PENDAHULUAN
1
2
yang baik dan sekaligus menjadi umat yang taat beragama. selain itu pendidikan
agama digunakan untuk membina manusia beragama agar mampu melaksanakan
ajaran Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin sikap dan tindakan
dalam seluruh kehidupan, dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat.
Pendidikan Agama Islam adalah segala sesuatu usaha untuk
mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani menuju terbentunya insan
kamil sesuai dengan norma Islam. Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani
dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam. Berdasarkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah dasar pendidikan Islam sangat luruh dan prospektif (Zaini, 2015:79).
Sebagai guru PAI selain memahami ilmu agama yang baik kreativitas juga
sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan, tugas guru tidak hanya
sebatas mengajar di depan kelas atau mendampingi siswa saat belajar, tetapi
kepada upaya membantu peningkatan kualitas pendidikan secara umum dan
agama. Misalnya, mengajar dengan sungguh-sungguh sehingga nilai ujian baik,
dan tidak lupa mengajarkan pentingnya berdoa kepada Allah SWT sehingga dapat
mendapatkan yang terbaik. Hal itu dilakukan agar siswa mempunyai kemampuan
kognitif, psikomotorik, dan afektif secara seimbang.
Guru kreatif sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena mampu
melaksanakan proses pembelajaran dengan cara yang berbeda-beda dan membuat
suasana dalam pembelajaran menjadi menarik serta menyenangkan. Guru kreatif
kreatif memilliki cara berbeda dalam mengajar, dari cara membuka pelajaran,
memberikan tugas yang tidak memberatkan siswa, menghukum dan memarahi
siswa yang salah dengan cara yang bijak. Menurut Kurniasih dan Sani (2017:106)
kreativitas adalah ketika guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam,
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tentu saja dengan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan. Djamarah (2010:289) berpendapat
kreatif adalah memiliki daya cipta atau kemampuan untuk mencipta. Kemudian
Haryono (2013:4) berpendapat kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan
siswa yang bisa mengoptimalkan potensi diri siswa.
3
Pada hakikatnya, pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu,
mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu
yang telah ada Menurut (Slameto 2015:145).
Berpijak pada latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, permasalahan
yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana cara
mengembangkan kreativitas guru PAI dalam potensi kognitifnya.
Hasil penelitian tersebut kemudian peneliti paparkan dalam sebuah laporan
skripsi dengan judul:
"Kreativitas Guru PAI dalam Mengembangkan Potensi Kognitif di SMP
Negeri 01 Kendal, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Tahun Ajaran
2021/2022”.
B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari meluasnya masalah penelitian ini, maka peneliti perlu
untuk memberikan batasan terhadap permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan
pada latar belakang dan penegasan istilah di atas, maka yang akan dibahas yaitu :
Kreativitas Seorang Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan
Potensi Kognitif di SMP Negeri 01 Kendal.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Kreativitas Guru PAI di Kelas VII A SMP Negeri 01 Kendal?
2. Bagaimana Cara Mengembangkan Potensi Kognitif Siswa di Kelas VII A SMP
Negeri 01 Kendal?
3. Faktor apa yang Mendukung dan Menghambat dalam Mengembangkan Potensi
Kognitif Siswa di Kelas VII A SMP Negeri 01 Kendal, Kab. Ngawi?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan,
khususnya bagi peneliti dan umumnya kepada pembaca mengenai kreativitas
guru PAI dalam mengembangkan potensi kognitif siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan akan jelas memberikan pemahaman
lebih bagi guru, sehingga dapat meningkatkan kreatifitas dalam proses
belajar mengajar agar siswa dapat meningkatkan motivasi belajar yang
tinggi
b. Manfaat bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan akan jelas memberikan pemahaman
lebih bagi siswa dalam menambah kreativitas siswa dalam mengembangkan
potensi kognitif nya.
c. Manfaat untuk lembaga yang diteliti
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberi masukan kepada
lembaga yang telah diteliti untuk dapat lebih meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah tersebut khususnya untuk mengembangkan potensi
kognitif siswa nya.
d. Manfaat untuk peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan
bagi peneliti sendiri dan menerapkan ilmu yang peneliti peroleh selama
menuntut ilmu selama ini. Selain itu, untuk menjadi syarat menyelesaikan
studi sarjana di Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Magetan.
5
e. Manfaat bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu dan dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman untuk peneliti selanjutnya apabila mengambil
topik penelitian serupa.
f. Manfaat untuk STAI Ma’arif Magetan
1) Sebagai sumbangan pikiran dan untuk menambah wawasan keilmuan
berupa hasil penelitian.
2) Meningkatkan kualitas kekayaan intelektual lembaga STAI Ma’arif
Magetan untuk menerima hal-hal baru yang berpengaruh untuk kemajuan
lembaga
A. Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka peneliti memaparkan beberapa
definisi istilah sebagai kata kunci, di antaranya :
1. Kreativitas adalah suatu pola tingkah laku siswa yang aktif, memiliki
keingintahuan yang besar, yang tidak bisa diam dalam suatu hal serta dorongan
untuk berkembang dalam diri sendiri maupun orang lain. (Suyanto & Djihad,
2017:131).
2. Majid (2012:12) berpendapat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami
kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan yang
pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan islam sebagai pandangan
hidup.
3. Kognitif merupakan bagaimana memperoleh pengetahuan, menata, dan
bagaimana menggunaan pengetahuan tersebut (Jauhari,2017:236).
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kreativitas Guru
1. Pengertian Kreativitas Guru
Suyanto&Djihad ( 2017:131) berpendapat kreativitas adalah suatu pola
tingkah laku siswa yang aktif, memiliki keingintahuan yang besar yang tidak
bisa diam dalam suatu hal serta dorongan untuk berkembang dalam diri
sendiri maupun orang lain.
Mursidik (2015:26) menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
bisa dipahami sebagai kecakapan untuk membangun hal-hal baru maupun
kecakapan untuk menempatkan dan menggabungkan berbagai bahan yang
bersumber dari pemikiran seseorang yang bisa dipahami, efektif, dan inovatif
melalui berbagai macam aspek yang memengaruhi.
Kreativitas adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam
menghasilkan/menciptakan/mengadakan sesuatu yang baru dalam
memecahkan masalah yang sedang dihadapi, lebih jauh sesuatu yang baru itu
dapat berupa benda, ide, gagasan, model, strategi dan sebagainya yang
bermanfaat/bernilai bagi dirinya dan orang lain (Ismaniar&Hazizah,
2018:156).
Secara umum kreativitas adalah sebuah karya yang harmonis dalam
pembelajaran yang berdasarkan tiga aspek cipta, rasa dan karsa yang akan
menghasilkan sesuatu yang baru agar dapat membangkitkan dan
menanamkan kepercayaan diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi
belajarnya. Dengan demikian, kreativitas merupakan suatu kegiatan yang
berbeda dengan orang lain atau suatu pengembangan hasil karya yang sudah
ada kemudian ditonjolkan dengan adanya hal yang baru.
Seorang guru harus kreatif dalam pembelajaran karena isi pendidikan
umum menyumbang terhadap kehidupan yang kreatif. Kreativitas
menunjukkan eksplorasi gagasan-gagasan dan kegiatan baru dan memberikan
kepuasan serta dorongan untuk memperluas eksplorasinya.
12
13
Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan
bahwa kreativitas merupakan suatu proses yang melahirkan sesuatu yang
baru, baik itu berupa gagasan, maupun karya nyata, metode ataupun produk
yang baru yang digunakan oleh seseorang untuk memecahkan suatu masalah.
Kreativitas mengajar adalah suatu kualitas dimana guru harus
mengembangkan ide-ide yang baru dan imajinatif dalam mengajar.
2. Ciri-ciri kreativitas
Buzan, T. (2013: 94) berpendapat ciri-ciri atau pemikiran kreatif ada tiga
yaitu:
a. kefasihan atau kelancaran, yaitu seberapa cepat dan mudah anda
melepaskan ide-ide baru yang kreatif
b. fleksibilitas, yaitu kemampuan anda melihat sesuatu dari sudut pandang
lain
c. orisinilitas, yaitu inti dari semua pemikiran kreatif, dan mewakili
kemampuan Anda menghasilkan ide-ide yang unik, tidak biasa,
“eksentrik” (yang secara harfiah berati menjauh dari pusat).
Adapun ciri-ciri pribadi kreatif menurut Sitepu (2019:20) memiliki lima
ciri kognitif, yaitu kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes
(flexibelity), orisinalitas (originality), kemampuan menilai (evaluation) dan
kemampuan memperinci/mendalam (elaboration). Berdasarkan berbagai
macam pendapat mengenai ciri-ciri kreatif diatas, dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri orang kreatif adalah seseorang yang memiliki imajinasi tinggi,
banyak gagasan atau ide, suka bereksperimen dan percaya diri pada
kemampuannya. Ciri-ciri kreatif dapat diperoleh siswa apabila siswa berada
di lingkungan yang tepat untuk mengembangkan ide kreatifnya serta didikan
dengan baik dan benar oleh orang tua dan guru.
14
3. Faktor Pendorong dan Penghambat Kreativitas
Kreativitas tidak serta merta muncul pada diri seseorang, perlu adanya
rangsangan dan latihan secara rutin untuk dapat mengembangkan kreativitas.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong kreativitas pada anak baik
internal maupun eksternal, namun selain faktor pendorong ada juga faktor
yang dapat menghambat kreativitas anak. Faktor pendorong kreativitas
menurut Hurlock, E.B. (2014:11) adalah: (a) waktu, (b) kesempatan
menyendiri, (c) dorongan, (d) sarana, (e) lingkungan yang merangsang, (f)
cara mendidik anak, (g) kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.
Sedangkan Santoso, E.J. (2007:174) menyebutkan faktor penghambat
kreativitas, diantaranya: (a) dihantui rasa takut, (b) dibelenggu zona
kenyamanan, (c) memiliki kemalasan mental, (d) fokus pada masalah bukan
solusi. Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas dapat
berkembang dengan baik di lingkungan yang mendukung, baik lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, maupun masyarakat. Hal ini dikarenakan
lingkungan adalah tempat anak dapat mengembangkan kreativitasnya.
Dukungan dan bantuan dari guru dan orang tua juga sangat penting guna
meningkatkan perkembangan kreativitasnya.
4. Tahapan Kreativitas
Wallas (dalam Smith 2015:19) menyebut ada empat tahapan kreativitas
yaitu:
a. Tahapan persiapan (preparation). Dalam tahapan ini, individu berusaha
mengumpulkan data atau informasi yang nantinya akan digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi sekaligus memikirkan berbagai
kemungkinan pemecahan masalah yang sekiranya efektif.
b. Inkubasi (inkubation). Pada tahapan ini, proses pemecahan masalah dalam
beberapa waktu untuk menyusun kembali pemikiran-pemikiran kita
terhadap masalah yang kita hadapi serta melupakan sebuah masalah yang
berat dalam sementara waktu dapat membantu kita untuk menemukan ide-
ide baru yang lebih sesuai untuk menyelesaikan suatu masalah.
15
c. Tahapan iluminasi (illumination). Pada tahapan ini gagasan yang dicari itu
muncul untuk memecahkan masalah, dikelola dan diterapkan menjadi
sebuah strategi untuk mengembangkan suatu hasil (product development).
d. Tahapan verifikasi (verifikation). Dalam tahapan ini diadakan evaluasi
secara kritis terhadap gagasan yang diambil dengan menggunakan cara
bepikir konvergen. Berpikir konvergen adalah proses berpikir melihat
sesuatu masalah dari berbagai sudut pandangan, atau menguraikan sesuatu
masalah atas beberapa kemungkinan pemecahan. Untuk mengembangkan
kemampuan demikian guru perlu menciptakan situasi belajar mengajar
yang banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan
masalah, melakukan beberapa percobaan, mengembangkan gagasan atau
konsep-konsep siswa sendiri. Situasi demikian menuntut pula sikap yang
lebih demokratis, terbuka, bersahabat, percaya kepada siswa.
B. Ranah Kognitif
1. Pengertian Kognitif
Menurut Syah (dalam Jauhari 2017:236), Kognitif merupakan
bagaimana memperoleh pengetahuan, menata, dan bagaimana menggunaan
pengetahuan tersebut. kognitif adalah proses atau suatu kegiatan untuk
memperoleh pengetahuan atau suatu upaya mengidentifikasi suatu hal dengan
pengalaman pribadi. Proses kognitif berkaitan dengan tingkat inteligensi yang
memberikan ciri atau pertanda seseorang dengan berbagai minat utamanya
ditujukan pada ide-ide dan belajar (Sujiono, 2015:17)
Kognitif merupakan proses berpikir, kemampuan menghubungkan dan
kemampuan memberikan nilai serta memberi pertimbangkan. Rahmat
(2018:222) berpendapat bahwa potensi kecerdasan terdiri dari beberapa
tahapan, knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman) application
(penerapan), analysis (analisa), synthesis (sintesis), dan evaluation (menilai).
Kognitif berarti persoalan yang berhubungan dengan kemampuan untuk
16
mengembangkan kemampuan akal (rasional). Ciri-ciri pembelajaran ranah
kognitif antara lain:
a) dalam proses pembelajaran lebih menghendaki pada pengertian dari
pada hafalan;
b) hukuman dan ganjaran yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran,
lebih menggunakan naluri untuk memecahkan masalah.
b. Model Williams
Model tiga dimensional dari Williams. Dirancang untuk mebantu
guru menentukan tugas-tugas didalam kelas yang berkenaan dengan
dimensi kurikulum (materi atau konten),perilaku anak(kegiatan belajar)
dan perilaku guru (strategis atau cara mengajar). Model ini berlandaskan
pada pemikiran bahwa kreativitas perlu dipupuk secara menyeluruh dan
bahwa anak harus mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam
semua bidang kegiatan. Dengan menggunakan model ini guru mampu
menggunakan aeka ragam strategis yang akan menigkatkan pemikiran
kreatif anak didalam kelas.
c. Model Guilford
25
Mengembangkan teori atau model tentang kemampuan kognitif
manusia (yang berisi kemampuan 120 intelektual ) yang disusun dalam
satu sistem yang disebut “struktur intelek”. Model struktur ini
menggambarkan keragaman kemampuan kognitif manusia, yang
digambarka dalam bentukan kubus tiga dimensi intelektual untuk
menampilkan semua kemampuan kognitif manusia. Ketiga dimensi itu
ialah konten, produk dan operas.
d. Model Bloom
Model Bloom terdiri dari enam tingkat perilaku kognitif yaitu
pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis dan evaluasi. Model ini
banyak digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi dalam kurikulum berdiferensiasi untuk anak berbakat serta untuk
merencanakan dan mengeveluasi kegiatan belajar sedemikian hingga
anak dapat mengembangkan kemampuan kognitif mereka sepeuhnya.
Dengan mengguakan model ini, guru memberikan kesempatan kepada
anak untuk memperluas proses-proses pemikiran mereka , dimana anak
dapat dengan segara mengenai cara bagaimana berpikir, pada tingkat
mana pertanyaan yang mereka ajukan dan sifat kegiatan dimana mereka
teribat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Arikunto (2013), metode penelitian adalah cara yang digunakan
peneliti dalam dalam mengumpulkan data penelitian. Penelitian yang dilakukan
penulis dengan judul Kreativitas Guru PAI dalam Mengembangkan Potensi
Kognitif yaitu penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan kasus.30
Partisipan penelitian dipilih menggunakan teknik purposive dengan
bantuan key person. Melalui teknik purposive, peneliti memilih partisipan
penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau untuk
memahami permasalahan pokok yang akan diteliti. Partisipan penelitian dan
lokasi penelitian yang dipilih dengan teknik ini disesuaikan dengan tujuan
penelitian (Herdiansyah, 2012). Metode pengumpulan data menggunakan
metode wawancara, observasi dan dokumen.
Dari penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang ingin
digambarkan dalam penelitian ini yaitu tentang Kreativitas Guru PAI dalam
Mengembangkan Potensi Kognitif Siswa di SMP Negeri 01 Kendal. Pendekatan
kualitatif lebih menekankan pada makna, penalaran dan mementingkan proses
dibandingkan dengan hasil akhir. Oleh karena itu urutan-urutan kegiatan dapat
berubah. Tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.
Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-
kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami.
Suyanto & Asep Jihad. 2017. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Esensi.
Suyanto& Asep Jihad.2013. Menjadi Guru Profesional, Strategi meningkatkan
Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta : Esensi Erlangga
Group.
Zaini, Herman. 2015. Karakteristik Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Jurna l UIN Raden Fatah.
38
Jauhari, Moh. Irmawan. 2017. Taksonomi Bloom dan Implementasi Kurikulum
Berbasis Multikultural. KALIE: Journal of Applied Linguistics and Islamic
Education 1 (1). 234 – 253.
Mursidik, Elly’s Mersina. Dkk. 2015. Kemampuan Berfikir Kreatif dalam
Memecahkan Masalah Matematika Open-Ended Ditinjau dari Tingkat
Kemampuan Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar. Journal Perdagogia
ISSN 2089. Volume 4, No.1.
Latifa, Umi. (2017). Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar; Masalah
dan Perkembangannya. Academica: Journal of Multidiciplinary Studies
Vol 1(2), (185-196).
Ramadhan Farkiyatur, Mahanal Susriayati, Zubaidah Siti. 2017. Meningkatkan
Hasil Belajar Kognitif Siswa Melalui Model Pembelajaran Biologi Remad
STAD. Jurnal Pendidikan Teori, Penelitian dan Pengembangan. Volome 2
Nomor 5
Fatimah Ibda. 2015. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Intelektualita.
Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015