Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia pendidikan adalah dunia yang kompleks, menantang dan mulia.
Kompleks karena spektrumnya yang luas, menantang karena menentukan masa
depan bangsa dan mulia karena memanusiakan manusia. Kompleksitas tersebut
dapat teratasi jika guru yang menjadi ujung tombak pelaksanaan pendidikan dapat
memahami peran dan fungsinya sebagai seorang pendidik. Harus diakui bahwa
karakter pribadi seseorang sebagian besar dibentuk oleh pendidikan yang
didapatkannya. Oleh karena itu, untuk membentuk pribadi yang terpuji, tanpa
cela, dan bertanggung jawab, mutlak dibutuhkan pendidikan yang berkualitas.
Menurut Hasbullah (2017:3) pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siter didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidikan semakin mengalami
perubahan mengikuti transisi di segala bidang. Pendidikan yang baik
menunjukkan kualitas masyarakat di daerah tersebut, sehingga masyarakat sadar
diperlukan adanya pendidikan formal maupun agama dalam pembelajaran, karena
pendidikan agama mempunyai kedudukan dan peranan yang penting di dalam
pembangunan nasional sebab pembangunan nasional kita adalah pembangunan
manusia.
Keberhasilan pembangunan di segala bidang ini sangat ditentukan oleh
faktor manusia yaitu manusia pembangunan yang bertakwa, berkepribadian, jujur,
ikhlas, berdedikasi tinggi, serta mempunyai kesadaran bertanggung jawab
terhadap masa depan bangsa di samping memiliki kecakapan dan keterampilan
tinggi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maju. Dapat diakui bahwa
pendidikan agama pada berbagai jalur pendidikan merupakan hal yang penting
karena pengajaran agama akan menghasilkan pengetahuan agama sekaligus
menjadikan pengalaman, sehingga akan terwujud seseorang ilmu, amal dan takwa.
arah pendidikan agama adalah untuk membina siswa agar menjadi warga negara

1
2
yang baik dan sekaligus menjadi umat yang taat beragama. selain itu pendidikan
agama digunakan untuk membina manusia beragama agar mampu melaksanakan
ajaran Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin sikap dan tindakan
dalam seluruh kehidupan, dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat.
Pendidikan Agama Islam adalah segala sesuatu usaha untuk
mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani menuju terbentunya insan
kamil sesuai dengan norma Islam. Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani
dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam. Berdasarkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah dasar pendidikan Islam sangat luruh dan prospektif (Zaini, 2015:79).
Sebagai guru PAI selain memahami ilmu agama yang baik kreativitas juga
sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan, tugas guru tidak hanya
sebatas mengajar di depan kelas atau mendampingi siswa saat belajar, tetapi
kepada upaya membantu peningkatan kualitas pendidikan secara umum dan
agama. Misalnya, mengajar dengan sungguh-sungguh sehingga nilai ujian baik,
dan tidak lupa mengajarkan pentingnya berdoa kepada Allah SWT sehingga dapat
mendapatkan yang terbaik. Hal itu dilakukan agar siswa mempunyai kemampuan
kognitif, psikomotorik, dan afektif secara seimbang.
Guru kreatif sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena mampu
melaksanakan proses pembelajaran dengan cara yang berbeda-beda dan membuat
suasana dalam pembelajaran menjadi menarik serta menyenangkan. Guru kreatif
kreatif memilliki cara berbeda dalam mengajar, dari cara membuka pelajaran,
memberikan tugas yang tidak memberatkan siswa, menghukum dan memarahi
siswa yang salah dengan cara yang bijak. Menurut Kurniasih dan Sani (2017:106)
kreativitas adalah ketika guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam,
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tentu saja dengan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan. Djamarah (2010:289) berpendapat
kreatif adalah memiliki daya cipta atau kemampuan untuk mencipta. Kemudian
Haryono (2013:4) berpendapat kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan
siswa yang bisa mengoptimalkan potensi diri siswa.
3
Pada hakikatnya, pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu,
mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu
yang telah ada Menurut (Slameto 2015:145).
Berpijak pada latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, permasalahan
yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana cara
mengembangkan kreativitas guru PAI dalam potensi kognitifnya.
Hasil penelitian tersebut kemudian peneliti paparkan dalam sebuah laporan
skripsi dengan judul:
"Kreativitas Guru PAI dalam Mengembangkan Potensi Kognitif di SMP
Negeri 01 Kendal, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Tahun Ajaran
2021/2022”.

B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari meluasnya masalah penelitian ini, maka peneliti perlu
untuk memberikan batasan terhadap permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan
pada latar belakang dan penegasan istilah di atas, maka yang akan dibahas yaitu :
Kreativitas Seorang Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan
Potensi Kognitif di SMP Negeri 01 Kendal.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Kreativitas Guru PAI di Kelas VII A SMP Negeri 01 Kendal?
2. Bagaimana Cara Mengembangkan Potensi Kognitif Siswa di Kelas VII A SMP
Negeri 01 Kendal?
3. Faktor apa yang Mendukung dan Menghambat dalam Mengembangkan Potensi
Kognitif Siswa di Kelas VII A SMP Negeri 01 Kendal, Kab. Ngawi?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan dari


penelitian adalah :
1. Mengetahui kreativitas guru PAI di kelas VII A SMP Negeri 01 Kendal
4
2. Mengetahui cara mengembangkan potensi kognitif siswa di kelas VII SMP
Negeri 01 Kendal, Kab. Ngawi
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan
potensi kognitif siswa di kelas VII A SMP Negeri 01 Kendal, Kab. Ngawi

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan,
khususnya bagi peneliti dan umumnya kepada pembaca mengenai kreativitas
guru PAI dalam mengembangkan potensi kognitif siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan akan jelas memberikan pemahaman
lebih bagi guru, sehingga dapat meningkatkan kreatifitas dalam proses
belajar mengajar agar siswa dapat meningkatkan motivasi belajar yang
tinggi
b. Manfaat bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan akan jelas memberikan pemahaman
lebih bagi siswa dalam menambah kreativitas siswa dalam mengembangkan
potensi kognitif nya.
c. Manfaat untuk lembaga yang diteliti
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberi masukan kepada
lembaga yang telah diteliti untuk dapat lebih meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah tersebut khususnya untuk mengembangkan potensi
kognitif siswa nya.
d. Manfaat untuk peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan
bagi peneliti sendiri dan menerapkan ilmu yang peneliti peroleh selama
menuntut ilmu selama ini. Selain itu, untuk menjadi syarat menyelesaikan
studi sarjana di Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Magetan.
5
e. Manfaat bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu dan dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman untuk peneliti selanjutnya apabila mengambil
topik penelitian serupa.
f. Manfaat untuk STAI Ma’arif Magetan
1) Sebagai sumbangan pikiran dan untuk menambah wawasan keilmuan
berupa hasil penelitian.
2) Meningkatkan kualitas kekayaan intelektual lembaga STAI Ma’arif
Magetan untuk menerima hal-hal baru yang berpengaruh untuk kemajuan
lembaga
A. Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka peneliti memaparkan beberapa
definisi istilah sebagai kata kunci, di antaranya :
1. Kreativitas adalah suatu pola tingkah laku siswa yang aktif, memiliki
keingintahuan yang besar, yang tidak bisa diam dalam suatu hal serta dorongan
untuk berkembang dalam diri sendiri maupun orang lain. (Suyanto & Djihad,
2017:131).
2. Majid (2012:12) berpendapat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami
kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan yang
pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan islam sebagai pandangan
hidup.
3. Kognitif merupakan bagaimana memperoleh pengetahuan, menata, dan
bagaimana menggunaan pengetahuan tersebut (Jauhari,2017:236).
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kreativitas Guru
1. Pengertian Kreativitas Guru
Suyanto&Djihad ( 2017:131) berpendapat kreativitas adalah suatu pola
tingkah laku siswa yang aktif, memiliki keingintahuan yang besar yang tidak
bisa diam dalam suatu hal serta dorongan untuk berkembang dalam diri
sendiri maupun orang lain.
Mursidik (2015:26) menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
bisa dipahami sebagai kecakapan untuk membangun hal-hal baru maupun
kecakapan untuk menempatkan dan menggabungkan berbagai bahan yang
bersumber dari pemikiran seseorang yang bisa dipahami, efektif, dan inovatif
melalui berbagai macam aspek yang memengaruhi.
Kreativitas adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam
menghasilkan/menciptakan/mengadakan sesuatu yang baru dalam
memecahkan masalah yang sedang dihadapi, lebih jauh sesuatu yang baru itu
dapat berupa benda, ide, gagasan, model, strategi dan sebagainya yang
bermanfaat/bernilai bagi dirinya dan orang lain (Ismaniar&Hazizah,
2018:156).
Secara umum kreativitas adalah sebuah karya yang harmonis dalam
pembelajaran yang berdasarkan tiga aspek cipta, rasa dan karsa yang akan
menghasilkan sesuatu yang baru agar dapat membangkitkan dan
menanamkan kepercayaan diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi
belajarnya. Dengan demikian, kreativitas merupakan suatu kegiatan yang
berbeda dengan orang lain atau suatu pengembangan hasil karya yang sudah
ada kemudian ditonjolkan dengan adanya hal yang baru.
Seorang guru harus kreatif dalam pembelajaran karena isi pendidikan
umum menyumbang terhadap kehidupan yang kreatif. Kreativitas
menunjukkan eksplorasi gagasan-gagasan dan kegiatan baru dan memberikan
kepuasan serta dorongan untuk memperluas eksplorasinya.

12
13
Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan
bahwa kreativitas merupakan suatu proses yang melahirkan sesuatu yang
baru, baik itu berupa gagasan, maupun karya nyata, metode ataupun produk
yang baru yang digunakan oleh seseorang untuk memecahkan suatu masalah.
Kreativitas mengajar adalah suatu kualitas dimana guru harus
mengembangkan ide-ide yang baru dan imajinatif dalam mengajar.
2. Ciri-ciri kreativitas
Buzan, T. (2013: 94) berpendapat ciri-ciri atau pemikiran kreatif ada tiga
yaitu:
a. kefasihan atau kelancaran, yaitu seberapa cepat dan mudah anda
melepaskan ide-ide baru yang kreatif
b. fleksibilitas, yaitu kemampuan anda melihat sesuatu dari sudut pandang
lain
c. orisinilitas, yaitu inti dari semua pemikiran kreatif, dan mewakili
kemampuan Anda menghasilkan ide-ide yang unik, tidak biasa,
“eksentrik” (yang secara harfiah berati menjauh dari pusat).
Adapun ciri-ciri pribadi kreatif menurut Sitepu (2019:20) memiliki lima
ciri kognitif, yaitu kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes
(flexibelity), orisinalitas (originality), kemampuan menilai (evaluation) dan
kemampuan memperinci/mendalam (elaboration). Berdasarkan berbagai
macam pendapat mengenai ciri-ciri kreatif diatas, dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri orang kreatif adalah seseorang yang memiliki imajinasi tinggi,
banyak gagasan atau ide, suka bereksperimen dan percaya diri pada
kemampuannya. Ciri-ciri kreatif dapat diperoleh siswa apabila siswa berada
di lingkungan yang tepat untuk mengembangkan ide kreatifnya serta didikan
dengan baik dan benar oleh orang tua dan guru.
14
3. Faktor Pendorong dan Penghambat Kreativitas
Kreativitas tidak serta merta muncul pada diri seseorang, perlu adanya
rangsangan dan latihan secara rutin untuk dapat mengembangkan kreativitas.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong kreativitas pada anak baik
internal maupun eksternal, namun selain faktor pendorong ada juga faktor
yang dapat menghambat kreativitas anak. Faktor pendorong kreativitas
menurut Hurlock, E.B. (2014:11) adalah: (a) waktu, (b) kesempatan
menyendiri, (c) dorongan, (d) sarana, (e) lingkungan yang merangsang, (f)
cara mendidik anak, (g) kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.
Sedangkan Santoso, E.J. (2007:174) menyebutkan faktor penghambat
kreativitas, diantaranya: (a) dihantui rasa takut, (b) dibelenggu zona
kenyamanan, (c) memiliki kemalasan mental, (d) fokus pada masalah bukan
solusi. Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas dapat
berkembang dengan baik di lingkungan yang mendukung, baik lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, maupun masyarakat. Hal ini dikarenakan
lingkungan adalah tempat anak dapat mengembangkan kreativitasnya.
Dukungan dan bantuan dari guru dan orang tua juga sangat penting guna
meningkatkan perkembangan kreativitasnya.
4. Tahapan Kreativitas
Wallas (dalam Smith 2015:19) menyebut ada empat tahapan kreativitas
yaitu:
a. Tahapan persiapan (preparation). Dalam tahapan ini, individu berusaha
mengumpulkan data atau informasi yang nantinya akan digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi sekaligus memikirkan berbagai
kemungkinan pemecahan masalah yang sekiranya efektif.
b. Inkubasi (inkubation). Pada tahapan ini, proses pemecahan masalah dalam
beberapa waktu untuk menyusun kembali pemikiran-pemikiran kita
terhadap masalah yang kita hadapi serta melupakan sebuah masalah yang
berat dalam sementara waktu dapat membantu kita untuk menemukan ide-
ide baru yang lebih sesuai untuk menyelesaikan suatu masalah.
15
c. Tahapan iluminasi (illumination). Pada tahapan ini gagasan yang dicari itu
muncul untuk memecahkan masalah, dikelola dan diterapkan menjadi
sebuah strategi untuk mengembangkan suatu hasil (product development).
d. Tahapan verifikasi (verifikation). Dalam tahapan ini diadakan evaluasi
secara kritis terhadap gagasan yang diambil dengan menggunakan cara
bepikir konvergen. Berpikir konvergen adalah proses berpikir melihat
sesuatu masalah dari berbagai sudut pandangan, atau menguraikan sesuatu
masalah atas beberapa kemungkinan pemecahan. Untuk mengembangkan
kemampuan demikian guru perlu menciptakan situasi belajar mengajar
yang banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan
masalah, melakukan beberapa percobaan, mengembangkan gagasan atau
konsep-konsep siswa sendiri. Situasi demikian menuntut pula sikap yang
lebih demokratis, terbuka, bersahabat, percaya kepada siswa.

B. Ranah Kognitif
1. Pengertian Kognitif
Menurut Syah (dalam Jauhari 2017:236), Kognitif merupakan
bagaimana memperoleh pengetahuan, menata, dan bagaimana menggunaan
pengetahuan tersebut. kognitif adalah proses atau suatu kegiatan untuk
memperoleh pengetahuan atau suatu upaya mengidentifikasi suatu hal dengan
pengalaman pribadi. Proses kognitif berkaitan dengan tingkat inteligensi yang
memberikan ciri atau pertanda seseorang dengan berbagai minat utamanya
ditujukan pada ide-ide dan belajar (Sujiono, 2015:17)
Kognitif merupakan proses berpikir, kemampuan menghubungkan dan
kemampuan memberikan nilai serta memberi pertimbangkan. Rahmat
(2018:222) berpendapat bahwa potensi kecerdasan terdiri dari beberapa
tahapan, knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman) application
(penerapan), analysis (analisa), synthesis (sintesis), dan evaluation (menilai).
Kognitif berarti persoalan yang berhubungan dengan kemampuan untuk
16
mengembangkan kemampuan akal (rasional). Ciri-ciri pembelajaran ranah
kognitif antara lain:
a) dalam proses pembelajaran lebih menghendaki pada pengertian dari
pada hafalan;
b) hukuman dan ganjaran yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran,
lebih menggunakan naluri untuk memecahkan masalah.

Perkembangan kognitif terkait dengan potensi kecerdasan yang


dimiliki individu, yaitu kemampuan dalam berpikir dan memecahkan masalah
Domain kognitif dipengaruhi oleh perkembangan sel-sel syaraf pusat di otak
(Latifa, 2017:188). Menurut Piaget (dalam Ibda, 2015:36-37)
mengemukakan teori mengenai perkembangan kognitif anak yang
melibatkan proses-proses penting meliputi: skema, asimilasi, akomodasi,
organisasi, serta ekuilibrasi. Pendapat Piaget, perkembangan kognitif
memiliki empat tahapan:
1). Sensorimotor (0 - 2 tahun), pada tahap ini bayi pemahaman tentang dunia
dibangun dengan mengoordinasikan pengalaman panca indera dengan
gerakan yang pada akhirnya memiliki pemahaman tentang objek permanen.
2). Pra-operasional (2-7 tahun), anak memahami kehidupan nyata di
lingkungan dengan menggunakan fungsi simbol-simbol atau tanda-tanda serta
pemikiran intuitif. Keterbatasan yang masih terdapat pada tahap pra-
operasional adalah egosentrisme, animisme, dan centration. Ciri khas yang
dimiliki anak pada tahap pra-operasional adalah: cara berpikir tidak
sistematis, tidak tetap azas, dan tidak rasional.
3). Operasional-konkrit (7-11/12 tahun), pada tahap ini anak cukup matang
dalam menggunakan logika atau operasi, tapi masih terbtas pada objek fisik
yang ada saat itu. Pada tahap ini, kecenderungan terhadap animisme dan
articialisme sudah hilang. 4). Tahap operasional formal (>12 tahun), pada
tahap ini anak sudah mampu menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk
membuat operasi yang lebih rumit, dengan ciri pokok perkembangannya yaitu
hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif serta logis dan probabilitas.
17
2. Jenis- Jenis dan Tingkatan Ranah Kognitif
Ada beberapa jenis dan tingkatan kemampuan belajar pada ranah
kognitif,seorang siswa dikatakan berprestasi belajar secara kognitif bilamana
telah memenuhi beberapa kemampuan kognitif. Keberhasilan kognitif siswa
adalah hasil belajar intelektual yang terdiri dari beberapa aspek kemampuan
siswa, di antaranya adalah Kemampuan Kognitif Siswa :
a. Pengetahuan, yang merupakan tipe hasil belajar yang paling rendah. Yang
termasuk dalam aspek pengetahuan adalah pengetahuan faktual dan
pengetahuan hafalan seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam
UU, nama-nama tokoh, nama- nama kota dan sebagainya.
b. Pemahaman, yang merupakan hasil belajar yang lebih tinggi dari
pengetahuan. Bentuk pemahaman misalnya menjelaskan sesuatu yang
dibaca atau didengar dengan bahasa atau susunan kalimat sendiri.
Pemahaman dibagi menjadi 3 kategori.
1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemah, mulai dari terjemah
dalam arti yang sebenarnya misalnya dari bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, atau mengartikan merah
putih.
2) Tingkat kedua adalah pemahan tafsiran yaitu menghubungkan bagian-
bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian. Contoh
pemahaman tafsiran yaitu menghubungkan pengetahuan dengan
konjugasi kata kerja, subjek, possessive pronoun sehingga tahu
menyusun kalimat yang benar dalam bahasa Inggris.
3) Tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi yaitu membuat
perkiraan atau ramalan dari acuan yang ada.
c. Aplikasi, yaitu kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari
dalam situasi kongkret yang baru. Ini mencakup penggunaan peraturan,
metode, konsep-konsep, hukum dan teori.
d. Analisis, yaitu kemampuan untuk menguraikan suatu materi atau bahan ke
dalam bagian-bagiannya sehingga strukturnya dapat dipahami.Ini
18
mencakup identifikasi bagian, analisis hubungan antar bagian dan
pengenalan prinsip-prinsip organisasi yang digunakan.
e. Sintesis, yaitu kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian untuk
membentuk keseluruhan yang baru. Bagian-bagian tersebut dihubungkan
satu sama lain sehingga diperoleh pola atau struktur yang baru.
f. Evaluasi, yaitu pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi
dan lain-lainnya. Dalam evaluasi diperlukan suatu kriteria tertentu untuk
mempermudah mengetahui tingkat kemampuan evaluasi seseorang. Untuk
dapat mencapai cita-cita tidak bisa dengan bermalas- malas, tetapi harus
rajin, gigih dan tekun belajar. Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi
pandai dalam segala hal, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun
keterampilan atau kecakapan. Belajar adalah istilah yang paling penting
dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tampa belajar maka tidak pernah
ada pendidikan, sebab belajar itu suatu proses pendidikan.

C. Pendidikan Agama Islam.


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik mulai pertumbuhan dan
pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan
hidup dalam segala aspek (Kholilah,2014:12).
Pendidikan Islam memberikan layanan pendidikan secara utuh, menyeluruh,
dan seimbang pada seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan manusia dan
masyarakat. Pendidikan Islam mengarahkan aspek keimanan (imaniyah),
kejiwaan(ruhiyah), pemikiran (fikriyah), akhlaq (khuluqiyah), sensitivitas diri
(athifiyah), jasmani (jasadiyah), kehendak/motivasi untuk maju (irodah),
pendidikan sex(jinsiyah), dan kemasyarakatan (ijtima’ iyah). Jadi masyarakat
muslim itu memiliki kaidah-kaidah atau rumus tarbiyah atau pendidikan
tersendiri (Abdussalam,2011:59).
19
Pendidikan Islam menurut Al-Syaibany adalah sebagai usaha mengubah
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan didalam alam sekitarnya melalui proses
pendidikan. Perubahan yang dimaksud disini adalah yang berlandasan niai-nilai
Islam atau berderajat tinggi menurut ukuran Allah. Perubahan tersebut terjadi
dalam proses pendidikan sebagai upaya membimbing dan mengarahkan
kemampuan-kemampuan dasar dan belajar manusia (potensi hidup manusia),
baik dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Dari beberapa definisi tentang pendidikan Islam menurut Al-Syaibany
dapat di simpulkan bahwa, pendidikan Islam sebagai usaha bimbingan ditujukan
untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran
Islam. Untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk mencapai
pertumbuhan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses
pendidikan. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan
kemempuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar), baik
secara individual maupun kelompok sehingga manusia mampu memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran islam secara utuh dan benar. Ajaran Islam
secara utuh meliputi: keimanan (Aqidah), ibadah, muammalah (syari’ah), dan
budi pakerti (akhlak) (Ahmadi dan Salimi, 2019: 34).
Di samping itu, untuk memahami pendidikan Islam lebih mendalam
maka tentu akan mustahil tanpa terlebih dahulu memahami Islam itu sendiri
sebagai suatu kekuatan yang memberi hidup bagi suatu peradaban besar yang
mana salah satu buahnya adalah pendidikan.
Kata “Islam” menurut pengertian umum yang berlaku biasanya
diartikan dengan agama Allah karena menurut Rangkuti, seorang
cendikiawan dan linguist, bahwa kalau a panjang (maksudnya
pada agama) maka artinya a adalah: cara, jalan, the way; gama,
mulanya gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggeris to
go, jalan, cara-cara berjalan, cara sampai kepada keridhaan
Tuhan. Jadi Islam yang dimaksud di sini adalah jalan menuju
kepada Allah yang bersumber dari padanya. Allah menciptakan,
mengatur, menguasai serta mengerahkan perkembangan alam
jagat raya ini dan kemudian Allah pulalah yang menjadi sumber
dan tempat kembalinya sesuatu (Amrullah,2007:19-21).
20
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
berdasarkan kepada Islam itu sendiri yakni kepasrahan, ketundukan,
dan ketaatan kepada pencipta, pengatur, pemberi rizki, yang
menghidupkan dan mematikan manusia di dalam alam semesta yakni
Allah, dengan cara menegakkan At-Tauhid. Selanjutnya asas ini pun
steril dari kesyirikan dan pelaku syirik dan sejenisnya. Tidak ada
campur aduk antara yang haq (Islam) dengan yang bathil (selain Islam)
(Abdussalam,2011:61).

2. Manfaat Pendidikan Agama Islam


Tolak ukur kegunaan atau manfaat sangatlah penting demi tercapainya
cita-cita atau tujuan kependidikan. Adapun tujuan awal dari adanya Ilmu
Pendidikan Islam adalah menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT. Sedangkan manfaat atau kegunaan Ilmu Pendidikan
Islam adalah sebagai berikut:
a. Menambah dan menguatkan keimanan kepada para siswa dan
menanamkan nilai ajaran Islam yang menjadi sumber ilmu pengetahuan;
b. Menambah pengetahuan yang lebih luas mengenal Allah dan ciptaan-
Nya;
c. Ilmu yang memberikan pengetahuan dengan diimbangi nilai ibadah
karena mempelajari maupun mengembangkan ajaran Allah SWT;
d. Memperluas dan memperdalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an;
e. Mengembangkan lembaga Pendidikan Islam agar dapat bersaing dengan
pendidikan umum lainnya;
f. Mengembangkan teori yang sudah ada dan mengujinya sesuai dengan
Ilmu Pendidikan Islam;
g. Menciptakan pendidikan Islam yang memiliki kualitas yang baik;
h. Memperlihatkan kepada manusia bahwa al-Qur’an adalah kitab yang
diturunkan oleh Yang Kuasa dengan ilmu pengetahuan ada di dalamnya
tidak terhalang oleh waktu;
21
i. Mengajarkan siswa secara langsung praktik keislaman dalam kehidupan;
j. Sebagai pembuktian teori-teori dalam al-Qur’an dan As-sunnah mampu
dibuktikan kebenarannya dalam fakta kehidupan (Saebani & Akhdiyat,
2016: 15).
Beberapa poin di atas merupakan bentuk peringatan bagi para pendidik
maupun pengurus lembaga untuk memperbaiki diri dan meningkatkan
kualitas Pendidikan Islam dari sarana prasarana dalam mencapai tujuan
ataupun cita-cita pendidikan.

D. Mengembangkan Potensi Siswa.


1. Pengertian Potensi.
Potensi menurut Nurhayati (2017:138) adalah kemampuan yang
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan seperti kekuatan,
kesanggupan, dan daya yang bisa di kembangkan menjadi lebih besar. Selain
itu perlu latihan agar dalam meningkatkan potensi siswa itu sendiri tidak ada
kendala dan bisa berjalan dengan lancar. Setiap anak dipandang oleh Islam
memiliki potensi yang sering disebut fitrah yang sifatnya suci. Fitrah ini harus
dikembangkan sebaik-baiknya di keluarga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Djumali (2014:1), pendidikan adalah untuk mempersiapkan
manusia dalam memecahkan problem kehidupan di masa kini maupun di
masa yang akan datang. Pendidikan merupakan aktivitas yang bertautan, dan
meliputi berbagai unsur yang berhubungan erat antara unsur satu dengan
unsur yang lain (Sutrisno,2016:29).
Kurniawan (2017:26) berpendapat bahwa pendidikan adalah
mengalihkan nilai-nilai, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan kepada
generasi muda sebagai usaha generasi tua dalam menyiapkan fungsi hidup
generasi selanjutnya, baik jasmani maupun rohani.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
usaha menyiapkan dan membekali generasi muda ilmu pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan dalam memecahkan masalah yang prosesnya
berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, baik jasmani maupun rohani.
22
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat
diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan
inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan
kegiatan belajar. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar disekolah:
a. Memberi angka. Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya.Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai
angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dia kejar adalah
nilai ulangan atau nilai-nilai pada rapot angkanya baik- baik.
b. Hadiah. Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak
akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
sesuatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan/ kompetensi Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai
alat motivasi untuk mendorong belajar siswa.Persaingan, baik persaingan
individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan dalam
dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk
meningkatkan kegiatan belajar siswa.
d. Ego-involvement. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimahnya sebagai tantangan yang
menarik sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri,
adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
e. Memberi ulangan. Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui
akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan juga merupakan
sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlau
sering (misalnya setiap hari). Karena bisa membosankan dan bersifat
rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau akan
ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.
23
f. Pujian. Apa bila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik perlu diberikan pujian tetapi tidak secara berlebihan
agar siswa tersebut tidak menjadi sombong.
g. Hukuman. Hukuman sebagai reinfoicement yang negative tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena
itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

2. Cara mengembangkan potensi kognitif


Pada dasarnya hakikat pengembangan potensi kognitif terletak pada
upaya peningkatan aspek pengamatan, mengingat, berfikir, menciptakan
serta kreativitas seseorang. Proses kognitif( cognitive processes) meliputi
perubahan pada pemikiran,intelegensi dan bahasa individu. Perkembangan
kognitif siswa merupakan hal yang penting diketahui oleh tenaga pendidik
sehingga pembelajaran yang disuguhkan penuh dengan kebermaknaan.
Untuk lebih memehami arti dari perkembangan kognitif tersebut, salah
seorang pakar psikologis yang terkenal yaitu Jaean Piaget (dalam Suparno,
2001:79) menjelaskan, bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia
kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan piaget terdapat dua proses yang
mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan
penyesuaian (adaptasi). Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan
sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk menginteggrasi
proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren. Adaptasi dapat
dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial. Dengan
teorinya, Piaget yakni bahwa adanya penyesuaian diri dalam dua cara,
yaitu asimiliasi dan akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri
dengan informasi baru. Pengembangan kognitif dimaksudkan agar
individu mampu mengembangkan kemampuan presepsinya, ingatan,
berpikir, melakukan penalaran dan memecahkan masalah. Cara
mengembangkan potensi itu sendiri melalui proses yang dinamakan belajar
karena dengan adanya belajar maka siswa mengalami perubahan-
24
perubahan mulai dari saat lahir sampai mencapai umur tua. Selain itu perlu
latihan agar dalam meningkatkan potensi siswa itu sendiri tidak ada
kendala dan bisa berjalan dengan lancar.
Adapun model pengembangan kognitif :
a. Model Piaget
Deskripsi mengenai hubungan antara tingkat perkembangan
konseptual anak dengan bahan pelajaran yang kompleks menunjukan
bahwa guru harus memperhatikan apa yang harus diajarkan dan
bagaimana mengajarkannya.
1) Situasi belajar yang ideal ialah keserasiaan antara bahan pengajaran
yang kompleks dengan tingkat perkembangan konseptual anak. Jadi
guru harus dapat menguasai perkembangan kogitif anak,dan
menentukan jenis kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak untuk
memahami bahan pelajaran itu.
2) Strategis belajar yang dikembangkan dari teori piaget ialah
meghadapkan anak dengan sifat pandangan yang tidak logis agar
dapat merangsang berfikir. Walaupun anak sulit megerti sesuatu
pandangan yang berbeda dengan pandangannya itu sendiri.

b. Model Williams
Model tiga dimensional dari Williams. Dirancang untuk mebantu
guru menentukan tugas-tugas didalam kelas yang berkenaan dengan
dimensi kurikulum (materi atau konten),perilaku anak(kegiatan belajar)
dan perilaku guru (strategis atau cara mengajar). Model ini berlandaskan
pada pemikiran bahwa kreativitas perlu dipupuk secara menyeluruh dan
bahwa anak harus mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam
semua bidang kegiatan. Dengan menggunakan model ini guru mampu
menggunakan aeka ragam strategis yang akan menigkatkan pemikiran
kreatif anak didalam kelas.
c. Model Guilford
25
Mengembangkan teori atau model tentang kemampuan kognitif
manusia (yang berisi kemampuan 120 intelektual ) yang disusun dalam
satu sistem yang disebut “struktur intelek”. Model struktur ini
menggambarkan keragaman kemampuan kognitif manusia, yang
digambarka dalam bentukan kubus tiga dimensi intelektual untuk
menampilkan semua kemampuan kognitif manusia. Ketiga dimensi itu
ialah konten, produk dan operas.
d. Model Bloom
Model Bloom terdiri dari enam tingkat perilaku kognitif yaitu
pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis dan evaluasi. Model ini
banyak digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi dalam kurikulum berdiferensiasi untuk anak berbakat serta untuk
merencanakan dan mengeveluasi kegiatan belajar sedemikian hingga
anak dapat mengembangkan kemampuan kognitif mereka sepeuhnya.
Dengan mengguakan model ini, guru memberikan kesempatan kepada
anak untuk memperluas proses-proses pemikiran mereka , dimana anak
dapat dengan segara mengenai cara bagaimana berpikir, pada tingkat
mana pertanyaan yang mereka ajukan dan sifat kegiatan dimana mereka
teribat.

3. Faktor yang Mendukung dan Menghambat dalam Mengembangkan


Potensi Kognitif Siswa SMP Negeri 01 Kendal Kab. Ngawi
Dalam pendidikan, kegiatan pembelajaran tidaklah selalu berjalan
dengan baik sesuai dengan harapan kita, namun ada beberapa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses pendidikan tersebut.
Untuk itu kita harus terlebih dahulu mengetahui apa-apa saja yang termasuk
ke dalam komponen pendidikan, seperti faktor pendukung dan penghambat
dalam mengembangkan potensi kognitif siswa. Dalam mengembangkan
potensi kognitif siswa terdapat faktor mendukung dan menghambat bagi guru
khususnya guru PAI pada saat mengembangkan potensi siswa dalam kelas,
sehingga mengakibatkan proses pembelajaran terhambat dan tidak berjalan
26
sesuai yang di harapkan. Mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam
mengembangkan potensi kognitif siswa guru PAI di SMP Negeri 01 Kendal,
Kab. Ngawi Peneliti menemukan jawaban yang bervariasi dari guru.
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan guru PAI yang
dilakukan pada tanggal 15 Maret 2022 mrngenai faktor pendukung dan
penghambat guru PAI dalam mengembangkan potensi kognitif siswa.
a. Faktor pendukung:
1) Guru menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan anak
untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar dan
dimainkan untuk pengembangan potensi kognitifnya.
2) Peran serta orangtua dalam mengembangkan potensi kognitif pesera
didik.
3) Fasilitas dari sekolah untuk mendukung proses belajar mengajar agar
pembelajaran berjalan dengan lancar.
b. Faktor penghambat:
1) Kurang maksimalnya anak dalam menangkap materi.
2) Lingkungan yang membatasi
3) Cara Siswa belajar yang berbeda-beda Suasana belajar yang kondusif
memungkinkan siswa dapat memusatkan pikiran dan perhatian kepada
apa yang sedang dipelajari. Sebaliknya suasana belajar yang tidak
nyaman dan membosankan akan membuat kosentrasi belajar siswa
terganggu. Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan
kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan
pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini,
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses
pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang
benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak
dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses
pengolahan informasi menjdi pengetahuan, keterampilan dan sikap
sebagai hasil dari proses belajar. Lingkungan belajar dapat diciptakan
27
sedemikian rupa sehingga dapat menfasilitasi anak dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Dalam upaya menciptakan lingkungan
pembelajaran yang kondusif bagi anak, guru harus dapat memberikan
kemudahan belajar kepada siswa, menyediakan berbagai sarana dan
sumber belajar yang memadai, menyampaikan materi pembelajaran,
dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar. Oleh
karena itu, pera guru selayaknya membiasakan pengaturan peran dan
tanggung jawab bagi setiap anak terhadap terciptanya lingkungan fisik
kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang
menjadikan proses pembelajaran dapat berlangsung secara bermakna.
Dengan terciptanya tanggung jawab bersama antara anak dan guru,
maka akan terciptanya situasi pembelajaran yang kondusif dan
bersinergi bagi semua anak. Dengan adanya fasilitas di dalam proses
pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk
membantu kelancaran proses kegiatan belajar mengajar, dan
meningkatkan pemahaman yang disampaikan guru, menciptakan
suasana kelas yang lebih dinamis dan lebih hidup. Namun di sisi lain
ada faktor yang mendukung tercapainya suasana yang demikian dan
juga ada faktor yang menghambatnya. Semua itu tergantung pada
bagaimana sekolah dan semua staf yang ada di dalamnya menyikapi
dan memberikan perhatian terhadap pentingnya fasilitas dari sekolah.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru PAI yang dilakukan
pada tanggal 20 maret 2022 Faktor pendukung dan penghambat guru PAI
dalam mengembangkan potensi kognitif siswa. Faktor pendukungnya :
a. Kesediaan sarana dan prasarana dan juga lingkungan sekolah yang
menyenangkan baik dalam ruangan maupun diluar ruangan. Sehingga
guru bisa mengembangkan kreativitasnya dalam mengupayakan
perkembangan kongnitif siswa artinya dapat menciptakan lingkungan
yang kondusif.
b. Guru harus percaya diri, berani mencoba hal yang baru, memberikan
contoh, menyadari keanekaragaman karakterisik siswa, memberikan
28
kesempatan siswa untuk berekspresi dan bereksplorer. Faktor
penghambatnya, yaitu ketika guru tidak meguasai keanekaragaman
karakteristik siswa atau tidak menguasai karakteristik siswa sehingga
guru sulit menyampaikan pembelajarannya.
Faktor Pendukung dan penghambat dalam kesediaan sarana dan
prasarana dan juga lingkungan yang menyenangkan memiliki peran dalam
berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berhasil
dan tidak suatu pembelajaran ditentukan oleh kesediaan sarana dan prasarana
dan juga lingkungan yang menyenangkan. Bahwa dapat diartikan untuk
berlangsungnya proses pembelajaran yang sukses dan berhasil diperlukan
beberapa beberapa faktor pendukung. ada beberapa faktor pendukung yang
menentukan kesuksesan dan keberhasilan dalam pembelajaran.
Faktor pendukung itu dapat diklasifikasikan menjadi bagian-bagian
tertentu. Suksesnya belajar dan berhasilnya suatu pembelajaran sangat
(dominan) ditentukan oleh faktor pendukung tenaga pendidik, dalam hal ini
guru di sekolah. Meskipun di suatu sekolah fasilitasnya memadai,
bangunannya bertingkat; meskipun kurikulumnya lengkap, program
pengajarannya hebat, manajemennya ketat, sistem pembelajarannya bagus,
tapi para tenaga pengajarnya (guru) sebagai aplikator di lapangan tidak
memiliki kemampuan (kualitas) dalam penyampaian materi, cakap
menggunakan alat-alat tekhnologi yang mendukung pembelajaran, maka
tujuan pembelajaran akan sulit dicapai sebagaimana mestinya. Disini
hendaknya setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat besar
pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan
pekerjaan sehari-hari dikelas dan di masyarakat.
Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik
professional, selalu terdorong untuk tumbuh dan berkembang sebagai
perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidikan. Persiapan
yang harus diikuti, hendaknya sejalan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain faktor pendukung, tentu juga ada faktor penghambatnya.
29
Hambatan itu bisa datang dari guru sendiri, dari siswa, lingkungan ataupun
karena faktor fasilitas.
Guru sebagai seorang pendidik, tentunya juga mempunyai banyak
kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab
terhambatnya kreativitas pada diri guru tersebut. Fasilitas yang ada
merupakan faktor penting upaya guru memaksimalkan programnya, fasilitas
yang kurang lengkap akan menjadi kendala yang berarti bagi seorang guru
dalam beraktifitas.
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa
Faktor pendukung adalah adanya sarana dan prasarana yang disediakan oleh
sekolah sebagai alat bantu proses pembelajaran di kelas. diselingi dengan
metode pembelajaran dan sumber belajar guru berupa buku penunjang. Faktor
penghambatnya yakni didasari oleh terjadinya keterbatasan fasilitas sekolah
yang kurang memadai, siswa yang kurang semangat dan antusias menerima
pelajaran.
30

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Arikunto (2013), metode penelitian adalah cara yang digunakan
peneliti dalam dalam mengumpulkan data penelitian. Penelitian yang dilakukan
penulis dengan judul Kreativitas Guru PAI dalam Mengembangkan Potensi
Kognitif yaitu penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan kasus.30
Partisipan penelitian dipilih menggunakan teknik purposive dengan
bantuan key person. Melalui teknik purposive, peneliti memilih partisipan
penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau untuk
memahami permasalahan pokok yang akan diteliti. Partisipan penelitian dan
lokasi penelitian yang dipilih dengan teknik ini disesuaikan dengan tujuan
penelitian (Herdiansyah, 2012). Metode pengumpulan data menggunakan
metode wawancara, observasi dan dokumen.
Dari penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang ingin
digambarkan dalam penelitian ini yaitu tentang Kreativitas Guru PAI dalam
Mengembangkan Potensi Kognitif Siswa di SMP Negeri 01 Kendal. Pendekatan
kualitatif lebih menekankan pada makna, penalaran dan mementingkan proses
dibandingkan dengan hasil akhir. Oleh karena itu urutan-urutan kegiatan dapat
berubah. Tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.
Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-
kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami.

B. Desain Atau Rencana Penelitian


Penelitian ini merupakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum (Sugiyono, 2018:147).
31
Sukmadinata (2017: 72) berpendapat bahwa penelitian deskriptif adalah
suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-
fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia
yang bisa mencakup aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan,
dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya .
Dengan kata lain, tujuan penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan
seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat ini. Studi deskripsi merupakan
alat untuk menemukan makna baru, menjelaskan sebuah kondisi keberadaan,
menentukan frekuensi kemunculan sesuatu, dan mengatagorikan informasi.
Beberapa ciri dominan penelitian deskriptif sebagai berikut:
1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual.
Adakalanya penelitian di maksudkan hanya membuat deskripsi atau uraian
suatu fenomena semata-mata, tidak mencari hubungan antar variabel, menguji
hipotesis, atau membuat ramalan.
2. Dilakukan secara survei, karena itu, penelitian deskriptif sering di sebut
sebagai penelitian survei. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat
mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat historis dan
eksperimental.
3. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail.
4. Mengidentifikasi masalah untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktik
yang sedang berlangsung.
5. Mendeskripsikan subjek yang sedang di kelola oleh kelompok orang tertentu
dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian kualitatif menggunakan desain Penelitian deskriptif dalam arti
penelitian ini difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih peneliti dan ingin
dipahami secara mendalam dengan mengabaikan fenomena-fenomena lain.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk kreativitas guru PAI dalam mengembangkan potensi
kognitif siswa SMP Negeri 01 Kecamatan Kendal Tahun Ajaran 2021/2022?
32
2. Bagaimana Cara Mengembangkan Potensi Kognitif Siswa SMP Negeri 01
Kecamatan Kendal Tahun Ajaran 2021/2022 ?
3. Faktor apa yang Mendukung dan Menghambat dalam Mengembangkan
Potensi Kognitif Siswa Tahun ajaran 2021/2022 ?
D. Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 01 Kecamatan Kendal,


Kabupaten Ngawi, dengan beberapa pertimbangan:
1. Lokasi penelitian cukup dekat dengan rumah peneliti sehingga mudah
dijangkau dan sangat strategis.
2. Peneliti bisa menghemat biaya, tenaga dan waktu, karena tempatnya cukup
dekat.
3. Peneliti sudah mengenal situasi dan kondisi daerah penelitian tersebut,
sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian serta
berkomunikasi.
4. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 01 kendal Kecamatan Kendal
dikarenakan memiliki akreditasi B dan memiliki program belajar dengan
baik.
5. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 01 kendal Kecamatan Kendal
karena memiliki fasilitas pembelajaran yang memadai.
E. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah sumber data di mana data dapat
diperoleh, adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:
1. Kepala Sekolah SMP Negeri 01 kendal untuk mendapatkan data tentang latar
belakang berdirinya SMP Negeri 01 kendal, Kecamatan Kendal, Kabupaten
Ngawi.
2. Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 01 kendal, Kecamatan Kendal,
Kabupaten Ngawi.
3. Siswa kelas VII A SMP Negeri 01 kendal, Kecamatan Kendal, Kabupaten
Ngawi.
33
F. Metode Pengumpulan Data
Sugiyono (2018:224), berpendapat bahwa pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila
dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada
laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden,
pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan
sekunder. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
maka teknik pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan
sekunder. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),
wawancara (interview), kuisioner (angket), dokumentasi dan gabungan
keempatnya.
1. Wawancara (interview)
Instrumen yang berfungsi untuk pengambilan data di lapangan adalah
menggunakan teknik wawancara. Pada teknik ini peneliti datang berhadapan
muka secara langsung dengan responden atau subjek penelitian. Mereka
menanyakan sesuatu yang telah direncanakan kepada responden. Pada
wawancara ini dimungkinkan peneliti menggunakan wawancara berstuktur.
Wawancara ini menyerupai kuisioner survei tertulis wawancara berisi
sejumlah pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara ini
menghemat waktu dan membatasi efek pewawancara bila sejumlah
pewawancara yang berbeda terlibat dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data ini dilakukan secara langsung oleh peneliti
dalam bentuk tanya jawab atau wawancara oleh narasumber yang bertindak
sebagai informan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian. Pertanyaan wawancara perlu diuji kemampuannya supaya
peneliti dapat memperoleh data yang dibutuhkan. Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan dua pihak
yaitu pewawancara dan terwawancara (Moleong, 2017: 186).
34
Wawancara bertempat di halaman sekolah dengan nara sumber kepala
sekolah dan guru PAI di SMP Negeri 01 Kendal, Kecamatan Kendal,
Kabupaten Ngawi, mengenai kreativitas guru PAI dalam mengembangkan
potensi kognitif di sekolah tersebut. Dengan menjelaskan bahwa terdapat
faktor pendorong dan penghambat dalam mengembangkan potensi kognitif
dari peserta didik.
2. Observasi/ Pengamatan
Observasi yaitu proses pengamatan menyeluruh dan mencermati
perilaku pada suatu kondisi tertentu. Pada dasarnya, observasi bertujuan
untuk mendeskripsikan aktivitas, individu, serta makna kejadian
berdasarkan perspektif individu. (Tersiana, 2018:12).
Sugiyono (2017:203) berpendapat bahwa observasi sebagai teknik
pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan
teknik yang lainnya. Observasi dilakukan dengan melihat langsung di
lapangan misalnya kondisi ruang kerja dan lingkungan kerja yang dapat
digunakan untuk menentukan faktor layak yang didukung dengan adanya
wawancara dan kuesioner mengenai analisis jabatan.
Hal yang akan diamati adalah proses bagaimana kreativitas guru PAI
dalam mengembangkan potensi kognitif peserta didik. Dengan
memperhatikan beberapa aspek yang perlu dipahami dalam
mengembangkannya.
3. Dokumentasi
Sugiyono (2018:476) berpendapat dokumentasi adalah suatu cara
yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku,
arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi atau wawancara akan lebih dapat dipercaya atau mempunyai
kredibilitas yang tinggi jika didukung oleh foto-foto atau karya tulis
akademik yang sudah ada. Tetapi tidak semua dokumen memilih tingkat
kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak
35
mencerminkan keadaan aslinya, karena foto bisa saja dibuat untuk
kepentingan tertentu.
Hal-hal yang akan didokumentasikan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran di kelas VII mengenai kreativitas guru PAI tersebut. Seperti
pengdokumentasian dalam proses pembelajaran PAI.
4. Jenis Data
Jenis data pada pada penelitian ini yang meliputi:
1. Data Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung, dimana data
diperoleh dari sumber data utama yang ditentukan dalam penelitian ini,
antara lain;
a. Kepala sekolah sebagai sumber informasi untuk mengetahui
kreativitas guru dalam sekolah tersebut.
b. Guru PAI: Peneliti menjadikan guru sebagai subjek penelitian karena
guru juga merupakan pelaksana dalam melakukan pengajaran khususnya
guru PAI.
2. Data Sekunder
Sumber Sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada peneliti, melalui studi pustaka dan studi dokumen.
.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain (Moleong, 2017:248).
Dalam pengolahan analisis data ini, dipergunakan beberapa metode, yaitu:
1. Metode induktif yaitu, suatu metode penelitian yang berdasarkan pada hal-
hal yang bersifat khusus dan hasil analisa tersebut dapat dipakai sebagai
kesimpulan yang bersifat umum.
36
2. Metode deduktif yaitu, metode penelitian atau penjelasandengan bertolak
dari pengetahuan bersifat umum atau mengolah data dan meganalisa dari
hal-hal yang sifatnya umum guna mendapatkan kesimpulan yang bersifat
khusus.
37
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Majid. 2012 . Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.


Abdussalam. 2011. Pembelajaran Al-Qur'an Al-Karim, Bandung: Desertasi.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Buzan, T. 2013. Buku Pintar Mind Mapping.Jakarta: Gramedia.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka
Cipta.
Hasbullah. 2017. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Depok: PT. Raja Grafindo
Imas Kurniasih dan Berlin Sani. 2016. Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran.Yogyakarta: Kata Pena.
Moleong, Lexy J. 2017. Metode Penelitian Kualitatif, cetakan ke-36, Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Persana.
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: CV
Alfabeta. Sugiyono. 2018, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung,CV Alfabeta. Sugiyono.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV

Sukmadinata. 2017. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Suyanto & Asep Jihad. 2017. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Esensi.
Suyanto& Asep Jihad.2013. Menjadi Guru Profesional, Strategi meningkatkan
Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta : Esensi Erlangga
Group.
Zaini, Herman. 2015. Karakteristik Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Jurna l UIN Raden Fatah.
38
Jauhari, Moh. Irmawan. 2017. Taksonomi Bloom dan Implementasi Kurikulum
Berbasis Multikultural. KALIE: Journal of Applied Linguistics and Islamic
Education 1 (1). 234 – 253.
Mursidik, Elly’s Mersina. Dkk. 2015. Kemampuan Berfikir Kreatif dalam
Memecahkan Masalah Matematika Open-Ended Ditinjau dari Tingkat
Kemampuan Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar. Journal Perdagogia
ISSN 2089. Volume 4, No.1.
Latifa, Umi. (2017). Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar; Masalah
dan Perkembangannya. Academica: Journal of Multidiciplinary Studies
Vol 1(2), (185-196).
Ramadhan Farkiyatur, Mahanal Susriayati, Zubaidah Siti. 2017. Meningkatkan
Hasil Belajar Kognitif Siswa Melalui Model Pembelajaran Biologi Remad
STAD. Jurnal Pendidikan Teori, Penelitian dan Pengembangan. Volome 2
Nomor 5
Fatimah Ibda. 2015. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Intelektualita.
Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai