Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

Mata Kuliah Pengantar Sosiologi

Dikerjakan Oleh:
Nama : Sintia Wanda Putri
NIM : 045343238
Prodi : Ilmu Administrasi Bisnis

Universitas Terbuka
Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ)
Bogor
1. Jelaskan jenis sosialisasi yang ketika tidak dilaksanakan maksimal, maka bisa memicu terjadinya
fenomena kekerasan yang dilakukan remaja di Indonesia.

Jawaban:
Menurut Paul B. Horton sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta
memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk
kepribadiannya.
Sosialisasi yang tidak dilakukan dengan baik dapat menimbulkan kekerasan remaja di
Indonesia. Beberapa jenis sosialisasi yang berperan dalam fenomena ini antara lain:
 Sosialisasi Keluarga
Keluarga merupakan agen sosialisasi utama dalam kehidupan setiap individu. Ketika
sosialisasi keluarga tidak terlaksana dengan baik, seperti kurangnya perhatian, kasih
sayang, dan pengawasan orang tua, remaja cenderung kesulitan mengendalikan emosi
dan perilakunya. Hal ini dapat menimbulkan kekerasan di kalangan remaja.

 Sosialisasi Teman Sebaya


Teman sebaya juga mempengaruhi integrasi sosial remaja. Jika remaja bergaul dengan
temannya yang melakukan tindakan kekerasan, bisa jadi mereka terpengaruh dan terlibat
dalam kekerasan. Selain itu, jika remaja tidak mempunyai teman yang positif dan
suportif, mereka mungkin merasa terisolasi dan rentan terhadap perilaku kekerasan.

 Sosialisasi Sekolah
Sekolah juga berperan penting dalam sosialisasi remaja. Ketika sekolah gagal
memberikan pendidikan yang berkualitas, lingkungan yang aman, dan pendekatan yang
tepat terhadap penyelesaian konflik, remaja mungkin merasa frustrasi dan cenderung
menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah mereka.

 Sosialisasi Media
Media baik media sosial maupun media konvensional memegang peranan penting dalam
membentuk persepsi dan perilaku remaja. Liputan media yang buruk dapat mendorong
penayangan konten kekerasan, menanamkan pemahaman yang salah tentang norma-
norma sosial, dan meningkatkan tingkat agresi dan perilaku antisosial.

2. Berikan analisis terbaik Anda terkait penyebab fenomena kekerasan yang dilakukan remaja.
Kaitkan jawaban Anda dengan materi agen sosialisasi!

Jawaban:
Usia remaja adalah masa transisi seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada
masa ini, remaja mencari jati diri atau identitasnya. Hal ini ditandai dengan perbuatan-perbuatan
tertentu untuk menentukan sendiri siapa diri mereka yang sesungguhnya. Kemudian bagaimana
sikap baik secara lahir maupun batin anak, serta apa yang menjadi tumpuan serta fungsi anak
dalam konteks kehidupan sosial. Dalam kondisi ini, anak cenderung sibuk untuk mencari
kemandirian dan tidak ingin ada campur tangan dari siapapun termasuk keluarga mereka sendiri
termasuk orang tua sendiri. Hal ini disebabkan karena anak-anak adalah fase antara kelahiran dan
permulaan kedewasaan sehingga masa-masa ini merupakan masa perkembangan hidup. George
Herbert Mead menyebutnya dalam masa Game Stage atau tahap bermain untuk mencari jati diri
dan identitas diri. Masalah yang ditimbulkan akibat anak masuk fase ini adalah adanya
keterbatasan berpikir anak yang terkadang dapat membahayakan orang lain (Putri Ratna Zunita,
2015:11). Pengaruh teman sebaya atau peer group di dalam perkembangan karakter dan
kepribadian anak di masa ini sangat dominan sehingga orang tua dituntut untuk mengetahui
dengan siapa anaknya bergaul dan bermain. Munculnya dekadensi moral alias degradasi moral
atau kebanyakan orang menyebutnya kemerosotan moral pada remaja adalah salah satu
permasalahan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Permasalahan ini timbul karena beberapa
faktor, yaitu salah satunya adalah pengaruh globalisasi yang menyebabkan pengaruh dari
berbagai belahan dunia dengan mudah masuk ke Indonesia. Globalisasi adalah proses
penyeragaman segala sesuatu termasuk budaya sehingga tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
Globalisasi tentunya ibarat pisau bermata dua, di satu sisi berdampak positif tapi di sisi lain
berdampak negative juga. Damapak negative tersebut antara lain terjadinya degradasi moral pada
remaja. Salah satu bentuk degradasi moral yang muncul yaitu kenakalan remaja atau Juvenile
Deliquency (Dadan Sumara, 2017:3). Kenakalan remaja adalah salah satu bentuk penyimpangan
sosial atau penyakit sosial. Ada dua jenis penyimpangan sosial yakni yang sifatnya bisa
dimaafkan dan tidak bisa dimaafkan/ditoleransi. Bisa dimaafkan apabila kenakalan remaja
tersebut tidak melanggar norma hukum sedangkan tidak bisa dimaafkan apabila perbuatan
tersebut melanggar norma hokum yang ada atau kriminalitas.

Ada banyak faktor penyebab terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh remaja. Faktor penyebab
terjadinya hal tersebut bisa berupa latar belakang keluarga yang bermasalah, lingkungannya yang
bermasalah, hubungan dengan kelompok, hubungan dengan lingkungan, serta karakter individu.
Pertama, latar belakang keluarga yang bermasalah. Anak yang sedih dan kesal karena ditinggal
pergi ayahnya. Semenjak kepergian ayahnya, ia hanya tinggal bertiga dengan ibu dan adiknya.
Kemudian, dia menjadi jauh dengan keluarganya, dan dekat dengan orang lain. Oleh karena itu,
si anak ini menjadi lebih sering di luar rumah menghabiskan waktu bersama teman- temannya
ketimbang diam di rumah. Karena merasa sudah tidak diperhatikan lagi, hal itu memicu anak
untuk melakukan tindakan kekerasan. Selain itu, latar belakang orang tua yang pernah
melakukan kekerasan dalam rumah tangga juga menjadi pemicu mengapa anak (remaja)
berperilaku demikian. Faktor kedua penyebab remaja berperilaku Klithih karena hubungan
dengan kelompok. Faktor ini mengungkap bahwa anak remaja membutuhkan “pengakuan” dari
teman sejawatnya. Selain faktor hubungan dengan kelompok, aspek lingkungan juga
mempengaruhi. Masih menurut penelitian Ahmad Fuadi dkk (2019), lingkungan yang cenderung
membiarkan warganya, bisa membuat remaja bebas melakukan apa saja. Faktor lingkungan
dapat semakin membuat seorang pelajar berperilaku buruk apabila dalam pergaulannya, pelajar
menemui sesama teman yang memiliki tingkat kenakalan yang sama.

3. Hingga kini, stratifikasi sosial masih sering kali memicu terjadinya konflik sosial. Mengenai hal
ini, coba Anda analisis, stratifikasi sosial seperti apa yang sering kali menyebabkan konflik
sosial di Indonesia dan berikan contohnya. Berikan jawaban orisinil dan berdasar pada data
dalam berbagai sumber.

Jawaban:
Model stratifikasi sosial yang ada di masyarakat yaitu model hirarki tunggal (Single
Hierarchy Model) dan model hirarki majemuk (Multiple Hierarchy Model). Model hirarki
tunggal, terdapat dua asumsi, bahwa keluarga adalah unit yang tepat untuk mengadakan studi
terhadap sistem stratifikasi sosial dan mengasumsikan bahwa semua ketidak samaan dalam
masyarakat ditentukan faktor ekonomi. Sedangkan model hirarki majemuk (lihat bagan) bahwa
stratifikasi sosial sebagai hasil interaksi sosial dari berbagai faktor seperti kelas, kesukuan, jenis
kelamin dan usia, kedua pendekatan yang membagi tiga klasifikasi sosial yaitu values, norms
dan beliefs. Ketiga klasifikasi ini akan diuraikan secara makro beserta data-data pendukung yang
penulis kumpulkan (lihat Figure 1-2).

Konsep stratifikasi sosial dalam masyarakat dapat berupa stratifikasi kelas etnik, jenis kelamin
atau usia. Konsep kelas menunjuk pada stratifikasi sosial berdasarkan perbedaan pendapatan,
posisi pekerjaan tingkt pendidikan dan gaya hidup. Stratifikasi kelas ini. Menurut Rossides
mendeskripsikannya ke dalam lima struktur kelas: kelas atas, kelas menengah ke atas kelas
menengah ke bawah kelas pekerja dan kelas bawah Masing-masing struktur kelas mempunyai
ciri-ciri identitas sosial, kelas atas bercirikan penghasilan besar dan kaya punya otoritas
menentukn kebijakan, latar belakang pendidikan yang tinggi. kelas menengah atas bercirikan
mempunyai penghasilan yang tinggi profesional, manager, mempunyai naluri bisnis tinggi dan
berpendidikan universitas. Kelas menengah ke bawah adalah berpenghasilan rata-rata memiliki
usaha dalam skala kecil dan tingkat pendidikan setingkat sekolah kanjutan, sedangkan bagi kelas
pekerja pendapatan rendah dan bekerja semi terampil dan bagi kelas bawah pendapatan sangat
kecil dan bekerja sebagai buruh yang tidak terampil yang riskan menjadi pengangguran.
Contohnya, sebagaimana yang kita maklumi bahwa Kalimantan Barat (Sampit dan Sambas)
menjadi daerah tujuan migran Madura dimana sejarah perpindahan orang Madura ke
kalimanatan Barat sejak tahun 1902 dan kebanyakan mereka berasal dari dua kabupaten bagian
barat pulau Madura yaitu Bangkalan dan Sampang Kalimantan Barat menjadi daerah tujuan
migrasi orang Madura karena pada saat itu kepadatan penduduknya rendah yaitu 17 jiwa per
Kilometer persegi (1980) sedangkan penduduk Madura sangat padat namun tidak diimbangi
dengan sumber daya alam yang subur sehingga kondisi ini menjadi motivasi untuk bermigrasi di
negeri orang Migrasi orang Madura ke Kalimantan bagian dari pergumulan bertemuanya antar
suku yang sebelumnya telah hidup ci Kalimantan seperti Melayu Cina dan suku lainnya yang
mengandung nilai-nilai pluralitas yang tinggi. Berbagai orang dari agama, dan etnis serta
kebudayaan yang berbeda menetap di daerah ini. Sungguh sebuah peradaban yang indah
manakala perbedaan suku, agama dan budaya menjadi spirit utama membangun masyarakat,
namun sejarah telah mencatat bahwa bumi Kalimantan Barat gagal membangun peradaban itu
seiring dengan munculnya konflik antar etnis. Hal ini terbukti dengan seringnya terjadi konflik
yang melibatkan etnik di Kalimantan Barat, diantaranya pada tahun 1967 yang melibatkan etnis
Dayak dengan Tionghoa, tahun 1979, 1996/1997 antara etnis Dayak dengan Madura. kemudian
tahun 1999 yang melibatkan etnis Melayu dan Dayak dengan etnis Madura. Kejadian-kejadian
tersebut memakan korban yang tidak sedikit, baik nyawa manusia maupun harta benda. Hal
itulah yang kemudian membuat Kalbar, terutama bagi masyarakat luar identik dengan konflik
antar etnis

Prof. Dr. Syarif Ibrahim Alqadrie. M.Sc. berpendapat bahwa kekerasan dan konflik biasa pula
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti hilangnya dan terhambatnya pencarian identitas
budaya. Di Kalbar fenomena identitas budaya yang paling menonjol adalah media identifikasi
media of Identification dan identifikasi etnis dan keagamaan ethno religio identification yang
menghasilkan kekerasan dan konflik antar anggota komunitas Dayak dan Melayu dengan
Madura, yang telah terjadi 12 kali sejak 1963.
Sumber Referensi:

Humaidy, M. A. (2007). ANALISIS STRATIFIKASI SOSIAL SEBAGAI SUMBER KONFLIK


ANTAR ETNIK DI KALIMANTAN BARAT. Karsa, 187-195.
Jatmiko, D. (2021). Kenakalan remaja klithih yang mengarah pada konflik sosial dan kekerasan
di Yogyakarta. Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 129-150.
Normina. (2014). MASYARAKAT DAN SOSIALISASI. Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI
Kalimantan, 107-114.
Lemish, D. (2018). The Routledge International Handbook of Children, Adolescents and
Media. Routledge.
Huesmann, L. R. (2018). Aggressive Behavior: Current Perspectives. Springer.
Yoder, J. D. (2017). The Influence of the Family in Adolescence: A Scientific Workshop.
Routledge.
Gavazzi, S. M. (2014). The Handbook of Intergroup Communication. Routledge.

Anda mungkin juga menyukai