DALAM PEMBELAJARAN
KELAS III B
Kami berterima kasih banyak kepada orangtua kami yang selalu mendoakan
kesuksesan kami, kepada teman-teman kami yang selalu mendukung kami, dan kami
berterima kasih juga kepada dosen mata kuliah strategi pembelajaran matematika yang
memberikan pembelajaran sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
Namun demikian, tentu saja dalam penyusunan makalah kami ini masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat. Dengan ini, kami
memohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan yang kami lakukan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………...…………………………………..……….. i
DAFTAR ISI…………………..………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan………………………………………………………………....……….…… 2
1.4. Manfaat…………………………………………………………………………...… 2
BAB II PEMBAHASAN
3.1.Kesimpulan………………………………….……………………………………….. 8
3.2.Saran………………………………………………………………………………..… 8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari hal tersebut dapat kita tahu bahwa objek pendidikan sekaligus menjadi subjek
dan perilaku dari kegiatan pendidikan tersebut. Yang nantinya subjek pendidikan tersebut
mampu berpikir mandiri yang menuntut interaksi dalam kehidupan lingkungan maupun di
dalam kelas yang tidak semata-mata merupakan pemberian informasi searah dan
menyimak tanpa ada kegiatan untuk mengembangkan secara kreatif ide maupun sikap dan
keterampilan secara mandiri. Di sinilah terlihat pentingnya sebuah pendekatan belajar
yang mampu membuat siswa untuk aktif dalam sebuah pembelajaran agar pembelajar an
tersebut menjadi pembelajaran yang bermakna.
Untuk dapat membelajarkan siswa, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru
ialah dengan menerapkan pendekatan CBSA. Pendekatan ini merupakan merupakan
pendekatan pembelajaran yang tersurat dan tersirat dalam kurikulum yang berlaku. CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang
dipelajari. CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses -proses
mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui
3
proses kognitif pembelajaran akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Akan tetapi
dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas -tugas yang
diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas
secara bersama-sama.
Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih mendalam mengenai penerapan
pendekatan CBSA beserta implementasinya di lapangan hingga kepada solusi -solusi dari
permasalah yang muncul.
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan penulis
bahas dalam makalah ini. Masalah tersebut meliputi:
C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut kami berharap pembaca dapat mencapai tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pengertian CBSA.
2. Untuk menjelaskan rasional CBSA dalam pembelajaran.
3. Untuk menjelaskan hakikat pendekaan CBSA.
4. Untuk menjabarkan karakteristik, inti dan kerangka CBSA.
5. Untuk menjabarkan kadar CBSA.
6. Untuk menjelaskan rambu-rambu penyelenggaraan CBSA.
7. Untuk menjabarkan penerapan CBSA dalam pembelajaran.
8. Untuk menjabarkan kebaikan dan kelemahan CBSA.
4
1.4.Manfaat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktif,
sebagai berikut:
Manfaat bagi mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa
terhadap pendekatan CBSA dalam pembelajaran.
Manfaat bagi penulis sendiri selain untuk meningkatkan pemahaman penulis sekaligus
juga sebagai salah satu syarat penilaian pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan CBSA dinilai sebagai suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar
yang berupa perpaduan antara matra kognitif, afektif, dan psikomotorik. (A. Yasin, 1984, h. 24).
6
Pelaksanaan proses pembelajaran dititikberatkan pada keaktifan siswa belajar dan
keeaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Penerapan CBSA
dilakukan dengan cara mengfungsionalisasikan seluruh potensi manusiawi siswa melalui
penyediaan lingkungan belajar meliputi aspek-aspek bahan pelajarn, guru, media pembelajaran,
suasana kelas dan sebagainya.cara belajar disesuaikan dengan minat dan pemberian kemudahan
kepada siswa untuk memperoleh pemahaman, pendalaman, dan pengendapan sehingga hasil
belajar berinternalisasi dengan pribadi siswa. Dalam kondisi ini semua unsur pribadi siswa aktif
seperti emosi, perasaan, intelektual, penginderaan, fisik, dan sebagainya.
Peranan guru bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada siswa,
melainkan bertindak sebagai pembantu dan pelayanan bagi siswanya. Siswa aktif belajar,
sedangkan guru memberikan fasilitas belajar, bantuan dan pelayanan. Beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan guru, yaitu:
1) Menyiapkan lembar kerja;
2) Menyusun tugas bersama siswa;
3) Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan;
4) Memberikan bantuan dan pelayanan apabila siswa mendapat kesulitan;
5) Menyampaikan pertanyaan yang bersifat asuhan;
6) Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum;
7) Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lamban;
8) Menyalurkan bakat dan minat siswa;
9) Mengamati setiap aktivitas siswa.
Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan
CBSA tidak diartikan guru menjadi pasif, melainkan tetap harus aktif namun tidak bersikap
mendimonasi siswa dan menghambat perkembangan potensinya. Guru bersifat sebagai inquiry,
dan fasilitator.
7
2.3 Hakikat Pendekatan CBSA
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara
jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu.
Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf
perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan
keterampilan keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif. Hakekat dari
CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar
yang memungkinkan terjadinya:
1. Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
pengetahuan.
2. Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
keterampilan.
3. Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai
dan sikap.
Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan
intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi,
tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis.
Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat
menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang
efektif dan efisien. Dalam menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi
bagian-bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah
laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku siswa yang
muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
8
2.4 Karakteristik, inti dan kerangka CBSA
Pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif, akan tampak ketika sebuah pembelajaran
benar-benar menunjukan orientasinya pada peserta didiknya. Akan berlaku sebaliknya apabila
arah pembelajaran tersebut berorientasi kepada guru.
Raka Joni (1992: 19-20) (dalam buku Belajar & Pembelajaran karya Dimyati &
Mudjiono) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang ber-CBSA dengan baik mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa
Menunjukan bahwa siswa berperan aktif dalam mengembangkan cara-cara balajar
mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar,
pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.
5. Penilaian dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa, serta
megukur berbagai keterampilan yang dikembangkan, misalnya keterampilan berbahasa,
keterampilan sosial, keterampilan matematika, dan keterampilan proses dalam IPA dan
keterampilan lainnya, serta mengukur hasil belajar siswa.
9
Sementara itu, Mc Kearchie mengemukakan 6 dimensi proses pembelajaran yang
menunjukan kadar CBSA. Adapun dimensinya meliputi:
Sedangkan Yamamoto meninjau bahwa apakah suatu proses menunjukan CBSA, dapat
dilihat dari segi kesadaran siswa dan guru yang terlibat di dalamnya. Ia menambahkan bahwa
proses pembelajaran akan optimal terjadi apabila siswa yang belajar ataupun guru yang
membelajarkan memiliki kesadaran dan kesengajaan terlibat dalam proses pembelajaran
sehingga akan memunculkan berbagai interaksi pembelajaran.
Lingkungan fisik dalam ruang kelas juga dapat menjadikan belajar aktif. Dekorasi
interior dari belajar aktif adalah menyenangkan dan menantang. Dalam beberapa hal, mebelair
dapat diatur untuk membentuk susunan yang berbeda-beda. Lingkungan belajar aktif adalah
tempat dimana kebutuhan, harapan dan perhatian peserta didik mempengaruhi rencana
pembelajaran pengajar.
Diskusi kelas berperan sangat penting dalam belajar aktif. Dengan mendengarkan
keluasan pandangan menantang peran peserta. Pengajar selama diskusi kelompok berperan
memfasilitasi jalannya komentar dari kelompok. Sekalipun itu tidak perlu untuk menyela setelah
setiap siswa berbicara, secara periodik membantu kelompok agar kontribusi mereka dapat
bermanfaat.
Aktivitas pengalaman betul-betul membantu membuat belajar aktif. Aktivitas semacam
itu secara khusus melibatkan bermain peran, games, simulasi, dan tugas problem solving.
Seringkali jauh lebih baik bagi peserta didik untuk mengalami sesuatu dari pada sekedar
mendengarkan dan membicarakannya.
10
Dengan menggunakan teknik-teknik belajar aktif cenderung mengurangi problem
manajemen kelas yang sering kali mengganggu pengajar yang betul- betul merasa berat pada
ceramah dan diskusi kelompok besar. Pada intinya metode atau teknik apapun yang nantinya
digunakan oleh guru, belajar aktif memerlukan waktu. Oleh karena itu, penting bahwa tidak ada
waktu yang terbuang.
11
c) Keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan sussana belajar yang serasi, selaras
dan seimbang dalam proses belajar dan pembelajaran.
d) Keterlibatan siswa menunjang upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk
memperoleh pengalaman belajar serta membantu mengorganisasikan lingkungan belajar itu, baik
secara individual maupun secara kelompok.
e) Keterlibatan siswa dalam mencari informasi dari berbagai sumber yang berdaya guna dan
tepat guna bagi mereka sesuai rencana kegiatan belajar yang telah mereka rumuskan sendiri.
f) Keterlibatan siswa dalam mengajukan prakarsa, memberika jawaban atas pertanyaan guru,
mengajukan pertanyaan/masalah dan berupaya menjawabnya sendiri, menilai jawaban dari
rekannya, dan memecahkan masalah yang timbul selama berlangsungnya proses belajar
mengajar tersebut.
3) Pada tingkat produk, kadar CBSA ditandai oleh:
a) Keterlibatan siswa dalam menilai diri sendiri, menilai teman sekelas.
b) Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas menjawab tes dan mengisi instrumen
penilaian lainnya yang diajukan oleh guru.
c) Keteribatan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang berkenaan dengan hasil
belajar.
d) Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagai hasil belajar dan
pembelajaran.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat ditentukan derajat kadar CBSA dalam suatu proses
belajar mengajar, dan bila mungkin dimodifikasi menjadi: kadar tinggi, kadar sedang, dan kadar
rendah. Tanpa upaya dan pengaruh serta arahan guru sebagai fasilisator dan pengorganisasian
belajar, maka kadar CBSA yabg diinginkan tak mungkin tercapa. Guru tetap brtanggung jawab
menciptakan lingkungan belajara yang mampu mengundang/menantang siswa untuk belajar.
12
2.6 Rambu-rambu Penyelenggaraan CBSA
Pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA menuntut kondisi-kondisi tertentu untuk
menjamin kadar CBSA yang tertinggi guna mencapai tujuan pembelajaran atau hasil belajar
siswa pada tingkat optimal. Penyelenggaraan pembelajaran CBSA tersebut ditandai oleh
indikator-indikator sebagai berikut:
1) Derajat partisipasi dan responsif siswa yang tinggi.
2) Keterlibatan siswa dalam pelaksanaan/pembuatan tugas.
3) Peningkatan kadar CBSA dalam proses pembelajaran juga ditentukan oleh faktor guru.
4) Pendekatan CBSA pada dasarnya dapat diterapkan pada semua strategi dan metode belajar
mengajar, walaupun kadarnya berbeda-beda.
5) Penyediaan materi dan peralatan serta berbagai fasilitas belajar tetap diperlukan, agar
tercipta lingkungan belajar yang menantang dan merangsang serta meningkatkan kegiatan belajar
siswa.
6) Keaktifan berdasarkan CBSA tidak jarang menimbulkan kesulitan belajar pada siswa,
misalanya tentang teknik belajar, memilih bahan, menilai hasil kegiatan, dan masalah-masalah
lainnya.
7) Kondisi lingkungan kelas/sekolah turut berpengaruh terhadap palaksanaan pembelajaran
berdasarkan CBSA.
13
3) Belajar kelompok
Belajar kelompok memilki kadar CBSA yang cukup tinggi, yaitu teknik pelaksanaannya dapat
dalam bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi
ceramah.
4) Bertanya jawab
Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara kelompok
siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar
aktif.
5) Belajar inquiry/discovery (belajar mandiri)
Dalam strategi belajar ini, siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya memecahkan
masalah.
6) Pengajaran unit
Strategi pengajaran ini berpusat pada suatu masalah atau suatu proyek.
14
f. Dapat didominasi oleh seseorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta
lain.
15