Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh

guru untuk mengembangkan segenap potensi anak didiknya secara optimal.

Didalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Pasal 3

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan diharapkan

mampu membangun keutuhan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya

dengan mengembangkan berbagai potensi secara terpadu.1

Pendidikan karakter merupakan salah satu sarana yang paling tepat untuk

membantu mengembangkan potensi siswa. Dalam buku Pendidikan Karakter

karya Muchlas Samani dan Hariyanto disebutkan bahwa pendidikan di

Indonesia pada umumnya sepakat bahwa pendidikan karakter harus dimulai

sejak usia anak-anak (golden age), karena pada usia ini sangat menentukan

kemampuan anak dalam mengambangkan berbagai potensinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan

orang dewasa terjadi saat anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya

terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir

dasawarsa kedua. Oleh karena itu, sudah seharusnya pendidikan karakter

dimulai dari lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan awal bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak.2

1 ?
Ahsin W, Pengantar Kependidikan, Fajar Baru Islam, (Bandung: Mizan, 2013), hlm. 5.
2 ?
Muchlmas Samani & Dr. Hariyanto, M.S., Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Surabaya: Unesa Universitas Press, 2014), hlm. 9.

1
2

Sejak tahun 2010 pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional

mencanangkan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, mulai dari

sekolah dasar, menengah hingga perguruan tinggi. Program ini dicanangkan

bukan tanpa alasan, karena saat ini dunia pendidikan sedang dihadapkan pada

persoalan yang sangat pelik. Dari hari ke hari banyak sekali fenomena

kehidupan yang mencerminkan adanya kemerosotan moralitas dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.3

Salah satu karakter penting yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk

dapat mengaplikasikan potensi yang dimiliki dan mengantarkan dirinya meraih

prestasi dan mencapai kesuksesan adalah kepercayaan diri. Percaya diri

merupakan sikap positif individu yang memungkinkan dirinya untuk

mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap

lingkungannya.

Rasa percaya diri merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang dan

menjadi modal dasar yang penting untuk dikuasai oleh setiap orang.

Kepribadian, kemampuan bersosialisasi dan kecerdasan berasal dari rasa

percaya diri. Kurangnya rasa percaya diri seringkali menjadi masalah yang

sangat mengkhawatirkan, baik bagi anak maupun orang tuanya. Rasa tidak

percaya diri yang ada pada anak jika dibiarkan akan menghambat

perkembangan jiwa anak. Anak harus memiliki kekuatan jiwa serta

keterampilan pengembangan dirinya untuk menghadapi kehidupan sehari-

3
Suyono M.Ed, Strategi Pendidikan Anak, (Yogyakarta: Pustaka Setia, 2008), hlm. 32.
3

harinya. Tanpa adanya rasa percaya diri yang tinggi pada anak maka tumbuh

kembang anak tidak dapat berjalan secara optimal.4

Pada prinsipnya rasa percaya diri merupakan pelajaran dan pelatihan yang

panjang untuk setiap pribadi manusia. Latihan itu harus dimulai sejak usia dini.

Dimana kedua orangtua harus mampu menanamkan dan menumbuhkan rasa

percaya diri pada anak. Meskipun hanya di depan orangtuanya, tetapi anak

sudah berani mengemukakan pendapatnya. Hal seperti ini dapat melatih anak

untuk percaya diri tampil di khalayak umum. Kepercayaan diri merupakan

modal dasar keberhasilan di segala bidang.

Hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang sangat mengganggu,

terlebih ketika dihadapkan pada suatu tantangan dan situasi baru. Gejala tidak

percaya diri pada siswa dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu susah berbicara,

gagap dan gagu, menutup diri, rasa malu dan tidak berani, ketidakmampuan

berfikir secara mandiri dan merasakan ada kejahatan dan bahaya serta

meningkatnya rasa takut dan kekhawatiran.5

Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di luar jam pelajaran di

setiap lembaga sekolah selain dapat membantu siswa dalam pengembangan

minat dan bakatnya, juga dapat membantu siswa dalam pembentukan karakter.

Karakter percaya diri dapat dibentuk dan dilatih melalui kegiatan

ekstrakurikuler khutbah ini berupa ceramah atau pidato yang merupakan

pengungkapan pemikiran yang diwujudkan dalam bentuk kata-kata yang

4
Pradipta Sarastika, Trik 10 Detik Membaca Kebohongan Orang Lain, (Yogyakarta Araska,
2013), hlm. 35.
5
Abu Amr Ahmad Sulaiman, Panduan Mendidik Anak Muslim Usia Sekolah, (Jakarta:
Darul Haq, 2008), hlm. 72.
4

ditujukan kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk

disampaikan di depan orang banyak.

Rata-rata siswa berasal dari latar belakang kurang mampu dan tidak begitu

cakap maupun berani dalam hal mengungkapkan kata-kata. Otomatis hal

tersebut menjadi masalah bagi siswa untuk mencetak keterampilan dan

membina mental siswa agar nantinya dapat berkecimpung dalam bidang

dakwah, kemudian lebih daripada itu berbicara di depan masyarakat sudah

menjadi hal yang biasa.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

peneliti ingin mengetahui lebih dalam terhadap karakter percaya diri yang ada

pada diri siswa dengan judul penelitian “Implementasi Metode Pembinaan

Mental Siswa SMA Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Khutbah untuk

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana Metode Pembinaan Mental Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Khutbah di SMA Plus As-Salaam ?

2. Bagaimana Proses Pembinaan Mental Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Khutbah di SMA Plus As-Salaam?

3. Bagaimana Evaluasi Pembinaan Mental Kegiatan Ekstrakurikuler

Khutbah di SMA Plus As-Salaam?


5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini untuk

mengetahui :

a) Metode Pembinaan Mental Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Khutbah di SMA Plus As-Saalam.

b) Proses Metode Pembinaan Mental Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Khutbah di SMA Plus As-Saalam

c) Evaluasi Pembinaan Mental Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler

Khutbah di SMA Plus As-Salaam.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun hasil daripada kegunaan penelitian ini, diharapkan dapat

memberi manfaat:

a) Secara Teoritis

1) Untuk bahan masukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran

ekstrakurikuler khutbah

2) Sebagai motivasi dalam meningkatkan kualitas ekstrakurikuler

khutbah siswa di sekolah.

b) Secara Praktis

1) Bagi guru :

Sebagai salah satu objek penelitian pembelajaran dalam berkarya

ilmiah.
6

2) Bagi siswa :

Melatih diri untuk memberikan perhatian lebih terhadap segala

kegiatan pendidikan di sekitar.

3) Bagi peneliti :

Selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan,

masukan serta referensi.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis menelaah

beberapa buku dan hasil-hasil skripsi yang telah dilakukan oleh para peneliti

sebelumnya untuk menggali beberapa teori atau pernyataan dari beberapa ahli

yang berhubungan dengan skripsi ini.

Pertama, Skripsi. Anissa Mutmainnah (NIM: 111114100) Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2018. “Peran Kegiatan Khutbah dalam

Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani

Putri Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan

muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang tahun 2018 dan peran kegiatan muhadhoroh dalam

meningkatkan kepercayaan diri santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani

Putri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan Susukan, Kabupaten

Semarang tahun 2018.


7

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan

dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data

menggunakan ketekunan peneliti dan triangulasi. Tahap-tahap penelitian

dalam penelitian ini meliputi tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan,

tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) Pelaksanaan

muhadhoroh bersifat wajib bagi seluruh santri, dilaksanakan rutin setiap

Kamis malam pukul 20.30-22.30 secara berkelompok. Proses pelaksanaan

dimulai dari pembuatan teks, menghafalkan, menyetorkan dan

menyampaikan pidato. Adapun susunan acara: pembukaan, pembacaan ayat

al-Qur’an dan shalawat, acara inti, intisari, penutup dan lain-lain.

Kendala yang dihadapi saat muhadhoroh, yaitu dari segi santri (waktu,

sarana prasana, cuaca) dan dari segi pengurus (ketidaktertiban santri). Faktor

pendukung dalam kegiatan ini adalah faktor internal (minat dan motivasi)

dan faktor eksternal (lingkungan). (2) Peran kegiatan muhadhoroh yaitu

menjadi fasilitator bagi santri dalam melatih kepercayaan diri untuk piawai

tampil di depan publik yang meliputi: (a) Memberikan pengingkatan mental

dalam segi karakteristik kepercayaan diri, (b) Memberikan peningkatan

mental dalam segi aspek kepercayaan diri, (c) Memberikan peningkatan men

mental dalam segi aspek kepercayaan diri, (c) Memberikan peningkatan

mental dengan adanya implikasi kegiatan muhadhoroh bagi kepercayaan diri.


8

Kedua, Skripsi. Rina Oktaviani (NIM: 1341010065) Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2017.

“Strategi Pelatihan Muhadharah Terhadap Kemampuan Berpidato Santri

Pondok Pesantren Darul Falah Teluk Betuang Bandar Lampung”

Strategi pelatihan muhadharah yang digunakan untuk mengasah

kemampuan berpidato santri dengan menunjuk santri membuat teks pidato

dan menghafal teks pidato, lalu tampil satu persatu berpidato di depan

teman-temannya. Pondok Pesantren Darul Falah menggunakan 3 bahasa

dalam pelatihan muhadharah yaitu bahasa Inggris, bahasa Arab dan bahasa

Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

interview bebas terpimpin, observasi dan dokumentasi. Analisis data dalam

penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan kata-kata dan

kalimat kemudian dipisah-pisahkan menurut kategori untuk diambil sebuah

kesimpulan. Dengan menarik kesimpulan akhir penulis menggunakan

metode berfikir induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta khusus dan

peristiwa-peristiwa yang konkrit.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

kegiatan muhadharah, santri dapat mengasah kemampuan berpidatonya

dengan menyampaikan isi pidato dengan rasa percaya diri. Strategi pelatihan

muhadharah yang digunakan Pondok Pesantren Darul Falah adalah

pemilihan kelompok muhadharah, membuat jadwal muhadharah, hal ini

bertujuan untuk mengatur jalannya muhadharah. Membuat dan mengoreksi


9

teks pidato agar santri tidak ragu-ragu terdapat salah kata dalam

penyampaian pesan pada teks pidato. Menghafal teks pidato, tujuannya agar

santri dapat menyampaikan pesan dengan baik di depan audiens.

mengadakan dekorasi tempat muhadharah, tujuannya agar santri nyaman dan

bersemangat melaksanakan pelatihan muhadharah.

E. Kerangka Berpikir

1. Pembinaan

a. Pengertian Pembinaan

Pembinaan secara etimologi berasal dari kata dasar “bina” yang

berarti bangun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan

berarti membina, memperbaharui atau proses, perbuatan, usaha,

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan

berhasil guna dengan baik. Dengan kata lain pembinaan yaitu

mengusahakan agar lebih baik atau sempurna.6

Kegiatan pembinaan adalah usaha pembangunan watak atau

karakter manusia sebagai pribadi dan makhluk social yang

pelaksanaannya dilakukan secara praktis, melalui pengembangan

sikap, kemampuan dan kecakapan7. Secara umum pembinaan disebut

sebagai usaha perbaikan terhadap pola kehidupan yang direncanakan.

Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan ia memiliki

keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan tersebut

tidak tercapai, maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola
6 ?
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Lux (Semarang: CV
Widya Karya, 2009), hlm. 14.
7 ?
Mangun Hadjana, Pembinaan Arti dan metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm. 24.
10

kehidupannya. Untuk menata kembali pola tertetu, maka manusia

perlu memiliki karakter yang baik terlebih dahulu melalui pembinaan.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembinaan

merupakan usaha yang dilakukan dengan sadar, teratur, terencana dan

terarah untuk memperbaiki watak manusia sebagai pribadi dan

makhluk sosial melalui pendidikan, baik didalam sekolah maupun

diluar sekolah agar menjadi orang yang mempunyai kepribadian utuh

dan matang.

b. Tujuan Pembinaan

Tujuan yang hendak dicapai adalah menguatkan dan mengontrol

kemauan, membina stabilitas Emosional, mengembangkan penalaran,

sifat-sifat dan sikap, serta Motivasinya. Untuk mencapai tujuan

tersebut tidak mudah, tidak dapat dicapai dalam waktu yang singkat,

harus dilakukan secara sistematik dalam waktu yang cukup lama.

c. Bentuk-Bentuk Pembinaan

Pembinaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi

kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini meliputi aspek perkembangan

moral dan nilai-nilai agama, pengembangan sosio-emosional dan

kemandirian. Dari program pengembangan moral dan nilai-nilai

agama diharapkan mampu meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan terbinanya sikap anak yang baik, dan dengan

pengembangan sosio-emosional anak diharapkan mampu memiliki


11

sikap membantu orang lain, dapat mengendalikan diri dan berinteraksi

dengan lingkungannya. Adapun bentuk-bentuk pembiasaan pada anak

dilaksanakan dengan cara berikut :

1) Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan di SMA Plus As-

Salam Cibaduyut setiap hari kamis untuk Khutbah.

2) Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan,

misalnya peserta didik sudah terbiasa pada hari kamis untuk

melaksanakan jadwal Khutbah.

3) Pemberian teladan adalah kegiatan yang dilakukan dengan

memberi teladan/contoh yang baik kepada anak, misalnya dalam

kegiatan Khutbah Ustadz memberikan contoh terlebih dahulu

bagaimana caranya Khutbah yang baik dan benar itu.

d. Upaya Pemeliharaan Pembiasaan diantaranya :

1) Melatihkan hingga benar-benar paham dan bisa melakukan tanpa

kesulitan Sesuatu hal yang baru tentu tidak mudah dilakukan

semua anak, maka pembiasaan bagi mereka perlu dilakukan

sampai anak dapat melakukan. Pendidik hendaknya membimbing

dan mengarahkan agar anak-anak mampu melakukan.

2) Mengingatkan anak yang lupa melakukan kegiatan, anak-anak

perlu diingatkan dengan ramah jika lupa atau dengan sengaja tidak

melakukan kebiasaan positif yang telah diajarkan tapi jangan

sampai mempermalukan anak. Teguran sebaiknya dilakukan

secara pribadi.
12

3) Apresiasi pada masing-masing anak secara pribadi dapat membuat

anak senang, tetapi harus hati-hati agar tidak menimbulkan

kecemburuan pada anak yang lain.

4) Guru merupakan profesi yang profesional, maka setiap perilaku

guru dalam mendidik anak diupayakan agar menguntungkan bagi

perkembangan anak dengan tidak mencela anak, walau terdapat

kesalahan atau kekurangan padanya.

2. Mental

a. Pengertian Mental

Mental diartikan sebagai kepribadian yang merupakan kebulatan

dinamik yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam sikap dan

perbuatan atau terlihat dari psikomotornya. Dalam ilmu psikiatri dan

psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai kata ganti dari kata

“personality” yang berarti bahwa mental adalah seluruh unsur-unsur jiwa

termasuk pikiran, emosi, sikap dan perasaan yang dalam keseluruhan dan

kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi hal yang

menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan

dan sebagainya.8

b. Kegiatan Khutbah

Di SMA Plus As-Salam Cibaduyut mempunyai kegiatan

ekstrakulikuler, salah satunya kegiatan khutbah yang dilaksanakan 1 kali

dalam seminggu yaitu pada kamis pukul 12.00 – 14.00 kegiatan khutbah

8 ?
Dede Rahmat Hidayat, Bimbingan Konseling (Kesehatan Mental di Sekolah), (Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, 2014), hlm. 68.
13

sangat penting bagi seluruh peserta didik di SMA Plus As-Salam

Cibaduyut. Dengan adanya kegiatan khutbah dapat melatih keberanian

dan rasa percaya diri untuk berbicara didepan banyak orang.

Tabel 1.1

Skema Kerangka Berfikir

Faktor Pendukung
1. Fasilitas Sekolah
2. Bakat dan minat peserta
didik Proses
Perencanaan
Perencanaan
RPP Pelaksanaan

Bahan Ajar Hasil

Asesmen Evaluasi

penilaian

Faktor Penghambat
1.Waktu kegiatan ekstra
kurang
2.Kurangnya minat baca
peserta didik

F. Langkah-Langkah Penelitian Perencanaan


RPP
Dalam langkah penelitian ini dijelaskan tahapan yang akan dilakukan
Bahan Ajar
diantaranya yaitu:
Asesmen
penilaian
14

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena

data yang disajikan berupa kata-kata. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

2. Jenis Data

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah penelitian yang

dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentuPenelitian

deskriptif mengumpulkan data untuk menggambarkan obyek dengan apa

adanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan,

melukiskan dan menggambarkan Metode Pembinaan Mental Melalui

Kegiatan Ekstrakurikuler Muhadhoroh. Oleh karena itu, penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.

Data yang diperoleh berupa data-data dan gambar, bukan angka-angka.


15

Sumber data dalam penelitian ini sumber primer yaitu sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul. Data yang diperoleh

berasal dari sumber utama. Adapun sumber data primer dalam penelitian

ini didapatkan melalui kata dan tindakan yang diperoleh peneliti dengan

melakukan pengamatan, studi dokumentasi dan wawancara terhadap

pihak-pihak terkait yang meliputi kepala sekolah, guru, bidang kurikulum,

kesantrian siswa berkaitan dengan Metode Pembinaan Mental Melalui

Kegiatan Ekstrakurikuler Khutbah.

a. Lokasi penelitian

Pada penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMA Plus As-

Salaam yang beralamat di Jl. Situtarate Cibaduyut Bandung, Rt.02/Rw

02 Desa. Cangkuang Kulon Kec. Dayeuhkolot Kode Pos: 440249

b. Subjek penelitian

Subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya

diperoleh keterangan. Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian

disebut informan. Penelitian ini mengambil informan kunci kepala

sekolah. Selanjutnya data yang diperoleh dari informan kunci

ditriangulasi dengan data dari informan tambahan yaitu guru kelas

10,11.12 Kemudian untuk data selanjutnya yaitu Bidang kurikulum,

dan kesiswaan ini berlaku untuk keakuratan data yang diperlukan

dalam penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data


16

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,

peneliti akan kesulitan dalam memperoleh data yang akan sesuai

standar.

Selanjutnya teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan

gabungan (triangulasi). Adapun teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah:

a. Observasi

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, dalam

penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan

karena peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai

pengamat Independen. Peneliti mencatat, menganalisis, dan

membuat kesimpulan tentang Model Pembinaan Mental melalui

kegiatan Ekstrakurikuler Khutbah. Sedangkan dari segi

instrumentasi yang digunakan, peneliti menggunakan observasi

terstruktur karena observasi telah dirancang secara sistematis,

tentang apa yang diamati, kapan, dan di mana tempatnya.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan

peneliti adalah teknik wawancara semi terstruktur yang

pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan


17

wawancara terstruktur. Pelaksanaan wawancara dibantu dengan

pedoman wawancara agar pokok pembicaraan tetap terarah.

Pedoman wawancara memuat garis besar pertanyaan yang akan

dikembangkan oleh pewawancara saat melakukan wawancara.

Dalam hal ini mula-mula pewawancara (interviewer)

menanyakan serentetan yang sudah terstruktur, kemudian satu

per satu diperdalam untuk mengorek keterangan lebih lanjut.

Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data

dan informasi mengenai Implementasi Metode Pembinaan

Mental melalui kegiatan Ekstrakurikuler Khutbah. Wawancara

dilakukan kepada kepala sekolah, guru, bidang kurikulum,

kesantrian, dan siswa.

analisis data,yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.9

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya dan membuang yang tidak perlu. Peneliti memilah-milah

data mengenai Implementasi Model Pembinaan Mental melalui

kegiatan Ekstrakurikuler Khutbah. Data yang diperoleh tersebut

merupakan data yang masih kompleks.

b. Penyajian Data

9 ?
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 23.
18

Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Peneliti menyajikan

data tentang implementasi disiplin dan tanggung jawab terhadap

moralitas peserta didik di SMA Plus As-Salam Cibaduyut. Dalam

penelitian ini, data yang diperoleh dari penelitian disajikan secara

deskriptif.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya

masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi

jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau

teori.

Anda mungkin juga menyukai