Anda di halaman 1dari 8

 STUDI KASUS

https://metro.tempo.co/read/1576634/polisi-tangkap-tiga-pelaku-tawuran-yang-tewaskan-pelajar-
mts-3-tangerang/full&view=ok

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran yang Tewaskan


Pelajar MTs 3 Tangerang

Tangerang, Rabu 30 Maret 2022 – 17:36 WIB


Reporter: Joniansyah (Kontributor), Editor: Clara Maria Tjandra Dewi H.

Ilustrasi tawuran pelajar. Dok. TEMPO/Dasril Roszandi;

TEMPO.CO, Tangerang - Polres Metro Tangerang menangkap tiga


pelaku tawuran yang menewaskan MR, 16 tahun pelajar MTs Negeri 3 Tangerang.

Ketiganya masih berusia 15 tahun, yaitu SG, MA dan S. Adapun MA dan S, merupakan
pelajar di MTs Darul Mu'minin dan tersangka SG adalah pelajar yang telah
diberhentikan.

Kapolres Metro Tangerang Komisaris Besar Komarudin mengatakan satu di antaranya


ditetapkan sebagai tersangka dan dua anak berhadapan dengan hukum (ABH). "Dari
tiga itu, satu orang kami tetapkan sebagai tersangka, yaitu SG," ujarnya, Rabu 30 Maret
2022.
Komarudin menegaskan, tiga anak tersebut terbukti melakukan tindakan yang
menyebabkan korban mengalami luka bacok dan meninggal.

Dari hasil pemeriksaan ketiga pelaku itu, kata Komarudin, diawali dari aksi pelajar MTs
yang melakukan konvoi usai ujian akhir menuju Dermaga Tanjung Pasir, Teluknaga
pada Senin 28 Maret lalu.

Pada saat itu mereka bertemu dengan kelompok MTs Negeri 3 Tangerang di sekitar
daerah Tanjung Pasir. "Di sanalah konvoi mereka diikuti kelompok MTs Darul
Mu'minin, kemudian dilakukan pengejaran begitu dipepet, dibacok," kata Komarudin.

Korban meninggal dalam tawuran pelajar itu mengalami luka bacok ataupun luka
terkena senjata tajam atau sabetan pedang dan benda tumpul. "Benda tumpulnya,
berdasarkan hasil analisa itu karena yang bersangkutan setelah dibacok terjatuh dan
kecelakaan menabrak tembok," kata Komarudin.

JONIANSYAH HARDJONO
 ANALISIS KASUS

1. Pengertian Tawuran
Tawuran, kata yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia. Tawuran kerap terjadi diantara para pelajar, namun tak sedikit juga
tawuran yang mungkin terjadi antar warga. Lalu apa sebenarnya maksud atau arti
dari kata tawuran itu sendiri? Di kutip dari laman web Wikipedia, mendifinisikan
tawuran sebagai suatu bentuk kekerasan antar geng atau perkumpulan sekolah dalam
masyarakat Indonesia. Sedangkan jika dilihat dari pendapat ahli, Rais 1997
menyatakan bahwa tawuran atau bentuk perkelahian yang terjadi diantara para pelajar
adalah sebuah perbuatan tercela yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok
pelajar kepada pelajar atau kelompok pelajar lain. Bisa disimpulkan bahwa tawuran
merupakan suatu tindakan yang dapat merugikan dua pihak atau lebih yang terlibat di
dalamnya, karena tindakan yang dilakukan bertujuan untuk dapat saling melukai satu
dengan yang lain.

2. Identifikasi Masalah
Dalam berita di atas menuliskan tentang tiga remaja berusia 15 tahun berinisial
SG, MA, dan S dua diantaranya berasal dari MTs Darul Mu'minin dan seorang
lainnya merupakan siswa yang telah dikeluarkan. Ketiganya di tangkap oleh Polres
Metro Tangerang, dikarenakan telah terlibat dalam sebuah tawuran antar pelajar,
hingga menewaskan seorang pelajar berinisial MR berusia 16 tahun yang berasal dari
MTs Negeri 3 Tangerang. Dari ketiga pelajar yang terlibat dalam tawuran yang telah
menewaskan pelajar lain itu, pihak kepolisian telah menetapkan SG sebagai
tersangka. Sedangkan MA dan juga S di tetapkan sebagai anak berhadapan dengan
hukum (ABH).

3. Diagnosis Masalah
Jika diamati awal mula penyebab terjadinya tawuran antar pelajar tersebut di
mulai saat siswa dari MTs Darul Mu'minin sedang melakukan konvoi dengan tujuan
merayakan telah berakhirnya ujian akhir menuju Dermaga Tanjung Pasir, Teluknaga
pada Senin 28 Maret lalu. Saat berada di dermaga tersebut, siswa dari MTs Darul
Mu'minin secara tidak sengaja bertremu dengan siswa dari MTs Negeri 3 Tangerang
yang juga sedang berada di sekitar dermaga tersebut. Dan dari sanalah bermula
tawuran antar kedua sekolah tersebut terjadi. Peristiwa tawuran ini dapat terjadi
biasaya karena dipicu adanya permasalahan antara geng-geng yang ada di masing-
masing sekolah. Tak jarang juga tawuran terjadi dikarenakan adanya niat unjuk
kekuatan dari masing-masing sekolah, dengan kata lain para pelajar ini bertujuan
untuk mendapatkan pengakuan sekolah manakah yang terkuat. Jika mereka dapat
melumpuhkan sekolah lawan, maka akan menjadi kepuasan tersendiri karena sekolah
mereka akan diakui sebagai sekolah yang lebih kuat. Senjata tajam seperti gear,
parang, kampak dan masih banya lagi sajam yang sering di gunakan para pelajar
untuk menyerang lawan mereka. Seperti yang terjadi saat kedua MTs tawuran hingga
menewaskan seorang pelajar dari salah satu sekolah. Korban di kejar menggunakan
sepeda motor, kemudia di pepet lalu di bacok hingga terjatuh dari sepeda motor dan
mengalami kecelakaan menabrak tembok.

4. Penyebab Terjadinya Tawuran Pelajar


Tawuran yang terjadi antar pelajar dapat di sebabkan dari dalam maupun luar
diri pelajar itu sendiri.
a. Penyebab dari dalam diri (Internal):
o Krisis identitas, dimana pelajar mengalami ketidakmampuan dalam proses
pencarian identitas diri mereka. Yang mana dalam proses pencarian
identitas diri itu mereka dapatkan melalui pengalam dan juga nilai-nilai.
Dan akan sangat berakibat buruk jika mereka tidak bisa mendapatkan
nilai-nilai positif dan malah mendapat nilai-nilai juga pengalaman negatif
yang akan membuat mereka mengalami penyimpangan dalam hidup
bermasyarakat.
o Tidak dapat mengontrol diri, pada umumnya di usia remaja para pelajar
cenderung tidak memiliki pengenalan diri yang baik. Dikarenakan hal
tersebut mereka kerap mengekspresikan diri melalui hal-hal negatif.
b. Penyebab dari luar (Eksternal):
o Keluarga, sebagai wadah pendidikan pertama bagi anak keluarga
memegang peranan penting dalam proses pembentukan karakter anak.
Saat anak merasa dirinya kurang diperhatikan, kurang mendapat kasih
sayang, juga kurang adanya komunikasi dalam lingkungan keluarga, dapat
memicu anak untuk mencari validasi diri melalui hal-hal negatif .
o Pergaulan, di usia remaja dimana mereka masih sangat sulit untuk
membedakan mana hal positif dan negatif akan membuat mereka mudah
terpengaruhi pergaulan yang tidak baik. Para remaja ini cenderung
berpikir untuk menganut nilai yang sama sesuai dari pergaulan yang ia
ikuti itulah yang membentuk pribadi mereka.
o Gengsi, di usia remaja ini anak lebih memiliki rasa gengsi yang cukup
tinggi. Mereka akan lebih mementingkan gengsi daripada hal lainnya. Jika
mereka tidak ikut serta dalam tawuran, maka mereka akan di cap sebagai
anak yang lemah oleh teman-temannya hingga anak akan senantiasa
mengikuti gengsinya agar mendapat pengakuan.
o Kurangnya perhatian guru di lingkungan sekolah, para pelajar yang
mengikuti tawuran biasanya berasal dari suatu kelompok atau geng dalam
sekolah. Memperhatikan pergaulan siswa di sekolah menjadi tanggung
jawab sebagai seorang guru.
o Rivalitas antar sekolah, terjadinya tawuran juga dapat di sebabkan oleh
hubungan yang tidak baik antar sekolah satu dengan yang lainnya.
Masing-masing jelas memiliki pandangan negatif satu sama lain, hingga
menyebabkan besar kemungkinan terjadinya perselisihan ketika mereka
dipertemukan.
o Ketegasan sekolah juga pemerintah, sekolah merupakan salah satu
lembaga yang memiliki peranan penting guna mencegah terjadinya
tawuran. Namun, banyak sekali sekolah-sekolah yang masih abai dalam
mempertegas peraturan dalam lingkungan sekolah.
o Lingkungan masyarakat, lingkungan yang rentan sekali terjadi kekerasan
juga kejahatan secara tidak langsung membuat anak akan senantiasa
mudah terprovokasi untuk melakukan tindak kekerasan seperti yang di
temuinya.

5. Analisis Kasus Berdasarkan 3 Teori Perkembangan


a. Berdasarkan Teori Psikoanalisis
Jika melihat dari sudut pandang teori psikoanalisis, para remaja yang terlibat
dalam tawuran antar pelajar sekolah ini dikarenakan tidak adanya kesadaran
ketika mereka melakukan aksi tawuran tersebut. Mengapa demikian? Hal ini bisa
saja dikarenakan adanya pengalaman yang mereka jumpai dari kelompok atau
geng terdahulu yang ada di sekolah tempat mereka menuntut ilmu. Para pelajar
yang ikut serta dalam aksi tawuran juga dapat disebabkan oleh adanya dorongan
juga keinginan untuk mendapatkan pengakuan diri dari teman maupun lawan.
Tanpa mereka sadari hal yang mereka lakukan merupakan hal negatif dan dapat
sangat merugikan diri mereka.

b. Berdasarkan Teori Behaviorial


Jika meliht dari sudut pandang teori behaviorial, lingkungan sekitar juga
pertemanan anak memiliki pengaruh yang cukup besar untuk dapat membuat
mereka melakukan tindaka kejahatan juga kekerasan. Saat berusia remaja anak
cendrung akan mengeksprikan dirinya berdasarkan lingkungan sekitar juga
pertemanannya. Seperti saat mereka melihat teman-temannya ikut serta dalam
tawuran, maka mereka juga akan berpikir untuk melakukan hal yang sama agar
mereka bisa mendapat pengakuan atau validasi diri dari teman-temannya, tanpa
memikirkan apakah hal yang mereka lakukan itu adalah yang baik atau buruk.

c. Berdasarkan Teori Kognitif


Jika dilihat melalui sudut pandang teori kognitif, terkit cara berpikir,
pandangan, serta penilaian anak yang salah dalam mengartikan cara
mengekspresikan diri. Para remaja yang terlibat dalam aksi tawuran beranggapan
bahwa dengan mengikuti aksi tersebut mereka telah berhasil mengekspresikan
diri, karena ingin mendapat pengakuan dari teman sebayanya. Tanpa mereka
sadari bahwa masih banyak sekali cara-cara yang jauh lebih baik jika mereka
ingin atau berniat mengekspresikan diri, semisal mengekspresikannya melalui
bakat dan minat mereka. Pengolahan pikiran yang belum berkembang dengan
baik di usia mereka, membuat mereka tidak dapat membedakan manakah hal
yang baik untuk di ikuti dan manakah hal yang seharusnya mereka jauhi atau
hindari. Sehingga mereka akan dengan mudahnya terpengaruh oleh pergaulan di
lingkungan sekitar.

6. Analisis Kasus Menurut Teori Perkembangan Emosi


Di usia remaja, perkembangan emosi anak sangatlah tidak stabil. Kondisi ini
dapat di sebabkan karena pada usia ini, remaja sedang berada dalam masa peralihan
yang dimana anak akan mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa. Pada
masa inilah anak akan mengalami krisis mental yang menjadi sangat labil, hingga
membuat mereka tidak dapat memutuskan apa yang baik dan yang buruk baik diri
mereka. Hal ini dapat dipengaruhi salah satunya dikarenakan perubahan hormon,
yang mana pada masa ini anak akan mudah sekali mengalami perubahan suasana hati.
Tawuran sendiri merupakan cerminan dari ketidakmampuan anak dalam mengontrol
diri mereka, sehingga sangat mudah untuk tersulut amarah.
Rasa kesal, benci, juga amarah di ungkapkan atau di eskpresikan para remaja
tersebut melalui aksi tawuran yang mereka lakukan. Setelah melakukan aksi tersebut,
mereka akan mendapatkan kepuasan tersendiri karena merasa perasaannya telah
terluapkan dan akan mendapat pengakuan atas apa yang telah mereka lakukan.
Hal yang menjadi faktor perkembangan emosi pada anak saat berusia remaja
salah satunya karena adanya perubahan jasmani pada anak, interaksi juga komunikasi
yang terjalin antara orang tua dengan anak, berubahnya pola interaksi yang terjadi di
lingkungan sekolah, juga berubahnya pandangan anak mengenai dunia luar.

7. Anilisis Kasus Menurut Perkembangan Sosial


Jika dilihat menurut sudut pandang perkembangan sosial, hal yang di lakukan
para remaja dalam berita tersebut adalah bentuk kecendrungan mengikuti tindakan
yang dilakukan oleh teman sebaya mereka. Mereka akan merasa bahwa diri mereka
telah menjadi pribadi yang bebas dari pengaruh orang tua. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi perkembangan sosial pada anak, yakni:
a) Faktor Internal:
o Kondisi fisik (fisiologis);
o Kondisi mental/kejiwaan (psikologis).
b) Faktor Eksternal:
o Pendidikan;
o Keluarga;
o Status sosial ekonomi;
o Peran orang tua dalam memberi contoh interaksi atau hubungan
sosial pada anak.
c) Faktor Lingkungan:
o Hubungan dengan teman sebaya;
o Interaksi dalam masyarakat.
Pada aksi tawuran yang dilakukan remaja-remaja MTs Darul Mu´minin dengan
MTs Negeri 3 Tangerang, merupakan wujud krisis identitas pada anak. Para remaja
tersebut belum mampu berkomunikasi juga berinteraksi dengan baik, dengan begitu
mereka tidak menaati nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam masyarakat.

8. Analisis Kasus Menurut Perkembangan Moral-Spiritual


Aksi tawuran yang terjadi antar pelajar adalah suatu bentuk tindakan
pelanggaran norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat dikatakan bahwa
perkembangan spiritual yang terjadi pada remaja-remaja tersebut tidaklah sempurna.
Karena jika perkembangan spiritual mereka terpenuhi, mereka akan senantiasa rajin
dalam menjalankan ibadah juga mendekatkan diri kepada Tuham Yang Maha Esa.
Hingga mereka pun akan menjauhi segala hal yang berbau negaitf dan tidak akan
melanggar norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Para remaja yang
terlibat dalam aksi tawuran ini merupakan mereka yang belum mampu mencapai
puncak kematangan mereka, sehingga mereka pun tidak dapat memanfaatkan potensi
diri mereka ke dalam nilai-nilai kerohanian dalam hidup bermasyarakat.
Pendidikan, lingkungan sekita, dan pola asuh anak sangatlah mempengaruhi
perkembangan moral dan juga spiritual mereka. Hingga ketiga aspek tersebut pada
dasarnya memegang tanggung jawab yang sangat besar bagi perkembangan moral
dan spirituan anak itu sendiri. Jika ketiga aspek tersebut dapat saling bekerja dengan
baik, maka perkembangan moral dan spiritual pada anak pun juga akan berkembang
sebagaimana mestinya.

9. Solusi Terhadap Aksi Tawuran


a) Solusi Placement
Upaya yang mungkin bisa di lakukan pemerintah adalah seperti dengan
mengadakan kampanye atau sosialisasi bahaya dan akibat buruk dari aksi
tawuran. Selain itu juga pemerintah dapat bekerja sama dengan sekolah untuk bisa
memberi sanksi tegas kepada remaja yang terlibat dalam aksi tawuran
b) Solusi Referal
Selain upaya yang di lakukan pemerintah, orang tua juga memegang kendali
penuh dalam mengendalikan anak mereka agar tidak terjerumus dalam pergaulan
yang tidak baik. Koordinasi yang baik antara guru dan orang tua juga sangat di
butuhkan guna memantau perkembangan lingkup pergaulan anak baik di sekolah
dan juga di rumah.

c) Solusi Pencegahan
o Pihak sekolah memberikan sanksi tegas bagi siswa yang terlibat dalam
aksi tawuran. Sanksi yang diberikan pihak sekolah disini haruslah sebuah
sanksi yang memang cukup dapat membuat siswa jera, sehingga mereka
nantinya tidak akan terlibat dalam aksi tawuran tersebut.
o Penanaman tugas yang di berikan oleh tenaga kependidikan. Guru yang
sering berinteraksi dengan siswa memiliki peran penting dalam
memberikan pesan-pesan juga pengalaman kehidupan kepada siswanya,
pemberian pesan ini dapat di selipkan saat kegiatan belajar mengajar.
o Mengadakan kegiatan sosialisasi antar sekolah, dengan tujuan untuk dapat
lebih meningkatkan keakraban antar satu sama lain guna meminimalisir
terjadinya aksi tawuran.
o Sebagai seorang tenaga pendidik, guru dapat membantu para pelajar dalam
menyalurkan minat dan bakat anak tersebut ke dalam satu kegiatan yang
lebih positif. Contohnya, jika guru melihat anak tersebut suka sekali
berkelahi, guru dapat membantunya mengarahkan minat juga bakatnya
dalam olahraga bela diri agar anak tersebut tidak menggunakan
kemampuannya dalam hal negaitf seperti ikut serta dalam aksi tawuran.
o Membekali anak dengan pendidikan moral yang baik. Dengan adanya
pendidikan moral yang baik, maka akan dapat mengurangi jauh potensi
terjadinya kenakalan remaja seperti aksi tawuran.
o Memperhatikan perkembangan pergaulan anak. Baik guru maupun orang
tua memegang peranan penting dalam hal ini. Mengapa demikian? Hal ini
dikarenakan guru adalah orang yang akan senantiasa berinteraksi dengan
siswa ketika di sekolah, dan saat di rumah orang tua lah yang mengambil
kendali penuh terhadap perkembangan anak. Sehingga di butuhkan kerja
sama atau koordinasi yang baik antara guru dan orang tua.

Anda mungkin juga menyukai