Anda di halaman 1dari 4

NAMA : FARITSATUL FATIN SALIMA

NIM :2213261006
SEMESTER : 2

Judul : Penggunaan Media Sosial dalam Kesehatan Mental Remaja


Nama Jurnal : Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal Vol. 4, No.
1, Juni 2021, hlm. 49-58
Penulis : Asriyanti Rosmalina, Tia Khaerunnisa
Doi : https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/prophetic/article/view/8755
Hasil : Di era teknologi yang canggih ini, masyarakat tidak lagi hanya berinteraksi dengan
orang lain secara langsung, tetapi juga masyarakat bisa berinteraksi secara tidak langsung, yaitu
dengan hadirnya teknologi media sosial. Media sosial merupakan media internet yang
memberikan kemudahan pada penggunanya untuk berinteraksi dengan orang lain dan
membentuk sebuah ikatan dengan orang lain secara online atau secara virtual. Dalam
penggunaan media sosial, kerap kali digunakan untuk menimbulkan perasaan baik, juga tanpa
disadari media sosial dapat menjadi bumerang bagi penggunanya, sehingga dapat
menimbulkan hal-hal yang bersifat buruk. Pengguna media sosial terbanyak adalah kalangan
para remaja. Kesehatan mental sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.Faktor internal merupakan faktor yang berasal dalam diri individu seperti
sifat,bakat, hereditas dan lain sebagainya.Kemudian, faktor eksternal merupakan faktor yang
dipengaruhi dari luar individu seperti lingkungan, hukum, politik, sosial budaya, agama dan
pemerintah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seseorang yang baru lahir.Faktor
eksternal yang berada di lingkungan seseorang akan berpengaruh pada kesehatan
mental.Penggunaan media sosial merupakan faktor eksternal dari kesehatan mental.
Penggunaan media sosial dapat berdampak kepada penggunanya dalam aspek kesehatan
mental, diantaranya kecemasan dan depresi Kecemasan yang dimaksud merupakan kecemasan
yang dimulai dengan keinginan seseorang untuk mengekspresikan diri yang tidak realistis dan
ingin membentuk kesempurnaan yang tidak mampu dilakukan oleh orang tersebut, sehingga
menimbulkan kecemasan bagi penggunanya. Media sosial juga seakan-akan menjadi tempat
untuk ajang penggunanya untuk mengekspresikan diri dan memamerkan kegiatan sehari-hari.
Hal tersebut tentu memunculkan rasa iri pada pengguna lain. Rasa iri tersebut dapat
menimbulkan gangguan mental berupa depresi kepada penggunanya. Banyak penggunanya
merasa depresi, tertekan, hingga memutuskan untuk bunuh diri karena dipermalukan oleh
pengguna lain di media sosial. Pengguna lebih cenderung ingin menampilkan kesuksesan
dibandingkan harus jujur apa adanya dirinya. Dampak lain dari kecemasan dan depresi, yaitu
aktifitas kriminal. Seseorang yang tidak bertanggung jawab akan menggunakan media sosial
sebagai alat untuk menyembunyikan identitas mereka yang sebenarnya. Mereka menggunakan
media sosial untuk melakukan berbagai aksi kejahatan seperti cyber bulliying, perdagangan
manusia, dan penipuan serta berdagangan obat-obatan terlarang. Namun ada cara untuk
menanggulangi kecanduan media sosial, dengan cara membatasi penggunaan media sosial,
mencari informasi selain dari media sosial, mencari kegiatan yang positif, menggunakan media
sosial dengan bijak, lepas dan hapus aplikasi media sosial.
NAMA : FARITSATUL FATIN SALIMA
NIM :2213261006
SEMESTER : 2
Judul : Kondisi sosial dan budaya yang mempengaruhi kesehatan mental remaja Suriah,
Lebanon dan Palestina yang tinggal di dan sekitar Bar Elias, Lebanon
Nama Jurnal : Journal of Migration and Health
Penulis : Hannah Sender, Miriam Orcutt, Rachel Btaiche, dkk.
Doi : https://doi.org/10.1016/j.jmh.2022.100150

Hasil : Diperkirakan 1,4 juta orang di Libanon di bawah 18 tahun (termasuk migran Libanon,
Suriah dan lainnya) saat ini tumbuh dalam risiko, kekurangan, dan dengan kebutuhan akut akan
layanan dan perlindungan dasar.Dalam studi ini, kami menjelajahi kesehatan mental remaja
dan perempatan antara Suriah, Lebanon, dan Warga Palestina di kota Bar Elias, tempat jumlah
pengungsi dan warga yang sebanding tinggalnya.Kami menemukan bahwa Palestina, Suriah
dan Remaja Lebanon di Bar Elias mengidentifikasi kondisi yang sama yang mempengaruhi
kesehatan mental mereka, meskipun dengan dampak yang berbeda pada setiap individu.
Kesehatan mental remaja pengungsi baru dan komunitas tuan rumah dapat dilihat dipengaruhi
oleh kondisi bersama , dan identitas titik temu itu mempengaruhi bagaimana kesehatan mental
remaja dipengaruhi oleh kondisi ini.Kami berpendapat bahwa investasi dalam infrastruktur
bersama dapat mendukung peningkatan kesehatan mental bagi semua remaja.Anak muda yang
punya kekerasan interpersonal yang dialami di Lebanon menggambarkan perasaan pada
ambang keputusasaan Pengalaman langsung kekerasan interpersonal, menyaksikan
penyalahgunaan anggota keluarga dekat, dan mendengar cerita orang lain tentang interpersonal
kekerasan berdampak pada kesehatan mental remaja.Anak muda yang punya kekerasan
interpersonal yang dialami di Lebanon menggambarkan perasaan pada ambang
keputusasaan.Remaja menggambarkan bagaimana pengalaman pelecehan dipaksakan
mengubah cara mereka berhubungan dengan orang lain, dan dengan diri mereka
sendiri.Beberapa menggambarkan menjadi lebih sadar atau mempelajari kehidupan yang
penting pelajaran. Menjadi trauma tidak umum tetapi penting untuk disebutkan.Anak laki-laki
Suriah paling banyak berbicara tentang trauma trauma mereka terkait dengan pengalaman
perang di Suriah dan bepergian ke Lebanon. Namun trauma tidak hanya dialami oleh anak laki-
laki Suriah atau penyandang disabilitas, pengalaman traumatis termasuk kekerasan antar
pribadi dalam keluarga dan perceraian, serta kekerasan dalam perang, dan ini dialami oleh
warga Lebanon dan Suriah.Untuk mencapai kesehatan mental yang baik, remaja
menggambarkan pentingnya hubungan yang saling mendukung dan saling percaya yang bebas
dari kekerasan dan pelecehan dan yang tahan terhadap insiden kekerasan dan pelecehan tanpa
mengurangi kebebasan pribadi mereka.Hubungan suportif remaja ditemukan di rumah, dan
tercipta di sekolah dan secara kebetulan di depan umum faktor gangguan kesehatan mental.
Studi ini mengeksplorasi bagaimana faktor-faktor yang terkait dengan masyarakat membentuk
kesehatan mental peserta, dan menunjukkan bahwa kesehatan mental dapat dilihat sebagai
pengalaman individu dan komunal. Hubungan yang mendukung dapat menjadi fondasi
stabilitas bagi remaja melalui transisi pertumbuhan dan perpindahan, dan bagi banyak peserta,
memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan dan keadaan mereka dengan
nyaman
NAMA : FARITSATUL FATIN SALIMA
NIM :2213261006
SEMESTER : 2
Judul : Hubungan antara struktur keluarga dengan kesehatan mental remaja
Nama Jurnal : Journal Of Public Health Innovation (JPHI)
Penulis : Moch. Didik Nugraha, Rony Suhada, Maemunah
Doi : https://doi.org/10.34305/jphi.v3i02.727

Hasil : Isu kesehatan jiwa dalam dunia pendidikan tinggi sangat penting untuk dibahas. Remaja
cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi daripada populasi umum. karena terpaksa
beradaptasi dengan kehidupan dewasa, karena fisiologi dan psikologi belum sempurna dan
masih berkembang. Keluarga memegang peranan penting dalam kesehatan mental individu,
karena struktur keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan
mental seorang anak. Struktur keluarga merupakan bagian dari sistem sistem keluarga dimana
dalam kesehatan mental hal tersebut termasuk ke dalam faktor internal yang
mempengaruhinya. Berdasarkan analisis, ditemukan sebagian data bahwa sebagian remaja
memiliki struktur keluarga dengan kategori kurang Dapat dikatakan kurang karena sebagian
besar responden tidak memiliki komunikasi yang baik dengan keluarga nya, komunikasi
tertutup dan adanya keegoisan (egosentris) dengan dirinya karena pada dasarnya keluarga
adalah tempat berkembangnya karakter setiap anggota dalam keluarga, terutama anak-anak
yang masih remaja dan masih dalam asuhan dan tanggung jawab orang tuanya. Faktor keluarga
dapat berupa pola asuh, seperti pola komunikasi antara orang tua dan anak, serta kedekatan
anak dengan orang tuanya. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan hasil responden yang
memiliki struktur keluarga dengan kategori cukup sebagian besar kesehatan mentalnya berada
dalam kategori sedang yaitu sebanyak 39 responden (60%).Sementara itu, pada remaja yang
memiliki struktur keluarga dengan kategori kurang sebagian besar kesehatan mentalnya berada
dalam kategori rendah pula yaitu sebanyak 11 responden (64,7%).Wowor, Liando dan Rares
2016 menyatakan bahwa komunikasi sangat berperan dalam mendukung kesehatan jiwa
manusia. Komunikasi yang mendukung hal ini hadir dalam bentuk komunikasi yang terbuka
dan kesediaan untuk mendengarkan. Melalui komunikasi, mereka dapat merasa bahwa beban
mereka berkurang. Umpan balik dari orang tua juga dapat menciptakan
kebahagiaan dan energi, yang dapat mengurangi stres dan membantu menjaga kesehatan
mental. Kesediaan orang tua untuk mendengar cerita dan kata-kata positif dapat membawa
kenyamanan dan kelegaan bagi remaja. menurut penelitian, sistem keluarga
merupakan faktor utama yangmembentuk perilaku anak dan perkembangan kesehatan anak,
baik fisik maupun mental. Keluarga perlu memperbaiki perannya dalam pembentukan setiap
individu khususnya remaja supaya dapat membentuk karakter masing-masing anggota
keluarganya, terutama anak yang berstatus menjadi remaja yang masih berada dalam
bimbingan dan tanggungjawab orang tuanya. Dengan sistem kekeluargaan yang baik
akan memungkinkan remaja untukbisa berbagi permasalahannya dengan keluarganya dengan
harapan akan datang penyelesaian dari pihak keluarga, sehingga para remaja dapat terhindar
dari stres dan kesehatan mental. semakin baik struktur keluarga seseorang maka akan semakin
tinggi pula kesehatan mental seseorang.

Anda mungkin juga menyukai