Disusun oleh :
(Kelompok 4)
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Evaluasi Pendidikan Karakter” sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan Karakter.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
2I
DAFTAR ISI
C. Tujuan ......................................................................................................5
D. Manfaat ....................................................................................................5
A. Kesimpulan .............................................................................................25
B. Saran .......................................................................................................26
3ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal ini tampaknya tidak sesuai dengan pesan yang terkandung dalam Undang-
Undang Sisdiknas yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha yang secara
sadar dilaksanakan dan program yang terencana untuk menimbulkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar dengan itu peserta didik secara aktif bisa
terbantu untuk mengembangkan potensi dirinya, memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Salah satu upaya untuk mengembangkan intelektual dan karakter yang ada pada
manusia pada dasarnya dapat dilakukan oleh pendidikan apa saja yang baik,
terutama pendidikan agama, sebagaimana yang dikatakan oleh Zakiah Daradjat,
bahwa pendidikan agama menyangkut kebutuhan manusia seutuhnya, ia tidak
hanya membekali anak dengan pengetahuan agama atau mengembangkan
intelektual anak semata dan tidak pula mengisi dan menguburkan perasaan agama
saja, akan tetapi menyangkut keseluruhan diri pribadi dari latihan-latihan amaliah
sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik menyangkut hubungan manusia
dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya
maupun manusia dengan dirinya sendiri.
4
Artinya pendidikan itu bukan hanya untuk pandai melakukan atau sekedar
mengetahui, akan tetapi, pentingnya pendidikan membuat anak dapat memahami
hakikat apa yang dia lakukan, sehingga dalam kehidupannya, dia mempunyai
karakter yang baik dalam kehidupannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat kita rangkumkan bahwa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan karakter?
2. Apa tujuan dilakukan evaluasi pendidikan karakter?
3. Apa fungsi dari evaluasi pendidikan karakter?
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Mendeskripsikan pengertian evaluasi pendidikan karakter
2. Menganalisis tujuan dilakukannya evaluasi pendidikan karakter
3. Mengemukakan fungsi dari evaluasi pendidikan karakter
D. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik secara
teoristis maupun secara praktis. Secara teoristis makalah ini berguna sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, secara praktis makalah ini di harapkan
bermanfaat bagi:
Penulis : dapat menambah kemudian mengembangkan ilmu mengenai evaluasi
pendidikan karakter
Pembaca : makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan bagi para
pembaca.
Pendidikan : dapat memberikan ilmu ilmu baru bagi tenaga pendidik sehingga
nantinya akan berguna dalam ranah pendidikan terutama di dalam pembentukan
karakter
5
BAB II
PEMBAHASAN
Oleh sebab itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan yang
diajarkan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yaitu pendidikan nilai-nilai luhur
yang berasal dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda yang ada saat ini.
6
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
bertanggung jawab akibat dari keputusan yang dibuatnya, (Noeng Muhadjir dan
Burhan Nurgiantoro, 2011: 27).
7
B. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu sarana penting dalam meraih tujuan belajar
mengajar. Guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar dapat mengetahui
kemampuan yang dimiliki siswa, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan
keberhasilan siswa dalam meraih tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
melalui kegiatan evaluasi. Guru dapat mengambil keputusan secara tepat dengan
informasi ini mengenai langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya. Informasi
tersebut juga dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk berprestasi lebih baik.
8
psikomotor dan afektif. Setiap peserta didik memiliki ranah tersebut, hanya
kedalamnya tidak sama. Ada peserta didik yang memiliki keunggulan pada ranah
kognitif, atau pengetahuan, dan ada yang memiliki keunggulan pada ranah
psikomotor atau keterampilan. Namun, keduanya harus dilandasi oleh ranah afektif
yang baik. Pengetahuan yang dimiliki seseorang harus dimanfaatkan untuk
kebaikan masyarakat. Demikian juga keterampilan yang dimiliki peserta didik juga
harus dilandasi oleh ranah afektif yang baik, yaitu dimanfaatkan untuk kebaikan
orang (Noeng Muhadjir dan Burhan Nurgiantoro, 2011: 189- 190).
9
belum, memerlukan suatu evaluasi. jadi evaluasi untuk pendidikan karakter
memiliki makna suatu proses untuk menilai kepemilikan suatu karakter oleh anak
yang dilakukan secara terencana, sistematis, sistemik dan terarah pada tujuan yang
jelas.
Dalam konteks tertentu, kata "evaluasi" menjadi kata yang banyak dikawatirkan
oleh para guru, khususnya guru yang mengajar pada mata pelajaran yang di UN
kan. evaluasi secara nasional yang saat ini dilakukan melalui proses "ujian
Nasional" memiliki dampak psikologis yang meresahkan bagi para guru, kepala
sekolah, orang tua, dan juga anak yang bersangkutan. dalam kajian bab ini ini kami
tidak akan mengulas secara khusus mengenai evaluasi dalam konteks pendidikan
nasional, tetapi akan lebih fokus pada evaluasi dalam pembelajaran.
Terkait dengan evaluasi, ada beberapa kata yang sering digunakan secara silih
berganti, tumpang-tindih, bahkan tidak jarang salah makna. beberapa kata yang
dimaksud adalah evaluasi, pengukuran (measurement) dan tes. ketiga istilah ini
memiliki kaitan yang erat, namun berbeda satu sama lain. evaluasi merupakan
upaya untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan alat
(instrumen) tertentu dan membandingkan hasilnya dengan standar tertentu untuk
memperoleh kesimpulan. kegiatan evaluasi memerlukan penggunaan informasi dari
hasil pengukuran atau tes. Pengukuran adalah upaya untuk mengetahui keadaan
kondisi suatu. dalam pengukuran tidak ada proses membandingkan kan hasil
pengukuran dengan standar tertentu. informasi hasil pengukuran belum memiliki
makna yang mendalam, tetapi baru mendeskripsikan hasil dari suatu tes/instrumen.
sedangkan tes merupakan upaya untuk menggunakan suatu alat pada suatu, objek
dalam hal ini peserta didik. ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda
dalam konteks pendidikan karakter, sebagaimana uraian di atas.
10
karakter adalah upaya membandingkan perilaku anak dengan standar (indikator)
karakter yang ditetapkan oleh guru dan/atau sekolah.
Setiap orang harus terlibat dalam penilaian, dari siswa sampai anggota
masyarakat senior, dari guru sampai penjaga sekolah, dan dari orang tua sampai
politisi. Hal ini mengingat mereka itu semua akan bertanggungjawab terhadap
kesepakatan nilai. Selain itu keterlibatan dalam proses pendidikan amat berguna
karena sangat mendidik. Semua akan tahu, apakah program berjalan?, bagaimana
program dijalankan?, kemana program akan diarahkan?, apa yang harus dilakukan
selanjutnya?, dan sebagainya. Evaluasi pendidikan karakter sangat mirip dengan
mengerjakan penelitian tindakan. Pendidik lokal dan masyarakat bekerjasama
melaksanakan penelitian, mencoba alat evaluasi, belajar mengajukan pertanyaan
yang baik dan mempersiapkan jawaban yang tepat.
11
Proses evaluasi harus melibatkan ahli evaluasi baik dari masyarakat umum,
pengusaha, atau dari perguruan tinggi. Ahli ini sudah harus dilibatkan sejak dari
perencanaan program. Pemegang keputusan memerlukan waktu untuk untuk
memutuskan apakah akan mempertahankan atau mengubah program pendidikan
karakter yang sudah diimplementasikan. Tim harus melaporkan informasi secara
reguler, tentang apa yang sedang dikerjakan, kenapa itu dikerjakan, seberapa
efektifitas program, dan apa manfaat program terhadap sekolah atau masyarakat.
Laporan tersebut sebagai alat komunikasi, mendorong diskusi, mendukung usaha
kerja sama, menangkal isu, dan memperbaiki persepsi yang salah.
12
1. Evaluasi diri oleh anak itu sendiri,
2. Penilaian teman,
3. Catatan anekdot guru,
4. Catatan anekdot orang tua,
5. Catatan perkembangan aktivitas anak (psikolog),
6. Lembar observasi guru,
7. Lembar kerja siswa (LKS),
8. Penilaian portofolio
F. Fungsi Evaluasi Pendidikan Karakter
Fungsi evaluasi pendidikan karakter. hasil evaluasi tidak memiliki dampak yang
baik jika tidak difungsikan semestinya. ada tiga hal penting yang menjadi fungsi
evaluasi pendidikan karakter, yaitu:
Evaluasi hasil belajar untuk domain kognitif umumnya dilakukan melalui tes
berbagai bentuk, seperti tes objektif, tes uraian, tes kinerja, portofolio, observasi,
atau bentuk lainnya. Pendidikan karakter lebih banyak menekankan pada hasil
belajar untuk domain afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, evaluasi pendidikan
karakter dilakukan melalui teknik evaluasi yang sesuai untuk mengukur domain
afektif dan psikomotor, seperti angket, inventori, portofolio, dan observasi atau
pengamatan langsung.
13
terstruktur adalah angket yang di dalamnya memuat pertanyaan yang disertai
dengan pilihan jawaban. Angket tidak terstruktur atau angket terbuka tidak
menyertakan pilihan jawaban yang diharapkan. Dengan kata lain, Responden dapat
memberi respon secara bebas menurut pikirannya masing-masing.
Observasi adalah teknik evaluasi dengan cara mengamati langsung hasil belajar
yang ingin dievaluasi. Instrumen observasi atau pengamatan langsung berupa
lembar observasi yang memuat indikator-indikator yang menjadi pedoman
dievaluasi dan telah dilengkapi dengan kriteria-kriteria untuk masing-masing
indikator. Penilai dapat menuliskan informasi atau memberi tanda pada kriteria
yang sudah diberikan. Selain observasi, interview juga efektif digunakan untuk
evaluasi sikap (Muller, 1985).
14
dengan melakukan observasi lebih dalam dan deskripsi yang lebih kaya tentang apa
yang sedang terjadi di sekolah.
a. Skala Efektifitas
Lickona, Schaps, dan Lewis (dalam DeRoche & Williams, 1999)
mempublikasikan sebelas prinsip pendidikan karakter yang efektif. Lickona
mendesain instrumen penilaian formatif, yang dikenal dengan sebelas prinsip
15
membuat perubahan positif. Pada inventori bisa dibuat T menyatakan total
siswa yang terlibat dan % menyatakan prosentase siswa yang terlibat. Berikut
ini disajikan beberapa butir inventori.
d. Evaluasi Oleh Masyarakat Umum
Masyarakat umum, khususnya masyarakat di sekitar sekolah dapat dilibatkan
dalam evaluasi pendidikan karakter. Evaluasi oleh masyarakat umum dapat
dilakukan dengan menyebarkan angket atau inventori kepada anggota
masyarakat atau dengan menerima laporan baik tertulis maupun lisan dari
hasil pengamatan masyarakat. Jika sekolah memiliki kerja sama dengan
institusi atau perusahaan tertentu, maka penilaian serupa juga dapat diberikan
oleh pihak perusahaan atau institusi yang diajak bekerjasama.
e. Inventori Tingkah Laku Siswa
Tim evaluasi ingin mengetahui dari personalia sekolah atau dari anggota
panitia sendiri tentang frekuensi penyimpangan tingkah laku
dan kemungkinan penyebabnya.
Informal inventori bisa digunakan untuk keperluan ini. Inventori ini berusaha
menemukan frekuensi penyimpangan tingkah laku dengan meminta
responden untuk menandai garis di bawah frekuensi (sering, sedang, jarang)
dan melingkari nomor penyebab penyimpangan tingkah laku tersebut. Nomor
penyebab dimaksud adalah sebagai berikut.
16
Berikut ini adalah beberapa butir inventori.
f. Portfolio Siswa
Portfolio siswa adalah kumpulan dari hasil kecerdasan dan refleksi dokumen
kerja siswa yang sudah ada. Guru dapat memanfaatkan penilaian portfolio ini
untuk pendidikan karakter. Setiap guru diminta mengelompokkan siswa,
dengan anggota kelompok dua orang. Setiap kelompok mengembangkan
portfolio dengan fokus pada salah satu nilai dalam program pendidikan
karakter. Sebagai contoh, salah satu kelompok mengambil nilai “kejujuran”,
yang lain membahas “rasa hormat”, dan yang lain lagi mengambil “disiplin
diri”. Portfolio antara lain memuat: 1) ringkasan tulisan tentang nilai; 2) jurnal
rekaman observasi tentang nilai; 3) gambar, kartun, dan komik dilengkapi
dengan deskripsi tentang bagaimana pengarang mengilustrasikan nilai; 4)
laporan buku yang menjelaskan bagaimana cerita melukiskan nilai; 5) koleksi
puisi, cerita, atau dongeng tentang nilai; 6) kliping koran atau majalah yang
berhubungan dengan nilai; 7) ulasan program televisi yang memperkenalkan
suatu nilai; 8) ulasan tentang bagaimana nilai diperkenalkan oleh para politisi,
pemimpin perusahaan, atlit profesional, dan selebritis; 9) rekomendasi untuk
membantu siswa lain belajar tentang nilai; dan 10) refleksi dari pendidikan
karakter di sekolah.
g. Menilai Pandangan Siswa
Setelah program pendidikan karakter berjalan satu tahun bisa diadakan angket
terhadap siswa untuk mengetahui pandangannya terhadap efektifitas dan
pengaruh program pendidikan karakter terhadap diri dan kelompoknya.
Berikut disajikan contoh angket dimaksud.
17
1. Sejak diberlakukan program pendidikan karakter di sekolah ini, apakah
anda merasakan perubahan positif? Jika ya, jelaskan perubahan itu. Jika
tidak, mengapa?
2. Berapa nilai yang anda berikan kepada teman anda tentang tatacaranya
mempraktekkan nilai yang dipelajari?
3. Bagaimana cara anda menunjukkan bahwa beberapa nilai berguna bagi
anda?
h. Polling Terhadap Orang Tua
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan pengetahuan
orang tua dan menilai pandangan, persepsi, dan keterlibatannya pada program
pendidikan karakter di sekolah. Sebagai contoh, opini dari orang tua terhadap
program pendidikan karakter di sekolah dapat dinilai melalui bentuk inventori
yang sering disebut opinioner. Opinioner juga dapat digunakan untuk guru,
siswa, dan staf guru lainnya. Opinioner harus disajikan dalam bahasa yang
jelas. Berikut ini disajikan contoh opinioner untuk orang tua.
Menurut opini anda, bagaimanakah pengaruh positif dari program pendidikan
karakter pada putra/putri anda, sesuai item-item berikut.
Sekolah merupakan tempat untuk validasi nilai, tempat kerja sama antara staf
sekolah dengan anak dan dengan orang tua anak, tempat untuk mengetahui apakah
18
pendidikan karakter berjalan dengan sukses atau tidak. Usaha untuk
mempertahankan pendidikan karakter ada pada sekolah. Oleh karena itu, evaluasi
pendidikan karakter sebaiknya dilakukan oleh tim evaluasi pendidikan karakter.
Tim tersebut beranggotakan guru, pegawai administrasi, staf sekolah yang lain,
orang tua, wakil masyarakat, siswa, dan ahli evaluasi dari suatu perguruan tinggi.
Tugas tim evaluasi adalah menentukan apa yang harus dievaluasi, menentukan
kapan, dimana, dan oleh siapa evaluasi dilaksanakan, dan membuat jadwal
pelaksanaan evaluasi.
Kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya adalah menyiapkan anggota tim
agar mampu mengerjakan tugasnya masingmasing. Bila proses evaluasi sudah
dilaksanakan, maka kegiatan pokok berikutnya adalah mengambil keputusan
tentang nilai yang diperoleh siswa, dan kemudian memutuskan cara untuk
menyebarkan hasil tersebut kepada peserta. Berdasarkan jadwal, tim kemudian
menentukan langkah-langkah yang harus diambil berikutnya.
19
diputuskan berdasarkan kriteria ini. Ada sebelas kriteria yang dipilih sebagai
standar yang akan memandu usaha pendidikan karakter, yaitu kepedulian,
kerjasama, komitmen, keberanian, perubahan, hubungan, koherensi, konsensus,
komunikasi, budaya, dan kekritisan.
20
J. Langkah-langkah Menjabarkan Indikator Karakter
Untuk menjabarkan suatu karakter, maka perlu dikaji definisi karakter tersebut.
misal karakter yang ingin dikembangkan oleh sekolah/orang tua adalah "pribadi
unggul". langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan atau
memberi makna secara khusus yang dimaksud dengan "pribadi unggul" itu apa?
semakin jelas makna yang terkandung di dalam karakter tersebut, maka semakin
mudah untuk menjabarkan indikatornya.
21
dilakukan melalui diskusi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) dan stakeholder
nya (komite sekolah dan orangtua) khususnya orang tua siswa.
22
3. Beriman kepada Rasul
4. Beriman kepada Kitab Suci
5. Beriman kepada Hari Kiamat
6. Beriman kepada Qada dan Qadar
7. Memiliki pola kehidupan yang
sama dengan rukun islam
(shadataen, sholat, zakat, shaum,
haji)
Evaluasi terhadap tumbuh kembang suatu karakter pada anak bukanlah suatu
hal yang mudah, tetapi tidak berarti hal ini sesuatu yang mustahil untuk dilakukan
oleh guru. Evaluasi karakter merupakan upaya untuk mengidentifikasi
perkembangan capaian hirarki perilaku (berkarakter) dari waktu ke waktu melalui
suatu identifikasi dan/atau pengamatan terhadap perilaku yang muncul dalam
keseharian anak.
Perlu menjadi catatan penting, bahwa suatu karakter tidak dapat dinilai dalam
suatu waktu (one shot evaluation), tetapi harus di observasi dan diidentifikasi secara
terus-menerus dalam keseharian anak, baik di kelas, di sekolah, maupun di rumah.
karena itu, penilaian terhadap karakter harus melibatkan tiga komponen tersebut.
evaluasi di kelas melibatkan guru, peserta didik sendiri dan peserta didik lainnya.
evaluasi di sekolah melibatkan peserta didik itu sendiri, teman-temannya, guru
lainnya (termasuk kepala sekolah dan wakil kepala sekolah), pustakawan, laboran,
tenaga administrasi sekolah, penjaga sekolah, dan teknisi jika ada. di rumah
melibatkan peserta didik, orang tuanya (jika masih ada) ada atau walinya, kakak,
dan adiknya (jika ada).
23
Lalu bagaimana kerangka evaluasi yang harus dibangun untuk mengevaluasi
karakter anak ini?
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian pendidikan karakter pada hakikatnya adalah evaluasi atau proses
pembelajaran secara terus menerus dari individu untuk menghayati peran dan
kebebasannya bersama dengan orang lain dalam sebuah lingkungan sekolah
demi pertumbuhan integritas moralnya sebagai manusia. Penilaian pendidikan
karakter berkaitan erat dengan adanya unsur pemahaman, motivasi, kehendak,
dan praksis dari individu. Pendidikan karakter menjadi semakin bertumbuh
ketika motivasi dalam diri individu menjadi pendorong semangat bagi perilaku
moralnya dalam kebersamaan dengan orang lain. Dari hakikat inilah kita dapat
mengambil kesimpulan tentang tujuan penilaian pendidikan karakter (Doni
Koesoema, 2010: 281).
Tujuan evaluasi pendidikan karakter evaluasi pendidikan karakter
ditujukkan untuk:
1. Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah
indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu
2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibuat
oleh guru, dan
3. Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh
anak, baik pada setting kelas, sekolah, maupun rumah.
25
3. berfungsi untuk menjadi bahan pembinaan lebih lanjut (remedial,
pendalaman, atau perluasan) bagi guru kepada peserta didik.
B. Saran
Agar evaluasi pendidikan karakter dapat memberikan hasil yang lebih efektif,
perlu dipertimbangkan implikasi yang harus dilakukan setelah hasil evaluasi
didapatkan. Dengan kata lain, hasil evaluasi perlu disertai dengan perumusan
bentuk penguatan atau ganjaran kepada siswa atas sikap atau perilaku mereka
setelah pendidikan karakter diberlakukan. Kepada pihak yang berminat
disarankan untuk mengkaji hal ini lebih lanjut, sehingga evaluasi pendidikan
karakter dapat memberikan hasil yang lebih optimal.
26
DAFTAR PUSTAKA
27