Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)

Disusun Oleh :

Muhammad Reza Fadilah


Siti Farida
Sinta Nurafni

Kelas :

II – C

INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL BAHASA DAN SASTRA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur
kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan ini dari mata kuliah Belajaran
dan Pembelajaran dengan judul “Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif”

Penulis tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak khususnya kepada dosen Belajar dan Pembelajaran kami Dr. kustiana
M.Pd.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Garut, 18 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................I

1. LATAR BELAKANG ...............................................................................................................

2. RUMUSAN MASALAH ..........................................................................................................

3. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................

1. PENGERTIAN PENDEKATAN CBSA ..................................................................................

2. RASIONAL CBSA DALAM PEMBELAJARAN .................................................................

3. KADAR CBSA DALAM PEMBELAJARAN ........................................................................

4. PRINSIP-PRINSIP CBSA ........................................................................................................

5. HAKIKAT CBSA ......................................................................................................................

6. RAMBU-RAMBU PENYELENGGARA CBSA ....................................................................

7. PENERAPAN CBSA ................................................................................................................

8. KEUNGGULAN PENGGUNAAN CBSA DALAM PEMBELAJARAN .............................

BAB III PENUTUP .......................................................................................................................

1. KESIMPULAN .........................................................................................................................

2. SARAN ......................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Jika ditinjau dari perkembangan dan pertumbuhan seseorang, maka makin terlihat jelas
bahwa hidup seseorang di dalam lingkungan yang berbudaya, itu merupakan perjuangan dari
seseorang individu dengan hak asasi manusiawi dalam menyatakan dirinya, dan makhluk
yang berkehendak menurut dirinya sendiri. Semakin aktif dia memberikan kontribusi kepada
lingkungan sosialnya, makin ia menjalin ikatan dan menerima norma dari lingkungan
sosialnya, maka makin ia meningkatkan aspirasi-aspirasinya dalam mempersoalkan
kepentingan untuk mencapai cita-citanya dalam mewujudkan diri (selfactualization), yang
mengacu pada kemandirian.

Mendidik pada hakikatnya merupakan bantuan untuk mencapai perkembangan dalam


mewujudkan dirinya tanpa mengabaikan lingkungannya. Seorang manusia yang seutuhnya
harus mencakup kemandirian seseorang dan kemampuan untuk ikut bertanggung jawab
terhadap penbangunan bangsanya.

Dari hal tersebut dapat kita tahu bahwa objek pendidikan sekaligus menjadi subjek dan
perilaku dari kegiatan pendidikan tersebut. Yang nantinya subjek pendidikan tersebut mampu
berpikir mandiri yang menuntut interaksi dalam kehidupan lingkungan maupun di dalam
kelas yang tidak semata-mata merupakan pemberian informasi searah dan menyimak tanpa
ada kegiatan untuk mengembangkan secara kreatif ide maupun sikap dan keterampilan secara
mandiri. Di sinilah terlihat pentingnya sebuah pendekatan belajar yang mampu membuat
siswa untuk aktif dalam sebuah pembelajaran agar pembelajaran tersebut menjadi
pembelajaran yang bermakna.

Untuk dapat membelajarkan siswa, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru ialah
dengan menerapkan pendekatan CBSA. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran
yang tersurat dan tersirat dalam kurikulum yang berlaku. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA menuntut
keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan
dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Melalui proses kognitif pembelajaran
akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar
dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk
dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.

Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih mendalam mengenai penerapan pendekatan
CBSA beserta implementasinya di lapangan hingga kepada solusi-solusi dari permasalah
yang muncul.

2. Rumusan Masalah :

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan penulis bahas
dalam makalah ini. Masalah tersebut meliputi :

1. Apakah pengertian pendekatan CBSA?


2. Bagaimana rasional CBSA dalam pembelajaran?
3. Bagaimana kadar CBSA dalam pembelajaran?
4. Apa saja prinsip-prinsip CBSA?
5. Apa saja hakikat CBSA?
6. Bagaimana rambu-rambu penyelenggara CBSA?
7. Bagaimana penerapan CBSA?
3. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut kami berharap pembaca dapat mencapai tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pengertian CBSA.
2. Untuk menjabarkan rasional CBSA dalam pembelajaran.
3. Untuk mengetahui kadar CBSA dalam pembelajaran.
4. Untuk menjabarkan prinsip-prinsip CBSA.
5. Untuk mendeskripsikan hakikat CBSA.
6. Untuk menjabarkan rambu-rambu penyelenggara CBSA.
7. Untuk menjabarkan penerapan CBSA.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendekatan CBSA

Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dapat di artikan sebagai anutan
pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual – emosional
siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila di perlukan. Pelibatan
intelektual – emosional / fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, di arahkan untuk
membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya
tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.

Keaktifan dalam pendekatan CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, baik intelektual
maupun emosional, meskipun untuk merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau
dibutuhkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
Pengertian CBSA menurut para ahli :

1. Menurut Nana Sujana (1998), dikatakan bahwa CBSA adalah suatu proses belajar
mengjar yang menggunakan berbagai metode yang subjek didiknya terlihat secara
intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi
aktif dalam kegiatan belajar.
2. Menurut Misbah Partika (1997), dikatakan CBSA adalah proses belajar mengajar yang
menggunakan berbagai metode yang menitikberatkan kepada keaktifan yang bersifat
fisik, mental, emosional, maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang
berhubungan dengan wawasan kognitif, efektif, dan psikomotor, secara optimal.
2. Rasional CBSA dalam pembelajaran

Penerapan dan pendayagunaan konsep CBSA dalam pembelajaran merupakan kebutuhan


dan sekaligus sebagai keharusan dalam kaitannya dengan upaya merealisasikan Sistem
Pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang pada gilirannya
berimplikasi terhadap sistem pembelajaran yang efektif.

Siswa dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai objek pembelajaran dan
sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai subjek dipandang sebagai manusia yang potensial
sedang berkembang, memiliki keinginan-keinginan-harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan
motivasi dan berbagai kemungkinan potensi lainnya. Siswa sebagai objek dipandang sebagai
yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui proses
pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip manusiawi (humanistik), misainya melalui suasana kekeluargaan terbuka dan
bergairah serta berpariasi sesuai dengan keadaan perkembangan siswa bersangkutan.

Pelaksanaan proses pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa belajar dan
keaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. CBSA dapat
berlangsung dengan efektif, bila guru melaksanakan peran dan fungsinya secara aktif dan
kreatif, mendorong dan membantu serta berupaya mempenguruhi siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan belajar yang telah ditentukan.

3. Kadar CBSA dalam pembelajaran


Dalam pembelajaran CBSA terdapat rentangan derajat/kadar yang disebabkan adanya
kecenderungan peristiwa pembelajaran, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada guru dan
pembelajaran yang berorientasi pada siswa. CBSA akan lebih banyak menunjukkan kadar
yang tinggi apabila pembelajaran lebih berorientasi pada siswa, dan akan terjadi sebaliknya
bila arah pembelajaran cenderung berorientasi pada guru.

Mc Keachie mengemukakan 6 dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya


kadar dalam CBSA, antara lain :

1. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.


2. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.
3. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar
siswa.
4. Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok.
5. Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil
keputusan-keputusan penting kehidupan sekolah.
6. Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembealajaran.

Raka Joni (1992) mengungkapkan bahwa sekolah yang menerapkan CBSA dengan baik
memiliki karakteristik antara lain :

1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan aktif
dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih diutamakan dalam
memutuskan titik tolak kegiatan.
2. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, guru bukan satu-satunya
sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar yang memberikan peluang
bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan/keterampilan melalui usaha sendiri, dapat
mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman
untuk membuat suatu karya.
3. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengajar standar akademis. Selain
pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan
siswa secaara utuh dan setimbang.
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, dan
memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
5. Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa,
serta mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan misalnya keterampilan
berbahasa, social, matematika, IPA, dan keterampilan lainnya, srta mengukur hasil belajar
siswa.

Lindgren mengemukakan 4 kemungkinan interaksi pembelajaran, yaitu :

1. Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai penyampai pesan dan siswa penerima
pesan.
2. Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru memperoleh balikan dari siswa.
3. Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru mendapat balikan dari siswa.
Dan siswa dengan siswa, dimana siswa saling berinteraksi atau saling belajar satu denagan
yang lain.
4. Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
4. Prinsip-prinsip CBSA

Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang
nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar baik
intelektual, emosional, maupun fisik.

Prinsip-prinsip CBSA nampak pada 4 dimensi berikut :

1. Dimensi subjek didik, meliputi :


a. Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat, serta dorongan-dorongan yang ada
pada siswa dalam proses belajar – mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena
memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi
kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluaarkan pendapat.
b. Keberanian mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak
lanjut dan suatu proses belajar-mengajar. Hal ini terwujud apabila guru bersikap
demokratis.
c. Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu
keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
d. Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dari siapapun
termasuk guru.
2. Dimensi guru, meliputi :
a. Adanya usaha dari guru untuk mendorong siswa dalam meningkatkan semangat serta
partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-menagajar.
b. Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai ainovator dan motivator.
c. Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
d. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat
kemampuan masing-masing.
e. Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta
penggunaan multi media. Kemampuan ini akan menimbulkan lingkungan belajar yang
merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
2. Dimensi program, meliputi :
a. Tujuan instruksional, konsep, serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat,
serta kemampuan siswa. Merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus
diperhatikan guru.
b. Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa
dalam proses belajar-mengajar.
c. Program yang fleksibel (luwes), disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
3. Dimensi situasi belajar – mengajar, meliputi :
a. Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, dan bersahabat antar
guru dengan siswa maupun antar siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
b. Adanya suasana gembira dan bersemangata pada diri siswa adalam proses belajar-
mengajar.
4. Hakikat CBSA

Hakikat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam


kegiatan belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya :

1. Proses asimilasi / pengalaman kognitif


yaitu memungkinkan terbentuknya pengetahuan.
2. Proses perbuatan / pengalaman langsung
yaitu memungkinkan terbentuknya keterampilan.
3. Proses penghayatan dan internalisasi nilai
yaitu memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap.
5. Rambu-rambu penyelenggara CBSA
Rambu-rambu CBSA adalah gejala-gejala yang tampaka pada perilakau siswa dan guru
baik dalam program maupun proses pembelajaran. Rambu-rambu yang dimaksud adalah :

1. Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan.


2. Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan dorongan-
dorongan yang ada pada dirinya.
3. Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran.
4. Usaha dan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran.
5. Keingintahuan yang ada pada diri siswa.
6. Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa.
7. Kuantitas dan kualitas usaha yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong
keaktifan siswa.
8. Kualitas guru sebagai innovator dan fasilitator.
9. Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran.
10. Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan guru dalam proses
pembelajaran.
11. Ketertarikan guru terhadap program pembelajaran.
12. Variasi interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
13. Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
6. Penerapan CBSA

Dalam menerapkan konsep pembelajaran CBSA, ada beberapa konsekuensi yang harus
diterima. Menurut Gale (1975), konsekuensi yang harus diterima dari adanya pembelajaran
berdasarkan siswa antara lain :

1. Guru merupakan seorang pengelola dan perancang dari pengalaman belajar.


2. Guru dan siswa menerima peran kerjasama (partnership).
3. Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya.
4. Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar .
5. Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.
6. Tujuan ditulis scara jelas.
7. Semua tujuan diukur/di tes.

Menurut Ausubel (1978), untuk dapat melihat lebih jelas kadar CBSA dan kebermaknaan
suatu proses pembelajaran, ada dua dimensi yang dapat dipertentangkan, yaitu :

1. Kebermaknaan bahan dan/atau proses pembelajaran.


2. Modus-modus pembelajaran. Contoh-contoh modus pembelajaran yaitu :
a. Tabel perkalian, termasuk belajar reseptif yang menyajikan informasi untuk
dihapalkan oleh siswa tanpa tuntutan bagi siswa untuk memahaminya.
b. Penerapan formula (rumus) untuk pemecahan masalah, termasuk belajar dengan
penemuan terbimbing yang menuntut siswa menghapalkan bagaimana menerapkan
suatu formula untuk memecahkan masalah.
c. Pemecahan “teka-teki” dengan coba-salah, termasuk belajar dengan penemuan mandiri
yang kurang bermakna karena siswa menghapal tanpa pemahaman.
d. Kerja laboratoris sekolah, termasuk belajar dengan penemuan terbimbing.
e. Ceramah atau penyajian buku teks pada umumnya.
f. “Penelitian” atau hasil intelektual rutin pada umumnya, merupakan modus belajar
dengan penemuan mandiri yang kebermaknaannya sama dengan ceramah.
g. Klasifikasi keterhubungan antar konsep, yaitu modus belajar reseptif yang penuh
kebermaknaan dan paling bermakna dibandingkan dengan modus belajar reseptif yang
lain.
h. Pembelajaran audio-tutorial yang dirancang dengan baik, merupakan modus belajar
dengan penemuan terbimbing yang paling bermakna dibandingkan dengan modus
belajar dengan penemuan terbimbing yang lain.
i. Penelitian ilmiah, merupakan modus belajar dengan penemuan mandiri yang paling
bermakna dibandingkan dengan modus belajar dengan penemuan mandiri yang lain.

Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan proses pembelajaran,
seorang guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran yang meliputi :

1. Karakteristik tujuan
yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau
ditingkatkan sebagai hasil kegiatan.
2. Karakteristik mata pelajaran/bidang studi
yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutaan, dan cara mempelajarinya.
3. Karakteristik siswa
mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin, dan
yang lain.
4. Karakteristik lingkungan/setting pembelajaran
mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya.
5. Karakteristik guru
meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik
pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman kependidikannya, dan yang lain.
Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk dan teknik:

 Pemanfaatan waktu luang


Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa memungkinkan dilakukanya kegiatan belajar
aktif, dengan cara menyusun rencana belajar, memilah bahan untuk dipelajari, dan menilai
penguasaan bahan sendiri. Jika pemanfaman waktu tersebut dilakukan secara saksama dan
berkesinambungan akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang keberhasilan belajar
di sekolah.

 Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan
individu tiap siswa, seperti: minat abilitet, bakat, kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat
mempersiapkan / merencanakan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan
oleh siswa masing-masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik
lain, kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan, minat bakat yang sama.

 Belajar kelompok
Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. teknik pelaksanaannya dapat dalam
bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi
ceramah. Dalam situasi belajar kelompok, masing-msing anggota dapat mengajukan gagasan,
pendapat, pertanyaan, jawaban, keritik dan sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan
berinteraksi satu dengan yang lainya.

 Bertanya jawab
Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara kelompok
siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar
aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan timbul dan diajukan oleh
pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya. Guru bertindak sebagai pengatur lalulintas atau
distributor, dan dianggap perlu guru melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan
jawaban-jawaban tersebut.
 Belajar Inquiry/discovery (belajar mandiri)
Dalam strategi belajar ini siswa melakukan proses mental intelektual dalann upaya memecahkan
masalah. Dia sendiri merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini, keaktifan siswa
belajar memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya mengarah membimbing,
memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan inquirynya. Strategi dan
kemampun inquiry ini, akan diuraikan lebih lanjut dalam pembahasan mengenai keterampilan
proses sebagai bagian dari CBSA.

 Pengajaran unit
Strategi pengajaran ini berpusat pada suatu masalah atau suatu proyek. Pada tahap-tahap
kegiatan belajar ditempuh tahap-tahap kegiatan utama, yakni: tahap pendahuluan dimana siswa
melakukan orientasi dan perencanaan awal; tahap pengembangan dimana siswa melakukan
kegiatan mencari sendin informasi selanjumya menggunakan informasi itu dalam kegiatan
praktik, tahap kegiatan kulminasi, dimana siswa mengalami kegiatan penilaian, pembuatan
laporan dan tiddak lanjut.

Berdasarkan beberapa contoh strategi pembelajaran tersebut di atas, maka semakin jelas tentang
bagai mana penerapan pendekatan CBSA tersebut dalam proses pembelajaran. kendatipun
dengan kadar yang berbeda-beda.

7. Keunggulan penggunaan CBSA dalam pembelajaran

Dengan semakin berkembangnya zaman, maka menghendaki sebuah pendidikan seumur


hidup. Yang kemudian memunculkan pertanyaan tentang bagaimana cara agar siswa mampu
memperoleh dan meresapkan pengetahuan , keterampilan dan sikap menjadi kebutuhannya.
Bertolak dari pemikiran tersebut maka perlulah sebuah pembelajaran aktif yang harus segera
terpenuhi.

Dengan penerapan CBSA, siswa akan mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas
belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan
potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya. Selain itu, siswa akan lebih terlatih untuk
berprakarsa, berpikir secara teratur, kritis, dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari,
serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari, dan mengembangkan informasi
yang bermakna baginya.

Di sisi lain, dengan penerapan CBSA, guru dapat bekerja professional, mengajar secara
sistematis, dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang berdaya guna dan berhasil guna
(efektif dan efisien). Artinya, guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang mereka
laksanakan secara sistematis. Sehingga, lambat laun penerapan CBSA pada gilirannya akan
mencetak guru-guru yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan
lingkungan alam dan sosial budaya.

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dapat di artikan sebagai anutan
pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual – emosional siswa
dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila di perlukan. Pelibatan
intelektual – emosional / fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, di arahkan untuk
membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya
tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.

Strategi pembelajaran CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) memiliki emapat komponen
pokok, yaitukegiatan pendahuluan, kegiatan instruksional, penilaian dan tindak lanjut.
Pembelajaran CBSA, selain bergantung pada strategi pembelajaran yang didukung dengan
prasyarat pembelajaran, juga erat kaitannya dengn satuan pelajaran yang dibuat oleh guru. Dalam
hal ini berkenaan dengan tujuan, bahan, kegiatan belajar dan penilaian.

CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) harus mencerminkan dua hal


yaitu perencanaan dan pelaksanaan termasuk penilaian. Dalam hal ini perencanaan telah
terwujud dalam satuan pelajaran (tujuan instruksional, bahan pengajaran, kegiatan belajar siswa,
metode dan alat bantu mengajar dan penilaian). Sedangakan pelaksanaan dapat teraplikasi dalam
pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran (proses belajar-mengajar).

2. Saran

Perwujudan kreativitas subjek didik perlu untuk mencapai perkembangan tertinggi yang
dimiliki oleh manusia. Sehingga nantinya mampu membangun dirinya sendiri dan berperan
dalam pembangunan bangsanya. Maka memerlukan suasana belajar yang mengedepankan
keaktifan dari peserta didiknya.

Dengan bekal tersebut diharapkan peserta didik akan memiliki kesadaran terhadap tujuan
hidupnya, apa yang diharapkan dari padanya sesuai dengan kemampuan dan minatnya dan
sebagaimana cara ia memainkan perannya itu. Upaya ini akan mencerminkan pertumbuhan dan
keterlibatan dengan pembangunan bangsanya dan perwujudan dirinya menjadai manusia yang
kreatif dan mandiri.

REFERENSI
Permana,Anggun.2013.CaraBelajarSiswaAktif(CBSA).http://anggunpermata0.bl
ogspot.com/2013/01/cara-belajar-siswa-aktif-cbsa.html diakses pada tanggal 2
Desember 2013
Yuniawati,Dwilestari.2012.CBSA(CaraBelajarSiswaAktif).http://dwilestariyuniaw
ati.wordpress.com/2012/12/04/217/ diakses pada tanggal 2 Desember 2013
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi menuju
Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati. Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai