Anda di halaman 1dari 12

RENCANA PENELITIAN SOSIAL

TENTANG TAWURAN ANTAR PELAJAR YANG


TERJADI DI SEKOLAH

Disusun oleh:

DANISHA FAIRUZ ZULFAIDA

Kelas X-5 nomor absen 08


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelajar merupakan generasi harapan bangsa dan negara, dimana maju atau tidakny
asuatu bangsa amat ditentukan oleh kualitas para pelajar saat ini. Semakin berkualitas
pelajar dan pemudanya maka akan semakin maju suatu bangsa dan negara, sebaliknya
semakin rendah kualitas para pelajar dan pemuda maka semakin terpuruk suatu bangsa.
Salah satu peristiwa yang mencoreng nama baik pelajar di Indonesia adalah kasus tawuran
antar pelajar yang terjadi akhir-akhir ini. Maraknya peristiwa tawuran antar pelajar di
Indonesia menjadikan fungsi pelajar mengalami distorsi dari hakikatnya.

Pelajar yang sejatinya menjadi tolak ukur masa depan bangsa, mulai kabur dari fungsi
dan hakikatnya sebagai agen yangmampu memajukan bangsa dengan segudang
keilmuannya yang selanjutnya membawa bangsa kearah yang lebih baik. Menurunnya nilai-
nilai bernafas terpelajar menjadi sesuatu yang mutlak mendapat perhatian ekstra, baik itu
dari pengampu kebijakan, orang tua dan seluruh elemen masyarakat.Tawuran identik
dengan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok
atau suatu rumpun masyarakat. Tawuran antarpelajar di Indonesia hampir terjadi setiap
tahunnya, dimana tragedi tersebut tidak hanya menimbulkan rusaknya sarana dan prasarana
umum, akan tetapi menimbulkan korban luka bahkan korban jiwa.

Kasus tawuran yang sering terjadi antar pelajar, hampir sudah dianggap sesuatu yang
membudaya di kalangan pelajar. Hal tersebut jika tidak dicari pemecahannya maka akan
berdampak pada terganjalnya proses pembangunan manusia seutuhnya, manusia yang
memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual sebagimana yang menjadi tujuan
pendidikan nasional. Yang lebih memprihatinkan adalah pelaku tawuran tersebut, bukan
hanya dikalangan mahasiswa, tetapi dikalangan SMP, dan SMA. Motifnya pun terkadang
tak jelas bahkan terkadang tak masuk akal seperti saling ejek antar anak sekolah, yang
akhirnya berujung pada tawuran. Bahkan gejala yang lebih memprihatinkan adalah ajang
tawuran dijadikan sebagai unjuk kekuatan diantara para pelajar, hingga dianggap membawa
nama baik sekolahnya, sehingga jika tawuran tersebut dimenangkan oleh pihak mereka,
maka dianggap sebagai jagoan
Musofa - musofa, menyatakan bahwa tawuran dibagi menjadi beberapa jenis-jenis,
diantaranya:

1. Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang berbeda yang
memunyai rasa permusuhan yang telah terjadi turun-temurun/ bersifat tradisional.

2. Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar. Kelompok yang satu berasal dari sekolah
sedangkan yang lainya berasal dari suatu perguruan yang di dalamnya tergantung
beberapa jenis sekolah.

3. Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang berbeda yang bersifat
insidential (waktu tertentu) . Perkelahian jenis ini biasanya dipicu situasi dan kondisi
tertentu. Misalnya satu kelompok pelajar yang sedang menaiki bus secara kebetulan
berpapasan dengan kelompok pelajar yang lain selanjutnya terjadi saling ejek–ejekan
sampai terjadi tawuran.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi terjadinya tawuran, terdapat faktor


internal dan faktor eksternal, yaitu:

1. Faktor internal. Faktor internal mencangkup realisasi frustasi negatif, gangguan


pengamatan dan tanggapan pada diri remaja, dan gagguan emosional/perasaan pada diri
remaja. Tawuran pada dasanya dapat terjadi karena tidak berhasilnya remaja untuk
mengontrol dirinya sendiri. Pada umumnya remaja dalam memberikan tanggapan
terhadap realita cenderung melalui pengelolaan batin yang keliru, sehingga timbulah
pengertian yang salah. Hal ini disebabkan oleh harapan yang terlalu muluk-muluk dan
kecemasan yang terlalu berlebihan. Aman dan takut terhadap sesuatu yang tidak jelas;
dan perasaan rendah diri yang dapat melemahkan cara berpikir, intelektual dan kemauan
anak.

2. Faktor ekternal. Selain faktor didalam (internal) yang dapat menyebabkan tawuran juga
ada beberapa faktor dari luar, yaitu: keluarga, lingkungan sekolah yang tidak
menguntungkan dan ligkungan sekitar. Keluarga memang peranan penting dalam
membentuk karakter anak dan watak anak. Kondisi keluarga sangat berdampak pada
perkembangan seorang anak, apabila hubungan dalam kekeluargaan baik akan
berdampak positif begitupun sebaliknya, jika hubungan dalam kekeluargaan buruk maka
akan pula membawa dampak buruk terhadap perkembangan anak, misalnya rumah
tangga yang berantakan akan menyebabkan anak mengalami ketidakpastian emosional,
perlindungan dari orang tua, penolakan orang tua dan pengaruh buruk orang tua.
Oleh karena itu, peristiwa tawuran di kalangan pelajar mempunyai dampak sistemik
dan merugikan berbagai pihak. Untuk itu peristiwa tawuran perlu di atasi. Perlunya peran
dari seluruh pihak tidak hanya saja dari lingkungan sekolah saja namun dari lingkungan
masyarakat dan keluarga sebagai pintu pertama dalam mendidik pelajar agar tidak terlibat
tawuran, juga aparat penegak hukum dan pemerintah selaku pembuat kebijakan yang akan
memberikan pengaruh yang besar dalam menyelesaikan permasalahan tawuran, untuk itu
perlu adanya upaya dalam menanggulangi terjadinya tawuran antar pelajar.

Belum adanya aturan khusus yang mengatur mengenai tawuran mengakibatkan


tawuran dianggap hal yang sepele padahal dampak tawuran yang luar biasa, para pelajar
pelaku tawuran adalah anak namun kelakuan mereka yang sampai membunuh atau
menghilangkan nyawa orang lain merupakan tindakan yang tidak manusiawi dan tindakan
mereka yang sampai membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain tidak sepantasnya
dilakukan anak-anak.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peristiwa tawuran antar pelajar?

2. Apa yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja?

3. Bagaimana cara menanggulangi tawuran?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya tawuran antar pelajar.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tawuran.

3. Untuk mengetahui cara menanggulangi tawuran.

D. Manfaat

Manfaat penulisan laporan ini adalah:

1. Sebagai referensi bacaan untuk para pembaca.

2. Sebagai pengetahuan terhadap pembaca.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Menurut Kartono, K (2020, hlm. 25-35) mengatakan bahwa kejahatan yang diperbuat
oleh remaja merupakan suatu gejala penyimpangan dan patologis secara sosial itu juga dapat
dikelompokan dalam satu kelas defektif secara sosial yang mempunyai beberapa
penyebabnya sebagai berikut :

1) Teori Biologis

Tingkah laku sosiopatik atau kenakalan remaja dapat terjadi karena faktor –faktor
fisologis, struktur jasmaniah seseorang, dan terdapat juga cacat jasmaniah yang dibawa
sejak lahir, antara lain seperti :

a) Melalui gen atau plasma pembawaan sifat dalam keturunan, atau melalui

kombinasi gen yang dapat menjadikan anak terlahir dengan mempunyai sifat

kenakalan secara potensial.

b) Melalui pewarisan tipe – tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal),

sehingga membuahkan tingkah laku kenakalan.

c) Melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah tertentu yang

menimbulkan tingkah laku kenakalan atau sosiopatik, missal cacat jasmaniah

bawaan brachydactylisme (berjari – jari pendek) dan diabetes insipidius (sejenis

penyakit gula) hal tersebut memiliki keeratan berkorelasi dengan sifat – sifat

kriminal serta penyakit mental lainnya.

2) Teori Psikogenesis

Pada teori ini menjelaskan sebab – sebab tingkah laku kenakalan anak di usia remaja dilihat
dari aspek psikologis atau kejiwaannya, antara lain faktor inteligensi, motivasi, fantasi,
rasionalisasi, internalisasi diri yang kelirum konflik batin, emosi yang kontroversial, dan
lainnya. Argumen sentral teori ini yaitu bentuk penyesalan atau kompensasi dari masalah
psikologis dan konflik batin dalam menanggapi stimuli eksternal/sosial dan pola – pola
hidup keluarga yang patologis. Kurang lebih 90% dari jumlah kasus kenakalan pada anak
berasal dari keluarga berantakan (broken home), kondisi keluarga yang tidak harmonis maka
akan membuahkan masalah psikologis personal dan adjustment (penyesuaian diri) yang
terganggu pada diri seorang anak sehingga anak tersebut mencari kompensasi di luar
lingkungan keluarga guna memecahkan permasalahan dalam batinnya yang terlampiaskan
dalam bentuk perilaku kejahatan atau kenakalan sebagai wujud mempraktekan konflik
dalam batinnya untuk mengurangi beban tekanan jiwa sendiri yang disalurkan melalui
tingkah laku agresif, impulsive, dan primitif.

3) Teori Sosiogenis

Pada teori ini para sosiolog berpendapat bahwa penyebab tingkah laku kenakalan anak
remaja ini adalah murni dari faktor sosiologis atau sosial psikologis sifatnya, seperti
pengaruh struktur sosial yang deviatif, adanya tekanan dalam suatu kelompok bermain, dan
status sosial. Maka faktor kultural dan sosial tersebut sangat mempengaruhi dan dapat
mendominasi struktur Lembaga –Lembaga sosial dan pernan sosial setiap individu ditengah
lingkungan masyarakat.

4) Menurut teori subkultur ini sumber juvenile deliquency adalah sifat-sifat struktur sosial
dengan pola budaya yang khas dari lingkungan keluarga, tetangga dan masyarakat yang
dialami oleh remaja tersebut antara lain populasi penduduk yang padat, status sosial
ekonomis penghuninya rendah, kondisi fisik perkampungan rendah, dan banyaknya
disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi.

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Adek Alhamry dan M. Fakhrurrozi (2009)berjudul


“Kecerdasan Emosi Pada Remaja Pelaku Tawuran” dengan hasil kedua subjek memiliki
kesadaran diri yang tinggi semenjak ikut tawuran,semenjak ikut tawuran subjek 1 merasa
kalau situasi di sekitarnya tidak enakdia bisa langsung emosi. Sedangkan subjek 2 lebih
susah untuk mengontrolemosinya, semenjak ikut tawuran kalau menghadapi masalah,
subjek 1langsung mengambil inisiatif untuk menyelesaikannya pada hari itu
juga.Sedangkan pada subjek 2 semenjak ikut tawuran dia merasa tidak bisa lagi mengambil
inisiatif sendiri untuk menyelesaikan sebuah masalah. Pikirannya hanya ke tawuran saja,
semenjak ikut tawuran, subjek 1 dan subjek 2 semakin percaya dengan teman-teman
dekatnya saja, dan yang terakhir semenjak ikut tawuran, Subjek 1 semakin bisa untuk
bekerjasama dengan teman-temannya dalam soal tawuran. Sedangkan subjek 2 hanya bisa
bekerjasama dengan teman-teman yang ikut tawuran bersama dengan dia atau dengan teman
dekatnya saja.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Meidayanti Pradatin Dianlestari (2015) berjudul “Upaya
Mengatasi Kenakalan Remaja: Tawuran di SMAN 4 Kabupaten Tangerang” dengan hasil
faktor-faktor penyebab terjadinya tawuran di SMAN 4 Kabupaten Tangerang ialah fakor
internal berupa ketersinggungan antar kelompok dan perasaan terancam, serta
faktoreksternal yang terdiri dari faktor keluarga berupa kurangnya perhatian dariorang tua,
faktor sekolah yaitu kurangnya kegiatan siswa dan adanya sekolahyang dianggap musuh,
dan faktor lingkungan berupa letak geografis danpergaulan siswa. Upaya yang diakukan
untuk mengatasi tawuran di SMAN 4 Kabupaten Tangerang, yaitu:

1) aturan sekolah

2) menambah kegiatan siswa


BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengertian Tawuran

Tawuran adalah tindakan perkelahian massal yang dilakukan oleh pelajar antar pelajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesian (KBBI) kata tawuran diartikan menjadi, “Tawur
yaitu perkelahian secara beramai – ramai, perkelahian massal, perkelahian yang tiba – tiba”.
Dalam hal ini tawuran antar pelajar dapat dijelaskan sebagai suatu perkelahian yang
dilakukan oleh sekolompok pelajar dengan kelompok pelajar sekolah lainnya dan terjadi
baik secara tiba – tiba maupun sudah direncanakan, sehingga hal tersebut dapat meresahkan
lingkungan sekitar nya dan merugikan banyak hal atas kejadiannya tersebut.

Pada tawuran antar pelajar ini juga terdapat beberapa jenis – jenis permasalahannya,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Mustofa (1998) dalam (Aprilia & Indrijati, 2014, hlm. 4)
menjabarkan jenis – jenis tawuran antar pelajar sebagai berikut :
1) Tawuran antar dua kelompok pelajar dari sekolah yang berbeda, pada hal ini diawali
dengan adanya rasa permusuhan yang telah menjadi secara turun - menurun yang bersifat
tradisional.

2) Tawuran pelajar antar dua kelompok pelajar dari sekolah yang berbeda bersifat incidental,
Perkelahian jenis ini dipicu oleh kondisi dan situasi tertentu. Hal tersebut dapat digambarkan
pada suatu kelompok pelajar yang sedang menaiki bus secara kebetulan berpapasan dengan
kelompok pelajar lainnya, dan terjadi saling mengejek satu sama lain sampai menimbulkan
terjadinya tawuran.

3) Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang sama tetapi berasal dari
jenjang kelas yang berbeda, missalnya tawuran antara pelajar kelas VIII dan pelajar kelas
IX. Selain itu, terdapat bentuk – bentuk dari perilaku tawuran yang dijelaskan oleh Sarwono
(2010) didalam (Aprilia, N., & Indrijati, H., 2014, hlm. 5) menjelaskan ada beberapa bentuk
perilaku yang dapat muncul pada saat suatu kelompok terjadi tawuran sebagai berikut:
1) Perkelahian, pengancaman, dan mengintimidasi orang lain
2) Merusak fasilitas umum, seperti melakukan penyerangan ke lingkungan kesekolah
lain, dan lainnya.
3) Mengganggu jalannya aktivitas orang lain, seperti pembajakan kendaraan umum pada
truk atau bus yang sedang lewat.
4) Melanggar aturan sekolah, seperti bolos saat jam kegiatan belajar mengajar (KBM).
5) Melanggar ketentuan hukum yang berlaku di suatu negara

6) Membantah aturan orang tua

2. Upaya Menanggulangi Tawuran

Kejadian Tawuran antar pelajar yang terjadi dalam masa remaja harus dapat diatasi dengan
berbagai cara yang baik, hal ini bertujuan agar perkelahian antar pelajar pada tawuran antar
pelajar tersebut bisa teratasi dengan baik, untuk itu diperlukannya sebuah tindakan dalam
mengatasi kejadian tawuran antar pelajar tersebut, sebagaimana menurut Yunanto, M. K.,
& Aryanto, E. (2019, hlm. 100-103) menarik kesimpulan dari penelitiannya yang berjudul
penanggulangan bencana sosial studi kasus bentrok atau tawuran di kalangan muda, dengan
penanggulangannya sebagai berikut:
1) Orang tua memberikan perhatian yang semestinya kepada anak.
2) Pendidikan Agama dari Sejak Dini.
3) Adanya Pendidikan Mental.
4) Adanya Pengawasan.
5) Penyuluhan.
Adanya kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh aparat kepolisian, satpol PP, LSM dan
lainnya dengan tujuan untuk menanggulangi tawuran, serta aparat kepolisian dan lainnya
memiliki sikap andil dalam mengatasi tawuran dengan cara menempatkan petugasnya di
daerah rawan tawuran.

6) Peraturan.

Pembuatan peraturan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan
masyarakat sekitar dengan tujuan agar anak dapat mengontrol dirinya bahwa ada hal
yang tidak boleh di lakukan.

7) Sanksi bagi yang terlibat tawuran.

8) Pengembangan bakat dan minat bakat.

9) Kolaborasi belajar bersama antar sekolah.

10) Kerja sama antara sekolah, orang tua pelajar, aparat keamanan, dan

masyarakat.
11) Pendampingan

Selain itu upaya lainnya dalam mengatasi permasalahan kenakalan remaja pada kasus
tawuran antar pelajar dapat dijelaskan menurut Willis, S.S., (2017, hlm. 128-144)
berpendapat mengenai menanggulangi permasalah kenakalan remaja dapat dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
1) Upaya Preventif, yaitu suatu bentuk tindakan yang dikerjakan secara berkonsep,
sistematis, dan terarah dengan tujuan menjaga perilaku dari remaja agar permasalahan
kenakalan pada remaja tersebut tidak terjadi. Secara garis besarnya upaya ini terdiri dari
upaya dilingkungan keluarga yang dapat digambarkan seperti orang tua dapat membuat
kehidupan dalam rumah yang beragama baik, harmonis, adanya pemikiran yang sama antara
kedua orang tua dalam mendidik anak sesuai dengan nilai moral dan norma yang berlaku
dalam lingkungan masyarakat sekitar, memberikan kasih sayang wajar terhadap anak dan
pengawasan yang baik terhadap pergaulannya. Kemudian upaya dilingkungan sekolah
dengan cara guru dapat memahami aspek psikis dari para pelajar serta adanya pelengkapan
sarana dan prasarana disekolah yang dapat pelajar gunakan, selain itu upaya dilingkungan
masyarakat pun turut membantu dalam mengatasi kenakalan remaja seperti diadakannya
organisasi karang taruna yang berguna dapat membangun lingkungan sekitar tempat tinggal.
Sehingga dari keseragaman ketiga upaya tersebut dapat mencegah sekaligus mengatasi
kenakalan remaja disekitar lingkungan sekolah maupun tempat tinggal.
2) Upaya Kuratif, yaitu suatu bentuk tindakan dalam menanggulangi permasalahan remaja
pada kasus kenakalan remaja, yang dapat digambarkan sebagai bentuk mengantisipasi
terhadap gejala yang akan terjadi. Upaya ini secara formal dilakukan oleh Polri dan
kejaksaan Negeri, sebab jika permasalahan pada kasus kenakalan remaja tersebut sudah
melakukan perbuatan yang dapat melanggar hukum sudah menjadi kewajiban dari pihak
polisi dan kehakiman untuk mengatasinya. Dalam upaya ini juga pihak kepolisian dapat
melakukan sosialisasi mengenai kenakalan remaja, dengan maksud agar pelajar mengetahui
dampak dari perbuatan yang telah diperbuat.
3) Upaya Pembinaan, yaitu suatu bentuk tindakan dalam membina remaja agar tidak
melakukan perbuatan kenakalan tersebut baik di sekolah maupun dilingkungan masyarakat
sekitar, pembinaan ini terdiri dari beberapa aspek, seperti pembinaan mental dalam
kepribadian beragama, pembinaan mental ideologi negara yakni dengan memberikan
pemahaman dari nilai sila-sila Pancasila untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang
bertujuan untuk menjadikan warga negara yang baik, dan pembinaan keterampilan khusus
yang dapat pengembangkan bakat-bakat khusus.
DAFTAR PUSTAKA

1. Penyebab terjadinya tawuran antar pelajar (https://najmyanna.wordpress.com/penyebab-


terjadinya-tawuran-antar-pelajar/)

2. 5 faktor penyebab terjadinya tawuran (http://senyumketiga.blogspot.co.id/2014/08/5-


faktor-penyebab-terjadinya-tawuran.html)

3. PENYEBAB TERJADINYA TAWURAN ANTAR PELAJAR


(http://adeliarahmawati031.blogspot.co.id/2015/04/penyebab-terjadinya-tawuran-
antar.html)

4. Tawuran (https://id.wikipedia.org/wiki/Tawuran)

5. Cara Menanggulangi/Mengatasi Tawuran Antar Siswa Pelajar ...


https://www.patikab.go.id/v2/id/2012/09/26/cara-menanggulangimengatasi-tawuran-antar-
siswa-pelajar-sekolah-sd-smp-sma-smk-dan-lainlain/

Anda mungkin juga menyukai