BAB 1
PENDAHULUAN
sumber daya manusia dicetak. Apabila mutu pendidikan berkualitas pula lah
pendidikan maupun fungsi dan tujuan pendidikan ketiga hal tersebut yakni
peristiwa masa lalu, kesempatan aktif dan kreatif. Pendidikan demikian adalah
2
manusia.
konselor pada peserta didik dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami
oleh peserta didik termasuk untuk meningkatkan kepercayaan diri. Salah satu
situasi kelompok yang diberikan oleh guru BK kepada siswa untuk membahas
negeri di kota Banjarbaru. Ada sekitar 875 siswa yang bersekolah di tempat ini
fenomena siswa yang masih kurang dalam percaya diri. Hal ini peneliti
temukan pada saat observasi salah satu kelas di SMA Negeri 4 Banjarbaru,
keyakinan diri dan lingkungan yang rendah. Ada juga yang terlihat malu-malu,
takut saat ditanya guru, takut saat tampil di depan kelas karena merasa malu
jika salah.
3
Percaya diri adalah salah satu sifat yang mampu mendorong kita
melakukan sesuatu (Darmanto, 2012: 173). Individu yang merasa yakin atas
kemampuan mereka sendiri serta memiliki harapan yang realistis bahkan pada
saat harapannya tidak tercapai dia tetap percaya diri dan berpikir positif dapat
‘Malu’ ‘takut ditanya guru’ ‘takut salah’, dan takut yang lainnya
sebenarnya merupakan salah satu contoh bentuk dari kurang percaya diri
yang dialami siswa. Penyebab siswa kurang percaya diri adalah akibat dari
oleh orangtuanya, dan faktor-faktor yang bergantung pada latar belakang dan
rendah, tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, dan selalu merasa
salah dalam berpenampilan, tidak berharga , tidak ada artinya dan tidak
Apabila rasa kurang percaya diri ini tidak diatasi dan tidak
guru khususnya guru bimbingan dan konseling maka bisa menghambat proses
Dampak yang bisa dialami peserta didik jika percaya dirinya kurang
4
adalah keadaan akan menjadi gawat, saat kurangnya kepercayaan diri ini
kasus yang dialami siswa berinisial FW. Gara-gara takut tak lulus UN seorang
adiknya begitu serius menghadapi UN sehingga dia giat belajar. “Dia giat
belajar karena takut engga lulus UN”. Kaka korban mengatakan, dua minggu
bertambahnya kasus pelajar bunuh diri karena takut tidak lulus UN membuat
menyatakan bahwa tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa
dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap
tidak ada maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif. Model Experiential
penelitian ini, diantaranya penelitian yang telah dilakukan Ruri Puspita Sari
Bimbingan dan Konseling pada Siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Tahun
terlibat secara personal belajar sehingga siswa mengalami apa yang mereka
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat Penelitian
ini. .
1. Guru BK
2. Guru/Tenaga pendidikan
3. Siswa
4. Peneliti
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Kepercayaan diri
Percaya diri (self confident) adalah salah satu sifat yang mampu mendorong
kita melakukan sesuatu. Selalu aktif dan tidak dihantui oleh berbagai macam
pikiran negatif yang merugikan. Meskipun kemampuan yang kita miliki serba
terbatas, hal itu bisa dihilangkan dengan cara menanamkan kepercayaan terhadap
diri sendiri serta keyakinan yang kuat. Maka, apapun bentuknya jika didasari oleh
pikiran yang jernih dan penuh dengan perhitungan, akan lebih bermakna
Orang-orang yang memiliki keyakinan yang tinggi adalah orang yang telah
mempertimbangkan untung dan rugi dalam bertindak. Tidak hanya itu, ia juga
Jika kita berperilaku demikian, artimya kita telah memiliki keyakinan yang baik
rintangan. Kita termasuk dalam bagian manusia yang mudah mengontrol setiap
sesuatu dan berhasil. Pendapat lain yang menyatakan hal serupa seperti di atas
yakni Goleman bahwa kepercayaan diri adalah kesadaran yang kuat tentang harga
tindakan, kegiatan, dan usaha untuk bertindak bukannya menghindari keadaan dan
Dengan kata lain, seseorang dapat dikatakan percaya diri jika seseorang berani
melakukan sesuatu hal yang baik bagi dirinya sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuan diri. Selain itu, anak pun mampu melakukannya tanpa ragu selalu
Kepercayaan diri juga dapat diartikan sebagai sikap positif seorang individu yang
sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya (Yofita, 2013:
63).
Seseorang atau individu yang memiliki rasa percaya diri, maka seseorang
tersebut akan merasa yain dengan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga bisa
telah diambil serta mampu menatap fakta dan realita secara objektif yang didasari
keterampilan. Hal tersebut merupakan aspek yang terkandung dalam rasa percaya
diri.
e. Rasional, yaitu analisis terhadap suatu masalah, suatu hal, suatu kejadian
dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai
dengan kenyataan.
Jadi, seseorang atau individu yang memiliki rasa percaya diri yaitu seseorang yang
memiliki rasa keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab
ketyakinan, ide-ide, dan proses berpikir yang tidak mengandung unsur keharusan
melakukan. Rasa percaya diri merupakan dimensi evaluatif yang menyeluruh dari
diri. Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri.
Dalam hidup, sangat diperlukan sekali kepercayaan terhadap diri sendiri untuk
dengan memahami diri sendiri. Individu harus yakin akan kemampuan dan potensi
yang ada dalam dirinya. Jangan sampai rasa pesimis dan cemas selalu menghantui
12
perasaan. Rasa percaya diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
a. Faktor internal
Faktor internal ini terdiri dari beberapa hal penting di dalamnya. Hal-hal yang
1) Konsep diri
2) Harga diri
Individu yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara
dirinya sendiri.
3) Kondisi fisik
4) Pengalaman hidup
Apalagi jika pada dasarnya individu memiliki rasa tidak aman, kurang
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal ini juga terdiri dari beberapa hal penting di dalamnya. Hal-hal
1) Pendidikan
2) Pekerjaan
3) Lingkungan
akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga
diterima oleh masyarakat, maka harga diri juga akan berkembang lebih
Setiap insan memiliki rasa kepercayaan diri yang berbeda. Ada yang tinggi
rasa kepercayaan dirinya, ada pula yang rendah. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri tidak begitu saja melekat pada anak dan juga
bukan merupakan bawaan lahir. Kepercayaan diri terbentuk karena proses belajar
oleh kedua orangtua, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seperti
masyarakat, guru, pengasuh, media, dan lain sebagainya (Yofita, 2013: 67-68).
mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk
yang baik dari dalam diri sendiri baik dari pandanagn maupun tindakan
yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa
depannya.
orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat
pengungkapan tersebut.
(Widjaja, 2016:54).
Individu yang memiliki rasa rendah diri atau tidak percaya diri, individu
tersebut akan menjadi pribadi yang tidak mandiri dan individu tersebut akan
bergantung pada orang lain. Kelemahan yang dimiliki oleh seseorang baik berasal
dari luar maupun dari dalam dirinya dapat menimbulkan perasaan rendah diri.
Orang yang merasa rendah diri dapat nampak dari tingkah lakunya. Setiawan
Pongky (2014: 21) menyebutkan tingkah laku orang yang rendah diri antara lain
sebagai berikut:
a. Penyendiri
tidak mau bergaul dan menarik diri dari pergaulan. Mereka mungkin
b. Ragu
Orang yang kurang percaya diri tidak ingin bersaing postif. Ia merasa tidak
d. Tidak sportif
Orang yang kurang percaya diri menolak untuk berpartisipasi dalam semua
e. Sangat sensitif
Orang yang memiliki rasa kurang percaya diri, maka orang tersebut akan
sangat sensitif terhadap pujian dan kritikan. Jika dipuji, dia akan
mempertanyakan ketulusan dari orang yang memuji, dan jika dikritik, dia
akan segera mempertahankan diri dan tidak bisa merespon humor ringan
dengan baik.
17
f. Rendah diri
Orang yang rendah diri juga takut untuk mencoba sesuatu yang baru,
karena jauh di dalam hatinya dia sangat takut membuat kesalahan sehingga
akan terus menerus teringat dengan kesalahan tersebut (Puspita, 2016: 14-
16).
membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Gazda juga
informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial (Prayitno, 2015: 309-
310).
individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk
berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa). Isi kegiatan
kelompok.
ialah:
rencana belajar.
analisis dan sintesis atas data atau informasi yang diterimanya. Dalam
yang paling tepat bagi dirinya. Untuk dapat memilih, ia telah melakukan
matematika.
dalam tiga kelompok yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12
orang) dan kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang).
serta meraih masa depan dalam studi karir ataupun kehidupan. Aktivitas
1. Pra Bimbingan
2. Pelaksanaan
a) Pembukaan
singkat,
terbuka,
3. Transisi
tahap inti,
inti
4. Inti
dibahas,
bersama,
selanjutnya.
5. Penutupan
anggota,
kelompok,
6. Pasca Bimbingan
hanya materi yang bersumber dari buku atau pendidik. Experiential Learning
adalah pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu
Experiential Learning ini bertitik tumpu pada teori humanistik. Teori ini
belajar terbaik itu dari pengalaman dan hal ini sesuai dengan ungkapan the
didik untuk belajar keterampilan baru, sikap baru atau bahkan cara berpikir
baru.
disengaja. Contohnya, ketika peserta didik dihadapkan pada game Spider Web
lubangnya pas dengan badan kita, namun tidak ada satu orang pun yang boleh
menyentuh jaring tersebut. Tugas yang diberikan tidak akan berhasil dilakukan
mencapai kerjasama yang baik, pasti akan timbul yang namanya komunikasi
antar anggota kelompok. Lalu muncullah secara alami orang yang berpotensi
amilium. Pada uji coba tersebut peserta didik yang disuruh praktik langsung
24
PENGALAMAN
IMPLEMENTASI REFLEKSI
PENGALAMAN
Siklus model experiential learning
KONSEP
PENGALAMAN
2) Tujuan Teknik Experiential Learning
Baharudin dan Wahyuni (2012: 165) menyatakan bahwa tujuan dari model
ini adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur
yang telah ada. Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi
secara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada,
maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif. Teknik experiential learning
memberi kesempatan kepada siswa untuk memutuskan pengalaman apa yang terjadi
bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami
tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional di mana siswa
menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa
melibatkan siswa.
buruk,
berkompromi,
bantuan,
Kelebihan dari teknik ini adalah dapat dirasakan bahwa pembelajaran lewat
pengalaman lebih efektif dan mencapai tujuan secara maksimal. Beberapa manfaat
anggota kelompok,
keputusan,
Kelemahan dari teori ini adalah, yaitu sulit dimengerti sehingga masih sedikit yang
a. Pengalam konkret. Pada tahap ini pembelajar disediakan stimulus yang mendorong
mereka melakukan sebuah aktivitas. Aktivitas ini bisa berangkat dari suatu
pengalaman yang pernah dialami sebelumnya, baik formal maupun informal, atau
situasi yang realistik. Aktivitas yang disediakan bisa di dalam ataupun di luar
b. Refleksi observasi. Pada tahap ini pembelajar mengamati pengalaman dari aktivitas
ini mereka menarik pelajaran. Dalam hal ini, proses refleksi akan terjadi bila guru
c. Penyusunan konsep abstrak. Setelah melakukan observasi dan refleksi, maka pada
Pada fase ini dapat ditentukan apakah terjadi pemahaman baru atau proses belajar,
tersebut.
pengalaman baru yang akan diperoleh selanjutnya (Kolb dalam Mardana. 2004).
Pada tahap aplikasi akan terjadi proses belajar bermakna, karena pengalaman yang
27
problematika yang baru. Setiap individu memiliki keunikan sendiri dan tidak
pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman hidup yang sama persis. Dua
anak yang tumbuh dalam kondisi dan lingkungan yang sama dan mendapat
perlakuan yang sama, belum tentu akan memiliki pemahaman, pemikiran, dan
1) Pra Bimbingan
2) Pelaksanaan
a) Pembukaan
b) Transisi
tahap inti,
tahap inti
c) Inti
dibahas,
bersama,
selanjutnya.
d) Penutupan
anggota,
kelompok,
3) Pasca Bimbingan
a. Aktivitas ini bisa berangkat dari suatu pengalaman yang pernah dialami
refleksi ini mereka menarik pelajaran. Dalam hal ini, proses refleksi
memiliki keunikan sendiri dan tidak pernah ada dua orang yang
memiliki pengalaman hidup yang sama persis. Dua anak yang tumbuh
dalam kondisi dan lingkungan yang sama dan mendapat perlakuan yang
dialaminya.
23).
1. Kegiatan pendahuluan
a. Memberi salam
b. Berdoa
menanyakan kabar
d. Perkenalan
2. Kegiatan inti
sosial dan membentuk relasi antar siswa yang satu dengan yang lainnya.
antar teman kelompok. Selain itu, siswa dapat berbicara di depan umum
topik bimbingan yang akan dibawakan oleh guru adalah siapa aku, jadi
yang diketahui oleh semua orang lain dan sifat yang tidak diketahui oleh
sifat positif teman kelompoknya. Ini poin positif untuk siswa agar siswa
bisa lebih mengenal diri sendiri baik dari pribadi sendiri maupun dari
hari.
3. Kegiatan penutup
a. Membuat kesimpulan
selanjutnya
D. Kerangka Berpikir
Percaya diri adalah salah satu sifat yang mampu mendorong kita melakukan sesuatu. Selalu aktif dan tidak
1. Bagan Kerangka Berpikir
dihantui oleh berbagai macam pikiran negatif.yang merugikan.
Ciri-ciri tidak percaya diri yang didapati Langkah pemberian layanan bimbingan kelompok menggunakan
sebelum diberikan layanan yaitu, exrperiential learning
1. Penyendiri a. Pembukaan
2. Ragu 1) menciptakan suasana saling mengenal, hangat dan
3. Lemah dalam persaingan rileks
4. Tidak sportif 2) menjelaskan tujuan dan manfaat bimbingan
5. Sangat sensitif kelompok secara singkat
6. Rendah diri 3) menjelaskan peran masing-masing anggota dan
pembimbing pada proses bimbingan kelompok yang
akan dilaksanakan
4) menjelaskan aturan kelompok dan mendorong
Kepercayaan diri siswa sesudah diberikan
layanan : anggota untuk beperan penuh dalam kegiatan kelompok
a) Percaya pada5) kemampuan
memotivasi sendiri,
anggotayaituuntuk saling mengungkapkan
diri secaraatas
suatu keyakinan terbukadiri sendiri
terhadap segala fenomenaanggota
6) memotivasi yang terjadi
untuk mengungkapkan harapan
yang berhubungan denganmerumuskan
dan membantu kemampuantujuan bersama
individu untuk mengevaluasi serta
b. Transisi
mengatasi fenomena yang terjadi
1) melakukan kegiatan selingan berupa permainan
tersebut (Widjaja, 2016:53)
b) Bertindak kelompok
mandiri dalam mengambil
keputusan.2) mereview
Yaitu tujuan dandalam
dapat bertindak kesepakatan bersama
mengambil3) keputusan
memotivasi terhadap
anggota untukdiri terlibat aktif mengambil
yang dilakukan
manfaatsecara mandiri
dalam tahap inti atau
tanpa adanya keterlibatan orang
4) mengingatkan anggotalainbahwa kegiatan akan segera
dan mampu memasuki tahap inti tindakan
untuk meyakini
yang diambil.
c. Inti
c) Memiliiki rasa positif terhadap diri
1) mendorong
sendiri. Yaitu tiap anggota
adanya penilaian yang untuk mengungkapkan topic
yang perlu
baik dari dalam diri dibahas
sendiri baik dari
pandanagn2) maupun
menetapkan topic yang
tindakan yang akan diintervensi sesuai
dilakukan dengan
yang tujuan
menimbulkan
bersama rasa
positif terhadap
3) mendoro diritiapdan masauntuk terlibat aktif saling
anggota
depannya. membantu
d) Berani mengungkapkan pendapat.
4) melakukan kegiatan selingan yang bersifat
Adanya suatu sikap untuk mampu
menyenangkan
mengutarakan sesuatu dalam mungkin perlu diadakan
diri yang
ingin diungkapkan kepada orang lain dicapai dan menetapkan
5) mereview hasil yang
pertemuan
tanpa adanya paksaanselanjutnya
atau rasa yang
dapat d. menghambat
Penutupa pengungkapan
tersebut. 1) mengungkapkan kesan dan keberhasilan yang dicapai
e) Bersikap tenang dalam
oleh setiap mengerjakan
anggota
sesuatu.
2) merangkum
potensi danproses dan hasil yang dicapai
f) Mempunyai kemampuan
3)mengungkapkan
yang memadai. kegiatan lanjutan yang penting bagi
anggota kelompok
g) Mampu menetralisir ketegangan yang
muncul 4)dalam
menyatakan situasi
bahwatertentu
kegiatan akan segera berakhir
(Widjaja, Menyampaikan
2016:54). pesan dan harapan
34
Jadi dengan teknik ini diharapkan siswa mampu percaya diri dengan teman
2. Deskripsi Kerangka
sekelasnya dan Berpikir
lingkungan sekolah
Percaya diri (self confident) adalah suatu sifat yang mampu mendorong kita
melakuka sesuatu dan tidak dihantui oleh berbaga macam pikiran negative yang
keyakinan yang kuat. Maka, apapun bentuknya jika didasari oleh pikiran jernih
Individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan menjadi tidak
mandiri dan akan bergantung kepada orang lain, kelemahan yang dimiliki
seseorang tersebut akan menimbulkan perasaan renda diri. Hal tersebut dapat
a. Penyendiri
berarti biasanya tidak mau bergaul dan menarik diri dari pergaulan.
b. Ragu
Orang yang merasa tidak memiliki kemampuan yang berarti akan selalu
Merasa tisak mampu untuk mengikuti persaingan seperti orang lain, maka
d. Tidak sportif
kemampuannya
35
e. Sangat sensitive
Seseorang yang akan sensitive atas pujian dan kritikan dari komentar
f. Rendah diri
Orang yang rendah diri takut untuk mencoba sesuatu yang baru karena
tersebut
learning :
a. Pembukaan
b. Transisi
inti
36
c. Inti
diadakan
d. Penutupan
learning :
a. Percaya pada kemampuan sendiri, yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri
mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau tanpa
adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang
diambil.
37
c. Memiliiki rasa positif terhadap diri sendiri. Yaitu adanya penilaian yang baik
dari dalam diri sendiri baik dari pandanagn maupun tindakan yang dilakukan
mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain
tersebut.
2016:54).
beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan judul penelitian ini. Hal ini
peningkatan percaya diri siswa dari kondisi awal sebelum diberi tindakan yaitu
rata-rata 57, menjadi 62, 6 pada siklus 1 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 63,
5.
Penelitian Ade Syarifah (2012). Hasil penelitian ini yaitu kepercayaan diri
kepercayaan diri dibuktikan dengan perolehan rata-rata pre test sebesar 95,00 dan
adanya peningkatan antara pre-test dan post-test, di mana terdapat penaikan skor
item dan skor subjek pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
adanya peningkatan kepercayaan diri secara signifikan pada siswa kelas VIII A
BAB III
METODE PENELITIAN
individual, makna yang secara sosial dan historis di bangun dengan maksud
Hopkin (1993) penelitian tindakan adalah suatu proses yang dirancang untuk
kualitatif atau bahkan kedua-duanya. Bagaimanapun juga, apa yang dituju atau
yang dilakukan peneliti terutama yang berkaitan dengan isu-isu khusus, praktis
tak lain adalah berusaha mencapai dan menemukan suatu solusi terhadap
40
( Djunaidi,2008: 5-6).
yang diemban guru. Tujuan utaman Penelitian Tindakan Kelas demi perbaikan
pendidikan, sebab tugas utama guru-dosen adalah mengajar, dan tiap metode
penelitian manapun yang mereka gunakan tidak mengubah profesi dan etika
pendidikan (Dimyati.1990).
Pelaksanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Siklus II Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
41
2. Pra siklus
Saat pra siklus dilakukan oleh peneliti perilaku siswa saat di kelas dan
3. Siklus 1
a. Tahap perencanaan
Diri”. Topik ini diberikan agar siswa dapat mengetahui apa itu percaya
diri. .
b. Tahap pelaksanaan
diri.
disampaikan
3) Melaksanakan kegiatan
Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan sesuai dengan yang ada pada
c. Tahap pengamatan
42
d. Tahap refleksi
Pada tahap penelitian ini, dan mitra kolaboratif berdiskusi mengenai proses
umpan balik sehingga akan didapatkan hasil refleksi yang akan digunakan
4. Siklus II
Setelah melakukan refleksi dan evaluasi dari upaya perbaikan siklus I maka
a) Tahap perencanaan
b) Tahap pelaksanaan
experiential learning yang terjadi lebih padu, siswa lebih terlibat dalam
c) Tahap pengamatan
d) Tahap refleksi
B. Setting Penelitian
siswa. Alasan memilih sekolah ini adalah di sekolah inilah peneliti dulu sekolah
1) Tempat Penelitian
di Jl. Sriwijaya
2) Subjek Penelitian
3) Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kepercayaan diri siswa kelas X IPS 3 SMA Negeri 4
44
Banjarbaru.
C. Skenario Tindakan
siklus I dan siklus II. Setiap siklus ada empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
1. Perencanaan Tindakan
experiential learning
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Pembukaan
b. Transisi
inti,
c. Inti
diadakan
d. Penutupan
3. Pengamatan (observasi)
Pada tahap ini, data-data tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang
sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil bimbingan dan
dikembangkan. Peneliti boleh dibantu oleh pengamat dari luar (teman sejawat
siswa.
4. Refleksi
b. Apabila sudah mencapai target atau kriteria, maka penelitian ini dapat
a. Populasi Penelitian
Laki-laki Perempuan
1 X IPS 3 10 12 22
b. Sampel Penelitian
Sampel merupakan suatu bagian dari suatu populasi. Sampel pada penelitian ini
X IPS 3 22 6
teknik sampling tersebut sesuai dengan karakter dari penelitian kualitatif. Dari
ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit sampel yang
d. Instrumen Data
1) Observasi
2) Kuesioner
individu dengan cara memberikan suatu daftar pertanyaan tentang sebagai aspek
kepribadian individu (Rahardjo & Gudnanto, 2013: 94). Adapun kuesioner yang
penelitian ini adalah kuesioner baku yaitu menggunakan skala Rosenberg dengan
15 pernyataan.
49
E. Indikator Keberhasilan
kegiatan konseling.
dilihat pada siklus I siklus II dan siklus III dengan tiga kali pertemuan,
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah bentuk kualitatif yaitu
dalam bentuk uraian yang berupa penjelasan, meskipun dalam penjelasan tersebut
penjelasannya.
terhadap tujuan penelitian tindakan kelas. Analisis data yang bersifat kualitatif
dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan data, dan
= 19 x 4 = 76
= 19 x 1 = 19
= 3 x 4 = 12
=3x1 =3
= 7 x 4 = 28
=7x1=7
4. Persentase
Tabel
Tabel
Tabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung pada hari Rabu, 13 Februari 2021. jumlah
siswa yang hadir pada saat siklus I sebanyak 22 orang. Pada pelaksanaan tindakan,
1) Tahap Perencanaan
berupa penggunaan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL). Metode yang digunakan untuk
bertindak sebagai guru pembimbing dalam kelas menyiapkan media yang diperlukan.
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, peneliti membuka kegiatan dengan salam pembuka dan
memberikan pengantar tentang metode serta materi yang akan diberikan. Peneliti juga
b) Kegiatan Inti
Pada siklus I, peneliti memberikan materi dalam kelompok besar, pada saat itu yang
dri” menggunakan media kertas dan alat tulis. Sebelum memulai kegiatan, peneliti
kertas berjumlah lima lembar pada masing-masing siswa lalu menjelaskan aturan dan
waktu pengerjaan. Siswa diperbolehkan memulai menulis beberapa sifat yang masing-
masing siswa pikir dan diketahui oleh orang-orang lain (daerah terbuka) serta beberapa
sifat yang masing-masing siswa pikir tidak diketahui oleh orang-orang lain yang hadir di
Setelah siswa selesai menulis siswa, siswa yang berada di dalam kelas dibagi
menjadi 5 kelompok dan dibagi secara acak agar siswa tidak memilih-memilih teman dan
lima lembar kertas. Masing-masing siswa menuliskan dua sifat positif teman-teman
menuliskan dua sifat positif yang diketahui oleh orang lain (daerah tersembunyi).
sesudah siswa selesai siswa dapat mengumpulkan semua kertas, selanjutnya peneliti
mengocok kertas tersebut dan meletakkan di tengah kelompok dengan bagian yang
masing siswa mengambil satu kertas sampai kertas itu habis dan membacakan isinya
Tabel 4.1
TAHAPAN URAIAN
teman kelompok
Konsep Siswa diajak untuk membantu dan
memecahkan masalah secara bersama
sehingga siswa dapat memaknai tanggapan-
tanggapan yang muncul.
Implementasi Siswa sungguh-sungguh menangkap manfaat
bimbingan yang baru ia jalani, serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c) Kegiatan Penutup
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data hasil observasi perilaku siswa dan angket
percaya diri siswa untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dijadikan acuan untuk
penelitian tindakan siklus selanjutnya. Hasil refleksi dan evaluasi pada siklus I ini adalah
peneliti kesulitan manajemen kelas, dan masih ada beberapa siswa yang pasif maka untuk
siklus berikutnya dibuat perubahan dan sebaiknya mengajak siswa ikut terlibat aktif dari
4.1.1 Siklus 1
Pada proses siklus 1 ini yang dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut:
55
Learning
Teknik Experiential Learning ini yang dilakukan adalah dengan cara menetapkan
layanan bimbingan kelompok yang akan diberikan kepada siswa bermasalah dalam hal
kurangnya termotivasi dalam belajar pada saat mata pelajaran berlangsung. Kemudian
yaitu 22 orang dengan mempersiapkan Slide, gambar, teks bacaan untuk memberikan
siswa kepercayaan diri pada siswa dalam memahami masalah diri mereka dalam belajar
sehingga mereka dapat termotivasi dalam belajar. Membuat RPL yang sesuai dengan
a) Tahap permulaan, yaitu tahap yang dilakukan sebagai upaya untuk menumbuhkan
bagi para siswa, penjelasan pengertian, tujuan dan kegunaan Bimbingan Kelompok
Learning.
b) Tahap transisi, merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum masa
bekerja (kegiatan). Tahap ini yang merupakan proses dua bagian, yang ditandai
c) Tahap kegiatan sering disebut juga sebagai tahap bekerja, tahap penampilan, tahap
mereka buat, dan untuk membuat keputusan mengenai tingkah laku mereka yang
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada siswa maka dapat diketahui
sebagai berikut:
Banjarbaru.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan kepada siswa terutama yang
berhubungan dengan cara guru dalam memberikan respon siswa setelah diberikan
Tabel 4.4
Perkembangan Kepercayaan Diri Selama Bimbingan Kelompok Menggunakan
Teknik Experiential Learning
Siklus 1
Keyakinan Memahami Berkomunikasi
dalam Masalah selama proses
Kelompok kepercayaan pembelajaran
diri dalam
belajar
No Nama Jlh
1 Abdul Karimul Hakim 1 1 1 3
2 Ahmad Baihaki 1 2 1 4
3 Ahmad Rajinuddin 1 1 2 4
57
Ahmad Zainuddin
2 1 1
4 Apriadi 4
5 Arif Rahman 1 2 1 4
6 Budi Santoso 1 1 2 4
7 Devi Septiani 1 1 1 3
8 Halimatus Sadiyah 2 2 1 5
9 Hami Said 1 1 2 4
10 Hansna Kamalia 1 1 1 3
11 Herlina Hidayati 1 2 1 4
12 Ismi Wardani 2 1 2 5
13 Jamah Sari 1 2 1 4
14 Juwairiah 1 2 1 4
15 Rahma zianti Putri 2 1 2 5
16 Rahman Abdullah 1 1 2 4
17 Ridha Wati 2 2 2 6
18 Saban Ansyari 1 1 2 4
19 Siti Rahmah Zulfa 1 1 1 3
20 Siti Salmiah 1 1 1 3
21 Sahrida Putri 2 2 1 5
22 Taufik Rahman 1 1 2 4
Jumlah 28 30 31 89
Rata-rata 1.27 1.36 1.41 4.05
% (Rata-rata x 100 / 4
skor penilaian tertinggi 31.8% 34.1% 35.2%
% (Rata-rata x 100 / 12
(4 skor x 3 aktivitas) 33.7%
Keterangan:
Nilai 1 = Tidak Berkembang
Nilai 2 = Cukup Berkembang
Nilai 3 = Berkembang
NIlai 4 = Sangat Berkembang
disampaikan oleh guru BK selaku peneliti dalam menyadarkan diri mereka agar
Siswa juga masih kurang mampu meyakinkan diri mereka dalam kelompok
yang dilaksanakan bahwa selama ini siswa terutama pada saat proses Bimbingan
tersebut agar dapat memberikan kepercayaan diri mereka dalam proses belajar.
Mereka masih kurang berkembang dengan baik terutama dalam hal memahami apa
belajar hasil dari pengamatan yang telah dilakukan bahwa hanya mencapai 31,8%.
34,1%. Siswa yang kurang berkomunikasi dalam kelompok terutama pada saat
mereka merasakan dalam bentuk diskusi dikelompok mereka atau dengan teman
kepercayaan diri mereka masih kurang. Informasi yang didapatkan dari guru kelas
akan diberikan kepada siswa selama proses tersebut dilaksanakan sehingga mereka
kepercayaan diri siswa masih belum berkembangan dengan baik karena hanya
Negeri 4 Banjarbaru.
kepada siswa terutama dalam hal meningkatkan rasa kepercayaan diri siswa dalam
Tabel 4.5
Hasil Kuesioner Peningkatan Rasa Percaya Diri Siswa kelas XI melalui layanan Bimbingan
Kelompok Menggunakan Teknik Experiential Learning Kelas X IPS 3 di SMA Negeri 4
Banjarbaru
Pilihan Jawaban
Total
No Indikator Pertanyaan SS KK J TP
siwa
F % F % F % F %
1 Pemahaman diri 0 0 1 4.5 2 9.1 19 86 22
3 Berfikir positif, 0 0 2 9.1 2 9.1 18 82 22
4 Komunikasi, 0 0 1 4.5 1 4.5 20 91 22
5 Ketegasan, 0 0 2 9.1 1 4.5 19 86 22
6 Penampilan diri, dan 0 0 2 9.1 2 9.1 18 82 22
Pengendalian
7 0 0 1 4.5 4 18 17 77 22
perasaan
Jumlah 0 41 55 505
Rata-rata (Jumlah /
0 5.8 7.8 72
7 pertanyaan )
peningkatan dari siswa masih kurang karena dilihat dari respon mereka yang
percaya diri mereka berjumlah 5.8% dan yang termasuk pernah ada percaya diri
pada diri mereka yaitu 5,8% yang masih kadang-kadang tingkat kepercayaan diri
mereka ada, dan mereka lebih banyak tidak pernah ada kepercayaan diri mereka
Hasil penelitian bahwa masih ada siswa yang kurang dalam hal memberikan
kepercayaan diri pada siswa dalam belajar terutama dalam hal yang masih tidak
termotivasi dalam belajar. Maka dari itu perlu ditingkatkan lagi pada siklus
berikutnya.
3) Refleksi Siklus 1
kepercayaan diri dalam diketahui bahwa kepercayaan diri dalam siswa masih
kurang karena pada hasil penelitian diketahui kemampuan mereka dalam belajar
kurang. Dari hasil tes yang telah diberikan kepada siswa kemampuan dalam belajar
mereka tidak dapat menemukan permasalahan pada diri mereka sehari-hari dalam
61
siswa juga kurang memahami masalah kepercayaan diri mereka dalam belajar hasil
dari pengamatan yang telah dilakukan bahwa hanya mencapai 31.8%. Kemudian
siswa yang memahami masalah kepercayaan diri hanya mencapai 34.1%. Siswa
merasakan dalam bentuk diskusi dikelompok mereka atau dengan teman satu
belajar masih kurang mampu. Siswa masih kurang karena mereka kurang mampu
memberikan pemahaman bagi diri mereka sendiri tentang cara belajar terutama
oleh guru. Siswa juga masih kurang mampu menyebutkan tentang masalah yang
Oleh karena itu, peneliti harus lebih aktif lagi dalam membimbing siswa
dalam kelompok agar mereka dapat memahami dengan baik tentang tujuan dari
mereka dapat mencapai hasil maksimal dalam proses belajar saat belajar di kelas
dengan semua guru mata pelajaran. Perlu ada perbaikan lagi pada siklus 2 akan
4.1.2 Siklus 2
Pada proses siklus 2 ini yang dilaksanakan adalah pada anak yang bermasalah dalam
hal mereka kurang kepercayaan diri dalam dengan teman sebaya mereka terutama dalam
hal menghormati dan tidak menggangu teman mereka selama berada disekolah baik
dengan teman sekelas atau dengan teman yang bukan teman dengan kelas mereka. Pada
proses siklus 2 ini yang dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut:
Learning
ini yang dilakukan adalah dengan cara menetapkan layanan kelompok yang akan
diberikan kepada siswa bermasalah dalam hal kurangnya kepercayaan diri dalam
mereka dalam bergaul dengan teman sebaya mereka di sekolah. Kemudian membuat
bahwa kepercayaan diri dalam sangat penting dilakukan dalam hal bergaul. Membuat
RPL yang sesuai dengan layanan yang diberikan kepada anak. Kegiatan ini sama
dengan siklus 1 karena masih belum berhasil di siklus 1, maka dilanjutkan kesiklus 2
ini.
63
a) Tahap permulaan, yaitu tahap yang dilakukan sebagai upaya untuk menumbuhkan
Learning bagi para siswa, penjelasan pengertian, tujuan dan kegunaan Bimbingan
Learning.
b) Tahap transisi, merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum masa
bekerja (kegiatan). Tahap ini yang merupakan proses dua bagian, yang ditandai
c) Tahap kegiatan sering disebut juga sebagai tahap bekerja, tahap penampilan,
tahap tindakan, dan tahap pertengahan yang merupakan inti kegiatan Bimbingan
mereka buat, dan untuk membuat keputusan mengenai tingkah laku mereka yang
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada siswa maka dapat diketahui
sebagai berikut:
64
Banjarbaru.
terutama yang berhubungan dengan cara guru dalam memberikan respon siswa
yaitu:
Tabel 4.6
Perkembangan kepercayaan diri selama proses Bimbingan Kelompok Menggunakan
Teknik Experiential Learning Kelas X IPS 3 di SMA Negeri 4 Banjarbaru Siklus 2
17 Ridha Wati 3 3 3 9
18 Saban Ansyari 2 2 2 6
19 Siti Rahmah Zulfa 2 3 3 8
20 Siti Salmiah 2 2 3 7
21 Sahrida Putri 2 2 2 6
22 Taufik Rahman 2 2 2 6
Jumlah 45 48 54 147
Rata-rata 2.05 2.18 2.45 6.68
% (Rata-rata x 100 / 4 skor
penilaian tertinggi 51.1% 54.5% 61.4%
% (Rata-rata x 100 / 12 (4
skor x 3 aktivitas) 55.7%
Keterangan:
Nilai 1 = Tidak Aktif
Nilai 2 = Cukup Aktif
Nilai 3 = Aktif
NIlai 4 = Sangat Aktif
kepercayaan diri siswa, namun masih ada kekurangan terutama dalam hal
memahami masalah kepercayaan diri mereka dalam belajar hasil dari pengamatan
yang telah dilakukan bahwa hanya mencapai 51,1%. Kemudian siswa yang
memahami masalah kepercayaan diri hanya mencapai 54,5%. Siswa yang kurang
bentuk diskusi dikelompok mereka atau dengan teman satu kelompok mereka
pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu 61,4%. Hasil dari siklus 2 ini
memahami masalah yang berhubungan dengan hasil dari cara mereka dalam
belajar di dalam kelas dan mereka mulai termotivasi dalam belajar setelah
Learning.
66
Hasil keseluruhan dari siklus 2 maka dapat diketahui bahwa hasil dari
siswa yang bermasalah dalam belajar terutama yang kurang termotivasi yaitu
55.7%, yaitu ada peningkatan dari pada siklus 1 yaitu siswa sudah mulai pecaya
diri dalam belajar dan mereka sudah berusaha saat belajar di dalam kelas mulai
Maka dari hasil tersebut diketahui hasil dari aktivitas saat siswa dalam
termasuk kurang baik sehingga tidak merubah motivasi mereka dalam belajar.
kepercayaan diri dalam mereka dalam bergaul dengan teman sebaya sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Hasil observasi dari Peningkatan Perkembangan kepercayaan diri selama proses
Bimbingan Kelompok Menggunakan Teknik Experiential Learning Kelas X IPS 3 di
SMA Negeri 4 Banjarbaru
Pilihan Jawaban
Total
No Aktivitas SS KK J TP
siwa
F % F % F % F %
1 Pemahaman diri 4 18 9 41 6 27 3 14 22
3 Berfikir positif, 4 18 8 36 3 14 4 18 22
4 Komunikasi, 4 18 7 32 6 27 5 23 22
5 Ketegasan, 3 14 9 41 7 32 3 14 22
6 Penampilan diri, dan 6 27 4 18 8 36 4 18 22
7 Pengendalian perasaan 4 18 2 9.1 12 55 4 18 22
Jumlah 114 177 191 105
Rata-rata 16% 25% 27% 15%
67
kelompok siswa diketahui bahwa Siswa yang merasa selalu percaya diri yaitu 16%.
Kemudian siswa yang merasa percaya diri mereka kadang-kadang yaitu 25%.
Kemudian siswa yang merasa jarang percaya dirinya karena masalah mereka dalam
belajar yaitu 27%. Siswa yang percaya diri mereka masih tidak pernah ada dalam
saat di dalam kelas diketahui bahwa tingkat peningkatan dari siswa mulai ada
perkembangan kepercayaan diri mereka dalam belajar. Hal ini berarti pada siklus 2
Hasil penelitian bahwa masih ada siswa yang kurang dalam hal termotivasi
dalam belajar terutama dalam hal yang masih tidak termotivasi dalam belajar.
Maka dari itu perlu ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya. Hasil aktivitas belajar
mereka mulai lebih baik dan memberikan keterangan yang lebih baik dalam
3) Refleksi Siklus 2
dalam proses pembelajaran dikarenakan dari hasil belajar dan respon siswa dalam
kepercayaan diri dalam hanya sebagian mereka saja yang mampu melaksanakan
tugas yang diberikan guru dan berperilaku dalam proses pembelajaran. Bimbingan
secara kelompok yang diberikan oleh peneliti masih kurang dalam pelaksanaannya
termotasi dalam belajar, mereka tidak dapat menemukan permasalahan pada diri
Mereka juga kurang merasakan pemecahan yang dihadapi mereka dengan adanya
hanya mencapai 56%. Kemudian siswa yang memahami masalah belajar hanya
mencapai 61.3%. Siswa yang ketekunan menghadapi tugas yang tidak mereka sukai
yaitu 61.3%. Siswa yang ketekunan menghadapi tugas saat peneliti memberikan soal
mata pelajaran yang tidak mereka sukai yaitu 44%. Maka dari hasil tersebut
diketahui hasil dari aktivitas saat siswa dalam Bimbingan Kelompok Menggunakan
Teknik Experiential Learning masih termasuk kurang baik sehingga tidak merubah
Berdasarkan hasil belajar siswa baik secara kelompok dan individual masih
kurang mencapai nilai KKM 75 karena nilai rata-rata siswa hanya mencapai 61,
maka dari itu perlu ada perbaikan lagi pada siklus berikutnya agar dapat mencapai
hasil KKM yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas ini. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa kemampuan belajar siswa masih kurang karena mereka
kurang mampu menjelaskan pelajaran dengan baik kemudian kurang mampu dalam
hal memberikan pemahaman bagi diri mereka sendiri tentang cara belajar terutama
oleh guru. Siswa juga masih kurang mampu menyebutkan tentang masalah yang
berhubungan dengan bentuk pemerintahan yang diharapkan oleh guru selama proses
pembelajaran tersebut.
Oleh karena itu, peneliti harus lebih aktif lagi dalam membimbing siswa dalam
69
kelompok agar mereka dapat memahami dengan baik tentang tujuan dari Bimbingan
mencapai hasil maksimal dalam proses belajar saat belajar di kelas dengan semua
guru mata pelajaran. Perlu ada perbaikan lagi pada siklus 2 akan datang tentang cara
4.1.3 Siklus 3
Pada proses silkus 3 ini yang dilaksanakan adalah pada anak yang bermasalah dalam
hal mereka kurang motivasi belajar dengan teman sebaya mereka terutama dalam hal
menghormati dan tidak menggangu teman mereka selama berada di sekolah baik dengan
teman sekelas atau dengan teman yang bukan teman dengan kelas mereka. Pada proses
Learning
ini yang dilakukan adalah dengan cara menetapkan layanan kelompok yang akan
diberikan kepada siswa bermasalah dalam hal kurangnya motivasi belajar mereka
dalam bergaul dengan teman sebaya mereka di sekolah. Kemudian membuat rencana
memberikan kepercayaan diri bagi mereka agar dapat terkepercayaan diri dalam
sangat penting dilakukan dalam hal bergaul. Membuat RPL yang sesuai dengan
b) Tahap transisi, merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum masa
bekerja (kegiatan). Tahap ini yang merupakan proses dua bagian, yang ditandai
c) Tahap kegiatan sering disebut juga sebagai tahap bekerja, tahap penampilan,
tahap tindakan, dan tahap pertengahan yang merupakan inti kegiatan Bimbingan
mereka buat, dan untuk membuat keputusan mengenai tingkah laku mereka
71
yang ingin dilakukan di luar kelompok dan dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada siswa maka dapat diketahui
sebagai berikut:
Negeri 4 Banjarbaru.
terutama yang berhubungan dengan cara guru dalam memberikan respon siswa
Tabel 4.8
Perkembangan Kepercayaan diri siswa Selama Bimbingan Kelompok Menggunakan
Teknik Experiential Learning Siklus 3
Keyakinan Memahami Berkomunikasi
dalam Masalah selama proses
Kelompok kepercayaan pembelajaran
diri dalam
belajar
No Nama Jlh
1 Abdul Karimul Hakim 4 3 3 10
2 Ahmad Baihaki 3 3 4 10
3 Ahmad Rajinuddin 4 3 4 11
4 Ahmad Zainuddin Apriadi 4 3 4 11
5 Arif Rahman 4 3 4 11
6 Budi Santoso 3 4 4 11
72
7 Devi Septiani 3 3 3 9
8 Halimatus Sadiyah 4 3 4 11
9 Hami Said 3 4 4 11
10 Hansna Kamalia 3 3 3 9
11 Herlina Hidayati 3 3 4 10
12 Ismi Wardani 3 3 4 10
13 Jamah Sari 4 4 3 11
14 Juwairiah 4 4 4 12
15 Rahma zianti Putri 4 3 3 10
16 Rahman Abdullah 3 4 3 10
17 Ridha Wati 4 4 4 12
18 Saban Ansyari 4 4 4 12
19 Siti Rahmah Zulfa 4 3 4 11
20 Siti Salmiah 4 4 4 12
21 Sahrida Putri 3 4 4 11
22 Taufik Rahman 4 4 4 12
Jumlah 79 76 82 237
Rata-rata 3.59 3.45 3.73 10.8
% (Rata-rata x 100 / 4
skor penilaian tertinggi 89.8% 86.4% 93.2%
% (Rata-rata x 100 / 12 (4
skor x 3 aktivitas) 89.8%
Keterangan:
Nilai 1 = Tidak Aktif
Nilai 2 = Cukup Aktif
Nilai 3 = Aktif
NIlai 4 = Sangat Aktif
tersebut peneliti mangamati secara langsung melihat aktivitas siswa pada proses
pembelajaran.
Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan bahwa hanya mencapai 89.8%.
86.4%. Siswa yang kurang berkomunikasi dalam kelompok terutama pada saat
mereka merasakan dalam bentuk diskusi dikelompok mereka atau dengan teman
Hasil keseluruhan dari siklus 3 maka dapat diketahui bahwa hasil dari
siswa yang bermasalah dalam belajar terutama yang kurang termotivasi yaitu
89.8%. yaitu ada peningkatan dari pada siklus 3 yaitu siswa sudah pecaya diri
dalam belajar dan mereka sudah berusaha saat belajar di dalam kelas mulai aktif
yang telah dilaksanakan agar siwa mempunyai kepercayaan diri mereka dalam
belajar. Maka dari hasil tersebut diketahui hasil dari aktivitas saat siswa dalam
dalam memberanikan diri untuk maju ke depan kelas walau terkadang mereka
Negeri 4 Banjarbaru.
Tabel 4.9
Hasil kuesioner keseulurahan Peningkatan Rasa Percaya Diri Siswa
Pilihan Jawaban
No Aktivitas Total siwa
SS KK J TP
74
F % F % F % F %
1 Pemahaman diri 20 91 2 9.1 0 0 0 0 22
3 Berfikir positif, 21 95 1 4.5 0 0 0 0 22
4 Komunikasi, 20 91 2 9.1 0 0 0 0 22
5 Ketegasan, 21 95 1 4.5 0 0 0 0 22
6 Penampilan diri, dan 20 91 2 9.1 0 0 0 0 22
Pengendalian
7 21 95 1 4.5 0 0 0 0 22
perasaan
Jumlah 559 41 0 0
Rata-rata 80% 5.8% 0 0
Hasil penelitian pada siklus 3 hasil rata-rata dari peningkatan percaya diri
peningkatan dari siswa sudah ada peningkatan yang signifikan dalam proses
kepercayaan diri mereka dalam belajar karena dilihat dari respon mereka yang
menyatakan secara persentasi yaitu sudah ada yang selalu percaya diri dalam
belajar yaitu 80% yang telah mencapai yang diharapkan dalam Bimbingan
tidak pernah ada kepercayaan diri tidak ada lagi. Hal ini berarti pada siklus 3
pelajaran yang diberikan kepada mereka selama di dalam kelas untuk belajar.
Oleh karena berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran dimana siswa
tersebut telah diberikan bimbingan oleh peneliti. Berdasarkan laporan dari guru
mata pelajaran bahwa semua siswa telah termotivasi dalam belajar dan mereka
75
3) Refleksi Siklus 3
kepercayaan diri siswa dalam belajar di dalam kelas diketahui bahwa siswa mampu
dalam meningkatkan kepecayaan diri mereka dalam proses belajar terutama dalam
dan guru dalam kelas. Hasil bimbingan layanan kelompok memberikan efek yang
baik dalam belajar karena mereka merasakan bahwa dengan cara tersebut dapat
memberikan kepercayaan diri mereka dan saling mendengarkan apa yang mereka
rasakan selama ini terutama dalam memahami apa yang disampaikan guru dalam
proses pembelajaran.
Siswa masih sudah tidak lagi merasa canggung dalam kelompok tersebut
sehingga mereka tidak dapat menemukan permasalahan pada diri mereka sehari-hari
dalam proses pembelajaran yang dilaksankaan di dalam kelas. Mereka juga mampu
kepercayaan diri mereka sehingga mereka dapat memahami apa diinginkan dalam
mematik tugas dan tanggung jawab mereka sebagai siswa yaitu belajar, dapat
mereka emban dengan baik karena mereka telah mampu berusaha dengan baik
Kemampuan dari belajar mereka juga sudah baik, karena mereka mampu
pemahaman bagi diri mereka sendiri tentang cara belajar terutama dalam
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada siswa maka dapat
dijelaskan bahwa hasil penelitian pada siklus 1 diketahui bahwa kepercayaan diri dalam
siswa masih kurang karena mereka kurang mampu dalam memahami kelompok layanan
yang telah diberikan peneliti kepada mereka sehingga rasa kepercayaan diri siswa dalam
belajar mereka masih tidak ada perubahan yang khusus terutama dalam hal memberikan
bantuan kepada siswa. Karena dengan adanya bantuan tersebut siswa dapat membuat
mereka lebih percaya diri dalam menghadapi masalah baik di sekolah atau di luar sekolah.
Teknik Experiential Learning didapat hasil bahwa kepercayaan diri dalam siswa
Experiential Learning ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Siklus 2 digunakan sebagai
Teknik Experiential Learning diikuti oleh 4 anggota kelompok dan peneliti sebagai
pemimpin kelompok. Anggota kelompok terdiri dari 19 siswa yang masih kurang
kepercayaan diri mereka dalam belajar dan 3 siswa yang memiliki kepercayaan diri dalam
tertinggi dan kepercayaan diri mereka tinggi di kelas saat proses pembelajaran
dilaksanakan. Kondisi awal yang terjadi bahwa siswa yang kurang dalam kepercayaan diri
dalam belajar terutama pada siswa underachiever sebelum dilakukan layanan Bimbingan
77
Learning pada siklus 3 dengan metode ceramah dan diskusi dan materi layanan
menumbuhkan semangat belajar dan kepercayaan diri dalam belajar selama tiga kali
pertemun diakhiri dengan pengisian skala kepercayaan diri dalam guna mengetahui tingkat
kepercayaan diri dalam saat itu, diketahui dari hasil analisis terjadi peningkatan pada
kepercayaan diri dalam siswa underachiever sebesar 90%, rata-rata tingkat kepercayaan
diri dalam siswa underachiever menjadi 60.71% pada kategori sedang. Tingkat
Hal ini berarti bahwa pada awal dari pertemuan dikarenakan tidak ada peningkatan
sebab siswa masih kurang mampu memberikan andil kepada siswa yang bermasalah dari
penting bagi siswa yang bermasalah sehingga dapat mempertemukan antar mereka dan
saling berbagi satu sama lain tentang masalah yang dihadapi siswa selama ini.
Konseling Dalam Mengatasi Masalah Siswa di SMK Bhakti Bangsa Banjarbaru, hasil
penelitian menunjukkan bahwa Upaya yang sudah dilakukan mengatasi masalah siswa
dengan prosedur dalam proses penanganan masalah yaitu mencari penyebab terjadinya
masalah kemudian memberikan nasehat arahan dan bimbingan agar siswa mampu
memahami dan kesalahan yang sama tidak terulang kembali. Dan dalam proses
penanganannya tidak lepas dari kerja sama dengan pihak sekolah seperti wali kelas, wakil
kepala sekolah bagian kesiswaan, serta Kepala sekolah. Sebenarnya layanan kosenling
yang dilakukan sekolah tersebut adalah untuk menangani siswa yang bermasalah sehingga
78
dapat dicarikan solusinya agar mereka tidak nakal lagi saat berada di sekolah atau di luar
sekolah.
Yogyakarta: Graha Ilmu Banyak permasalahan yang terjadi dikalangan anak remaja SMA
maupun SMK karena masa remaja adalah masa akan beralihnya ketergantungan hidup
kepada orang lain. Para remaja mulai menentukan jalan hidupnya. Selama menjalani
mungkin kegoncangan. Kondisi semacam ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana
dia tinggal. Pada sisi lain remaja seringkali tidak mempunyai tempat mengadu untuk
kriminalitas lainnya
Meskipun sudah ada peningkatan pada tingkat kepercayaan diri dalam siswa
Experiential Learning pada siklus 1, namun hasil rata-rata nya masih dalam kategori
sedang dan masih ada 1 anggota yang masih dalam kategori rendah. Oleh karena itu,
peneliti perlu dilakukan siklus 2. Dalam siklus 2 ini peneliti dengan kolaborator dan
observer menyepakati akan melakukan siklus 2 lagi, hal ini mengingat masih ada 4
indikator kepercayaan diri dalam tinggi yang belum terlakasana. Refleksi dari siklus 1
digunakan sebagai acuan dalam merancang dan melaksanakan siklus 2. Pada siklus 2
peneliti menggunakan metode video dan diskusi dengan materi layanan pengaruh
kepercayaan diri terhadap prestasi akademik siswa, kepercayaan diri dalam dan
kreativitas. Siklus 2 yang telah dilaksanakan, pada siklus 3 diakhiri dengan pengisian
kembali skala kepercayaan diri dalam untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri dalam
Experiential Learning pada siklus 2. Berdasarkan hasil analisis skala kepercayaan diri
dalam pada post-test 2, rata-rata tingkat kepercayaan diri dalam siswa underachiever
Tingkat motivasi siswa underachiever setelah siklus 2 ini menjadi mulai tinggi.
Experiential Learning pada siklus 1 dan siklus 2, kepercayaan diri dalam siswa
Experiential Learning rata-rata siswa tingkat kepercayaan diri siswa yang masih dilihat
kurang terutama dalam memahami pelajaran yang dikehendaki oleh guru, namun setelah
selama 6 kali pertemuan rata-rata tingkat kepercayaan diri belajar siswa underachiever
menjadi tinggi. Selain dari hasil perhitungan deskriptif presentase skala kepercayaan diri
siswa dalam belajar baik, peningkatan siswa juga dapat terlihat dari hasil observasi yang
dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar di kelas dengan bantuan guru kelas XI
sebagai kolaborator. Peningkatan siswa yang dapat terlihat antara lain adalah siswa
menjadi lebih berani dalam berpendapat, siswa lebih rajin dalam mengerjakan tugas-tugas,
siswa lebih tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, siswa terlihat lebih bersemangat
mengikuti kegitan belajar mengajar, dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tingkat kepercayaan diri dalam siswa underachiever pada kelas XI SMA Negeri 1
Teknik Experiential Learning. Dengan kata lain kepercayaan diri dalam siswa
penting artinya bagi siswa terutama pada siswa yang bermasalah. Mereka bisa saling
sharing dan saling bertukar pendapat satu sama lain sehingga dapat menemukan solusi
yang dari masalah yang mereka hadapi selama ini. Pada dasarnya Materi Bimbingan
perkembangannya
sekolah
6. Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar, disiplin belajar, dan berlatih, serta
7. Pemahaman kondisi fisik, sosial, dan budaya dalam kaitannya dengan orientasi belajar
di Perguruan Tinggi
9. Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan prospek masa depan
Oleh karena itu konseling layanan kelompok adalah memberikan kepada siswa agar
tidak bermasalah dalam keseharian mereka, sebenarnya awal seorang siswa nakal atau
tidak patuh dengan peraturan atau tidak percaya diri karena mereka merasa bahwa yang
terjadi dalam hidup mereka, Hasil penelitian Jarkawi (2018) tentang Perilaku Meroko
81
Remaja Awal Pada Pendidikan Formal Banjarmasin Indonesia, Remaja awal merupakan
tahapan menentukan perkembangan pada tahap dalam kelompok. Meroko pada remaja
awal dilakukan dimulai dengan ingin mencoba atau mengikuti gaya dan lagak teman
meroko. Dengan metode survey terhadap 1660 responden sebagai partisipan remaja awal
dari usia 11 tahun sampai dengan 17 tahun, duduk di kelas VII, kelas VIII, kelas IX pada
tahun 2017 untuk Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta sebanyak 30 sekolah,
bahwa remaja awal meroko sebesar 43.98 % melakukan perilaku meroko.8,70 % sekolah
Hal in berarti bahwa seorang siswa akan berperilaku menyimpang saat mereka
kurang terawasi dengan baik dan mereka tidak ada teman untuk diajak bicara. Sebenarnya
kepercayaan diri seorang siswa akan tergantung dari kemampuan mereka dalam
memahami masalah yang terjadi dalam dirinya sehingga dapat lebih baik dalam
memahami kepercayaan diri akan datang. Jarkawi dan Zainal Fauzi (2018), Penyuluhan
Tentang Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Dengan Fun Game Pada
Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Mts Kota Banjarmasin, hasil kegiatan
pengabdian ini adalah dengan adanya Kegiatan pengabdian kepada masyarakat MGBK
MTs kota Banjarmasin dengan teknik fun game dapat meningkatkan kepercayaan diri
guru-guru dan siswa-siswi MTs. Sehubungan dengan penelitian ini bahwa kepercayaan
diri pada dasarnya merupakan keyakinan dalam diri seseorang untuk dapat menanggapi
segala sesuatu dengan baik sesuai dengan kemampuan diri yang dimiliki. Mastuti (2008 :
13) menyatakan “kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri
rencanarencananya. Orang yang percaya diri adalah seseorang yang tahu kemampuan
dirinya dan menggunakan kemampuannya untuk berbuat sesuatu. Orang yang percaya diri
akan mengambil setiap keuntungan dan kesempatan yang ada di depan matanya”.
tujuan-tujuan bersama (Mungin Eddy Wibowo, 2005). Sejalan dengan pendapat Hasibuan
dan Moedjiono (2009), diskusi kelompok merupakan suatu proses penglihatan dua atau
lebih individu yang berinteraksi secara verbal saling berhadapan muka mengenai tujuan
atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar kelompok.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Learning untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas X IPS 3 di SMA Negeri 4
Banjarbaru selama ini sudah baik dengan melaksanakan proses bimbingan bagi siswa
Learning untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas X IPS 3 di SMA Negeri 4
Banjarbaru selama penelitian iswa pada saat mengikuti kegiatan layanan Konseling
Kelompok diperoleh bahwa kepercayaan diri dalam kelas X IPS 3 di SMA Negeri 4
meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas X IPS 3 di SMA Negeri 4 Banjarbaru ada
terdorong untuk belajar dan tidak malu lagi maju ke depan kelas serta tidak lagi merasa
canggung pada saat mereka salah dalam menjawab pertanyaan yang berberikan oleh
5.2 Saran-saran
1. Bagi sekolah hendaknya dapat memberikan kepercayaan diri dalam setelah diberikan
2. Bagi pembimbing hendaknya dapat mengarahkan dan membimbing siswa yang kurang
termotivasi dalam proses pembelajaran terutama dalam hal belajar semua mata
pelajaran.
3. Bagi orang tua hendaknya dalam mengawasi anaknya dalam belajar dan memahami
masalah mereka dalam memahami pelajaran salama berada di rumah agar mereka dapat
percaya diri dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan kepada mereka.
4. Bagi siswa hendaknya dapat merubah cara belajar mereka agar lebih termotivasi dalam
DAFTAR RUJUKAN
Ali, M. (2014). Memahami Riset Perilaku dan Sosial. Jakarta : PT. Cahaya Prima Sentosa.
Arifah, F. N. (2017). Panduan Menulis Penelitian Tindakan Kelas & Karya Tulis Ilmiah
Untuk Guru. Yogyakarta: Araska .
Darmadi, H. (2010). Pengantar Pendidikan . Bandung: Alfabeta, cv.
Darmanto. (2012). Mengaktifkan Alam Bawah Sadar Manusia Refleksi Menuju Kepribadian
yang Lebih Sempurna . Jakarta: Suka Buku .
Emzir. (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
Rajawali Pers.
Salemba Humanika .
Aditama.
: Indeks.
Tohirin. (2009). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah . Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Sari, Puspita Ruri. (2016). Upaya Peningkatan Percaya Diri Siswa Melalui Bimbingan
Kelompok dengan Menggunakan Metode Experiential Learning Pada Siswa SMP kelas VIII
SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Tahun Ajaran 2015/2016. Yogyakarta (Universitas