Anda di halaman 1dari 32

PENERAPAN METODE DEMONTRASI UNTUK

MENINGKAT HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI


MARI MELAKSANAKAN SHALAT KELAS IVTAHUN
PELAJARAN 2021/2022

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh :

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2022


LPTK UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya

dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas

penyusunan karya ilmiah dengan judul “Penerapan Metode Demontrasi Untuk

Meningkat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Shalat Kelas IV SD NGERI 1 Tahun

Pelajaran 2021/2022, penelitian ini kami susun untuk bacaan di perpustakaan

sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan bagi teman sejawat juga anak

didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis banyak mendapat dukungan dari

berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam

dalamnya kepada:

1. Yth. Dr.H Alfin Mustikawan,M.Pd ( Selaku sebagai dosen pengampu mata

kuliah).

2. Yth. Kepala SD Negeri 3 Gondanglegi Kulon.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna untuk itu

segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis

harapkan.

Penulis

i1
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Batasan Masalah...................................................................................4
D. Tujuan Penelitian..................................................................................5
E. Manfaat Penelitian................................................................................5
F. Definisi Operasional Variabel...............................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran...........................................................................8
B. Motivasi Belajar....................................................................................9
C. Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Pada Siswa8...............................9
D. Metode Demonstrasi.............................................................................11
E. Materi Shalat.........................................................................................17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian............................................................................20
B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................21
C. Subyek Penelitian..................................................................................23
D. Prosedur Penelitian...............................................................................24
E. Analisis Data.........................................................................................25
F. Instrumen Penelitian.............................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................28

ii2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus

dipelajari oleh peserta didik di sekolah dasar adalah Pendidikan Agama Islam,

yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar kelas dua terdiri dari empat

mata pelajaran yaitu : Al- Qur’an, Akidah Akhlak, Fiqih dan Sejarah

Kebudayaan Islam. Masing–masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya

saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Fiqih merupakan sistem norma

(aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia

dengan makhluk lainnya (muamalah). Oleh karena itu, sejak dini kita harus

mendapatkan pendidikan sholat dimana salat merupakan ibadah yang pertama

diwajibkan Allah SWT kepada umat Islam.

1
Tujuan dari Pendidikan Agama adalah untuk membimbing anak agar

mereka menjadi orang Muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan

berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, Agama dan Negara,

(Euharini, dkk. 1977:25).

Tujuan pendidikan Agama tersebut adalah merupakan tujuan yang

hendak dicapai oelh setiap orang yang melaksanakan pendidikan Agama.

Karena itu dalam mendidikan agam yang perlu ditanamkan terlebih dahuilu

adalah keimanan yang teguh, sebab dengan adanya keimanan yang teguh itu

maka akan menghasilakn ketaatan menjalankan kewajiban agama.

Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

adalah tercapainya tujuan pengajaran. Apa pun yang termasuk perangkat

program pengajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya

tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan. Anak didik pun

diwajibkan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu

menanti perintah guru. Kedua unsur manusiawi ini juga beraktivitas tidak lain

karena ingin mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan nilai ujian tulis pendidikan agama islam dan budi pekerti

kelas 4 bahwa ditemukan siswa/siswa yang nilainya masih di bawah KKM

nilai ujiannya. Tugas guru harus meluruskan kesalahan yang dilakukann oleh

peserta didik terutama pada materi shalat. Karena Sholat merupakan ibadah

mahdhah yang wajib di kerjakan bagi setiap umat islam. Sholat yang

diwajibkan bagi setiap muslim adalah sholat lima waktu. Secara bahasa, sholat

artinya doa. Dalam ilmu syariah, sholat diartikan sebagai serangkaian ucapan

dan gerakan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang

2
dilakukan dengan niat dan syarat tertentu. Dalam surat Al Baqarah ayat 43

Allah SWT menyeru hamba-Nya untuk melaksanakan sholat dan zakat. Dia

berfirman:

´ i˚ ¸ ¸ 'p˚ ˚ ´ ´ p ² ' ´ ' 'p ˚ i˚ ¸


'3 ' ´ 3˚ 'p 'p˚ '² p p ² ´ 'p

Artinya :“Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah

beserta orang yang rukuk." (QS. Al Baqarah: 43).

Dengan memperhatikan gejala-gejala tersebut di atas maka timbul

pertanyaan dalam benak penulis sejauh manakah keberhasilan pengajaran

Pendidikan Agama Islam pada materi shalat kelas IV selama ini? Padahal

sering digembar-gemborkan sebagai bangsa Indonesia kita harus atau wajib

mengamalkan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam berbangsa dan

bernegara. Tatapi kenyataannya masih banyak terdapat penyimpangan-

penyimpangan dan pengkhianatan terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung

dalam Pancasila. Bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya.

Diantaranya faktor tesebut adalah strategi pembelajaran yang kurang mengena

terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman

siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam

Pemilihan beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran

bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan

kesuksesan operasional pembelajaran. Dalam hal ini metode bertujuan untuk

lebih memudahkan proses dan hasil dalam pembelajaran sehingga apa yang

direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah mungkin.

Dalam penelitian ini penulis melakukan pendekatan dengan metode

demonstrasi. Karena peneliti merujuk kepada hasil materi pendidikan agama

3
islam dikelas lain yang menggunakan metode tersebut dan hasilnya

menunjukkan bahwa penerapan metode demontrasi dapat meningkatkan hasil

belajar pendidikan agama islam dan budi pekerti. Sedangkan di SD Negeri 3

Gondanglegi Kulon belum pernah menggunakan metode demontrasi.

Berdasarkan hasil belajar pendidikan agama islam materi shalat yang

masih rendah dan perlunya perbaikan pembelajaran maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Metode Demontrasi

Untuk Meningkat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Mari Melaksanakan

Shalat Kelas IV SD NGERI 1 Tahun Pelajaran 2021/2022.”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah penerapan metode demontrasi dalam meningkatan hasil

belajar pendidikan agama islam materi mari melaksanakan shalat siswa

kelas IV SD NGERI 1 Tahun Pelajaran 2021/2022?

2. Bagaimanakah pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi belajar

Pendidikan Agama Islam pada materi mari melaksanakan shalat siswa Kelas

IV SD NGERI 1 Tahun Pelajaran 2021/2022?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan penerapan metode demontrasi yang dapat meningkatan

hasil belajar pai materi mari melaksanakan shalat siswa kelas IV SD NGERI

1 Tahun Pelajaran 2021/2022.

4
2. Mendeskripsikan pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi belajar

Pendidikan Agama Islam materi mari melaksanakan shalat pada siswa

Kelas IV SD NGERI 1 Tahun Pelajaran 2021/2022?

D. Batasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas IV SD NGERI 1 Tahun

Pelajaran 2021/2022.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun palajaran

2021/2022.

3. Materi yang disampaikan adalah mari melaksanakan shalat.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang penggunaan metode demonstrasi dalam pelajaran PAI

materi melaksanakan shalat pada kelas IV SD Negeri 3

Sedangkan secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk:

a) Bagi siswa

 Dengan menggunakan metode demonstrasi, siswa dapat dengan mudah

menerima dan memahami serta meningkatkan kemampuan shalat.

 Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran

yang dapat memberikan manfaat bagi siswa

b) Bagi Guru

 Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru

5
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar

Pendidikan Agama Islam

 Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

c) Bagi Sekolah

 Efisiensi sekolah pendidikan.

 Mendorong sekolah untuk berusaha melengkapi sarana dan prasarana.

F. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka

perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode Demonstrasi adalah istilah dalam pengajaran yang dipakai untuk

menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan

verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasioan peralatan barang atau

benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih

dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang mengdemosntasikan (guru,

peserta didik, atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan

tentang sesuatu yang didemonstrasikan (Ramayulis, 244:2004).

2. Hasil belajar adalah perubahan kemampuan siswa setelah mengalami

proses pembelajaran menggunakan metode demontrasi. Data yang

dikumpulkan untuk mengetahui hasil belajar berupa tes, wawancara, dan

pengamatan (observasi).

3. Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu usaha yang berupa pengajaran,

bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya

6
dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta

menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan

masyarakat.

4. Shalat menurut bahasa, shalat artinya berdoa, sedang menurut syara’ ialah

rangkaian kata dan perbuatan yang telah ditentukan, dimulai dengan

membaca takbir dan diakhiri dengan salam, menurut syarat-syarat dan

rukun yang telah ditentukan

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian

atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman. (KBBI, 1996:14).

Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993:68)

mengemukakan bahwa belajar adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang dengan sengaja dikalukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.

Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah

laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,

tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah pengetahuan,

bekembang daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120).

Pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan

siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada

situasi tertentu.

8
B. Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan

penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Menurut Soemanto

(1998:104) belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia.

Sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.

Menurut Winkel (1996) belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-

sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Hamalik (dalam Munawar, 2009), hasil belajar adalah bila seseorang

telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya

dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Hasil belajar kognitif adalah kemampuan siswa dalam berfikir dan

bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai dengan

memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan konsep-

konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

9
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah

dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau

bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam

membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik

lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja

yang lebih baik.

1. Instrumen untuk Mengukur Hasil Belajar

Jika evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan informasi, maka

instrumen adalah alat yang digunakan agar tujuan evaluasi yaitu menggali

informasi tentang peserta didik dapat tercapai. Secara garis besar instrumen

evaluasi dibagi dua yaitu tes dan nontes (Sukardi, 2009: 88).

a. Tes

Secara harfiah, kata tes berasal dari bahasa Perancis kuno, testum yang

berarti piring untuk memisahkan logam-logam mulia. Dalam bahasa

Inggris di tulis test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan

tes adalah ujian atau percobaan. Sedangkan dalam bahasa Arab adalah

Imtihan (‫ ) )امتحان‬Sudijono, 2005: 66).

Sedangkan menurut istilah tes adalah cara atau prosedur dalam rangka

untuk mengukur dan menilai dibidang pendidikan, yang berbentuk

pemberian tugas atau serangkaian tugas atau perintah-perintah yang

harus dikerjakan oleh testee sehingga dapat dihasilkan nilai yang

melambangkan tingkah laku atau prestasi testee (Sudijono, 2005: 67).

Tes juga diartikan sebagai cara penilaian yang dirancang dan

10
dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam

situasi dan kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas

(Kahfi, 2010: 17).

b. Wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang

dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,

berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan

(Sudijono, 2005: 82).

c. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang

dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan

(Sudijono, 2005: 76).

D. Metode Demonstrasi

1. Definisi

Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk

menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan

verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasioan peralatan baran gatau

benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih

dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang mengdemosntasikan (guru,

peserta didik, atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan

tentang sesuatu yang didemonstrasikan (Ramayulis, 244:2004).

11
Dalam mengajarkan praktek-praktek agama, Nabi Muhammad

sebagai pendidik agung banyak mempergunakan metode ini. Seperti

mengajarkan cara shalat’, shalat, haji dan sebagainya.

Dalam suatu hadist pernah Nabi menerangkan kepada umatnya;

sabda Rasulullah SAW: “Sembahyanglah kamu sebagaimana kamu lihat

aku sembahyang” (H.R. Bukhari).

Bila kita perhatikan hadist tersebut, nyatalah bahwa cara-cara

sembahyang tersebut pernah dipraktekkan dan didemonstrasikan oleh Nabi

Muhammad SAW.

Sabda Rasulullah lagi: dari Djabir, katanya: “Saya melihat Nabi

Muhammad SAW melontarkan jumrah di atas kendaraan beliau pada Hari

Raya Haji, lalu beliau berkata: “Hendaklah kamu turut cara-cara ibadah

sebagaimana yang aku kerjakan ini, karena sesungguhnya aku tidak

mengetahui apakah aku akan dapat mengerjakan haji lagi sesudah ini.”

Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk

menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan

verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau

benda (Ramayulis, 244.1990). Kerja fisik itu telah dilakukan atau

peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang

yang mendemonstrasikan (guru, peserta didik atau orang luar)

mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang

didemonstrasikan.

12
2. Kelebihan Metode Demonstrasi

a. Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta didik

diikut sertakan.

b. Pengalaman peserta didik bertambah karena peserta didik turut

membantu pelaksanaan suatu demonstrasi sehingga ia menerima

pengalaman yang bisa mengembangkan kecakapannya.

c. Pelajaran yang diberikan lebih tahan lama. Dalam suatu demonstrasi,

peserta didik bukan saja mendengar suatu uraian yang diberikan oleh

guru tetapi juga memperhatikannya bahkan turut serta dalam

pelaksanaan suatu demonstrasi .

d. Pengertian lebih cepat dicapai. Peserta didik dalam menanggapai suatu

proses adalah dengan mempergunakan alat pendengar, penglihat, dan

bahkan dengan perbuatannya sehingga memudahkan pemahaman

peserta didik dan menghilangkan sifat verbalisme dalam belajar.

e. Perhatian peserta didik dapat dipusatkan dan titik yang yang dianggap

penting oleh guru dapat diamati oleh peserta didik seperlunya.

Sewaktu demonstrasi perhatian peserta didik hanya tertuju kepada

suatu yang didemonstrasikan sebab peserta didik lebih banyak diajak

mengamati proses yang sedang berlangsung dari pada hanya semata-

mata mendengar saja.

f. Mengurangi kesalahan-kesalahan. Penjelasan secara lisan banyak

menimbulkan salah paham atau salah tafsir dari peserta didik apalagi

kalau penjelasan tentang suatu proses. Tetapi dalam demonstrasi,

disamping penjelasan lisan juga dapat memberikan gambaran konkrit.

13
g. Beberapa masalah yang menimbulkan petanyaan atau masalah dalam

diri peserta didik dapat terjawab pada waktu peserta didik mengamai

proses demonstrasi.

h. Menghindari ”coba-coba dan gagal” yang banyak memakan waktu

belajar, di samping praktis dan fungsional. Khususnya bagi peserta

didik yang ingin berusaha mengamati secara lengkap dan teliti atau

jalannya sesuatu.

3. Kelemahan Metode Demonstrasi

a. Metode ini membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidikan

untuk itu perlu persiapan yang matang.

b. Sulit dilaksanakan kalau tidak ditunjang oleh tempat, waktu dan

peralatan.

4. Mempersiapkan Suatu Demonstrasi

Suatu demonstrasi yang baik membutuhkan pesiapan yang teliti

dan cermat. Sejauh mana persiapan itu dilakukan amat banyak tergantung

kepada pengalaman yang telah dilalui dan kepada macam atau demonstrasi

apa yang ingin disajikan. Secara umum dapatlah dikatakan bahwa untuk

melakukan demonstrasi yang diperlukan:

a. Perumusan tujuan instruksional khusus yang jelas yang meliputi

berbagai aspek, sehingga dapat diharapkan peserta didik itu akan dapat

melaksanakan kegiatan yang didemonstrasikan itu setelah pertemuan

berakhir. Untuk itu hendaknya guru mempertimbangkan:

1) Apakah metode itu wajar dipergunakan dan merupakan cara paling

efektif untuk mencapai tujuan intrusional khusus tersebut.

14
2) Apakah alat-alat yang diperlukan itu mudah diperoleh dan sudah

dibacakan terlebih dahulu atau apakah kegiatan-kegiatan fisik bisa

dilakukan dan telah dilatih kembali sebelum demonstrasi

dilakukan.

3) Apakah jumlah peserta didik tidak telalu besar yang memerlukan

tempat dan tata ruang khsusus agar semua peserta didik dapat

berpartisipasi secara aktif.

b. Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum demonstrasi, guru sudah

mencobakannya lebih dahulu agar demonstrasi itu tidak gagal.

1) Apakah guru terbiasa atau memahami benar terhadap semua

langkah-langkah atau tahap-tahap dari demonstrasi yang akan

dilakukan.

2) Apakah guru mepunyai pengalaman yang cukup untuk menjelaskan

setiap langkah demonstrasi itu.

3) Apakah tidak membutuhkan latihan lanjutan untuk menguasai

demonstrasi itu.

c. Mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan. Hendaknya guru sudah

merncanakan seluruh waktu yang dipakai maupun batas waktu untuk

langkah demonstrasi yang akan dilakukan sehingga pertanyaan-

pertanyaan di bawah ini terjawab.

1) Apakah kendalanya juga sudah termasuk waktu untuk memberi

kesempatan kepada peserta didik mengajukan pertanyaan-

pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi?

15
2) Berapa lama waktu yang dipakai untuk memberi rangsangan atau

motivasi agar peserta didik berpartisipasi dan melakukan observasi

ulang, baik sebagian maupun keseluruhan?

3) Apakah ke dalamnya juga termasuk waktu untuk mengadakan

demonstrasi ulang, baik sebagian maupun keseluruhan?

d. Selama demonstrasi berlangsung guru dapat mempertanyakan kepada

diri sendiri apakah:

1) Keterangan-keterangan itu dapat didengar jelas oleh peserta didik.

2) Kedudukan alat atau kedudukan guru sendiri sudah cukup baik

sehingga semua peserta didik dapat melihatnya dengan jelas.

3) Terdapat cukup waktu dan kesempatan untuk membuat catatan

seperlunya bagi peserta didik.

e. Mempertimbangkan pengguanan alat bantu pengajaran lainnya, sesuai

dengan luasan makna dan isi dari demonstrasi. Untuk itu dapat

dipertanyakan hal-hal berikut:

1) Adakah guru menyimpulkan kegiatan dari setiap langkah-langkah

pokok demonstrasi itu.

2) Bagaimana dan kapan dilakukan semua hal-hal itu, sebelum,

sesudah atau selama demonstrasi itu berlangsung.

f. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan murid. Seringkali perlu

telebih dahulu dilakukan diskusi-diskusi dan peserta didik mencobakan

kembali atau mengadakan demonstrasi ulang untuk memperoleh

kecakapan yang lebih baik.

16
E. Materi Shalat

1. Pengertian shalat

Menurut bahasa, shalat artinya berdoa, sedang menurut syara’ ialah

rangkaian kata dan perbuatan yang telah ditentukan, dimulai dengan membaca

takbir dan diakhiri dengan salam, menurut syarat-syarat dan rukunyang telah

ditentukan. 1 Shalat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat wajib.

Penulis memilih materi shalat, karena setiap orang muslim yang sudah

baligh diwajibkan untuk melaksanakan ibadah shalat. Dari definisi di atas

dapat disimpulkan bahwa pengamalan ibadah shalat yaitu suatu perbuatan atau

amalan yang dikerjakan berdasarkan perintah dan petunjuk Allah semata-

mata untuk berbakti kepada-Nya.

2. Keutamaan Shalat

Shalat merupakan kewajiban bagi tiap Muslim yang sudah akil dan balig.

Shalat bukan hanya rutinitas ibadah yang dikerjakan lima waktu dalam sehari.

Sebab, shalat menjadi bukti keimanan dan ketaatan seorang Muslim dalam

menjalankan perintah Allah SWT. Allah SWT berfirman: Maka Dirikanlah

shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang

ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. al-Nisa’: 103).

Adapun beberapa keutamaan shalat adalah sebagai berikut.

1. Shalat termasuk rukun islam yang kedua setelah syahadatain.

2. Shalat diwajibkan atas muslim/musimah yang perintahnya disampaikan

oleh Allah SWT secara langsung.

1
Amir Syarifuddin, Garis Garis Besar Fiqh, (Bogor: Prenada Mrdia, 2003), hlm., 13

17
3. Shalat merupakan amal perbuatan yang pertama kali akan ditanya pada

hari kiamat.

4. Shalat termasuk amal yang paling disukai oleh Allah SWT.

5. Shalat dapat menghapuskan kesalahan dan menghilangkan keburukan.

6. Shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.

7. Orang yang khusyuk shalatnya akan mewarisi surga firdaus.

8. Shalat adalah sarana untu mendapatan pertolongan Allah SWT.

3. Bacaan-bacaan dalam shalat

Ibadah shalat itu terdiri dari gerakan dan bacaan. Shalat tidak sempurna

dan sah apabila gerakan atau bacaannya saja yang dilakukan. Di bawah adalah

bacaan yang harus dibaca ketika shalat, yaitu:2

a) Niat shalat

b) Bacaan takbiratul ihram

c) Bacaan doa iftitah

d) Membaca surah Al Fatihah

e) Membaca ayat atau surah Al Qur’an

f) Bacaan ruku’

g) Bacaan i’tidal

h) Bacaan sujud

i) Duduk antara dua sujud

j) Membaca tasyahud awal

k) Tasyahud akhir

l) Bacaan salam

2
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Bogor : PRENADA MEDIA, 2003)

18
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan,

yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan

kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian

tindakan sosial eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan

perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah,

(Sukidin, dkk. 2002:55), cirri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan

utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan

peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4)

hubungan antara proyek dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana

guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk

ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-

praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara

penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran

pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.

19
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang

berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model

penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada

suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus

ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah

cukup.

A. Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang

hal-hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya

langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto,

2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah

adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok

sasaran. Penelitian tidakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan invovatif

yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam

prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling

mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa

prinsip sebagai berikut:

1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu

benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani

serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan

tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

20
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih

dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.

4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah

dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat

terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan

pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi

tantangan sepanjang waktu. (Arinkunto, Suharsimi, 2002:82-83).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Arikunto, Suharisimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari

siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning

(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection

(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah

direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1

dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada

gambar berikut:

21
Putaran 1

Refleksi Rencana awal/rancangan

Tindakan/
Observasi
Putaran 2

Refleksi Rencana yang direvisi

Tindakan/
Observasi
Putaran dst

Refleksi Rencana yang direvisi

Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur

PTK Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran kontekstual model

pengajaran berbasis masalah.

22
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rangcangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam setiap siklus, yaitu siklus 1, 2, dan seterusnya,

dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)

dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di

akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai

dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini

bertempat di SD Negeri 3 Gondanglegi Kulon Kecatamatan Gondanglegi

tahun pelajaran 2021/2022

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester

ganjil tahun pelajaran 2021/2022.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV SD NGERI 1 Tahun

Pelajaran 2022/2022.

23
D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan,

(2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian.

1. Tahap Persiapan.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah

mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan

penelitian. Dalam kegiatan ini diharapkan pelaksanaan penelitian akan

berjalan lancer dan mencapai tujuan yang diinginkan. Kegiatan persiapan

ini meliputi: (1) kajian pustaka, (2) penyusunan rancangan penelitian, (3)

orientasi lapangan, dan (4) penyusunan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan

meliputi: (1) pengumpulan data melalui tes dan pengamatan yang

dilakukan persiklus, (2) diskusi dengan pengamat untuk memecahkan

kekurangan dan kelemahan selama proses belajar mengajar persiklus, (3)

menganalisi data hasil penelitian persiklus, (4) menafsirkan hasil analisis

data, dan (5) bersama-sama dengan pengamat menentukan langkah

perbaikan untuk siklus berikutnya.

3. Tahap Penyelesaian

Dalam tahap penyelesaian, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1)

menyusun draf laporan penelitian, (2) mengkonsultasikan draf laporan

penelitian, (3) merevisi draf laporan penelitian, (4) menyusun naskah

laporan penelitian, dan (5) menggandakan laporan penelitian.

24
E. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang

fungsinya adalah: (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai

bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu; (2) Untuk menentukan

apakah suatau tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh suatu nilai

(Arikunto, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui

ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal. Disamping

itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian mana

TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka

juga digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman

sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses

belajar mengajar. Selain itu wawancara sebagai alat bantu yang berupa daftar

pertanyaan dengan disusun secara sistematis sesuai dengan topik penelitian,

subjek penelitian, objek penelitian dengan tujuan mempeoleh data serta

jawaban dari informan penelitian dan dokumentasi siswa ini berupa catatan

siswa pada proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi siswa ini dilihat

akhir pertemuan berupa hasil rangkuman dan foto pada saat proses

pembelajaran.

F. Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

25
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga

untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X 
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas

belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas

belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap

lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase

ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

26
P
Siswa.yang.tuntas.belajar x100%
Siswa
3. Untuk lembar observasi

a. Lembar observasi pengelolaan cara belajar aktif model group close.

Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan cara belajar aktif

model group close digunakan rumus sebagai berikut:

P1  P2
X 2

Dimana: P1 = pengamat 1 dan P2 = pengamat 2

b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa

Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa

digunakan rumus sebagai berikut:

X
x100 dengan
%
 X %

jumlah.hasil.pengama tan P1  P2
X  jumlah.pengamat  2

Dimana: % = Persentase pengamatan

X = Rata-rata

X = Jumlah rata-rata

P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat 2

27
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon.

Arikunto,. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Malang: Rineksa


Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Malang: Bumi


Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Malang: Rineksa Cipta.

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Malang:


Usaha Nasional

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.


Semarang: Aneka Ilmu.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Malang: Rineksa


Cipta.

Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Malang: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak.


Psikologi UGM.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang. Rineksa Cipta.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.

Ramayulis, 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Malang: Kalam Mulia

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Malang: Bina Aksara.

28
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Malang: Bina
Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Malang: PAU-
PPAI, Universitas Terbuka.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan


Cendekia.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Malang: PT.


Rineksa Cipta.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

29

Anda mungkin juga menyukai