ABSTRAK
latar belakang: remaja masa kini sangat rentan terhadap perkembangan zaman yang dibawa oleh budaya
barat yang membuat remaja kurang bersosialisasi. Masa remajanya seperti ini sangat lumrah di kota-kota
besar. Salah satu alasan remaja ini sangat rentan adalah kurangnya keyakinan dan kepercayaan. Dengan
demikian, sangat mudah untuk mengikuti perkembangan waktu atau zaman yang negatif.
metode penelitian: Penelitian ini menggunakan Penelitian Kualitatif yaitu merupakan penelitian yang
mampu memberikan deskripsi secara detail dan analisa. Hal imi membuat penelitian kualitatif mampu
mengambarkan suatu kehidupan pada masa remaja dari sisi yang berbeda berdasarkan sudut pandang dari
setiap orang yang mengamatinya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data-data. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau
sampling, bahkan samplingnya sangat terbatas.
hasil dan pembahasan: hasil dari dampak pergaulan bebas terhadap mentalitas dan kesehatan pada remaja
yaitu Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan masa remaja mempunyai ciri-
ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. Masa remaja ini, selalu
merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orangtuanya.dapat disimpulkan bahwa Peran remaja pada
dasarnya berpengaruh dalam masyarakat dimana kebanyakan remaja merupakan orang yang masih efektif
dalam berfikir dan menuangkan ide sehingga pergaulan yang ia lakukakan akan mencerminakan kepribadian,
baik pergaulan yang positif maupun yang negatif.
Remaja masa kini sangat rentan terhadap perkembangan zaman yang dibawa oleh budaya
barat yang membuat remaja kurang bersosialisasi. Masa remajanya seperti ini sangat lumrah di
kota-kota besar. Salah satu alasan remaja ini sangat rentan adalah kurangnya keyakinan dan
kepercayaan. Dengan demikian, sangat mudah untuk mengikuti perkembangan waktu atau
zaman yang negatif.
Masa remaja merupakan masa dimana seseorang individu mengalami peralihan dari satu
tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, fisik, minat, dan perilaku, dan
juga masalah – masalah (Hurlock, dalam Roy, 2011). Remaja sering terlibat dalam berbagai
praktik seksual berisiko yang memiliki konsekuensi kesehatan, sosial dan ekonomi yang negatif.
Selain dukungan fisik dan emosional, remaja juga membutuhkan dukungan dari keluarga
terutama orang tua. Menurut Friedman (2003), status ekonomi adalah komponen kelas sosial
yang menunjukkan tingkat dan sumber pendapatan keluarga, yang diukur dari tingkat
pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga. Pendidikan merupakan aspek
status sosial yang erat kaitannya dengan status kesehatan karena penting dalam membentuk
pengetahuan dan pola perilaku. Banyaknya anggota keluarga dalam suatu rumah tangga
mempengaruhi pendapatan.Sehingga keluarga besar terbebani dan kurang memperhatikan
kebutuhan dasar hidup.
Pergaulan bebas merupakan bentuk perilaku yang melanggar norma agama dan norma
kesusilaan. Pergaulan bebas juga termasuk perilaku negatif. Pergaulan bebas terjadi pada remaja
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kegagalan remaja menyerap norma agama dan norma
pancasila dan adanya rasa kecewa terhadap keluarga yang tidak harmonis. Pergaulan bebas
berdampak pada kepribadian seseorang. Dampak pergaulan bebas memberikan pengaruh besar
untuk diri sendiri, orang tua,keluarga dan negara. Seperti ketergantungan obat, tertularnya
penyakit HIV, meningkatkan kriminalitas, membuat hubungan keluarga rusak, kehamilan di luar
pernikahan, sehingga dikucilkan masyarakat.
Jadi terjadinya pergaulan bebas remaja bukan hanya satu faktor. Salah satu faktor
terjadinya pergaulan bebas menurut Siti Suhaida,(2018) yakni: Pergeseran Budaya, Kurangnya
Perhatian Orangtua, teman dekat dan media sosial. Namun pada kenyataan terjadinya pergaulan
bebas pada remaja adalah dipengaruhi oleh ketidakharmonisan dalam keluarga. Keluarga
seringkali tidak menjadi figur bagi anak-anak.
METODE PENELITIAN
Tidak mudah untuk mendefinisikan remaja secara tepat, karena banyak sekali sudut
pandang yang dapat digunakan dalam mendefinisikan remaja.Banyak tokoh yang memberikan
definisi remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa
kanak-kanak dan dewasa. Pergaulan bebas remaja di era globalisasi ini telah menjadi isu sosial
yang sangat meresahkan masyarakat. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, pergaulan bebas remaja semakin meningkat. Pergaulan artinya proses bergaul,
sedangkan bebas yaitu lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dan sebagainya sehingga
boleh bergerak, berbicara, berbuat, dsb, dengan leluasa),tidak terikat atau terbatas oleh aturan-
aturan.
Definisi remaja menurut WHO Tahun 1974, WHO memberikan definisi yang lebih
konseptual mengenai remaja. Dalam definisi ini mencakup tiga kriteria yaitu biologis, psikologis,
dan sosial ekonomi. Menurut WHO, remaja merupakan suatu masa di mana Individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda seksual sekundernya sampai ia
mencapai kematangan seksual Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak-nak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosil ekonomi
yang penuh kepada keadaan yang lebih mandiri. WHO menetapkan batasan usia konkritnya
adalah berkisar antara 10-20 tahun. Kemudian WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua
bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun, dan remaja akhir 15-20 tahun.Sehingga bisa
mempengaruhi kesehatan mental pada remaja.
Kesehatan mental memiliki beberapa pengertian, menurut WHO (2004), kesehatan
mental adalah kondisi sejahtera dimana individu mampu memiliki kesadaran diri sepenuhnya
tentang dirinya dan mampu memanajemen diri dengan baik sehingga mampu mengatasi tekanan,
stress, problematika diri dalam kehidupan sehari-hari.Bekerja produktif dan menghasilkan kerja
nyata dan mampu berkontribusi aktif di lingkungan atau komunitasnya.
Hal yang harus diutamakan dalam merawat kesehatan mental pada remaja adalah adanya
kolaborasi remaja dengan orang tua.Karena orang tua yang memiliki peran besar untuk menjaga
kesehatan mental pada anaknya sehingga orang tua mampu untuk memutihkan jiwa, pikiran serta
perilaku (Mulyadi et al., 2016). Cara merawat mental anak adalah bahwa hati, perasaan, pikiran
anak tidak boleh terbebani atau dibebani dengan cara-cara mengasuh dan mendidik yang keliru,
artinya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah pengasuhan dan pendidikan kepada anak.Sehingga
pada masa remajanya tidak melakukan pergaulan yang negatif.
Lemkau (1995) menyatakan bahwa mental adalah hal-hal yang berhubungan erat dengan
masalah batin dan watak manusia. Hal ini berarti bahwa kesehatan mental merupakan kondisi
ketika batin dan watak manusia dalam keadaan normal, tenteram, dan tenang, sehingga dapat
menjalankan aktivitas dan menikmati kehidupan sehari-hari. Keika kondisi diri tidak tenang dan
batin gelisah berarti seseorang mengalami gangguan mental, dan tidak memiliki kesehatan
mental.
Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan masa remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan sesudahnya.
Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orangtuanya. Menurut
Sidik Jatmika (2010), kesulitan itu berangkat dari fenomena remaja sendiri dengan beberapa
perilaku khusus; yakni:
2. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika mereka masih
kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua semakin lemah. Anak remaja berperilaku dan
mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan
keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal mode pakaian, potongan rambut,
kesenangan musik yang kesemuanya harus mutakhir.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun
seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan
menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini bersama-sama
dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat dan
pengarahan oangtua.
Dengan pengasuhan yang tepat oleh orang tua manakala di rumah, maka akan
menjadikan jiwa, pikiran dan perilaku anak akan nyaman, terarah, harmonis dan tidak terluka,
sehingga dengan demikian mereka akan berupaya agar kondisi jiwa dan pikiran tetap stabil, tidak
tergoyahkan dan tetap produktif, aktif dalam kegiatan-kegiatan yang positif.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari berbagai penjelasan yang telah dijelaskan diatas.Peran remaja pada
dasarnya berpengaruh dalam masyarakat dimana kebanyakan remaja merupakan orang yang
masih efektif dalam berfikir dan menuangkan ide sehingga pergaulan yang ia lakukakan akan
mencerminakan kepribadian, baik pergaulan yang positif maupun yang negatif. Pergeseran
budaya yang meneyebabkan pergaulan bebas yaitu dimana hukum adat sudah mulai bergeser dari
yang mempunyai budaya malu yang sangat tinggi dan menjaga perilaku agar tidak menjadi
gunjingan serta budaya lokal yang sangat kental, kini remaja semakin bebas dalam bergaul dan
berperilaku karena mereka mempunyai pola tersendiri dalam bergaul, sehingga aturan yang
sudah dipercayai secara turun-temurun oleh nenek moyang sudah dianggap kuno dan tidak sesuai
dengan zaman sekarang.
SARAN
Sebagai harapan masa depan bangsa,seharusnya remaja mengetahui benar tanggung jawab dan
kewajiban besar yang dibebankan di bahu mereka agar tidak terjerumus ke hal-hal negatif yang
merugikan diri sendiri maupun pihak lain.Oleh karena itu, orang tua harus meluangkan waktu
untuk memperhatikan anak, serta mengontrol kegiatan mereka dan orang tua juga harus menjaga
keharmonisan dalam keluarga agar anak tidak menjadi depresi dan mencari tempat pelarian
untuk melampiaskan kekecewaan mereka terhadap orang tua, sehingga bisa mengganggu
kesehatan mentalnya.Selain itu juga orang tua harus senantiasa mendampingi anak,terutama pada
masa perkembangan dan masa transisi (peralihan) karena pada masa itulah,para remaja mudah
sekali terpengaruh lingkungan.Peran orang tua masih sangat dibutuhkan supaya anak pada usia
remajanya tidak mengalami gangguan mental dan kesehatannya akibat pergaulan bebas yang
negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Jatmika, Sidik. (2010). Genk Remaja, Anak Haram Sejarah ataukah Korban Globalisasi?
Yogyakarta: Kanisius.
Mulyadi, S., Rahardjo, W., & Basuki, A. (2016). The Role of Parent-child Relationship,Self
esteem, Academic Self-efficacy to Academic Stress. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 217, 603–608.
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan). Edisi5. Jakarta: Erlangga.
Lemkau, P. V. (1949). Mental hygiene in public health. New York : Mc Graw-Hill