Anda di halaman 1dari 4

Jawaban No 1

- 1. Sosialisasi Keluarga

Keluarga merupakan unit sosial pertama dan paling penting dalam proses sosialisasi. Ketika sosialisasi
dalam lingkungan keluarga tidak berjalan maksimal, misalnya ketiadaan pengasuhan yang baik dan
kurangnya perhatian, hal ini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan remaja. Remaja yang
kurang mendapatkan pengarahan dan kontrol dari keluarga mereka cenderung menunjukkan perilaku
agresif.

2. Sosialisasi Sekolah

Pendidikan dan sosialisasi di sekolah merupakan hal yang sangat penting. Ketika suatu sekolah tidak
mampu memberikan aturan dan disiplin yang baik, atau malah menciptakan lingkungan yang memicu
stres, kekerasan dapat menjadi bentuk reaksi yang dipilih oleh remaja. Selain itu, bullying juga menjadi
salah satu bentuk kekerasan yang sering terjadi di lingkungan sekolah.

3. Sosialisasi Media

Media massa dan media sosial saat ini memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap perilaku remaja.
Tanpa filter dan pengawasan yang baik, remaja dapat dengan mudah mengakses dan terpapar oleh
konten kekerasan yang bisa mempengaruhi pola pikir dan perilaku mereka.

4. Sosialisasi Teman Sebaya

Teman sebaya adalah sumber pengaruh besar bagi remaja. Kekerasan bisa menjadi bentuk adaptasi
ketika remaja berada dalam lingkungan teman sebaya yang cenderung agresif dan bermasalah.

Masing-masing jenis sosialisasi memiliki peran penting dalam pembentukan karakter remaja. Oleh
karena itu, sosialisasi yang tidak dilakukan secara optimal dapat menjadi trigger bagi remaja untuk
melakukan tindakan agresif atau kekerasan. Solusi dari masalah ini adalah dengan memaksimalkan
sosialisasi dari berbagai aspek lingkungan, baik itu keluarga, sekolah, media, maupun teman sebaya.

Jadi, jawabannya apa?


Jawabannya adalah, upaya untuk mencegah belakangan kekerasan yang dilakukan oleh remaja harus
melibatkan optimalisasi sosialisasi. Dalam hal ini, peran dari keluarga, sekolah, media, dan teman sebaya
sangat signifikan. Tanpa sosialisasi yang optimal, remaja berpotensi untuk melakukan tindakan
kekerasan.

Jawaban No 2

- tawuran memang sudah menjadi gerakan heroic bagi sebagian besar siswa untuk pembuktian
eksistensi diri. Dengan kejadian tersebut tentu ini mengusik saya untuk memandang pelajar dari sudut
kejiwaan. Menurut analisis saya, pelajar dalam usia remaja memang masih dalam konteks kelabilan. Jiwa
berontak,ingin diakui, dan mudah di provokasi membuat siswa-siswa SMA ini mudah melakukan
kegiatan semacam ini. Selain itu, dalam usia yang labil, umumnya mereka lebih mempercayai komunitas
mereka yang dianggap sehati sepikir,memiliki satu tujuan dan akhirnya mereka memiliki rasa yang sama
yang mereka sebut solidaritas. Karena alasan solidaritas inilah, akhirnya para pelajar itu memutuskan
tawuran sebagai perjuangan untuk merebut daerah kekuasaan komunitas mereka. Mirisnya, kegiatan
tawuran seperti ini dianggap oleh beberapa siswa sebagai hal yang wajar bagi mereka. Ini merupakan
permainan asik untuk melatih mental mereka,layaknya permainan dalam game online yang sedang
mereka perankan. Kalangan terpelajar yang harusnya jadi harapan bangsa,justru lebih senang
melakukan hal-hal rendah yang tidak terpelajar. Kita perlu melihat mengapa keadaan ini bisa sedemikian
mengkhawatirkan. Menurut pengamatan saya, sekolah adalah bagian terbesar dari pihak yang
bertanggungjawab dengan adanya tawuran tersebut. Sebagai contoh, kegiatan masa orientasi siswa
atau masa bimbingan siswa yang seharusnya dijadikan untuk kegiatan pengenalan siswa terhadap
kondisi dan situasi sekolah oleh senior kepada junior, malah dimanfaatkan untuk membangun
kesenioritasan yang didalamnya terkandung beberapa kekerasan. Karna diawal saat masuk sekolah
mereka sudah di kenalkan dengan kekerasan, tidak heran kalau yang menjadi standarisasi bertindak
mereka adalah kekerasan. Sebagai dampak kecilnya adalah, semasa bersekolah akan ada jenjang antara
kelas X,XI,dan kelas XII. Siapa yang dianggap menghalangi eksistensi seseorang atau sekelompok orang
maka solusinya adalah kekerasan(bullying). Bahkan kekerasan bukan hanya dilakukan oleh sesama siswa
saja, melainkan guru pun ikut berkontribusi terhadap kekerasan disekolah. Tidak jarang guru melakukan
kekerasan fisik kepada siswanya yang dengan sengaja dipertontonkan kepada siswa lainnya. Hal ini
menjadi pemikiran saya,bahwa peran sekolah tidak lagi tepat pada dasar dan tujuannya. Karena kalau
sekolah memang sudah berperan dengan baik,tidak mungkin oknum tawurannya adalah antar pelajar.

Selain sekolah,rumah tentu menjadi aspek selanjutnya yang turut bertanggungjawab terhadap kasus ini.
Anak jangan hanya diserahkan dan dipercayakan kepada sekolah,namun keluarga merupakan pihak yang
wajib lebih memperhatikan kepribadian anaknya. Orangtua harus lebih berhati-hati dalam tindak tanduk
yang mereka lakukan dihadapan anak,karena anak merupakan peniru terpandai. Terlebih saat usia anak
masih balita,kalau semasa kecilnya anak sudah menyaksikan dan mengalami kekerasan,maka si anak
akan terus bertumbuh dengan kekerasan. Dan mereka akan dengan bangga membagi kekerasan yang
mereka terima kepada pihak yang dia anggap sebagai rivalnya. Selain itu,ada baiknya kalau orangtua
memantau apa saja yang menjadi konsumsi tontonan anak. Karena ditengah bobroknya tayangan-
tayangan televisi kita,itu juga berperan besar untuk mempengaruhi pola pikir anak.

Namun sebenarnya dalam analisis saya,dalam kasus ini bukan hanya pihak sekolah dan keluarga saja
yang terlibat. Tapi ini juga merupakan tanggungjawab Negara dan kita bersama dalam menyikapi kasus
ini. Bagaimana kita melihat kondisi ini dari kacamata kejiwaan para pelajar bangsa kita. Bahwa apa yang
mereka lihat dan rasakan,itu jugalah yang akan mereka aplikasikan dalam usia mereka yang masih labil.
Maka saya secara pribadi rasanya ingin mengajak kita bersama untuk berteriak, STOP KEKERASAN! Save
Our Student!

Jawaban no 3

- Menurut Rholand Muary dalam buku Sosiologi: Pengantar, Teori, dan Paradigma (2022), perwujudan
stratifikasi sosial jelas terlihat pada terbentuknya kelas sosial.

Adapun penyebab utama timbulnya stratifikasi sosial pada masyarakat adalah tidak seimbangnya hak
dan kewajiban seseorang.

Tidak mau bertanggung jawab dan adanya ketimpangan nilai atau harga turut menjadi penyebab
stratifikasi sosial.

Dikutip dari buku Sosiologi Umum (2015) oleh Fredian Tonny Nasdian, stratifikasi sosial disebabkan oleh
perbedaan kemampuan individu.

Misal, orang kaya mudah menjalani kehidupannya. Sementara orang miskin sulit memenuhi
kebutuannya. Dari sinilah muncul stratifikasi sosial

Selain kedua hal di atas, stratifikasi sosial juga dapat disebabkan oleh:

Proses kelembagaan Stratifikasi sosial muncul karena adanya proses kelembagaan, di mana segala
sesuatu menjadi bernilai dan mudah diinginkan. Aturan distribusi barang dan jasa Pemerintah atau
lembaga sering kali menyusun aturan dan kebijakan yang akhirnya menyebabkan stratifikasi sosial.

Proses kelembagaan Stratifikasi sosial muncul karena adanya proses kelembagaan, di mana segala
sesuatu menjadi bernilai dan mudah diinginkan. Aturan distribusi barang dan jasa Pemerintah atau
lembaga sering kali menyusun aturan dan kebijakan yang akhirnya menyebabkan stratifikasi sosial.

Contoh stratifikasi sosial :

1.Seorang pedagang kaki lima sukses menjadi pengusaha

2. Anak petani yang sukses meraih gelar magister

3. Sistem kasta yang dimiliki masyarakat Bali

4. Seseorang berhasil menjadi pejabat dengan kemapuan yang dimilikinya

Sumber :

• https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/skola/read/2023/06/26/080000469/stratifikasi-
sosial--pengertian-dan-contohnya

•https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/bimayogha/
54f93f43a33311af068b497c/stratifikasi-sosial

Anda mungkin juga menyukai