Oleh Kelompok 4
Putri Zildjian (105191106821)
Jumasari (105191107821)
Muhammad Akbar R. Syah (105191106421)
2023
KATA PENGANTAR
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan
makalah ini.
seoptoimal mungkin tentu masih ada kekurangan maupun kekeliruan yang tidak
sengaja, untuk itu bagi para pembaca yang budiman sangat penulis harapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan khususnya
Aamiin
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
non formal dan informal seharusnya dapat membentuk peribadi peserta didik, dan
proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai
yang diberikan oleh seorang guru, nilai yang maksud adalah nilai nilai dasar
peserta didik. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran perlu adanya desain ulang
dengan menunjukan data data "anomali" Dari data tersebut pendidik diharapkan
1
Pengembangan dan implementasi kurikulum 2012 hlm. 13-14
1
peserta didik kepada arah yang libih baik. Asumsinya, selama peserta didik tidak
merubah paradikmanya (merevolusi) kearah yang yang lebih unggul maka tingkat
seluruh pelaku pengembangan pendidikan Islam (PA). Salah satu peserta didik.
Diharapkan mereka mampu merubah pradikma lama yang sudah mengalami fase
krisis (tidak lagi handal dalam memecahkan masalah). Salah satu pradikma yang
Dengan itu peserta didik akan mempunyai mental "pembaharu" yang tidak mudah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
Hamzah B. Uno profesi Kependidikan probelema, solusi, dan reformasi pendidikan di indonesia
jakarta bumi aksara, 2007. Hal 9
2
BAB II
PEMBAHASAN
radikalisme.
3
menumbuhkan Pendidikan Agama Islam, aspek Al-quran dan Hadist seperti,
lulusan Sekolah Dasar mesti dapat membaca Al-quran. Lulusan SMP har mampu
Sementara pada segi akhlak, penekanan kepada siswa untuk menerapkan nilai
ajaran Islam ke dalam diri sendiri untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa mesti memiliki sikap toleran, tenggang rasa, jujur, anti kekerasan, anti
sekolah, pengawas, guru, dan lain sebagainya. Guru menjadi ujung tombak dalam
melibatkan keaktifan siswa Oleh karena itu, peran guru sangat penting dalam
sebagai salah satu mata pelajaran wajib, maka perlu adanya perubahan-perubahan
4
Hamdi Nuqtoh, Standar Nasional PAI lahir dari kritik. 2020 dalam laman (https: Www.
Kompasiana.Com/Hamdi/550e7f31813311842cbc652d/Standar-Nasional-Pai-Lahir-Dari-Kritik.)
4
B. Peran dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Secara kultural, pada dasarnya guru berada dalam bingkai tugas dan fungsi
perkembangannya secara optimal. Tugas dan fungsi guru tersebut secara otomatis
juga menjadi tugas guru pendidikan agama Islam sebagai bagian dari komponen
sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Lebih jauh, tugas guru agama Islam bukan
hanya menggali dan mengembangkan namun yang lebih penting dari itu adalah
perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Seorang guru harus mampu
dorongan atau stimulasi kepada siswanya untuk bersikap dan bertutur laku dengan
baik mengenai perilaku dan kecerdasan pikiran, dalam hal ini budi pendidik harus
terlibat langsung dalam proses pengubahan sikap dan perilaku siswa dalam upaya
5
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam dan Tradisi Moderanisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta,
Logos Wacana Ilmu, 2006) hal.5
5
mendewasakan siswa melalui upaya pengajaran. Jadi, upaya mendewasakan siswa
yang mencakup akhlak (moral) dan kecerdasan pikiran tidak sebatas dilakukan di
dalam ruang kelas. Ini berarti bahwa seorang guru tetap bertanggung jawab
dalam pengembangan budi pekerti atau perilaku anak didiknya; bukan hanya
praktis dan konkret kepada anak didiknya. Karenanya, sudah otomatis ia juga
harus mampu menunjukkan akhlaknya yang positif agar dapat dituruti peserta
didiknya. Bukan hanya sekedar sebagai transformer materi akhlak semata. Hal ini,
dirasa lebih efektif dan akan menimbulkan efek kepada siswa ketimbang ia hanya
terhadap lembaga": Dalam konteks ini, peran guru sebagai model dari nilai-nilai
yang diajarkannya sangat diharapkan. Akhlak seorang guru dituntut menjadi suri
teladan bagi peserta didiknya. Jangan sampai, guru yang menúntut siswanya untuk
diperatanyakan.6
6
Ibid.,
6
Model evaluasi mulai berkembang. Taylor dan Cowley, misalnya, berhasil
Dalam model tersebut, pengukuran dan tes masih sangat dominan, sekalipun tidak
dikemukakan Campbell dan Stanley menjadi ciri utama dari model evaluasi.
Berkembangnya model evaluasi pada tahun 70-an tersebut diawali dengan adanya
pandangan alternatif dari para expert. Pandangan alternatif yang dilandasi sebuah
untuk tujuan-tujuan tertentu saja, bukan lagi menjadi suatu keharusan, seperti
ketika model pertama ditampilkan. Tes dan pengukuran tidak lagi menjadi
parameter kualitas suatu studi evaluasi yang dilakukan. Perkembangan lain yang
menarik dalam model evaluasi ini adalah adanya suatu upaya untuk bersikap
oleh Patton (1980) disebut paradigm of choice. Walaupun usaha ini tidak
evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa
7
Arief Aulia Rahman, Evaluasi Pembelajaran ( Sidoarjo, Kec Pulung, 2019), hal 37
7
model ada juga yang sama. Hal ini dapat dikelompokkan model evaluasi sebagai
berikut :
1. Model Tyler
Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi ditujukan
kepada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada
harus dapat menentukan perubahan tingkah laku apa yang terjadi setelah
pembelajaran.8
8
bergantung kepada tujuan yang ingin diukur. Hasil evaluasi akan
3. Model pengukuran
tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk
hal kemampuan, minat dan sikap. Objek evaluasi dalam model ini adalah
sikap, minat, bakat, dan juga aspek-aspek kepribadian peserta didik. Untuk
itu, instrumen yang digunakan pada umumnya adalah tes tertulis (paper
and pencil test) dalam bentuk tes objektif, yang cenderung dibakukan. 9
9
dicapai. Hasil evaluasi dapat Anda gunakan untuk menyempurnakan
tidak hanya tes (tulisan, lisan, dan perbuatan), tetapi juga non-tes
10
dalam konteks madrasah sebagai lingkungan material dan psiko-sosial,
dimana guru dan peserta didik dapat berinteraksi. Tujuan evaluasi adalah
judgment.
7. Model responsive
digunakan, maka model ini kurang percaya terhadap hal- hal yang bersifat
impresionistik. 11
11
Arief Aulia Rahman, loc. Cit. Hal 46
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses
kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai
yang diberikan oleh seorang guru, nilai yang maksud adalah nilai nilai dasar
ditanamkan kepada seluruh pelaku pengembangan pedidikan agama Islam
kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran perlu adanya
desain ulang menkaitkan konsep, misalnya pendidik dapat meranngsang
peserta didiknya dengan menunjukan data data "anomali" Dari data tersebut
pendidik diharapkan mereka mampu mengubah paradikma (nilai kehidupan,
mental, dan kognisi) peserta didik kepada arah yang libih baik. Asumsinya,
selama peserta didik tidak merubah paradikmanya (merevolusi) kearah yang
yang lebih unggul maka tingkat pengetahuannnya tetap seperti semula, tidak
terjadi pengembangan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Hamdi Nuqtoh, Standar Nasional PAI lahir dari kritik. 2020 dalam laman (https:
Www. Kompasiana.Com/Hamdi/550e7f31813311842cbc652d/Standar-
Nasional-Pai-Lahir-Dari-Kritik.)
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam dan Tradisi Moderanisasi Menuju Milenium
Baru, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 2006) hal.5
Arief Aulia Rahman, Evaluasi Pembelajaran ( Sidoarjo, Kec Pulung, 2019), hal
37
Nisa, K. (2018). Analisis Kritik Tentang Kebijakan Standar Proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Inovatif, 4(1), 51-76.
Jurnal Pendidikan Islam Volume 11, Nomor 2, November 2020 (Available At :
htp:/ljournal. uhamka.ac. id/index, phpljpi)
13