Oleh
2017
PRAKATA
Puji serta syukur kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, Atas rahmat dan karunia-
Nya, laporan penelitian dengan judul “Pengaruh Bullying Terhadap Tingkat Kepercayaan
Diri Siswa Kelas IV SDN Jati Jaya Parung Bogor Jawa Barat” dapat diselesaikan dengan
waktu yang ditencanakan, atas usaha dan bantuan serta partisipasi aktif dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dari hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengembangkan potensi diri anak. Di sekolah, anak tidak hanya mengembangkan potensi
kognitif saja, tapi anak juga akan belajar mengembangkan kemampuan psikososial, moral
dan emosionalnya. Anak dapat belajar calistung sekaligus belajar menjalin pertemanan
dengan anak yang seusianya, dan belajar untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan-
Sekolah yang ideal adalah sekolah yang bisa menciptakan lingkungan sekolah yang
menyenangkan sehingga bisa terwujud visi misi yang ingin dicapai. Sekolah yang ideal
dapat diartikan sebagai sekolah yang memiliki tenaga pendidik yang kompeten dalam
bidangnya dan memiliki 4 kompetensi yang harus di capai yaitu kompetensi paedagogik,
didukung dengan sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar yang lengkap.
Didalam lingkungan sekolah tidak hanya menjadi tempat yang sesuai untuk
mengembangkan potensi anak, sekolah juga bisa menjadi tempat timbulnya stressor yang
dapat mengganggu perkembangan diri anak. Stressor ini disebabkan oleh usia anak
sekolah dasar (6-12 tahun) merupakan usia yang menyulitkan, karena anak-anak lebih
banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya dibandingkan orang tua, sehingga orang
tua mengalami kesulitan dalam mengontrol anaknya. Usia ini disebut juga sebagai usia
berkelompok. Perhatian anak akan lebih tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman
sebaya sebagai anggota kelompoknya. Kedudukan dan penerimaan serta pengakuan dari
teman sebaya sangat berperan dalam membentuk karakteristik anak. Salah satu stressor
yang dapat mengganggu perkembangan diri anak adalah adanya perilaku bullying di
sekolah.
Menurut Ken Rigby, bullying merupakan hasrat untuk menyakiti yang diwujudkan
kedalam sebuah aksi sehingga menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan
secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,
biasanya berulang dan dilakukan dengan keadaan senang.1 Tanda-tanda anak menjadi
korban bullying adalah mengalami kesulitan dalam bergaul, merasa takut datang ke
kesehatan mental dan fisik akan berpengaruh baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam waktu yang cukup lama anak yang menjadi korban bullying akan menunjukkan
gejala atau perilaku seperti penuh ketakutan karena truma dan menjadi malu atau kurang
percaya diri. Kurangnya rasa percaya diri pada anak akan berakibat anak menjadi kurang
menghargai dirinya sendiri yang akan mempengaruhi kemampuan anak mengatasi masalah
Padahal, rasa percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak yang sedang berkembang.
Anak yang memiliki rasa percaya diri akan mampu mengatasi tekanan dan penolakan dari
temannya. Anak yang percaya diri akan lebih menerima dirinya sendiri, mau mencoba
sesuatu yang baru dan dapat membantu menghadapi situasi di dalam pergaulan serta
Di tahun 2014, beberapa kali kita dikejutkan oleh serangkaian berita tentang
bullying anak di sekolah. Bullying yang diberitakan berbagai macam, antara lain oknum
guru terhadap muridnya, kakak kelas terhadap adik kelasnya maupun antar teman
sebaya.
1
Ponny Retno Astuti. 2008. Merendam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak. Jakarta:
PT. Grasindo hal 3
Tindakan bully ini diyakini sudah lama terjadi, namun kurang mendapat perhatian. Oleh
sebagian orang, tindakan tersebut dianggap hal yang wajar terjadi, hingga pada suatu
situasi dimana korban mengalami luka parah atau bahkan sampai meninggal dunia baru
diberitakan sebagai berita yang menggemparkan. Banyak pihak seperti orang tua dan
sekolah yang belum familiar dengan istilah bullying, sehingga orang tua maupun pihak
bullying. Orang tua serta para guru beranggapan bahwa bullying sebagai bagian dari
Beberapa bulan yang lalu, publik dihebohkan dengan beredarnya video kekerasan
sejumlah siswa di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bukittinggi Sumatera Barat. Dalam
video tersebut tampak seorang siswi yang menggunakan seragam sekolah berdiri di pojok
ruangan, sementara beberapa siswa dan siswi lainnya secara bergantian melakukan
pemukulan dan tendangan. Siswi yang menjadi objek kekerasan tersebut tampak pasrah
Menurut KPAI, saat ini kasus bullying menduduki peringkat teratas pengaduan
masyarakat. Pada tahun 2010 terdapat 2.413 kasus, tahun 2011 terdapat 2.508 kasus, tahun
2012 ada 2.637 kasus dan tahun 2014 (dari Januari s/d Mei) terdapat 3.339 kasus. Laporan
yang diterima oleh KPAI tersebut terjadi di sekolah, keluarga dan masyarakat. Sebanyak
17% kekerasan terjadi disekolah. Bahkan pada tahun 2013, tercatat 181 kasus yang berujung
pada tewasnya korban, 141 kasus korban menderita luka berat dan 97 kasus korban menderita
luka ringan.2
dasar maka pemerintah, pihak sekolah, orang tua maupun pihak lain yang terkait dapat
bullying.
2
Didik Singgih Hadi, “Pendidikan untuk Peradaban yang Unggul” dalam
http://badandiklat.jatengprov.go.id, diunduh pada hari Kamis, 5 Maret 2015 pukul 22.00 WIB
Dampak yang ditimbulkan akibat bullying ini tidak hanya mempengaruhi kehidupan saat
ini tetapi juga dapat berdampak pada kehidupan setelah dia tumbuh dewasa.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Jati Jaya di Kp. Jati
Parung. Alasan peneliti melakukan penelitian disekolah tersebut karena seorang guru yang
bekerja di sekolah tersebut pernah bercerita bahwa muridnya sering melakukan bullying
terhadap teman sekelasnya. Dengan alasan adanya indikasi terjadinya bullying di sekolah
penelitian tentang pengaruh bullying terhadap tingkat percaya diri siswa kelas IV SDN Jati
Jaya.
B. Identifikasi Masalah
yaitu:
3. Apa saja jenis-jenis perilaku bullying yang sering terjadi di sekolah dasar?
C. Batasan Masalah
“Pengaruh bullying terhadap tingkat percaya diri siswa kelas IV SDN Jati Jaya Parung”.
D. Rumusan Masalah
“Apakah bullying memberikan pengaruh terhadap tingkat percaya diri siswa kelas IV SDN Jati
Jaya Parung?”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Percaya Diri
berkaitan dengan rasa nyaman seseorang tentang dirinya sendiri dan penilaian
maka dia tidak akan pernah takut untuk mencoba sesuatu yang baru. Kepercayaan
terbuka lebar.
sikap yakin terhadap diri sendiri, tidak tergantung kepada orang lain, tidak ragu,
untuk bertindak”.4 Orang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau
terhadap
3
Henni Puspitarini. 2013. Membangun Rasa Percaya Diri Anak. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, hlm. 6
4
Anita Lie. 2003. Menjadi Orang Tua Bijak, 101 Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri. Jakarta: Gramedia, hlm.
orang lain, lingkungan, serta situasi yang dihadapinya untuk meraih apa yang
optimisme, jiwa dan mental yang siap menghadapi segala kemungkinan yang
akan terjadi. Pribadi yang percaya diri tidak pernah peduli apapun yang
dihadapinya. Dengan percaya diri yang dimiliki, salah satu cara untuk
percaya diri adalah “sikap positif yang dimiliki oleh seseorang sehingga timbul
rasa nyaman terhadap dirinya sendiri dan memiliki keberanian untuk bertindak
Persamaan dari ketiga pendapat diatas adalah penilaian orang lain terhadap
perbedaan di antara ketiganya yaitu Elly Risman lebih menekankan pada rasa
nyaman dalam diri individu, Anita Lie beraggapan bahwa percaya diri
Syaifullah lebih menekankan pada tujuan yang ingin dicapai dari seseorang yang
Berikut ini beberapa karakter orang yang memiliki rasa percaya diri yang
baik, yaitu:
5
Ach Syaifullah. 2010. Tips Bisa Percaya Diri. Yogjakarta: Garailmu, hlm. 10
Bertindak diluar otoritas formal agar pekerjaan bisa terselesaikan dengan
baik, namun hal ini dilakukan demi kebaikan, bukan karena tidak mematuhi
prosedur yang berlaku.
3) Menyatakan Keyakinan Atas Kemampuan Sendiri
Menggambarkan dirinya sebagai seorang ahli, seseorang yang mampu
mewujudkan sesuatu menjadi kenyataan, seorang penggerak atau seorang
narasumber. Secara eksplisit menunjukkan kepercayaan akan penilaiannya
sendiri. Melihat dirinya sendiri lebih baik dari orang lain.
4) Memilih Tantangan atau Konflik
Menyukai tugas-tugas yang menantang dan mencari tanggung jawab yang
baru. Percaya terus terang jika tidak sependapat dengan orang lain yang lebih
kuat, tetapi mengutarakannya dengan sopan. Menyampaikan pendapat
dengan jelas dan percaya diri walaupun dalam situasi konflik.6
Individu yang percaya diri dapat diindikasi memiliki perasaan yang kuat
tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau
Berikut ini terdapat beberapa tanda bahwa anak tidak memiliki kepercayaan
diri, yaitu:7
6
Ajib Mustajib. “Karakteristik Orang yang Memiliki Rasa Percaya Diri” dalam www.agarpercayadiri.com, di
unduh pada hari Rabu, 8 April 2015 pukul 08.50 WIB
7
John Pearce. 1990. Kekhawatiran dan Ketakutan. Jakarta: Binarupa Nusantara, hlm. 61
Jika tiga atau lebih tanda-tanda di atas muncul, maka orangtua harus
mencurigai bahwa anak anda mengidap rasa kurang percaya diri dan lakukan
Percaya diri tidak mudah dan langsung datang dengan sendirinya. Menjadi
pribadi yang percaya diri membutuhkan energi yang besar. Energi tersebut
berupa dorongan dari diri sendiri (intern) dan pengaruh dari luar (extern).8
1) Faktor Intern
maka dia akan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap dirinya sendiri.
2) Faktor Extern
Faktor intern saja tidak cukup untuk membentuk pribadi percaya diri,
lingkungan dan orang lain juga berpengaruh. Hal ini bisa berupa pengalaman
atau meniru orang lain yang melebihinya. Hal lain yang berpengaruh
8
Ach Syaifullah. Op. Cit., hlm. 152
Ketika seseorang memiliki kedua energi tersebut, maka dia akan menjadi
dorongan untuk membuktikan kemampuan diri dan kejatuhan dalam rasa minder.9
Pada saat anak duduk di bangku sekolah dasar, dia harus menghadapi banyak
tantangan baik di sekolah maupun di lingkungan rumah. Berikut ini beberapa cara
yang orang tua bisa lakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak, yaitu:
1) Bantu anak anda mengalami hari pertama di sekolah dasar yang positif dan
menyenangkan
2) Fasilitasi kebutuhan sekolah anak anda
3) Beri semangat dan dorongan bagi kemajuan anak anda
4) Pahami beban dan kesulitannya serta beri ruang untuk kegagalan
5) Ungkapkan kasih dan sayang anda secara eksplisit
6) Berikan penghargaan atas setiap pemberian atau ungkapan kasih sayang dari
anak anda
7) Jadilah guru yang baik bagi anak anda
8) Beri anak tanggungjawab untuk mengerjakan sebagian pekerjaan rutin di
rumah
9) Libatkan anak dalam liburan keluarga yang lebih kompleks dan menantang
10) Beri kesempatan anak untuk berhadapan dengan orang lain tanpa anda
11) Siapkan anak anda untuk berbagai situasi darurat
12) Ketika makan di restoran atau berbelaja di took, minta anak untuk
menyelesaikan pembayaran
13) Beri kesempatan anak untuk mengatur keuangan sendiri
14) Beri ruang untuk perbedaan pendapat dan keinginan
15) Jadilah teman yang baik untuk anak anda
16) Dorong anak dalam kegiatan di luar rumah yang bermanfaat
17) Pahami kebutuhan anak akan persahabatan dengan teman sebaya dan dukung
kegiatan-kegiatan positif bersama teman
18) Bantu anak anda untuk bisa bergaul dengan teman sebaya tanpa harus menjadi
14
korban arus
19) Ajarkan anak untuk tidak selalu mendapatkan apa yang dia inginkan dengan
mudah dan tanpa usaha
20) Fasilitasi hobi anak dan pupuk bakatnya
21) Hadirlah pada momen-momen perayaan prestasinya
22) Jika mungkin, beri kesempatan agar anak bisa mengamati apa yang anda
lakukan di tempat kerja
23) Lanjutkan kebiasaan memamerkan hasil karya anak anda di tempat kerja
24) Lanjutkan papan komunikasi keluarga
9
Anita Lie. Op. Cit., hlm. 65
25) Lanjutkan dan tingkatkan kebiasaan mendongeng dan bercerita
26) Dorong anak untuk menulis buku harian
27) Pupuk kehidupan rohani anak10
Percaya diri tidak bisa dipaksakan, tetapi harus ditumbuhkan. Dalam
menumbuhkan percaya diri anak, peran orang tua atau keluarga tidak bisa
dihilangkan.
1. Bullying
patologi sosial. Secara definisi, patologi sosial berarti “Segala tingkah laku yang
bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal. Pola kesederhanaan, hak milik,
formal.”11 Dengan kata lain, patologi sosial adalah gejala-gejala sosial yang dianggap
menyimpang yang disebabkan oleh faktor-faktor sosial. Salah satu contoh dari
a. Hakikat Bullying
Heinemann seperti yang dikutip oleh Olweus yang istilah aslinya berasal dari
Inggris yaitu “mob” yang menekankan bahwa biasanya mob adalah tindakan
10
Ibid., hlm. 67
11
“Patologi Sosial” dalam id.m.wikipedia.org, diunduh pada hari Senin, 13 April 2015 pukul 22.00 WIB
12
Dan Olweus. 1996. Bullying at School. Oxford UK and Cambridge USA: Blackwell, hlm. 8
mengganggu atau merusak kedamaian kelompok tersebut. Kemudian siswa
keseimbangan kelompok.
agresi proaktif. Tindakan ini bersfat lebih luas, yaitu merupakan tindakan
contoh yang termasuk kedalam tindakan argesi proaktif seperti pemalakan, atau
meminta uang korban secara paksa. Dalam tindakan ini, pelaku dapat
memperoleh uang, kekuasaan dan kontrol terhadap korban. Selain itu, senioritas
juga termasuk kedalam tindakan proaktif. Contoh kasus senioritas yaitu MOS
(Masa Orientasi Sekolah), perilaku siswa seringkali dibiarkan oleh para guru
selama tidak menimbulkan akibat fisik yang fatal. Murid baru atau junior tidak
directed against an individual who can not defend himself or herself”. 14Anak
yang tidak mampu membela diri atau mempertahankan dirinya sendiri akan
sering menjadi korban bullying. Tindakan yang di terima oleh si korban bisa
disengaja.
13
Ibid., hlm. 9
14
Novan Ardy Wiyani. 2012. Save Our Children from School Bullying. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 12
Tindakan tersebut terjadi secara berulang-ulang, tidak pernah dilakukan secara
acak atau hanya sekali. Bullying didasari perbedaan power yang mencolok.”15
bullying pasti memiliki alasan tertentu sehingga melakukan hal tersebut terhadap
perbedaan power yang secara nyata dapat terlihat. Misalnya secara fisik, anak
yang melakukan bully memiliki ukuran badan yang lebih besar di badingkan anak
yang menjadi korbannya. Atau anak yang memiliki ukuran tubuh yang
proporsional akan membully anak yang memiliki ukuran tubuh yang lebih besar
dibandingkan anak seusianya dan mereka akan menganggap bahwa anak yang
memiliki ukuran tubuh lebih besar tersebut tidak akan mampu melawan.
bahwa bullying merupakan tidakan negatif yang disengaja dan terjadi secara
tindakan yang dapat merugikan orang lain. Perbedaan diantara pendapat tersebut
yaitu Heinemann lebih menekankan pada tindakan agresi reaktif, namun Olweus
15
Andri Priyatna. 2010. Let’s End Bullying. Jakarta: PT. Alex Media Komputido, hlm. 2
b. Jenis-Jenis Bullying
Ada beberapa jenis bullying yang sering dilakukan si bully dalam mem-
bullying korbannya:
18
1) Fisikal, seperti: memukul, menendang, mendorong, merusak benda-benda
milik korban.
2) Verbal, seperti: mengolok-olok nama panggilan (labeling), melecehkan
penampilan, mengancam, menakut-nakuti, dll.
3) Sosial, seperti: menyebar gosip, rumor, mempermalukan di depan umum,
dikuncilkan dari pergaulan, atau menjebak seseorang sehingga orang tersebut
dituduh melakukan tindakan tersebut.
4) Cyber atau elektronik, seperti: mempermalukan orang seperti menyebar gosip
di jejaring sosial internet (misal facebook, twitter, path dll), menyebar foto
pribadi tanpa izin pemiliknya di internet, atau membongkar rahasia orang
lain lewat internet.16
Dari beberapa jenis bullying diatas, yang lebih menimbulkan dampak yang
mengganggu psikologi si korbannya yaitu bullying verbal dan sosial. Bahkan ada
kasus di tahun 2005, seorang siswi mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri
tukang bubur.17
dunia maya, maupun perpeloncoan tidak sampai menimbulkan hal yang serius,
namun mungkin karena di tempat kerja, lingkungan politik dan lingkungan militer
16
Ibid., hlm. 3
17
Muhabar. “Gara-Gara Sering Diejek, Vivi Gantung Diri” dalam m.liputan6.com. di unduh pada hari Senin, 13
April 2015 pukul 22.50 WIB
18
Novan Ardy Wiyani. Op. Cit., hlm. 14
yang menjadi pelaku maupun korban bukan anak-anak lagi, sehingga mereka bisa
lebih menyikapi hal tersebut dengan cara yang lebih dewasa sehingga tidak
Penting sekali untuk memahami bahwa bullying itu sama sekali bukan bagian
normal dari masa kanak-kanak yang harus dilewati. Tindakan bullying itu
berakibat buruk bagi korban, sanksi maupun bagi si pelaku itu sendiri. Bahkan
efeknya bisa membekas sampai si anak dewasa.19 Tidak hanya dampak yang saat
ini terlihat saja yang akan dialami sang anak, tetapi dampak dalam jangka
panjang juga akan dialami. Dampak ini tentu akan mempengaruhi kehidupan
anak nantinya.
Dampak buruk yang dapat tejadi pada anak yang menjadi korban tindakan
1) Kecemasan
2) Merasa kesepian
3) Rendah diri
4) Tingkat kompetensi sosial yang rendah
5) Depresi
6) Simptom psikosomatik
7) Penarikan sosial
8) Keluhan pada kesehatan fisik
9) Minggat dari rumah
10) Penggunaan alkohol dan obat
11) Bunuh diri
12) Penurunan performasi akademik20
Jika bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi
diri anak dalam menghargai dirinya sendiri. Untuk kasus yang lebih ekstrim
selain
19
Andri Priyatna. Op. Cit., hlm. 4
20
Ibid
bunuh diri, korban bullying juga bisa menjadi pelaku pembunuhan yang
Sementara itu, si pelaku bullying pun tidak terlepas dari resiko berikut:
kriminal.
Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka siswa lain yang menonton
akan berasumsi bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam
kondisi ini, beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan pembully karena
takut menjadi sasaran berikutnya dan beberapa lainnya mungkin akan diam saja
tanpa melakukan apapun, dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu
menghentikannya.
21
Ibid., hlm. 5
22
Ibid
Ada 3 model pencegahan bullying yang dapat dilakukan untuk mencegah
Ketiga model diatas saling berintegrasi satu dengan yang lainnya. Untuk
mendukung program TTM sebagai alat ukur atau membantu peran serta orang tua
yang secara proaktif ikut menanggulangi masalah bullying disekolah anak, maka
metode organisasional. Nilai-nilai etika ini meliputi kasih sayang, harmonis, kebaikan
penciptaan struktur dan fungsi organisasi, antara lain melalui organisasi jaringan
23
Ponny Retno Astuti. Op. Cit., hlm. 25
Diharapkan siswa mengetahui dampak yang ditimbulkan dari perilaku bullying
a. Guru
b. Sekolah
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jati Jaya Kp. Jati Parung Jawa Barat. Alasan
peneliti memilih sekolah tersebut sebagai tempat penelitian karena disekolah tersebut
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga bulan Juli, pada siswa kelas IV
semester genap tahun ajaran 2016/2017.
1. Populasi
mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
adalah seluruh siswa kelas IV SDN Jati Jaya Parung Jawa Barat tahun ajaran 2016-
2. Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
dengan menggunakan teknik sampel acak yaitu “teknik pengambilan sampel yang
setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
24
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta, hlm, 117.
25
Ibid., hlm 118
sampel”.26Dalam hal ini yang menjadi sampel dalam penelitian adalah siswa kelas IV
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena penelitian ini disajikan
the fact. Menurut Donald Ary seperti yang dikutip oleh Dewi mengatakan bahwa
penelitian ex-post facto merupakan “Penemuan empiris yang dilakukan secara sistematis,
sudah terjadi.”28 Jadi pada penelitian ini tidak akan ditemukan kelompok kontrol.
Tabel 3.3
Desain Penelitian
X Y
26
Ibid., hlm 124
27
Ibid., hlm. 14
28
Dewi Silvia Zega. “Penelitian Ex-Post Facto” dalam yudistiadewisilva.wordpress.com. diunduh pada hari
Jumat, 17 April 2015 pukul 07.00 WIB
Keterangan:
X = Bullying
29
Y = Tingkat Percaya Diri
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan angket sebagai instrumen penelitian.
Skala pengukurannya menggunakan skala likert, dengan pilihan jawaban sering sekali,
sering, jarang, tidak pernah. Skor yang diberikan dari 1 sampai 4. Pada penelitian ini
1. Definisi Konseptual
Bullying merupakan tindakan negatif yang disengaja dan terjadi secara berulang,
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dianggap memiliki perbedaan
power yang mencolok sehingga si korban dianggap tidak akan mampu untuk
melawan. Tingkat percaya diri adalah sikap positif yang dimiliki oleh seseorang
sehingga timbul rasa nyaman terhadap dirinya sendiri dan memiliki keberanian untuk
bertindak
2. Definisi Operasional
a. Bullying
Bullying terdiri dari 4 jenis yaitu bullying fisikal, verbal, sosial dan cyber,
namun pada penelitian ini peneliti hanya meneliti 3 jenis bullying yaitu bullying
fisikal, verbal dan sosial. Untuk cyber bullying sengaja tidak diteliti karena
disekolah tempat peneliti melakukan penelitian hanya terdapat 30% siswa kelas 4
yang sudah mengenal internet, sedangkan sisanya masih asing dengan internet.
Percaya diri terdiri atas 4 ciri-ciri yaitu tampil percaya diri, bertindak independen,
konflik.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi InstrumenBullying
Jumlah
Soal
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Percaya Diri
N Jumlah
Dimensi Indikator Favorable Unfavorable
o Butir Soal
mudah bergaul
dengan teman
mandiri, mandiri
konflik bertanggung
jawab
Untuk pernyataan yang favorable, peneliti akan member skor 4 unntuk yang
sering sekali, 3 untuk sering, 2 untuk jarang dan 1 untuk tidak pernah. Sedangkan
untuk pernyataan unfavorable peneliti akan memberi skor 4 untuk tidak pernah, 3
a. Uji Validitas
Agar memperoleh data yang akurat dalam penelitian, alat ukur yang akan
dipergunakan harus valid. Maksudnya agar alat ukur tersebut sesuai dengan apa yang
hendak diukur secara tepat. Pada penelitian ini, alat yang digunakan peneliti untuk
Data pemahaman kosakata pada indikator dalam uji coba instrumen tersebut
teknis penghitungannya penulis lakukan dalam program microsoft excel dengan rumus
Keterangan :
X = skala skor 1
Y = skala skor 2
N = banyaknya subjek
b. Uji Reliabilitas
Suatu hasil pengukuran dapat dikatakan reliable jika alat pengukur tersebut dapat
dipercaya, sehingga mendapatkan hasil yang tetap dan konsisten. Pada penelitian ini
𝑘 𝜎2
α=[ ] [1 − 𝑏 ]
𝑘−1 𝜎𝑡2
keterangan:
α = alpha cronbach
Reliabilitas instrumen yang kurang dari 0,6 kurang baik, sedangkan 0,7 dapat
1. Uji Normalitas
variable yang akan dianalisis harus berdistribusi normal maka sebelum pengujian
hipotesis dilakukan terlebih dahulu pengujian normalitas data. Rumus yang digunakan
𝑋𝑖− 𝑋̅
Zi =
𝑠
Keterangan:
X = data
𝑋̅ = rata-rata
Z = 0 dimana p = 0,5
Jika Lo< Lkritis maka data berdistribusi normal, Lo adalah nilai terbesar.
2. Uji Homogenitas
Varians (S) 2 2
𝑛 (∑ 𝑓𝑥) − (∑ 𝑓𝑥)
=
𝑛 (𝑛−1)
3. Uji Hipotesis
Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan dulu uji analisis kolerasi untuk
mengukur derajat hubungan antara dua variabel. Rumus yang digunakan yaitu rumus
𝑛.(∑ 𝑥𝑦 )−(∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
r = √{𝑛.∑ 𝑥2− (∑ 𝑥)2}{𝑛.∑ 𝑦2− (∑ 𝑦)2}
Uji hipotesis menggunakan rumus uji t satu pihak, yaitu pihak kiri dengan
menggunakan rumus :
𝑟 √𝑛−2
t=
√1− 𝑟2
F. Hipotesis Statistik
H1: µ>µo
H0: µ< µo
Keterangan:
µ: thitung
µo : ttabel
BAB IV
PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengukur kelayakan suatu instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini pada variabel X dan variabel Y. Uji coba dilakukan
kepada siswa kelas IV SDN Jati Jaya Parung, yang satu kelas berjumlah 30 orang. Uji
coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Adapun uraian
Product Moment. Berdasarkan hasil penghitungan data uji coba diperoleh 23 soal yang
valid dari 38 soal yang diujikan. Soal dikatakan valid apabila rhitung> rtabel, sedangkan soal
dikatakan tidak valid jika rhitung< rtabel. Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh 23
soal yang memiliki memiliki rhitung> rtabel yaitu no 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 sedangkan soal yang memiliki rhitung< rtabel yaitu
soal no 1, 5, 6, 7, 12.
Tabel 4.1
Klasifikasi Butiran Soal Uji Instrumen Bullying
Product Moment. Berdasarkan hasil penghitungan data uji coba diperoleh 15 soal yang
valid dari 30 soal yang diujikan. Soal dikatakan valid apabila rhitung> rtabel, sedangkan soal
dikatakan tidak valid jika rhitung< rtabel. Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh 15
soal yang memiliki memiliki rhitung> rtabel yaitu no 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13, 16, 18, 22, 24, 25,
26, 28, 30 sedangkan soal yang memiliki rhitung< rtabel yaitu soal no 1, 2, 6, 8, 11, 12, 14,
Tabel 4.2
Klasifikasi Butiran Soal Uji Instrumen Percaya Diri
28, 30
Tidak valid 15 1, 2, 6, 8, 11, 12, 14, 15, 17, 19, 20, 21,
23, 27, 29
0,907. Instrumen dikatakan reliabel jika rhitung> rtabel pada taraf signifikan 0,05 dengan
jumlah n = 30. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa r hitung>
rtabel (0,907 > 0,367). Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen instrumen tersebut
reliabel.
0,969. Instrumen dikatakan reliabel jika r hitung> rtabel pada taraf signifikan 0,05 dengan
jumlah n = 30. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa r hitung>
rtabel (0,969 > 0,367). Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen instrumen tersebut
reliabel.
B. Deskripsi Data
Pelitian ini dilakukan di SDN Jati Jaya Parung yang terletak di Jl. Lurah Wira III.
RT 03/04 Kp. Jati Kec.Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Sekolah ini berada di
tengah perkampungan yang masih banyak terdapat pohon bambu sehingga terasa sejuk
dan nyaman. Kebanyakan siswa yang bersekolah disini merupakan anak-anak yang
tempat tentan
wirausaha, seperti membuka warung. Akses menuju sekolah sangat mudah karena bisa
ditempuh dengan berjalan kaki maupun kendaraan pribadi, namun tidak dilalui oleh
kendaraan umum.
SDN Jati Jaya memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang guru dan kepala sekolah, 1 ruang
Sedangkan kantinnya berada diluar gedung sekolah. Setiap kelas memiliki jumlah siswa
yang berbeda-beda. Untuk kelas IV ada 36 siswa. Jumlah siswa secara keseluruhan ada
257 siswa dan jumlah guru yang mengajar ada 12 orang. Kondisi kelasnya cukup bagus,
papan tulisnya sudah menggunakan white board namun belum terpasang infocus disetiap
kelas.
Sekolah ini memiliki banyak prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non
akademik. Contoh prestasi di bidang akademik seperti juara 2 lomba cerdas cermat dan
juara 2 lomba pidato agama. Contoh prestasi yang diraih di bidang non akademik yaitu
juara 2 lomba voli, juara 3 lomba tenis meja dan juara 1 lomba keterampilan.
Seperti yang telah disebutkan pada bab III bahwa peneliti menggunakan dua
tingkat percaya diri. Untuk memperoleh data bullying, peneliti membuat angket yang
terdiri dari 28 pernyataan yang berkaitan dengan bullying dalam bentuk verbal, fisikal
dan sosial. Dari 28 pernyataan yang diuji, terdapat 23 pernyataan yang valid. Sedangkan
untuk mengukur tingkat percaya diri, peneliti membuat angket yang terdiri dari 30
pernyataan, namun hanya 15 pernyataan yang valid. Kemudian angket yang terdiri dari
pernyataan yang valid disebarkan kembali ke siswa kelas IV SDN Jati Jaya.
Bullying merupakan tidakan negatif yang disengaja dan terjadi secara berulang,
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dianggap memiliki perbedaan
power yang mencolok sehingga si korban dianggap tidak akan mampu untuk melawan.
Dari hasil analisis data bullying, diperoleh rentang skor dari 26 sampai 48. Rata-rata
sebesar 36,23, Median 38,18, Modus 39,7, Varian sebesar 40,46 dan simpangan baku
6,36. Jika rata-rata < median < modus berarti dapat disimpulkan bahwa pemahaman
siswa tentang bullying rendah dan data bullying bersifat negatif. Dari data yang telah
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Bullyingpada Siswa Kelas IV SDN Jati Jaya
Jumlah 30
sebagai berikut.
12
10
8
Histogram
6
Poligon
4
0
26-29 30-33 34-37 38-41 42-45 46-49
Grafik 4.1
Tindakan Bullyingpada Siswa Kelas IV SDN Jati Jaya
Dari grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang mendapatkan skor
antara 26-29 terdapat 7 orang siswa, yang mendapatkan skor antara 30-33 ada 4 orang
siswa, yang mendapatkan skor antara 34-37 ada 2 orang siswa, yang mendapatkan skor
antara 38-41 ada 12 orang siswa, yang mendapatkan skor antara 42-45 ada 4 orang siswa
44
2. Deskripsi Data Percaya Diri
Percaya diri adalah sikap positif yang dimiliki oleh seseorang sehingga timbul
rasa nyaman terhadap dirinya sendiri dan memiliki keberanian untuk bertindak dalam
penelitian ini tentang percaya diri terdapat rentang skor antara 32 sampai 55. Rata-rata
skor sebesar 43,87, Median 43,5, Modus 42,5, Varian 23,64 dan simpangan baku 4,86.
Jika rata-rata > median > modus maka dapat di simpulkan bahwa pemahaman siswa
tentang percaya diri cukup baik dan data percaya diri bersifat normal. Dari data yang
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Percaya Diri pada Siswa Kelas IV
SDN Jati Jaya
Frekuensi
Kelas Skor
No Batas Nyata
Interval Tengah Absolut Kumulatif Relatif
Jumlah 30
Berdasarkan data distribusi diatas, maka grafik histogramnya dapat dibuat sebagai
berikut.
Histogram dan Poligon
12
10
6 Histogram
Poligon
4
0
32-35 36-39 40-43 44-47 48-51 52-55
Grafik 4.2
Tingkat Percaya Diri pada Siswa Kelas IV SDN Jati Jaya
Dari grafik diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang mendapat skor
antara 32-35 ada 1 orang siswa, skor antara 36-39 terdapat 4 orang siswa, skor antara 40-
43 ada 10 orang siswa, skor antara 44-47 ada 8 orang siswa, skor antara 48-51 terdapat 5
C. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas hasil belajar dilakukan dengan uji Liliefors. Dari hasil
perhitungan diperoleh harga Lhitung untuk bullying sebesar 0.122 sedangkan pengujian
pada tingkat percaya diri didapat Lhitung sebesar 0.078. Pada kelas eksprimen dengan n =
30 taraf siginifikan α = 0,05. Karena Lhitung< Ltabel yaitu 0.078< 0.1610 maka H0diterima.
Berarti sampel yang digunakan berasal dari populasi dengan distribusi normal.
Tabel 4.5
Kritera Uji Normalitas
Bullying 0,122
0.1610 Lhitung< Ltabel Normal
Percaya Diri 0.078
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas kedua kelas digunakan dengan uji Fisher. Dari hasil perhitungan
diperoleh Ftabel = 1.861 , harga Fhitung = 1.763 dengan dk pembilang 29 dan dk penyebut
29 dan taraf signifikan α = 0,05. Karena Fhitung< Ftabel yaitu 1.763 < 1.861 maka H0
diterima. Maka dapat disimpulkan data diatas bersifat homogen yang berarti data bisa
Tabel 4.6
Kriteria Uji Homogenitas
Bullying 40,46
1,711 1.85 Fhitung < Ftabel Homogen
Percaya Diri 23,64
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata bullying adalah 36,23
sedangkan untuk rata-rata percaya diri diperoleh nilai 43,87. Untuk mengetahui apakah
perbedaan rata-rata tersebut memiliki pengaruh, maka perlu dilakukan analisis lebih
lanjut. Hasil pengujian persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas diketahui bahwa kedua kelompok tersebut berada pada distribusi normal
dan
bersifat homogen, sehingga peneliti dapat menguji hipotesis penelitian dengan
melakukan uji koefisiensi korelasi menggunakan rumus product moment, setelah itu
dilakukan uji signifikansi korelasi menggunakan uji-t satu sampel, karena penelitian ini
Hasil dari koefisiensi korelasi diperoleh hasil t hitung = -0,471 yang berarti terdapat
pengaruh yang negatif yang sedang antara tindakan bullying dengan tingkat percaya diri
siswa. Hubungan yang negatif berarti semakin tinggi tindakan bullying semakin rendah
pula tingkat percaya diri siswa. Dan sdikatakan sedang karena sesuai dengan klasifikasi
koefisiensi yang menunjukkan nilai r antara 0,41 – 0,60 tingkat pengaruhnya sedang.
Tabel 4.7
Klasifikasi Koefisiensi
Korelasi
Hasil perhitungan uji signifikansi korelasi dengan uji-t satu sampel pada
penelitian ini diperoleh Thitung = -2,815 pada taraf signifikan α = 0.05 dengan derajat
kebebasan (dk)
= 58 seharga Ttabel = 2,002. H0 diterima apabila Thitung< Ttabel, karena Thitung< Ttabel (-2,815
Tabel 4.8
Uji Hipotesis
negatif yang sangat signifikan terhadap tingkat percaya diri siswa kelas IV SDN Jati Jaya
Parung.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, jenis bullying yang paling sering terjadi di
SDN Jati Jaya adalah bullying sosial. Jenis bullying sosial seperti mengucilkan,
menyebarkan rumor yang tidak benar dan mempermalukan seseorang di depan umum.
Bullying jenis sosial mungkin dianggap tidak berbahaya karena tidak menimbulkan efek
Menurut pendapat para ahli, percaya diri dipengaruhi oleh faktor internal dan
1) Konsep diri, yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Konsep diri
2) Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang
mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sendiri sebagai individu
yang berhasil.
3) Kondisi fisik. Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri.
lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada
individu lain.
percaya diri. Kepuasan dan rasa bangga didapat karena mampu mengembangkan
kemampuan diri.
3) Lingkungan dan pengalaman hidup. Dukungan yang baik yang diterima dari
lingkungan keluarga dan masyarakat yang saling berinteraksi dengan baik akan
Faktor internal seperti konsep diri, harga diri dan kondisi fisik dan faktor
A. Kesimpulan
1. Hasil hitung koefisiensi korelasi diperoleh -0,471 yang berarti bullying memiliki
2. Hasil hitung uji t diperoleh -2,815 pada taraf signifikan α = 0.05 dengan derajat
kebebasan (dk) = 58 seharga Ttabel = 2,002. H0 diterima karena Thitung< Ttabel (-2,815
< 2,002) yang berarti tidak terdapat pengaruh negatif bullying terhadap tingkat
3. Faktor internal seperti konsep diri, harga diri dan kondisi fisik dan faktor eksternal
4. Jenis bullying yang paling sering dilakukan di SDN Jati Jaya adalah bullying sosial.
mempermalukan seseorang di depan kelas. Dan lokasi yang paling sering menjadi
B. Implikasi
Dalam kegiatan belajar mengajar, terjadilah interaksi antara guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa lain. Interaksi ini dilakukan guna menciptakan rasa persaudaraan,
bullying di sekolah. Bullying bisa menurunkan tingkat percaya diri siswa. Untuk
mencegah terjadinya bullying di sekolah, ada 3 model pencegahan yang bisa di terapkan
bullying yang
bersifat ajakan, mudah dipahami, bertahap namun relatif cepat dan aman, bagi orang tua,
tahapan Transteori. Support network adalah program untuk melakukan upaya komunikasi
antara pihak sekolah dan komunitasnya. Dalam upaya pencegahan bullying, support
seluruh komunitas sekolah untuk disatukan pemahaman dan keterlibatan mereka secara
Dan yang ketiga program sahabat, dengan dasar-dasar nilai kasih sayang, harmoni,
baik budi, dan tanggung jawab adalah contoh program yang mengandung nilai nilai
sosial paling mendasar yang memudahkan kedua model diatas dapat dilaksanakan secara
Ketiga model diatas saling berintegrasi satu dengan yang lainnya. Untuk
mendukung program TTM sebagai alat ukur atau membantu peran serta orang tua yang
secara proaktif ikut menanggulangi masalah bullying disekolah anak, maka diciptakan
organisasional. Nilai-nilai etika ini meliputi kasih sayang, harmonis, kebaikan hati dan
struktur dan fungsi organisasi, antara lain melalui organisasi jaringan pendukung
(support network).
C. Saran
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
sekolah dan bisa lebih memperhatikan dan aktif berinteraksi dengan anak didiknya
supaya tidak menjadi korban maupun pelaku bullying, karena baik korban maupun
pelaku sama-sama memberikan dampak yang tidak baik untuk anak didik.
2. Bagi Sekolah
Ketiga model tersebut adalah model transteori, support network dan program
SAHABAT.
penelitian dengan tema yang sama di tempat yang berbeda atau dengan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Astuti, Ponny Retno. 2008. Merendam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan
pada Anak. Jakarta: PT. Grasindo.
Ibrahim, Nini. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: UHAMKA Press.
Kusdiwelirawan, A. statistika pendidikan. 2014. Jakarta: UHAMKA Press.
Lie, Anita. 2003. Menjadi Orang Tua Bijak, 101 Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri.
Jakarta: Gramedia.
Olweus, Dan. 1996. Bullying at School. Oxford UK and Cambridge USA: Blackwell.
Pearce, John. 1990. Kekhawatiran dan Ketakutan. Jakarta: Binarupa Nusantara.
Priyatna, Andri. 2010. Let’s End Bullying. Jakarta: PT. Alex Media Komputido.
Puspitarini, Henni. 2013. Membangun Rasa Percaya Diri Anak. Jakarta: PT. Alex Media
Komputindo.
Sudjana. 2005.Metoda statistika. Bandung: Tarsito
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta
Syaifullah, Ach. 2010. Tips Bisa Percaya Diri. Yogjakarta: Garailmu.
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Save Our Children from School Bullying. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Websites:
2015. Patologi Sosial. Diunduh pada tanggal 13 April 2015, dari
http://id.m.wikipedia.org.html
Dewi Silvia Zega. 2014. Penelitian Ex-Post Facto. Diunduh pada tanggal 17 April 2015 dari
http://yudistiadewisilva.wordpress.com.html
Hadi, Didik Singgih. 2014. Pendidikan untuk Peradaban yang Unggul. Diunduh pada tanggal
5 Maret 2015 dari http://badandiklat.jatengprov.go.id.html
Muhabar. 2014. Gara-Gara Sering Diejek, Vivi Gantung Diri. Diunduh pada tanggal 13 April
2015, dari http://m.liputan6.com.html
Mustajib, Ajib. 2013. Karakteristik Orang yang Memiliki Rasa Percaya Diri. Diunduh pada
tanggal8 April 2015, dari http://www.agarpercayadiri.com.html
Scanned by CamScanner