Anda di halaman 1dari 4

Proposal

Penelitian Kesehatan Mental Pada Anak Remaja

Nama: Febrina Nur Alawiyah


Nim: 012211063
Kelas: A2
Dosen:Apriani Riyanti S.pd.,M.pd

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2023
LATAR BELAKANG

Kesehatan mental penting dalam kehidupan, dengan pikiran yang sehat seseorang dapat
melakukan aktivitas layaknya makhluk hidup. Kondisi mental yang sehat membantu
seseorang berkembang menuju masa depan yang lebih baik lagi (Adityawarman, 2010).
Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mewujudkan potensi dirinya,
dapat mengatasi tekanan hidup normal, dapat produktif dan dapat berkontribusi bagi
lingkungannya (WHO, 2016). masalah kesehatan didefinisikan oleh sebagai ketidakmampuan
seseorang menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan yang menyebabkan
beberapa kecacatan (Kartono, 2000).

Masalah kesehatan jiwa(mental) yang dialami remaja cukup tinggi. Data survei
dari National Adolescent Health Information Center NAHIC (2005) menunjukkan bahwa
remaja dan dewasa muda dewasa muda berusia 10 hingga 24 tahun anak laki-laki dan
perempuan menerima rawat jalan untuk gangguan kesehatan mental berjumlah 1,9 juta pria
rawat jalan mental Kesehatan sedangkan wanita berjumlah 1,6 juta. Survei Riset Kesehatan
Dasar menunjukkan bahwa 11,6% penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun memiliki
masalah kesehatan mental dan emosional, dan sekitar 19 juta anak memiliki masalah
kesehatan mental dan kesehatan social (Riskesdas, 2007). Data survei yang dilakukan oleh
World Health Organization WHO (2011) menunjukkan bahwa sebanyak 20% remaja
mengalami masalah pada kesehatan mental terutama kecemasan dan depresi.

Masalah pada kesehatan mental yang paling umum dihadapi remaja adalah
masalah persahabatan. Menurut (Rohman & Mugiarso, 2016), masalah pertemanan adalah
ketidakmampuan anak remaja dalam menjalin pertemanan yang baik dengan teman
sebayanya. Penelitian yang dilakukan oleh Hightower yang dikutip dalam buku Desmita
(2013) menunjukkan bahwa hubungannya sangat harmonis dengan teman sebaya pada masa
remaja berhubungan dengan kesehatan mental, semangat positif sebagai orang dewasa.

Kegagalan bersosialisasi dengan teman


akan menyebabkan anak remaja menjadi pemalu, jauh dari teman temannya, tidak aman atau
bahkan berperilaku sombong, keras kepala dan canggung kepada bertemu dengan orang lain
(Poerwanti & Widodo, 2002). Menurut Banitez dan Justici (2006) menyatakan bahwa
perkelompokan teman sebaya dengan yang banyak masalah di sekolah akan
berdampak negatif pada sekolah seperti kekerasan, membolos, tidak menghormati teman dan
guru.

Kesehatan jiwa adalah


kondisi dimana seorang individu dalam kesehatan yang jelas mampu mewujudkan potensi
dirinya sendiri, mampu mengatasi tekanan hidup normal dalam berbagai situasi kehidupan,
dapat bekerja produktif dan berproduksi dan dapat berkontribusi pada komunitasnya.
Mengutip jargon yang digunakan oleh WHO, " tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental"
menunjukkan bahwa kesehatan mental harus dianggap serius dan sama pentingnya dengan
kesehatan fisik. Mengenali kesehatan sebagai keseimbangan antara diri sendiri, orang lain
dan lingkungan membantu masyarakat dan individu memahami bagaimana memelihara dan
meningkatkan kesehatan itu (WHO, 2004).
WHO melaporkan bahwa 450 juta orang di seluruh dunia memiliki gangguan kesehatan
mental, dengan kejadian sebanyak 20% terjadi pada anak-anak (O'Reilly, 2015). Kesehatan
jiwa anak remaja dapat mempengaruhi masa depan pada individu dan pada keluarga hingga
pada masyarakat. Oleh karena itu, minat ini dikembangkan dengan baik untuk organisasi
kesehatan dan peneliti akademik.

TINJAUAN PUSTAKA

Masalah kesehatan mental utama yang mempengaruhi anak-anak dan remaja adalah
masalah persahabatan. Menurut (Rohman & Mugiarso, 2016), masalah pertemanan adalah
ketidakmampuan anak remaja menjalin persahabatan yang baik dengan teman teman
sebayanya.

METODE PENELITIAN

A. rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif
ini dipilih karena kondisi mental subjek setelah mengalami psikosis/eks
psikotik. Hal ini berarti bahwa subjek tidak benar-benar dapat menyesuaikan diri dengan baik
dengan lingkungan sosialnya. Kondisi klien yang heterogen juga menjadi alasan mengapa
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Artinya
peneliti mengambil sampel dari beberapa klien untuk menginvestigasi kejadian pada
subjek penelitian.

B. Kehadiran peneliti
Lokasi Peneliti dalam penelitian kualitatif cukup kompleks. Ia adalah perencana sekaligus
pelaksana pengumpulan data, analisis data, interpretasi data, dan terakhir ia menjadi pelapor
hasil penelitiannya.75 Tugas Tugas peneliti yang kompleks ini memaksa peneliti untuk
berpartisipasi aktif dalam penelitian yang mereka lakukan, berdasarkan atas pertimbangan-
pertimbangan yang diuraikan di atas, peneliti.

C. Lokasi Kajian(penelitian)
Sebagai bagian dari pencarian ini, peneliti mengidentifikasi sebuah situs di UPT
Pelayanan Sosial Rehabilitasi Sosial Mantan Psikiatri Kediri. Alasan pemilihan tempat
penelitian ini adalah karena bagi peneliti ini unik dan menarik karena orang yang sebelumnya
menderita gangguan jiwa mendapatkan bimbingan mental dan Spiritualitas. Adanya
bimbingan rohani yang berlangsung di UPT ini membuat para peneliti tertarik dan tertantang
untuk melakukan penelitian di tempat ini.

D. Sumber data
Sumber data menjelaskan dari mana dan dari siapa data diperoleh, data apa yang
dikumpulkan, apa karakteristik informan atau khalayak, dan bagaimana data dikumpulkan
untuk dapat memastikan keabsahan data. sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data pelengkap seperti dokumen/data
tertulis, foto dan data statistik.
KESIMPULAN

Kesehatan mental lebih banyak terlibat dari pada masalah medis. Terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi hal tersebut, diantaranya adalah faktor sosial ekonomi. Masalah
kesehatan mental dapat muncul di berbagai bidang mulai dari bidang individu seperti
penyalahgunaan zat, kejahatan, kekerasan, hilangnya produktivitas hingga bunuh diri.
Kesehatan mental pada anak-anak dan remaja juga bergantung pada kemampuan mereka
untuk berkembang di berbagai bidang seperti biologis, kognitif dan sosial-emosional
(Remschmidt, etal., 2007). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih memahami
tahapan perkembangan sebagai Upaya untuk melihat tanda-tanda masalah dalam
perkembangan anak dan remaja. Berdasarkan observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa psikosis terjadi pada anak dan remaja. Hal ini terlihat dari hasil studi dan observasi
yang telah dilakukan di lapangan ini.

Anda mungkin juga menyukai