Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

EVALUASI PENDIDIKAN KARAKTER

Memenuhi salah satu tugas mata kuliah: Pendidikan Karaketr


Dosen Pengampu: Dr. Fitri Kania. M.Pd

Disusun oleh :

(Kelompok 4)

Asep Komarudin (1886210039)

Topik Gunawan (1886210050)

Sofia Nurjanah (1886210052)

Annisa Fitri Maulida (1886210053)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MANDIRI SUBANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Evaluasi Pendidikan Karakter” sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan Karakter.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Subang, 3 Januari 2022

Penyusun

2I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4

A. Latar Belakang ..........................................................................................4

B. Rumusan Masalah .....................................................................................5

C. Tujuan ......................................................................................................5

D. Manfaat ....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................6

A. Pengertian Pendidikan Karakter ................................................................6

B. Pengertian Evaluasi ...................................................................................8

C. Pengertian Evaluasi Pendidikan Karakter .................................................8

D. Pendidikan Karakter Sebagai Interaksi .....................................................9

E. Tujuan Evaluasi Pendidikan Karakter .....................................................12

F. Fungsi Evaluasi Karakter Sebagai Interaksi ...........................................13

G. Teknik Evaluasi Pendidikan Karakter .....................................................13

H. Tim Penilaian Evaluasi Pendidikan Karakter .........................................18

I. Kriteria Penilaian Evaluasi Pendidikan Karakter ....................................19

J. Langkah-langkah Menjabarkan Indikator Karakter ................................21

BAB III PENUTUP ............................................................................................25

A. Kesimpulan .............................................................................................25

B. Saran .......................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................27

3ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin


mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Terlebih dengan
dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan
formal saat ini, semisal korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja,
narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran
lulusan sekolah menengah dan atas. Semuanya terasa lebih kuat ketika Negara ini
dilanda krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang dialami.

Hal ini tampaknya tidak sesuai dengan pesan yang terkandung dalam Undang-
Undang Sisdiknas yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha yang secara
sadar dilaksanakan dan program yang terencana untuk menimbulkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar dengan itu peserta didik secara aktif bisa
terbantu untuk mengembangkan potensi dirinya, memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Salah satu upaya untuk mengembangkan intelektual dan karakter yang ada pada
manusia pada dasarnya dapat dilakukan oleh pendidikan apa saja yang baik,
terutama pendidikan agama, sebagaimana yang dikatakan oleh Zakiah Daradjat,
bahwa pendidikan agama menyangkut kebutuhan manusia seutuhnya, ia tidak
hanya membekali anak dengan pengetahuan agama atau mengembangkan
intelektual anak semata dan tidak pula mengisi dan menguburkan perasaan agama
saja, akan tetapi menyangkut keseluruhan diri pribadi dari latihan-latihan amaliah
sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik menyangkut hubungan manusia
dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya
maupun manusia dengan dirinya sendiri.

4
Artinya pendidikan itu bukan hanya untuk pandai melakukan atau sekedar
mengetahui, akan tetapi, pentingnya pendidikan membuat anak dapat memahami
hakikat apa yang dia lakukan, sehingga dalam kehidupannya, dia mempunyai
karakter yang baik dalam kehidupannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat kita rangkumkan bahwa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan karakter?
2. Apa tujuan dilakukan evaluasi pendidikan karakter?
3. Apa fungsi dari evaluasi pendidikan karakter?
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Mendeskripsikan pengertian evaluasi pendidikan karakter
2. Menganalisis tujuan dilakukannya evaluasi pendidikan karakter
3. Mengemukakan fungsi dari evaluasi pendidikan karakter
D. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik secara
teoristis maupun secara praktis. Secara teoristis makalah ini berguna sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, secara praktis makalah ini di harapkan
bermanfaat bagi:
Penulis : dapat menambah kemudian mengembangkan ilmu mengenai evaluasi
pendidikan karakter
Pembaca : makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan bagi para
pembaca.
Pendidikan : dapat memberikan ilmu ilmu baru bagi tenaga pendidik sehingga
nantinya akan berguna dalam ranah pendidikan terutama di dalam pembentukan
karakter

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut pendapat Ramli (2003:16), pendidikan karakter pada dasarnya


memiliki esensi atau makna yang sama dengan apa yang disebut mengenai
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya dari pemberian pendidikan
karakter adalah membentuk pribadi anak, agar menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat, serta warga negara yang baik. Mengenai kriteria manusia yang baik,
warga masyarakat yang baik, serta warga negara yang baik bagi bangsa, secara
umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat
dan bangsanya.

Oleh sebab itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan yang
diajarkan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yaitu pendidikan nilai-nilai luhur
yang berasal dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda yang ada saat ini.

Pendidikan karakter dimaknai dengan suatu sistem penanaman nilai-nilai


karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran,
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia insan kamil (Samani dan Hariyanto, 2011:46).
Sedangkan Wibowo (2012:36) mendefinisikan pendidikan karakter dengan
pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur
kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan
mempraktikkan dalam kehidupannya baik di keluarga, masyarakat, dan negara.

Sementara itu, Berkowitz dan Bier (2005:7) berpendapat bahwa pendidikan


karakter merupakan penciptaan lingkungan sekolah yang membantu peserta didik
dalam perkembangan etika, tanggung jawab melalui model dan pengajaran karakter
yang baik melalui nilai-nilai universal. Karakter sebagai cara berpikir dan

6
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
bertanggung jawab akibat dari keputusan yang dibuatnya, (Noeng Muhadjir dan
Burhan Nurgiantoro, 2011: 27).

Pendidikan karakter merupakan bagian integral yang sangat penting dari


pendidikan di Indonesia, yang dapat dimaknai sebagai suatu pendidikan nilai,
pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, pendidikan watak yang mempunyai
tujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan
baik serta buruk, memelihara apa saja yang baik dan mewujudkan kebaikan tersebut
kedalam kehidupan sehari-hari mereka dengan sepenuh hati, sehingga akan
terbentuk manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi raga, pikir, hati, rasa
serta karsa Abidinsyah, (2011:3).

Pendidikan karakter adalah investasi mengenai nilai kultural yang membangun


watak, moralitas serta kepribadian masyarakat yang dilakukan dengan proses yang
memakan waktu yang panjang, berkelanjutan, intens, konstan dan tentunya
konsisten. Oleh sebab itu pendidikan karakter memberikan kepada peserta didik
mengenai ilmu, pengetahuan, praktik-praktik budaya perilaku yang berorientasi
kepada nilai-nilai ideal dikehidupan, yang bersumber dari budaya lokal (kearifan
lokal) dan juga budaya luar (Indra, 2010:27).

Dari beberapa pengertian mengenai pendidikan karakter maka penulis


menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya terencana menjadikan
peserta didik mengenal, peduli, dan mengiternalisasikan nilai-nilai menjadi pribadi
yang luhur. Dengan adanya pendidikan karakter diharapkan dapat meningkatkan
mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia bagi peserta didik.

7
B. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu sarana penting dalam meraih tujuan belajar
mengajar. Guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar dapat mengetahui
kemampuan yang dimiliki siswa, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan
keberhasilan siswa dalam meraih tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
melalui kegiatan evaluasi. Guru dapat mengambil keputusan secara tepat dengan
informasi ini mengenai langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya. Informasi
tersebut juga dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk berprestasi lebih baik.

Menurut Ratumanan (2003:1), evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses


sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional. Ralp Tyler
(dalam Arikunto, 2011:3) mengatakan bahwa “Evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana
tujuan pendidikan sudah tercapai. Menurut Sudijono (2006:2) bahwa evaluasi
pendidikan adalah: 1) Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan,
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan; 2) Usaha untuk memperoleh
informasi berupa umpan balik (feedback) bagi penyempurnaan pendidikan.

C. Pengertian Evaluasi Pendidikan Karakter

Penilaian pendidikan karakter pada hakikatnya adalah evaluasi atau proses


pembelajaran secara terus menerus dari individu untuk menghayati peran dan
kebebasannya bersama dengan orang lain dalam sebuah lingkungan sekolah demi
pertumbuhan integritas moralnya sebagai manusia. Penilaian pendidikan karakter
berkaitan erat dengan adanya unsur pemahaman, motivasi, kehendak, dan praksis
dari individu. Pendidikan karakter menjadi semakin bertumbuh ketika motivasi
dalam diri individu menjadi pendorong semangat bagi perilaku moralnya dalam
kebersamaan dengan orang lain. Dari hakikat inilah kita dapat mengambil
kesimpulan tentang tujuan penilaian pendidikan karakter (Doni Koesoema, 2010:
281).

Penilaian adalah kegiatan untuk menentukan pencapaian hasil pembelajaran,


hasil pembelajaran dapat dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,

8
psikomotor dan afektif. Setiap peserta didik memiliki ranah tersebut, hanya
kedalamnya tidak sama. Ada peserta didik yang memiliki keunggulan pada ranah
kognitif, atau pengetahuan, dan ada yang memiliki keunggulan pada ranah
psikomotor atau keterampilan. Namun, keduanya harus dilandasi oleh ranah afektif
yang baik. Pengetahuan yang dimiliki seseorang harus dimanfaatkan untuk
kebaikan masyarakat. Demikian juga keterampilan yang dimiliki peserta didik juga
harus dilandasi oleh ranah afektif yang baik, yaitu dimanfaatkan untuk kebaikan
orang (Noeng Muhadjir dan Burhan Nurgiantoro, 2011: 189- 190).

Lanjutnya karakter yang baik melibatkan pemahaman, perhatian, dan bertindak


sesuai dengan nilai-nilai etika. Pendekatan yang holistik terhadap pengembangan
karakter oleh karenanya mencari untuk mengembangkan kognitif, emosi, dan aspek
perilaku dari hidup moral. Peserta didik berkembang untuk memahami nilai inti
dengan mempelajarinya, mendiskusikannya, mengamati model perilaku, dan
memecahkan masalah yang mencakup nilai-nilai. Jadi, peserta didik harus paham
nilai inti dan komitmen mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. (Noeng
Muhadjir dan Burhan Nurgiantoro, 2011:191- 192).

Dalam Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum Kementrian


Pendidikan Nasional (2010:10) dijelaskan Untuk mengukur tingkat keberhasilan
pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan dilakukan melalui berbagai
program penilaian dengan membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam
waktu tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut dilakukan melalui langkah langkah
berikut: (1) Menetapkan indikator dari nilai- nilai yang ditetapkan atau disepakati,
(2) Menyusun berbagai instrumen penilaian, (3) Melakukan pencatatan terhadap
pencapaian indikator, (4) Melakukan analisis dan evaluasi, (5) Melakukan tindak
lanjut.

D. Pendidikan Karakter Sebagai Proses Interaksi

Pendidikan karakter sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan


lingkungan pendidikan akan sulit diketahui tingkat keberhasilannya apabila tidak
dikaitkan dengan evaluasi hasil. apakah anda sudah memiliki karakter "jujur" atau

9
belum, memerlukan suatu evaluasi. jadi evaluasi untuk pendidikan karakter
memiliki makna suatu proses untuk menilai kepemilikan suatu karakter oleh anak
yang dilakukan secara terencana, sistematis, sistemik dan terarah pada tujuan yang
jelas.

Dalam konteks tertentu, kata "evaluasi" menjadi kata yang banyak dikawatirkan
oleh para guru, khususnya guru yang mengajar pada mata pelajaran yang di UN
kan. evaluasi secara nasional yang saat ini dilakukan melalui proses "ujian
Nasional" memiliki dampak psikologis yang meresahkan bagi para guru, kepala
sekolah, orang tua, dan juga anak yang bersangkutan. dalam kajian bab ini ini kami
tidak akan mengulas secara khusus mengenai evaluasi dalam konteks pendidikan
nasional, tetapi akan lebih fokus pada evaluasi dalam pembelajaran.

Terkait dengan evaluasi, ada beberapa kata yang sering digunakan secara silih
berganti, tumpang-tindih, bahkan tidak jarang salah makna. beberapa kata yang
dimaksud adalah evaluasi, pengukuran (measurement) dan tes. ketiga istilah ini
memiliki kaitan yang erat, namun berbeda satu sama lain. evaluasi merupakan
upaya untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan alat
(instrumen) tertentu dan membandingkan hasilnya dengan standar tertentu untuk
memperoleh kesimpulan. kegiatan evaluasi memerlukan penggunaan informasi dari
hasil pengukuran atau tes. Pengukuran adalah upaya untuk mengetahui keadaan
kondisi suatu. dalam pengukuran tidak ada proses membandingkan kan hasil
pengukuran dengan standar tertentu. informasi hasil pengukuran belum memiliki
makna yang mendalam, tetapi baru mendeskripsikan hasil dari suatu tes/instrumen.
sedangkan tes merupakan upaya untuk menggunakan suatu alat pada suatu, objek
dalam hal ini peserta didik. ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda
dalam konteks pendidikan karakter, sebagaimana uraian di atas.

Evaluasi untuk pendidikan karakter dilakukan untuk mengukur apakah anak


sudah memiliki satu atau sekelompok karakter yang ditetapkan oleh sekolah dalam
kurun waktu tertentu. karena itu, subtansi evaluasi dalam konteks pendidikan

10
karakter adalah upaya membandingkan perilaku anak dengan standar (indikator)
karakter yang ditetapkan oleh guru dan/atau sekolah.

Proses membandingkan antara perilaku anak dengan indikator karakter


dilakukan melalui suatu proses pengukuran. proses pengukuran dapat dilakukan
melalui tes tertentu atau tidak melalui tes (notes).

Perencana pendidikan karakter juga harus mengorganisasikan dan


merencanakan evaluasi pendidikan karakter. Tim evaluasi, khususnya pendidik
harus tahu literatur pendidikan karakter. Mereka harus membaca buku teks, artikel,
laporan penelitian, atau tulisan populer lainnya untuk mengetahui lebih jauh tentang
pendidikan karakter. Pengetahuan ini akan mendukung kemampuan menjawab
pertanyaan, menangkap isu, dan terlibat dalam diskusi atau debat. Anggota tim juga
harus sering melempar pertanyaan yang akan membantu memberikan bimbingan
operasional. Pertanyaan tersebut antara lain: apa yang harus dievaluasi?, kapan
evaluasi dilakukan?, bagaimana evaluasi dilakukan?, apa yang harus dipersiapkan
tim agar dapat melaksanakan tugas dengan baik?

Setiap orang harus terlibat dalam penilaian, dari siswa sampai anggota
masyarakat senior, dari guru sampai penjaga sekolah, dan dari orang tua sampai
politisi. Hal ini mengingat mereka itu semua akan bertanggungjawab terhadap
kesepakatan nilai. Selain itu keterlibatan dalam proses pendidikan amat berguna
karena sangat mendidik. Semua akan tahu, apakah program berjalan?, bagaimana
program dijalankan?, kemana program akan diarahkan?, apa yang harus dilakukan
selanjutnya?, dan sebagainya. Evaluasi pendidikan karakter sangat mirip dengan
mengerjakan penelitian tindakan. Pendidik lokal dan masyarakat bekerjasama
melaksanakan penelitian, mencoba alat evaluasi, belajar mengajukan pertanyaan
yang baik dan mempersiapkan jawaban yang tepat.

Mereka harus mencoba cara untuk mempertahankan nilai, menggunakan


metode penilaian yang tepat, menciptakan strategi penelitian yang tepat, dan
mendesain laporan dengan kreativitas sendiri.

11
Proses evaluasi harus melibatkan ahli evaluasi baik dari masyarakat umum,
pengusaha, atau dari perguruan tinggi. Ahli ini sudah harus dilibatkan sejak dari
perencanaan program. Pemegang keputusan memerlukan waktu untuk untuk
memutuskan apakah akan mempertahankan atau mengubah program pendidikan
karakter yang sudah diimplementasikan. Tim harus melaporkan informasi secara
reguler, tentang apa yang sedang dikerjakan, kenapa itu dikerjakan, seberapa
efektifitas program, dan apa manfaat program terhadap sekolah atau masyarakat.
Laporan tersebut sebagai alat komunikasi, mendorong diskusi, mendukung usaha
kerja sama, menangkal isu, dan memperbaiki persepsi yang salah.

E. Tujuan Evaluasi Pendidikan Karakter

Tujuan evaluasi pendidikan karakter evaluasi pendidikan karakter ditujukkan


untuk:

1. Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah


indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu
2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibuat oleh
guru, dan
3. Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh anak,
baik pada setting kelas, sekolah, maupun rumah.

Berdasarkan tujuan pendidikan karakter di atas, dapat dipahami bahwasanya


evaluasi pendidikan karakter tidak terbatas pada pengalaman anak di kelas, tetapi
juga pengalaman anak disekolah dan dirumah. tentu saja hal ini terbatas pada
pengalaman belajar anak yang didesain secara khusus oleh guru. dalam hal ini,
desain RPP yang dibuat oleh guru memang betul-betul merumuskan pengalaman
belajar anak di rumah. artinya evaluasi belajar anak di rumah tidak dilakukan jika
memang guru tidak mendesain adanya pembelajaran di rumah.

Evaluasi dalam pendidikan berkarakter bertujuan untuk mengetahui apakah


dalam diri siswa sudah ada akhlak mulia dan beberapa sikap budi luhur yang
ditetapkan. Hal itu dapat kita ketahui dengan berbagai dan bermacam-macam tes
dan alat evaluasinya, diantaranya adalah sebagai berikut:

12
1. Evaluasi diri oleh anak itu sendiri,
2. Penilaian teman,
3. Catatan anekdot guru,
4. Catatan anekdot orang tua,
5. Catatan perkembangan aktivitas anak (psikolog),
6. Lembar observasi guru,
7. Lembar kerja siswa (LKS),
8. Penilaian portofolio
F. Fungsi Evaluasi Pendidikan Karakter

Fungsi evaluasi pendidikan karakter. hasil evaluasi tidak memiliki dampak yang
baik jika tidak difungsikan semestinya. ada tiga hal penting yang menjadi fungsi
evaluasi pendidikan karakter, yaitu:

1. berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sistem pengajaran


(instructional) yang di desain oleh guru.
2. Berfungsi untuk menjadi alat kendali dalam konteks manajemen sekolah,
dan
3. berfungsi untuk menjadi bahan pembinaan lebih lanjut (remedial,
pendalaman, atau perluasan) bagi guru kepada peserta didik.
G. Teknik Evaluasi Pendidikan Karakter

Evaluasi hasil belajar untuk domain kognitif umumnya dilakukan melalui tes
berbagai bentuk, seperti tes objektif, tes uraian, tes kinerja, portofolio, observasi,
atau bentuk lainnya. Pendidikan karakter lebih banyak menekankan pada hasil
belajar untuk domain afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, evaluasi pendidikan
karakter dilakukan melalui teknik evaluasi yang sesuai untuk mengukur domain
afektif dan psikomotor, seperti angket, inventori, portofolio, dan observasi atau
pengamatan langsung.

Angket merupakan instrumen evaluasi berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang


diberikan kepada responden (Candiasa, 2010). Terdapat dua jenis angket, yakni
angket terstruktur dan angket tidak terstruktur atau angket terbuka. Angket

13
terstruktur adalah angket yang di dalamnya memuat pertanyaan yang disertai
dengan pilihan jawaban. Angket tidak terstruktur atau angket terbuka tidak
menyertakan pilihan jawaban yang diharapkan. Dengan kata lain, Responden dapat
memberi respon secara bebas menurut pikirannya masing-masing.

Inventorri adalah instrument evaluasi berupa sejumlah pernyataan yang disertai


rentang sekor untuk dipilih. Umumnya rentangan sekor dalam inventori bergerak
dari satu kutub ke kutub yang lain. Misalnya sebuah inventori yang di dalamnya
memuat peryataan tentang tata cara berpakaian. Rentangan sekor yang disedaiakan
misalnya 1 sampai 10, yang mana 1 berada pada kutub jelek dan 10 berada pada
kutub 10. Penilai akan memberikan sekor sesuai hasil pengamatan yang dilakukan.

Asesmen portofolio mendasarkan penilaian pada kumpulan karya-karya yang


dikerjakan siswa. Wyatt III dan Loper (1999) mendefinisikan portofolio sebagai
suatu koleksi personal yang berisi bukti-bukti karya (artifak) serta refleksi siswa
tentang pencapaian, perkembangan, kekuatan, dan karya terbaik sebagai hasil
belajarnya. Portofolio juga diartikan sebagai kumpulan karya siswa dalam kurun
waktu tertentu (Depdiknas, 2002). Pembatasan waktu dilakukan dengan ketat
menggunakan alat ukur waktu yang tersedia pada sistem komputer.

Observasi adalah teknik evaluasi dengan cara mengamati langsung hasil belajar
yang ingin dievaluasi. Instrumen observasi atau pengamatan langsung berupa
lembar observasi yang memuat indikator-indikator yang menjadi pedoman
dievaluasi dan telah dilengkapi dengan kriteria-kriteria untuk masing-masing
indikator. Penilai dapat menuliskan informasi atau memberi tanda pada kriteria
yang sudah diberikan. Selain observasi, interview juga efektif digunakan untuk
evaluasi sikap (Muller, 1985).

Teknik evaluasi yang banyak disarankan adalah metode campuran.


Keterlibatan para ahli dalam pemilihan metode dan proses penilaian harus
dipertahankan. Beberapa teknik evaluasi kuantitatif dapat diterapkan dalam
evaluasi pendidikan karakter. Selain itu, teknik kualitatif juga dapat digunakan

14
dengan melakukan observasi lebih dalam dan deskripsi yang lebih kaya tentang apa
yang sedang terjadi di sekolah.

a. Skala Efektifitas
Lickona, Schaps, dan Lewis (dalam DeRoche & Williams, 1999)
mempublikasikan sebelas prinsip pendidikan karakter yang efektif. Lickona
mendesain instrumen penilaian formatif, yang dikenal dengan sebelas prinsip

penilaian pendidikan karakter. Instrumen ini bisa dikembangkan untuk


keperluan sendiri dan bisa juga untuk peneliti lain. Tiap prinsip dianggap
sebagai satu komponen, dan tiap komponen terdiri dari beberapa
subkomponen. Skor yang dihasilkan dari penilaian ini ada tiga, yaitu skor
untuk tiap subkomponen, skor untuk tiap prinsip, dan skor keseluruhan.
Rentangan skala untuk tiap subkomponen adalah sebagai berikut.
b. Persepsi Staf
Pada akhir tahun pertama atau berikutnya, diperlukan observasi untuk
mengetahui bagaimana pandangan staf sekolah terhadap pendidikan karakter.
Panitia evaluasi dapat menyusun skala persepsi informal. Responden
melingkari satu jawaban untuk masing-masing butir. Jawaban dari butir-butir
tersebut antara lain berwujud tidak berpendapat, pasti, kadang-kadang, atau
tidak sama sekali. Beberapa butir yang disarankan untuk digunakan antara
lain: 1) ada dasar pemikiran untuk program pendidikan karakter di sekolah, 2)
sebagian besar orang di sekolah ini mengetahui visi dan harapan program
pendidikan karakter, dan 3) staf sekolah sudah dipersiapkan dengan baik untuk
memulai program.
c. Inventori Permasalahan Sekolah
Apabila tim penilai ingin mengumpulkan data awal sebelum program
pendidikan moral diimplementasikan dan ingin dibandingkan dengan data
yang dikumpulkan setelah tiga tahun program maka bisa digunakan inventori.
Inventori ini dapat digunakan untuk mengetahui pada bagian mana program

15
membuat perubahan positif. Pada inventori bisa dibuat T menyatakan total
siswa yang terlibat dan % menyatakan prosentase siswa yang terlibat. Berikut
ini disajikan beberapa butir inventori.
d. Evaluasi Oleh Masyarakat Umum
Masyarakat umum, khususnya masyarakat di sekitar sekolah dapat dilibatkan
dalam evaluasi pendidikan karakter. Evaluasi oleh masyarakat umum dapat
dilakukan dengan menyebarkan angket atau inventori kepada anggota

masyarakat atau dengan menerima laporan baik tertulis maupun lisan dari
hasil pengamatan masyarakat. Jika sekolah memiliki kerja sama dengan
institusi atau perusahaan tertentu, maka penilaian serupa juga dapat diberikan
oleh pihak perusahaan atau institusi yang diajak bekerjasama.
e. Inventori Tingkah Laku Siswa
Tim evaluasi ingin mengetahui dari personalia sekolah atau dari anggota
panitia sendiri tentang frekuensi penyimpangan tingkah laku
dan kemungkinan penyebabnya.
Informal inventori bisa digunakan untuk keperluan ini. Inventori ini berusaha
menemukan frekuensi penyimpangan tingkah laku dengan meminta
responden untuk menandai garis di bawah frekuensi (sering, sedang, jarang)
dan melingkari nomor penyebab penyimpangan tingkah laku tersebut. Nomor
penyebab dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Lingkungan rumah 5. Akibat sekolah atau guru


2. Sikap orang tua 6. Siswa memilik masalah pribadi
3. Kurang kontrol orang tua 7. Siswa memiliki masalah belajar
4. Pengaruh kelompok 8. Semua penyebab.

16
Berikut ini adalah beberapa butir inventori.

f. Portfolio Siswa
Portfolio siswa adalah kumpulan dari hasil kecerdasan dan refleksi dokumen
kerja siswa yang sudah ada. Guru dapat memanfaatkan penilaian portfolio ini
untuk pendidikan karakter. Setiap guru diminta mengelompokkan siswa,
dengan anggota kelompok dua orang. Setiap kelompok mengembangkan
portfolio dengan fokus pada salah satu nilai dalam program pendidikan
karakter. Sebagai contoh, salah satu kelompok mengambil nilai “kejujuran”,
yang lain membahas “rasa hormat”, dan yang lain lagi mengambil “disiplin
diri”. Portfolio antara lain memuat: 1) ringkasan tulisan tentang nilai; 2) jurnal
rekaman observasi tentang nilai; 3) gambar, kartun, dan komik dilengkapi
dengan deskripsi tentang bagaimana pengarang mengilustrasikan nilai; 4)
laporan buku yang menjelaskan bagaimana cerita melukiskan nilai; 5) koleksi
puisi, cerita, atau dongeng tentang nilai; 6) kliping koran atau majalah yang
berhubungan dengan nilai; 7) ulasan program televisi yang memperkenalkan
suatu nilai; 8) ulasan tentang bagaimana nilai diperkenalkan oleh para politisi,
pemimpin perusahaan, atlit profesional, dan selebritis; 9) rekomendasi untuk
membantu siswa lain belajar tentang nilai; dan 10) refleksi dari pendidikan
karakter di sekolah.
g. Menilai Pandangan Siswa
Setelah program pendidikan karakter berjalan satu tahun bisa diadakan angket
terhadap siswa untuk mengetahui pandangannya terhadap efektifitas dan
pengaruh program pendidikan karakter terhadap diri dan kelompoknya.
Berikut disajikan contoh angket dimaksud.

17
1. Sejak diberlakukan program pendidikan karakter di sekolah ini, apakah
anda merasakan perubahan positif? Jika ya, jelaskan perubahan itu. Jika
tidak, mengapa?
2. Berapa nilai yang anda berikan kepada teman anda tentang tatacaranya
mempraktekkan nilai yang dipelajari?
3. Bagaimana cara anda menunjukkan bahwa beberapa nilai berguna bagi
anda?
h. Polling Terhadap Orang Tua
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan pengetahuan
orang tua dan menilai pandangan, persepsi, dan keterlibatannya pada program
pendidikan karakter di sekolah. Sebagai contoh, opini dari orang tua terhadap
program pendidikan karakter di sekolah dapat dinilai melalui bentuk inventori
yang sering disebut opinioner. Opinioner juga dapat digunakan untuk guru,
siswa, dan staf guru lainnya. Opinioner harus disajikan dalam bahasa yang
jelas. Berikut ini disajikan contoh opinioner untuk orang tua.
Menurut opini anda, bagaimanakah pengaruh positif dari program pendidikan
karakter pada putra/putri anda, sesuai item-item berikut.

H. Tim Penilaian Evaluasi Pendidikan Karakter

Tujuan, perencanaan, dan pelaksanaan pendidikan karakter harus dibuat jelas


sehingga mudah dievaluasi. Cara mengevaluasi pendidikan karakter juga harus
dipertimbangkan dengan baik, mengingat diperlukan data yang akurat sebagai
ukuran keberhasilan mencapai tujuan pendidikan karakter sebagai bahan laporan
kepada masyarakat.

Sekolah merupakan tempat untuk validasi nilai, tempat kerja sama antara staf
sekolah dengan anak dan dengan orang tua anak, tempat untuk mengetahui apakah

18
pendidikan karakter berjalan dengan sukses atau tidak. Usaha untuk
mempertahankan pendidikan karakter ada pada sekolah. Oleh karena itu, evaluasi
pendidikan karakter sebaiknya dilakukan oleh tim evaluasi pendidikan karakter.
Tim tersebut beranggotakan guru, pegawai administrasi, staf sekolah yang lain,
orang tua, wakil masyarakat, siswa, dan ahli evaluasi dari suatu perguruan tinggi.
Tugas tim evaluasi adalah menentukan apa yang harus dievaluasi, menentukan
kapan, dimana, dan oleh siapa evaluasi dilaksanakan, dan membuat jadwal
pelaksanaan evaluasi.

Dalam melaksanakan tugasnya, tim evaluasi harus mengikuti beberapa


petunjuk pentinga, antara lain:

1) Evaluasi harus mencakup indikator hasil belajar yang diinginkan dari


implementasi program pendidikan karakter, sehingga masalahmasalah yang
muncul dapat dikoreksi segera
2) Staf sekolah harus mereview hasil penilaian pendidikan karakter
3) Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik, termasuk jurnal, anekdot,
laporan-individu, survey, tes, angket, wawancara, dan sebagainya
4) Pembuatan disain dan langkah-langkah implementasi evaluasi pendidikan
karakter harus melibatkan siswa, orang tua, dan staf sekolah
5) Sebaiknya diadakan kerjasama penilaian dengan perguruan tinggi atau
lembaga terkait lainnya.

Kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya adalah menyiapkan anggota tim
agar mampu mengerjakan tugasnya masingmasing. Bila proses evaluasi sudah
dilaksanakan, maka kegiatan pokok berikutnya adalah mengambil keputusan
tentang nilai yang diperoleh siswa, dan kemudian memutuskan cara untuk
menyebarkan hasil tersebut kepada peserta. Berdasarkan jadwal, tim kemudian
menentukan langkah-langkah yang harus diambil berikutnya.

I. Kriteria Penilaian Evaluasi Pendidikan Karakter

Kriteria berfungsi sebagai pedoman dalam mengevaluasi pendidikan karakter.


Kriteria adalah standar yang diyakini memiliki kepastian, sehingga sesuatu bisa

19
diputuskan berdasarkan kriteria ini. Ada sebelas kriteria yang dipilih sebagai
standar yang akan memandu usaha pendidikan karakter, yaitu kepedulian,
kerjasama, komitmen, keberanian, perubahan, hubungan, koherensi, konsensus,
komunikasi, budaya, dan kekritisan.

Kepedulian, yang meliputi prinsipprinsip seperti empati, antusiasme, dan


perilaku pro-sosial adalah konsep yang menembus organisasi dari pemimpin
sampai ke partisipan. Kerjasama mengarahkan bagaimana individu bersama-sama
memecahkan masalah. Kerjasama adalah hubungan saling menguntungkan antara
dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan melalui berbagi tanggung jawab,
otoritas, dan akuntabilitas.

Komitmen ditujukan kepada individu untuk bekerjasama. Identitas seseorang


adalah apa yang telah dia komitmenkan. Komitmen individu adalah
mempersiapkan energi, fisik, atau psikologis bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu. Hubungan dalam pendidikan karakter komunikasi antarindividu, baik di
sekolah maupun di masyarakat. Pemisahan, sekat, dan perpecahan yang disebabkan
oleh ras, etnis, gender, usia, prestasi, materi pelajaran, bakat, kecakapan, politik,
atau penghasilan adalah hal yang tidak diharapkan dan tidak perlu terjadi.

Fungsi terpenting bagi pendidikan karakter di masyarakat dan di sekolah


adalah mencapai konsensus dalam nilai demokratis. Orang-orang di dalam dan di
luar program perlu mengetahui apa yang terjadi dan mengapa. Perencanaan dan
pelaksanaan program pendidikan karakter harus dilakukan secara terbuka,
mengingat misi, harapan, gaya, dan metode merupakan hal yang sangat penting
dipahami oleh semua staf sekolah dan masyarakat.

Budaya lingkungan sekolah, etos, atau kurikulum tersembunyi yang


berdasarkan kriteria kepedulian dan konsensus merupakan inti dari program
pendidikan karakter. Akhirnya pendidik perlu bersikap kritis agar bisa melakukan
penilaian berdasarkan standar atau kriteria yang ada. Sikap kritis ditujukan
terhadap apa yang dikatakan, dilakukan, dan bagaimana membuat model nilai-
nilai yang diajarkan.

20
J. Langkah-langkah Menjabarkan Indikator Karakter

Langkah-langkah menjabarkan indikator karakter. bagaimana kita mengetahui


isi suatu karakter secara lebih detail? kajian ini mencoba mengupas hal tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa karakter itu sifat seseorang yang perlu
ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan, maka pendidik harus mengetahui
secara lebih mendalam mengenai substansi suatu karakter, bagaimana
memfasilitasi tumbuh kembangnya, dan bagaimana mengevaluasinya.

Untuk menjabarkan suatu karakter, maka perlu dikaji definisi karakter tersebut.
misal karakter yang ingin dikembangkan oleh sekolah/orang tua adalah "pribadi
unggul". langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan atau
memberi makna secara khusus yang dimaksud dengan "pribadi unggul" itu apa?
semakin jelas makna yang terkandung di dalam karakter tersebut, maka semakin
mudah untuk menjabarkan indikatornya.

Langkah kedua adalah melakukan elaborasi terhadap substansi makna yang


terkandung dalam karakter tersebut melalui suatu hierarki perilaku. semisal kita
menguraikan karakter tersebut dengan menggunakan format dari T. Lickona, moral
knowing, moral feeling, dan moral action atau menggunakan hierarki perilaku yang
dikembangkan oleh bloom, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, atau hierarki
yang lainnya.

Setelah merefleksi suatu karakter menjadi suatu hierarki perilaku, maka


Langkah ketiga adalah menyusun indikator dari karakter tersebut ke dalam bentuk
rincian khusus suatu indikator hasil belajar yang harus dikuasai oleh anak sesuai
tahap perkembangannya. perlu menjadi catatan, bahwa yang dinamakan
kompetensi mencakup suatu yang utuh, yakni meliputi cipta, rasa, dan karsa atau
pengetahuan perasaan dan tingkah menurut lickona, atau dalam pandangan bloom
mencakup kognitif, afektif dan psikomotor. Selain itu, akan sangat banyak indikator
dalam suatu karakter, bahkan tumpang tindih satu sama lain, karenanya perlu untuk
mencari indikator yang esensi. pencarian mana indikator yang esensi sebaiknya

21
dilakukan melalui diskusi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) dan stakeholder
nya (komite sekolah dan orangtua) khususnya orang tua siswa.

Jika langkah ketiga selesai, langkah keempat adalah menjabarkan indikator


karakter menjadi indikator penilaian. Indikator penilaian adalah rumusan mengenai
pokok-pokok perilaku yang dapat dijadikan rujukan untuk menilai ketercapaian
suatu karakter.

Langkah-langkah tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut:

Langkah-langkah penjabaran indikator suatu karakter

Langkah-langkah penjabaran karakter Contoh


menjadi indikator

Langkah I mendefinisikan atau Sekolah menunjukan “pribadi unggul”


memberi makna secara khusus sebagai karakter bagi setiap peserta
terhadap karakter yang akan didik di sekolah yang bersangkutan.
diwujudkan menjadi perilaku anak.

Langkah II melakukan elaborasi Prinadi unggul memiliki arti seseorang


terhadap substansi makna yang yang memiliki kualitas/keunggulan
terkandung dalam karakter tersebut dari sisi agama, pribadi dan sosial.
melalui suatu hirarki perilaku.

Langkah III menyusun indikator dari Berdasarkan langkah II kemudian


karakter tersebut kedalam bentuk dibuat rincian sebagai berikut:
rincian khusus suatu kompetensi yang
A. Beriman dan bertaqwa kepada
harus dikuasai oleh anak sesuai tahap
tuhan yang maha esa
perkembangannya.
B. Mampu berperilaku jujur
C. Memiliki sifaat-sifat
kepemimpinan
D. Memiliki citra diri positif

Langkah IV menjabarkan indikator Contoh indikator penilaian:


menjadi indikator penilaian.
Beriman dan bertqwa kepada Tuhan
Contoh indikator karakter : Yang Maha Esa
1. Beriman kepada Allah
2. Beriman kepada Malaikat

22
3. Beriman kepada Rasul
4. Beriman kepada Kitab Suci
5. Beriman kepada Hari Kiamat
6. Beriman kepada Qada dan Qadar
7. Memiliki pola kehidupan yang
sama dengan rukun islam
(shadataen, sholat, zakat, shaum,
haji)

Evaluasi terhadap tumbuh kembang suatu karakter pada anak bukanlah suatu
hal yang mudah, tetapi tidak berarti hal ini sesuatu yang mustahil untuk dilakukan
oleh guru. Evaluasi karakter merupakan upaya untuk mengidentifikasi
perkembangan capaian hirarki perilaku (berkarakter) dari waktu ke waktu melalui
suatu identifikasi dan/atau pengamatan terhadap perilaku yang muncul dalam
keseharian anak.

Perlu menjadi catatan penting, bahwa suatu karakter tidak dapat dinilai dalam
suatu waktu (one shot evaluation), tetapi harus di observasi dan diidentifikasi secara
terus-menerus dalam keseharian anak, baik di kelas, di sekolah, maupun di rumah.
karena itu, penilaian terhadap karakter harus melibatkan tiga komponen tersebut.
evaluasi di kelas melibatkan guru, peserta didik sendiri dan peserta didik lainnya.
evaluasi di sekolah melibatkan peserta didik itu sendiri, teman-temannya, guru
lainnya (termasuk kepala sekolah dan wakil kepala sekolah), pustakawan, laboran,
tenaga administrasi sekolah, penjaga sekolah, dan teknisi jika ada. di rumah
melibatkan peserta didik, orang tuanya (jika masih ada) ada atau walinya, kakak,
dan adiknya (jika ada).

23
Lalu bagaimana kerangka evaluasi yang harus dibangun untuk mengevaluasi
karakter anak ini?

Kerangka seting evaluasi karakter

Alat evaluasi yang dapat digunakan yaitu.

1. Evaluasi diri oleh anak. 6. Lembar observasi guru.


2. Penilaian teman. 7. Lembar kerja siswa (LKS).
3. Catatan anekdot guru. 8. Dan lain-lain.
4. Catatan anekdot orang tua.
5. Catatan perkembangan
aktivitas anak (psikolog).

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian pendidikan karakter pada hakikatnya adalah evaluasi atau proses
pembelajaran secara terus menerus dari individu untuk menghayati peran dan
kebebasannya bersama dengan orang lain dalam sebuah lingkungan sekolah
demi pertumbuhan integritas moralnya sebagai manusia. Penilaian pendidikan
karakter berkaitan erat dengan adanya unsur pemahaman, motivasi, kehendak,
dan praksis dari individu. Pendidikan karakter menjadi semakin bertumbuh
ketika motivasi dalam diri individu menjadi pendorong semangat bagi perilaku
moralnya dalam kebersamaan dengan orang lain. Dari hakikat inilah kita dapat
mengambil kesimpulan tentang tujuan penilaian pendidikan karakter (Doni
Koesoema, 2010: 281).
Tujuan evaluasi pendidikan karakter evaluasi pendidikan karakter
ditujukkan untuk:
1. Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah
indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu
2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibuat
oleh guru, dan
3. Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh
anak, baik pada setting kelas, sekolah, maupun rumah.

Fungsi evaluasi pendidikan karakter. hasil evaluasi tidak memiliki dampak


yang baik jika tidak difungsikan semestinya. ada tiga hal penting yang menjadi
fungsi evaluasi pendidikan karakter, yaitu:

1. berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sistem pengajaran


(instructional) yang di desain oleh guru.
2. Berfungsi untuk menjadi alat kendali dalam konteks manajemen sekolah,
dan

25
3. berfungsi untuk menjadi bahan pembinaan lebih lanjut (remedial,
pendalaman, atau perluasan) bagi guru kepada peserta didik.
B. Saran

Agar evaluasi pendidikan karakter dapat memberikan hasil yang lebih efektif,
perlu dipertimbangkan implikasi yang harus dilakukan setelah hasil evaluasi
didapatkan. Dengan kata lain, hasil evaluasi perlu disertai dengan perumusan
bentuk penguatan atau ganjaran kepada siswa atas sikap atau perilaku mereka
setelah pendidikan karakter diberlakukan. Kepada pihak yang berminat
disarankan untuk mengkaji hal ini lebih lanjut, sehingga evaluasi pendidikan
karakter dapat memberikan hasil yang lebih optimal.

26
DAFTAR PUSTAKA

Kesuma, Dharma. 2018. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktekdi


Sekolah. PT Remaja Rosdakarya Ofset. Bandung.

Aqib, Zainal. 2001. Pendidikan Karakter; Membangun Perilaku Positif Anak


Bangsa. Yrama Widya. Bandung.

Arismantoro. 2008. Tinjauan Berbagai Aspek ”Character Building ” Bagaimana


Mendidik Anak Berkarakter. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan


Karakter. Puskurbuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum dan Perbukuan. Jakarta.

Kepennas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Badan


Penelitian dan Pengembangan kurikulum. Jakarta.

Kemdiknas, 2011, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter,


Jakarta: Kemdiknas.

Kemdiknas, 2010, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,


jakarta: Kemdiknas.

27

Anda mungkin juga menyukai