Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)

DALAM PEMBELAJARAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran

Dosen pembimbing : EVA MARGARETHA SARAGIH, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh kelompok III :

1. INDAH KESUMA NINGRUM ( 18051043 )

2. MONICA JUWITA FITRIYANTI PANJAITAN (18051044)

3. RUDI KURNIAWAN (18051045)

4. ENDANG LASTIUR SIREGAR ( 18051039 )

KELAS III B

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASAHAN
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah alhamdulillahirobbil’alamin washolatu wassalam muala
asyarofil ambiyaiwarmursalinwaala alihi wasohbihi ajmain. Puji syukur kita kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan kita nikmat yang begitu besar sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam kita hadiahkan ke baginda Rasulullah SAW
semoga kita mendapatkan syafaat nya diyaumil akhir kelak.

Kami berterima kasih banyak kepada orangtua kami yang selalu mendoakan
kesuksesan kami, kepada teman-teman kami yang selalu mendukung kami, dan kami
berterima kasih juga kepada dosen mata kuliah strategi pembelajaran matematika yang
memberikan pembelajaran sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.

Makalah dengan judul “ PENDEKATAN CBSA DALAM PEMBELAJARAN ” ini


kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah strategi pembelajaran matematika yang
diberikan oleh Ibu EVA MARGARETHA SARAGIH, S.Pd, M.Pd. Untuk itu kami
menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami lagi
tentang organisasi lembaga pendidikan ini untuk mempelancar proses pembelajaran.

Namun demikian, tentu saja dalam penyusunan makalah kami ini masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat. Dengan ini, kami
memohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan yang kami lakukan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr.Wb

KISARAN, 24 DESEMBER 2019

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………...…………………………………..……….. i

DAFTAR ISI…………………..………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………..…. 1

1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………..…… 2

1.3. Tujuan………………………………………………………………....……….…… 2

1.4. Manfaat…………………………………………………………………………...… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Hakekat Belajar Dan Pembelajaran…………………………………….........……. 3

2.2.Tujuan Belajar Dan Pembelajaran………………………………………….......…. 6

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan………………………………….……………………………………….. 8

3.2.Saran………………………………………………………………………………..… 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Jika ditinjau dari perkembangan dan pertumbuhan seseorang, maka makin terlihat
jelas bahwa hidup seseorang di dalam lingkungan yang berbudaya, itu merupakan
perjuangan dari seseorang individu dengan hak azazi manusiawi dalam menyatakan
dirinya, dan makhluk yang berkehendak menurut dirinya sendiri. Semakin aktif dia
memberikan kontribusi kepada lingkungan sosialnya, makin ia menjalin ikatan dan
menerima norma dari lingkungan sosialnya, maka makin ia meningkatkan aspirasi-
aspirasinya dalam mempersoalkan kepentingan untuk mencapai cita -citanya dalam
mewujudkan diri (selfactualization), yang mengacu pada kemandirian.

Mendidik pada hakikatnya merupakan bantuan untuk mencapai perkembangan


dalam mewujudkan dirinya tanpa mengabaikan lingkungannya. Seorang manusia yang
seutuhnya harus mencakup kemandirian seseorang dan kemampuan untuk ikut
bertanggung jawab terhadap penbangunan bangsanya.

Dari hal tersebut dapat kita tahu bahwa objek pendidikan sekaligus menjadi subjek
dan perilaku dari kegiatan pendidikan tersebut. Yang nantinya subjek pendidikan tersebut
mampu berpikir mandiri yang menuntut interaksi dalam kehidupan lingkungan maupun di
dalam kelas yang tidak semata-mata merupakan pemberian informasi searah dan
menyimak tanpa ada kegiatan untuk mengembangkan secara kreatif ide maupun sikap dan
keterampilan secara mandiri. Di sinilah terlihat pentingnya sebuah pendekatan belajar
yang mampu membuat siswa untuk aktif dalam sebuah pembelajaran agar pembelajar an
tersebut menjadi pembelajaran yang bermakna.

Untuk dapat membelajarkan siswa, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru
ialah dengan menerapkan pendekatan CBSA. Pendekatan ini merupakan merupakan
pendekatan pembelajaran yang tersurat dan tersirat dalam kurikulum yang berlaku. CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang
dipelajari. CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses -proses
mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui

3
proses kognitif pembelajaran akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Akan tetapi
dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas -tugas yang
diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas
secara bersama-sama.

Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih mendalam mengenai penerapan
pendekatan CBSA beserta implementasinya di lapangan hingga kepada solusi -solusi dari
permasalah yang muncul.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan penulis
bahas dalam makalah ini. Masalah tersebut meliputi:

1. Apakah pengertian pendekatan CBSA?


2. Apa rasional CBSA dalam pembelajaran?
3. Apa hakikat pendekatan CBSA?
4. Apa karakteristik, inti dan kerangka CBSA?
5. Apa saja kadar CBSA?
6. Apa rambu-rambu penyelenggaraan CBSA?

7. Bagaimana penerapan CBSA dalam pembelajaran?

8. Apa saja kebaikan dan kelemahan CBSA?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut kami berharap pembaca dapat mencapai tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pengertian CBSA.
2. Untuk menjelaskan rasional CBSA dalam pembelajaran.
3. Untuk menjelaskan hakikat pendekaan CBSA.
4. Untuk menjabarkan karakteristik, inti dan kerangka CBSA.
5. Untuk menjabarkan kadar CBSA.
6. Untuk menjelaskan rambu-rambu penyelenggaraan CBSA.
7. Untuk menjabarkan penerapan CBSA dalam pembelajaran.
8. Untuk menjabarkan kebaikan dan kelemahan CBSA.

4
1.4.Manfaat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktif,
sebagai berikut:
 Manfaat bagi mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa
terhadap pendekatan CBSA dalam pembelajaran.
 Manfaat bagi penulis sendiri selain untuk meningkatkan pemahaman penulis sekaligus
juga sebagai salah satu syarat penilaian pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)


Cara Belajar Siswa Aktif adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
menitikberatkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Dalam CBSA,
kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi,
membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah, memberikan prakarsa/gagasan,
menyusun rencana, dan sebagainya. Keaktifan itu ada yang dapat diamati dan ada pula yang
tidak dapat diamati secara langsung. Setiap kegiatan tersebut menuntut keterlibatan intelektual-
emosional siswa dalam proses pembelajaran melalui asimilasi, dan akomondasi kognitif untuk
mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk
keterampilan (motorik, kognitif, dan sosial), penghayatan serta interalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap (Raka Joni, 1980, h. 2).

Pendekatan CBSA dinilai sebagai suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar
yang berupa perpaduan antara matra kognitif, afektif, dan psikomotorik. (A. Yasin, 1984, h. 24).

2.2 Rasional CBSA dalam Pembelajaran


Siswa atau peserta didik dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai objek
pembelajaran dan sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai subjek dipandang sebagai manusia
yang potensial sedang berkembang, memiliki keinginan-keinginan, harapan dan tujuan hidup,
aspirasi dan motivasi dan berbagai kemungkinan potensial lainnya. Siswa sebagai objek
dipandang sebagai yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan
melalui proses pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip manusiawi (humanistik), misalnya melalui suasana kekeluargaan, terbuka dan
bergairah serta bervariasi sesuai dengan keadaan perkembangan siswa bersangkutan.

6
Pelaksanaan proses pembelajaran dititikberatkan pada keaktifan siswa belajar dan
keeaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Penerapan CBSA
dilakukan dengan cara mengfungsionalisasikan seluruh potensi manusiawi siswa melalui
penyediaan lingkungan belajar meliputi aspek-aspek bahan pelajarn, guru, media pembelajaran,
suasana kelas dan sebagainya.cara belajar disesuaikan dengan minat dan pemberian kemudahan
kepada siswa untuk memperoleh pemahaman, pendalaman, dan pengendapan sehingga hasil
belajar berinternalisasi dengan pribadi siswa. Dalam kondisi ini semua unsur pribadi siswa aktif
seperti emosi, perasaan, intelektual, penginderaan, fisik, dan sebagainya.
Peranan guru bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada siswa,
melainkan bertindak sebagai pembantu dan pelayanan bagi siswanya. Siswa aktif belajar,
sedangkan guru memberikan fasilitas belajar, bantuan dan pelayanan. Beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan guru, yaitu:
1) Menyiapkan lembar kerja;
2) Menyusun tugas bersama siswa;
3) Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan;
4) Memberikan bantuan dan pelayanan apabila siswa mendapat kesulitan;
5) Menyampaikan pertanyaan yang bersifat asuhan;
6) Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum;
7) Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lamban;
8) Menyalurkan bakat dan minat siswa;
9) Mengamati setiap aktivitas siswa.
Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan
CBSA tidak diartikan guru menjadi pasif, melainkan tetap harus aktif namun tidak bersikap
mendimonasi siswa dan menghambat perkembangan potensinya. Guru bersifat sebagai inquiry,
dan fasilitator.

7
2.3 Hakikat Pendekatan CBSA
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara
jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu.
Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf
perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan
keterampilan keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif. Hakekat dari
CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar
yang memungkinkan terjadinya:
1. Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
pengetahuan.
2. Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
keterampilan.
3. Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai
dan sikap.
Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan
intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi,
tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis.
Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat
menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang
efektif dan efisien. Dalam menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi
bagian-bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah
laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku siswa yang
muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar.

8
2.4 Karakteristik, inti dan kerangka CBSA
Pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif, akan tampak ketika sebuah pembelajaran
benar-benar menunjukan orientasinya pada peserta didiknya. Akan berlaku sebaliknya apabila
arah pembelajaran tersebut berorientasi kepada guru.
Raka Joni (1992: 19-20) (dalam buku Belajar & Pembelajaran karya Dimyati &
Mudjiono) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang ber-CBSA dengan baik mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa
Menunjukan bahwa siswa berperan aktif dalam mengembangkan cara-cara balajar
mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar,
pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.

2. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar


Guru bukan satu-satunya sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar,
yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan/ keterampilan melalui
usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan
untuk membuat suatu karya.

3. Tujuan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar standart akademis


Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan
kemampuan siswa secara utuh dan setimbang.

4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa dan


memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.

5. Penilaian dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa, serta
megukur berbagai keterampilan yang dikembangkan, misalnya keterampilan berbahasa,
keterampilan sosial, keterampilan matematika, dan keterampilan proses dalam IPA dan
keterampilan lainnya, serta mengukur hasil belajar siswa.

9
Sementara itu, Mc Kearchie mengemukakan 6 dimensi proses pembelajaran yang
menunjukan kadar CBSA. Adapun dimensinya meliputi:

1. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.


2. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.
3. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar
siswa.
4. Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok.
5. Kebebasan/kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-
keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
6. Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembelajaran.

Sedangkan Yamamoto meninjau bahwa apakah suatu proses menunjukan CBSA, dapat
dilihat dari segi kesadaran siswa dan guru yang terlibat di dalamnya. Ia menambahkan bahwa
proses pembelajaran akan optimal terjadi apabila siswa yang belajar ataupun guru yang
membelajarkan memiliki kesadaran dan kesengajaan terlibat dalam proses pembelajaran
sehingga akan memunculkan berbagai interaksi pembelajaran.
Lingkungan fisik dalam ruang kelas juga dapat menjadikan belajar aktif. Dekorasi
interior dari belajar aktif adalah menyenangkan dan menantang. Dalam beberapa hal, mebelair
dapat diatur untuk membentuk susunan yang berbeda-beda. Lingkungan belajar aktif adalah
tempat dimana kebutuhan, harapan dan perhatian peserta didik mempengaruhi rencana
pembelajaran pengajar.
Diskusi kelas berperan sangat penting dalam belajar aktif. Dengan mendengarkan
keluasan pandangan menantang peran peserta. Pengajar selama diskusi kelompok berperan
memfasilitasi jalannya komentar dari kelompok. Sekalipun itu tidak perlu untuk menyela setelah
setiap siswa berbicara, secara periodik membantu kelompok agar kontribusi mereka dapat
bermanfaat.
Aktivitas pengalaman betul-betul membantu membuat belajar aktif. Aktivitas semacam
itu secara khusus melibatkan bermain peran, games, simulasi, dan tugas problem solving.
Seringkali jauh lebih baik bagi peserta didik untuk mengalami sesuatu dari pada sekedar
mendengarkan dan membicarakannya.

10
Dengan menggunakan teknik-teknik belajar aktif cenderung mengurangi problem
manajemen kelas yang sering kali mengganggu pengajar yang betul- betul merasa berat pada
ceramah dan diskusi kelompok besar. Pada intinya metode atau teknik apapun yang nantinya
digunakan oleh guru, belajar aktif memerlukan waktu. Oleh karena itu, penting bahwa tidak ada
waktu yang terbuang.

2.5 Kadar CBSA


Kadar CBSA ditandai oleh semakin banyakya dan bervariasinya keaktifan dan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak dan semakin beragamnya
keaktifan dan keterlibatan siswa, maka semakin tinggi pula kadar ke-CBSA-annya. Sebaliknya,
semakin sedikit keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, maka berarti
semakin rendahnya kadar CBSA tersebut.
Kadar CBSA itu dalam rangka sistem belajar mengajar menunjukkan ciei-ciri, sebagai
berikut:
1) Pada tingkat masukan, ditandai oleh:
a) Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan
kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, aspirasi yang telah dimilikinya sebagai bahan
masukan untuk melakukan kegiatan belajar.
b) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan pembelajaran, yang
menjadi acuan baik bagi siswa maupun bagi guru.
c) Adanya keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber bahan pelajaran.
d) Adanya keterlibatan siswa dalam pengadaan media pembelajaran yang akan digunakan
sebagai alat bantu belajar.
e) Adanya kesadaran dan keinginan besar yang tinggi serta motivasi untuk melakukan kegiatan
belajar.
2) Pada tingkat proses, kadar CBSA di tandai oleh:
a) Adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual, dan personal dalam
proses belajar.
b) Adanya berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis, berbuat,
memutuskan, dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang mengandung unsur kemandirian yang
cukup tinggi.

11
c) Keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan sussana belajar yang serasi, selaras
dan seimbang dalam proses belajar dan pembelajaran.
d) Keterlibatan siswa menunjang upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk
memperoleh pengalaman belajar serta membantu mengorganisasikan lingkungan belajar itu, baik
secara individual maupun secara kelompok.
e) Keterlibatan siswa dalam mencari informasi dari berbagai sumber yang berdaya guna dan
tepat guna bagi mereka sesuai rencana kegiatan belajar yang telah mereka rumuskan sendiri.
f) Keterlibatan siswa dalam mengajukan prakarsa, memberika jawaban atas pertanyaan guru,
mengajukan pertanyaan/masalah dan berupaya menjawabnya sendiri, menilai jawaban dari
rekannya, dan memecahkan masalah yang timbul selama berlangsungnya proses belajar
mengajar tersebut.
3) Pada tingkat produk, kadar CBSA ditandai oleh:
a) Keterlibatan siswa dalam menilai diri sendiri, menilai teman sekelas.
b) Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas menjawab tes dan mengisi instrumen
penilaian lainnya yang diajukan oleh guru.
c) Keteribatan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang berkenaan dengan hasil
belajar.
d) Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagai hasil belajar dan
pembelajaran.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat ditentukan derajat kadar CBSA dalam suatu proses
belajar mengajar, dan bila mungkin dimodifikasi menjadi: kadar tinggi, kadar sedang, dan kadar
rendah. Tanpa upaya dan pengaruh serta arahan guru sebagai fasilisator dan pengorganisasian
belajar, maka kadar CBSA yabg diinginkan tak mungkin tercapa. Guru tetap brtanggung jawab
menciptakan lingkungan belajara yang mampu mengundang/menantang siswa untuk belajar.

12
2.6 Rambu-rambu Penyelenggaraan CBSA
Pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA menuntut kondisi-kondisi tertentu untuk
menjamin kadar CBSA yang tertinggi guna mencapai tujuan pembelajaran atau hasil belajar
siswa pada tingkat optimal. Penyelenggaraan pembelajaran CBSA tersebut ditandai oleh
indikator-indikator sebagai berikut:
1) Derajat partisipasi dan responsif siswa yang tinggi.
2) Keterlibatan siswa dalam pelaksanaan/pembuatan tugas.
3) Peningkatan kadar CBSA dalam proses pembelajaran juga ditentukan oleh faktor guru.
4) Pendekatan CBSA pada dasarnya dapat diterapkan pada semua strategi dan metode belajar
mengajar, walaupun kadarnya berbeda-beda.
5) Penyediaan materi dan peralatan serta berbagai fasilitas belajar tetap diperlukan, agar
tercipta lingkungan belajar yang menantang dan merangsang serta meningkatkan kegiatan belajar
siswa.
6) Keaktifan berdasarkan CBSA tidak jarang menimbulkan kesulitan belajar pada siswa,
misalanya tentang teknik belajar, memilih bahan, menilai hasil kegiatan, dan masalah-masalah
lainnya.
7) Kondisi lingkungan kelas/sekolah turut berpengaruh terhadap palaksanaan pembelajaran
berdasarkan CBSA.

2.7 Penerapan CBSA dalam Pembelajaran


Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk bahan dan teknik,
yaitu:
1) Pemenfaatan waktu luang
Pemenfaatan waktu luang di rumah oleh siswa memungkinkan dilakukannya kegiatan be;ajar
aktif, dengan cara menyusun rencana belajar, memilih bahan untuk dipelajari, dan menilai
penguasan bahan sendiri.
2) Pembelajaran individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan
individual tiap siswa, seperti: bakat, kecerdasan, dan sebagainya.

13
3) Belajar kelompok
Belajar kelompok memilki kadar CBSA yang cukup tinggi, yaitu teknik pelaksanaannya dapat
dalam bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi
ceramah.
4) Bertanya jawab
Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara kelompok
siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar
aktif.
5) Belajar inquiry/discovery (belajar mandiri)
Dalam strategi belajar ini, siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya memecahkan
masalah.
6) Pengajaran unit
Strategi pengajaran ini berpusat pada suatu masalah atau suatu proyek.

2.8 Kebaikan dan Kelemahan CBSA


 Kebaikan CBSA
Kebaikan-kebaikan CBSA, yang dikemikakan oleh T. Raka Joni adalah :
a. Ditujukan melalui keberanian memberikan urung pendapat tanpa secara eksklusif diminta.
b. Keterlibatan mental di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditujukan
dengan peningkatan diri kepada tugas.
c. Belajar dengan pengalaman langsung indikator dari CBSA.
d. Kekayaan bentuk dan variasi alat kegiatan belajar mengajar.
e. Kualitas interaksi antar siswa.
 Kelemahan CBSA
Beberapa kelemahan dari CBSA menurut Oemar Hamalik :
a. Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan.
b. Diskusi tak dapat diramalkan.
c. Memasyarakatkan agar siswa memiliki keterampilan berdiskusi yang diperlukan secara aktif.
d. Membentuk pengaturan fisik dan jadwal yang luwes.
e. Dapat menjadi palsu jika pemimpin mengalami kesulitan mempertemukan berbagai pendapat.

14
f. Dapat didominasi oleh seseorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta
lain.

15

Anda mungkin juga menyukai