. Pengolahan Data
1. Editing : dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh sehingga
4. Tabulating : data distribusi, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel yang
terhadap perubahan dan sikap pengetahuan keluarga tentang kesehatan mental pada anak
remaja. Dimana tingkat pengetahuan menggunakan skala ordinal dan menggunakan uji
wilcoxon.
Pada uji statistik dilakukan dengan Uji Wilcoxon dengan α ≤0,05, α diartikan sebagai
tingkat kesalahan atau tingkat kekeliruan yang ditolerir peneliti, yang diakibatkan oleh
Rumus :
Z−
T− [ 1
4N
( N +1) ] Z−
TN ( N4 + 1)
√ √
1 Atau
N ( N + 1 ) (2 N +1)
24 N (N +1)(2 N +1) 24
Keterangan :
N = Jumlah data
Service Solution (SPSS) 22 for window. Bila α≤0,05 maka H0 ditolak, berarti ada perbedaan
tingkat pengetahuan dan sikap keluarga sebelum dan sesudah pemberian promosi kesehatan
mental anak remaja di Desa Gonilan Kec. Kartasura Kab. Sukoharjo. Bila α>0,05 maka H 0
diterima, berarti tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga sebelum dan
sesudah pemberian promosi kesehatan mental anak remaja di Desa Gonilan Kec. Kartasura
Kab. Sukoharjo.
I. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
d. Uji validitas dan reabilitas penelitian tanggal 20 juni 2023, dilakukan terhadap 20
2. Tahap Pelaksanaan
juni 2023.
b. Pengumpulan data
Penelitian ini dilakuan oleh peneliti sendiri dalam satu kelompok besar. Setelah
itu akan diberikan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap
kesehatan mental remaja dan melakukan sesi tanya jawab. Setelah intervensi
terhadap kesehatan mental remaja. Selanjutnya, nilai pre test dan post test direkap
a. Proses skoring yaitu menganalisis data hasil penelitian dilakukan pada tanggal
bebas dan variable terikat secara univariat dan bivariat yang dianalisis, kemudian
Budiman & Riyanto, A. (2014). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Gazadinda, R., Putri, G. W., & Maulana, H. (2023). Reducing Loneliness in Undergraduate
Students through E-Journaling Intervention: A Pre-Experimental Study. Bulletin of
Counseling and Psychotherapy, 5(1), 58–68.
Nurzeta, D. F. (2020). Pengaruh Promosi Kesehatan Melalui Media Video Remaja Putri
Tahun 2020. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu, 1–121.
Petunjuk Pengerjaan:
Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan dua pilihan jawaban yaitu “Ya” dan
“Tidak”. Tugas anda adalah pilihlah satu jawaban yang menurut anda benar dan sesuai
dengan apa yang anda ketahui.
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
Ya Tidak
1 Gangguan mental disebabkan oleh pikiran-pikiran
yang tidak benar/salah
2 Banyak orang yang memiliki masalah terhadap
mentalnya akan tetapi tidak menyadarinya
3 Layanan Psikolog dan Psikiater seharusnya selalu
tersedia jika ada orang yang terindikasi memiliki
masalah psikis atau gangguan mental
4 Sikap positif, hubungan nterpersonal yang baik, dan
gaya hidup yang sehat dapat memelihara kesehatan
mental
5 Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan
gangguan jiwa akan memperoleh resiko yang lebih
tinggi untuk mendapatkan masalah psikologis dan
gangguan jiwa
6 Individu yang memiliki temperament yang buruk
lebih mungkin untuk mendapatkan masalah
kesehatan mental.
7 Masalah atau gangguan mental mungkin dapat
terjadi ketika individu tersebut mendapatkan
tekanan secara psikis yang besar di hidupnya,
seperti kematian anggota keluarga
8 Semua gangguan mental disebabkan oleh tekanan
eksternal
9 Hampir seluruh gangguan mental tidak dapat
disembuhkan
10 Apakah anda pernah mendengar tentang the
International Mental Health Day?
11 Apakah anda pernah mendengar tentang the
International Suicide Prevention Day?
Informasi skor
Pernyataan favorable: Ya = 1 Tidak = 0
Pernyataan unfavorable : Ya = 0 Tidak = 1
Lembar Kuesioner Sikap Keluarga
Petunjuk: Lembar instrumen ini diisi oleh orang tua untuk mengetahui apakah terdapat pola
asuh toxic yang dilakukan oleh orang tua dalam mengasuh anak. Berilah tanda ceklis pada
kolom yang sudah disediakan sesuai dengan rubrik, dengan kriteria sebagai berikut: TS :
Penilaian
No. Indicator Soal Butir
STS TS KS S SS
1 Memiliki Saya mengharapkan anak saya
ekspektasi selalu mendapatkan prestasi di
tinggi sekolah
2 Saya beranggapan bahwa
keberhasilan saya jika anak saya
juga berhasil di sekolah
3 Suka mengatur Saya merasa kecewa jika anak
keinginan anak saya mengabaikan perintah saya
4 Jika anak saya mengutarakan
pendapatnya, saya akan tetap
menggunakan pendapat saya
5 Sulit Saya membebaskan anak saya
membangun tanpa ingin terlibat dalam
kedekatan dunianya
6 emosional Saya jarang bercanda dengan
dengan anak anak saya
7 Saya merasa baik -baik saja
ketika saya sedang jauh dengan
anak saya
8 Sulit Saya hanya dapat memahami
menumbuhkan anak saya jika ia
sikap empati mengutarakannya
9 terhadap anak Jika anak saya menangis,
menengkannya bukanlah
kewajiban saya
10 Meremehkan Saya merasa biasa saja ketika
anak anak saya mengerjakan sesuatu
yang bagus
11 Jika anak saya melakukan
kesalahan, saya merasa itu
sepenuhnya adalah kesalahan
mereka
12 Mengumbar Saya sering menyampaikan
keburukan kesalahan yang pernah
anak dilakukan anak saya
13 Saya mengingat-ingat kesalahan
yang pernah dilakukan anak
saya
14 Saya merasa apa yang telah
dicapai oleh anak saya tidak
sebanding dengan pencapaian
anak lain
15 Selalu Saya sulit memberikan apresiasi
menyalahkan terhadap apa yang dilakukan
anak anak saya
16 Apapun yang dikerjakan oleh
anak saya, saya merasa itu
sesuatu yang tidak semestinya