Disusun Oleh :
Kelas :
II C
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur
kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan ini dari mata kuliah Belajaran
dan Pembelajaran dengan judul Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
Penulis tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak khususnya kepada dosen Belajar dan Pembelajaran kami Dr. kustiana
M.Pd.
Penyusun
DAFTAR ISI
1. KESIMPULAN .........................................................................................................................
2. SARAN ......................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jika ditinjau dari perkembangan dan pertumbuhan seseorang, maka makin terlihat jelas
bahwa hidup seseorang di dalam lingkungan yang berbudaya, itu merupakan perjuangan dari
seseorang individu dengan hak asasi manusiawi dalam menyatakan dirinya, dan makhluk
yang berkehendak menurut dirinya sendiri. Semakin aktif dia memberikan kontribusi kepada
lingkungan sosialnya, makin ia menjalin ikatan dan menerima norma dari lingkungan
sosialnya, maka makin ia meningkatkan aspirasi-aspirasinya dalam mempersoalkan
kepentingan untuk mencapai cita-citanya dalam mewujudkan diri (selfactualization), yang
mengacu pada kemandirian.
Dari hal tersebut dapat kita tahu bahwa objek pendidikan sekaligus menjadi subjek dan
perilaku dari kegiatan pendidikan tersebut. Yang nantinya subjek pendidikan tersebut mampu
berpikir mandiri yang menuntut interaksi dalam kehidupan lingkungan maupun di dalam
kelas yang tidak semata-mata merupakan pemberian informasi searah dan menyimak tanpa
ada kegiatan untuk mengembangkan secara kreatif ide maupun sikap dan keterampilan secara
mandiri. Di sinilah terlihat pentingnya sebuah pendekatan belajar yang mampu membuat
siswa untuk aktif dalam sebuah pembelajaran agar pembelajaran tersebut menjadi
pembelajaran yang bermakna.
Untuk dapat membelajarkan siswa, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru ialah
dengan menerapkan pendekatan CBSA. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran
yang tersurat dan tersirat dalam kurikulum yang berlaku. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA menuntut
keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan
dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Melalui proses kognitif pembelajaran
akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar
dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk
dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.
Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih mendalam mengenai penerapan pendekatan
CBSA beserta implementasinya di lapangan hingga kepada solusi-solusi dari permasalah
yang muncul.
2. Rumusan Masalah :
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan penulis bahas
dalam makalah ini. Masalah tersebut meliputi :
PEMBAHASAN
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dapat di artikan sebagai anutan
pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional
siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila di perlukan. Pelibatan
intelektual emosional / fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, di arahkan untuk
membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya
tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
Keaktifan dalam pendekatan CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, baik intelektual
maupun emosional, meskipun untuk merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau
dibutuhkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
Pengertian CBSA menurut para ahli :
1. Menurut Nana Sujana (1998), dikatakan bahwa CBSA adalah suatu proses belajar
mengjar yang menggunakan berbagai metode yang subjek didiknya terlihat secara
intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi
aktif dalam kegiatan belajar.
2. Menurut Misbah Partika (1997), dikatakan CBSA adalah proses belajar mengajar yang
menggunakan berbagai metode yang menitikberatkan kepada keaktifan yang bersifat
fisik, mental, emosional, maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang
berhubungan dengan wawasan kognitif, efektif, dan psikomotor, secara optimal.
2. Rasional CBSA dalam pembelajaran
Siswa dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai objek pembelajaran dan
sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai subjek dipandang sebagai manusia yang potensial
sedang berkembang, memiliki keinginan-keinginan-harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan
motivasi dan berbagai kemungkinan potensi lainnya. Siswa sebagai objek dipandang sebagai
yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui proses
pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip manusiawi (humanistik), misainya melalui suasana kekeluargaan terbuka dan
bergairah serta berpariasi sesuai dengan keadaan perkembangan siswa bersangkutan.
Pelaksanaan proses pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa belajar dan
keaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. CBSA dapat
berlangsung dengan efektif, bila guru melaksanakan peran dan fungsinya secara aktif dan
kreatif, mendorong dan membantu serta berupaya mempenguruhi siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan belajar yang telah ditentukan.
Raka Joni (1992) mengungkapkan bahwa sekolah yang menerapkan CBSA dengan baik
memiliki karakteristik antara lain :
1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan aktif
dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih diutamakan dalam
memutuskan titik tolak kegiatan.
2. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, guru bukan satu-satunya
sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar yang memberikan peluang
bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan/keterampilan melalui usaha sendiri, dapat
mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman
untuk membuat suatu karya.
3. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengajar standar akademis. Selain
pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan
siswa secaara utuh dan setimbang.
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, dan
memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
5. Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa,
serta mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan misalnya keterampilan
berbahasa, social, matematika, IPA, dan keterampilan lainnya, srta mengukur hasil belajar
siswa.
1. Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai penyampai pesan dan siswa penerima
pesan.
2. Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru memperoleh balikan dari siswa.
3. Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru mendapat balikan dari siswa.
Dan siswa dengan siswa, dimana siswa saling berinteraksi atau saling belajar satu denagan
yang lain.
4. Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
4. Prinsip-prinsip CBSA
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang
nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar baik
intelektual, emosional, maupun fisik.
Dalam menerapkan konsep pembelajaran CBSA, ada beberapa konsekuensi yang harus
diterima. Menurut Gale (1975), konsekuensi yang harus diterima dari adanya pembelajaran
berdasarkan siswa antara lain :
Menurut Ausubel (1978), untuk dapat melihat lebih jelas kadar CBSA dan kebermaknaan
suatu proses pembelajaran, ada dua dimensi yang dapat dipertentangkan, yaitu :
Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan proses pembelajaran,
seorang guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran yang meliputi :
1. Karakteristik tujuan
yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau
ditingkatkan sebagai hasil kegiatan.
2. Karakteristik mata pelajaran/bidang studi
yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutaan, dan cara mempelajarinya.
3. Karakteristik siswa
mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin, dan
yang lain.
4. Karakteristik lingkungan/setting pembelajaran
mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya.
5. Karakteristik guru
meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik
pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman kependidikannya, dan yang lain.
Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk dan teknik:
Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan
individu tiap siswa, seperti: minat abilitet, bakat, kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat
mempersiapkan / merencanakan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan
oleh siswa masing-masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik
lain, kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan, minat bakat yang sama.
Belajar kelompok
Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. teknik pelaksanaannya dapat dalam
bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi
ceramah. Dalam situasi belajar kelompok, masing-msing anggota dapat mengajukan gagasan,
pendapat, pertanyaan, jawaban, keritik dan sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan
berinteraksi satu dengan yang lainya.
Bertanya jawab
Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara kelompok
siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar
aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan timbul dan diajukan oleh
pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya. Guru bertindak sebagai pengatur lalulintas atau
distributor, dan dianggap perlu guru melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan
jawaban-jawaban tersebut.
Belajar Inquiry/discovery (belajar mandiri)
Dalam strategi belajar ini siswa melakukan proses mental intelektual dalann upaya memecahkan
masalah. Dia sendiri merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini, keaktifan siswa
belajar memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya mengarah membimbing,
memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan inquirynya. Strategi dan
kemampun inquiry ini, akan diuraikan lebih lanjut dalam pembahasan mengenai keterampilan
proses sebagai bagian dari CBSA.
Pengajaran unit
Strategi pengajaran ini berpusat pada suatu masalah atau suatu proyek. Pada tahap-tahap
kegiatan belajar ditempuh tahap-tahap kegiatan utama, yakni: tahap pendahuluan dimana siswa
melakukan orientasi dan perencanaan awal; tahap pengembangan dimana siswa melakukan
kegiatan mencari sendin informasi selanjumya menggunakan informasi itu dalam kegiatan
praktik, tahap kegiatan kulminasi, dimana siswa mengalami kegiatan penilaian, pembuatan
laporan dan tiddak lanjut.
Berdasarkan beberapa contoh strategi pembelajaran tersebut di atas, maka semakin jelas tentang
bagai mana penerapan pendekatan CBSA tersebut dalam proses pembelajaran. kendatipun
dengan kadar yang berbeda-beda.
Dengan penerapan CBSA, siswa akan mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas
belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan
potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya. Selain itu, siswa akan lebih terlatih untuk
berprakarsa, berpikir secara teratur, kritis, dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari,
serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari, dan mengembangkan informasi
yang bermakna baginya.
Di sisi lain, dengan penerapan CBSA, guru dapat bekerja professional, mengajar secara
sistematis, dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang berdaya guna dan berhasil guna
(efektif dan efisien). Artinya, guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang mereka
laksanakan secara sistematis. Sehingga, lambat laun penerapan CBSA pada gilirannya akan
mencetak guru-guru yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan
lingkungan alam dan sosial budaya.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dapat di artikan sebagai anutan
pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional siswa
dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila di perlukan. Pelibatan
intelektual emosional / fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, di arahkan untuk
membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya
tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
Strategi pembelajaran CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) memiliki emapat komponen
pokok, yaitukegiatan pendahuluan, kegiatan instruksional, penilaian dan tindak lanjut.
Pembelajaran CBSA, selain bergantung pada strategi pembelajaran yang didukung dengan
prasyarat pembelajaran, juga erat kaitannya dengn satuan pelajaran yang dibuat oleh guru. Dalam
hal ini berkenaan dengan tujuan, bahan, kegiatan belajar dan penilaian.
2. Saran
Perwujudan kreativitas subjek didik perlu untuk mencapai perkembangan tertinggi yang
dimiliki oleh manusia. Sehingga nantinya mampu membangun dirinya sendiri dan berperan
dalam pembangunan bangsanya. Maka memerlukan suasana belajar yang mengedepankan
keaktifan dari peserta didiknya.
Dengan bekal tersebut diharapkan peserta didik akan memiliki kesadaran terhadap tujuan
hidupnya, apa yang diharapkan dari padanya sesuai dengan kemampuan dan minatnya dan
sebagaimana cara ia memainkan perannya itu. Upaya ini akan mencerminkan pertumbuhan dan
keterlibatan dengan pembangunan bangsanya dan perwujudan dirinya menjadai manusia yang
kreatif dan mandiri.
REFERENSI
Permana,Anggun.2013.CaraBelajarSiswaAktif(CBSA).http://anggunpermata0.bl
ogspot.com/2013/01/cara-belajar-siswa-aktif-cbsa.html diakses pada tanggal 2
Desember 2013
Yuniawati,Dwilestari.2012.CBSA(CaraBelajarSiswaAktif).http://dwilestariyuniaw
ati.wordpress.com/2012/12/04/217/ diakses pada tanggal 2 Desember 2013
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi menuju
Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati. Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.