Dosen Pengampu : Dr. Ismail, M.Pd. dan Dini Kinati Fardah, S.Pd,Si., M.Pd
Oleh :
Pradnya Paramitha Solikhah (18030174022)
Nurul Nofi Aini (18030174025)
Nur Izzatul Isslamiyah (18030174051)
Alista Hariyanti (18030174052)
Endi Puji Lestari (18030174057)
Dewi Isarotur Rohmah (18030174058)
Kevin Audreyna Amada Syifa (18030174093)
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmat-Nya lah maka Kami dapat menyelesaikan sebuah
makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini Kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Model
Pembelajaran Kooperatif”. Dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran Inovatif II di prodi Pendidikan Matematika semester empat dengan
dosen pengampu mata kuliah adalah Dr. Ismail, M.Pd dan Dini Kinati Fardah,
S.Pd.Si., M.Pd. Kami berharap dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
memaklumi bila isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang Kami buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1
1.3 TUJUAN..................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif................................................................3
2.2 Landasan Teori dan Empirik.......................................................................................8
2.3 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif.....................................................................12
2.4 Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen..................................................23
2.5 Penilaian dan Evaluasi...............................................................................................25
2.6 Kelebihan dan Kekurangan.......................................................................................27
BAB III...................................................................................................................................29
PENUTUP..............................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................29
3.2 Saran............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pola pencapaian tujuan kompetitif digambarkan seperti dua orang yang sedang
lomba tarik tambang. Keberhasilan seorang penarik tambang, berarti kegagalan bagi
perik tambang lainnya. Selain itu Pola pencapaian tujuan dalam pembelajaran
kooperatif ini dapat digambarkan seperti dua orang yang memikul balok. Balok akan
dapat dipikul bersama-sama jika dan hanya jika kedua orang tersebut berhasil
memikulnya. Kegagalan salah satu saja dari kedua orang itu berarti kegagalan
keduanya. Demikian pula halnya dengan tujuan yang akan dicapai oleh suatu
kelompok siswa tertentu. Tujuan kelompok akan tercapai apabila semua anggota
kelompok mencapai tujuannya secara bersama-sama. Ini merupakan salah satu
gambaran pada structur tujuan kooperatif. Untuk lebih singkatya mengenai macam
strucur tujuan akan dijelaskan di selanjutnya.
Ada tiga macam structur tujuan :
Struktur penghargaan induvidualistik, terjadi bila suatu penghargaan itu bisa
dicaapai oleh siswa maupun tidak bergantung pada percapaian induvidu lain.
Contohnya : Kepuasan lari 1,67 km dalam 4 menit.
Struktur penghargaan kompetitif, terjadi bila suatu penghargaan itu diperoleh
sebagai upaya induvidu melalui persaingannya dengan orang lain. Contohnya :
Pemberian nilai berdasarkan ranking dalam kelas.
Struktur penghargaan kooperatif, terjadi bila induvidu membantu induvidu
lain mendapat penhargaan. Contohnya: pemenang suatu pertandingan
olahraga beregu seperti sepakbola.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup
sepenanggungan bersama”.
Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti
milik mereka sendiri.
3
Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki
tujuan yang sama.
Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah yang juga dikenakan
untuk semua anggota kelompok
Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara induvidual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-
ciri sebagai berikut.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,
rendah.
Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin,berbeda-beda.
Penghargaan lebih beriorientasi kelompok ketimbang induvidu
4
Dalam buku Coleman, 1996. Dimana telah terdokumentasikan
dengan baik selama tiga dekade lebih bahwa anak-anak muda di
Amerika serikat memberikan penilaian rendah pada hasil belajar
akademik.
Dalam buku slavin, 1984. Dimana para siswa sering tidak
menghargai temannya yang berhasil akademik, sementara itu siswa
lebih menghargai siswa yang menonjol dibidang olah raga. D
engan alasan keberhasilan didalam olahraga membawa keuntungan
bagi kelompok( team, sekolah atau daerah), sementara keberhasilan
akademik, lebih bersifat individual.
5
sama lain atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan
struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu
sama lain.
b. Pengembangan Keterampilan social
Dimana dalam hal ini untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat
penting untuk dimiliki didalam masyarakat dimana banyak kerja
orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang
saling bergantung satu sama lain dan dimana masyarakat secara
budaya semakin beragam. Disituasi saat ini, banyak anak muda dan
orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Dibuktikan
dengan adanya pertikaina kecil antara induvidu yang berdampak
pada kekerasan.
6
Fase 4 Guru membimbing
Membimbing kelompoj kelompok-kelompok belajar
bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka
1. Langkah-langkah
Enam langkah utama ataupun tahapan didalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi ssiwa dalam belajar.
Fase ini diikuti oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan
bacaan daipada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan
keda;am tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat
siswa bekerja bersa,ma untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.
Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir
kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari
dan membuat penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun
induvidu.
7
suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan
mendefinisikan semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam
mengendalikan dari waktu ke waktu didalam kelompoknya. Jika
pelajaran pembelajaran kooperatif ingin menjadi sukses, materi
pembelajran yang lengkap harus tersedia di ruangan guru atau di
perpustakaan atau dipusat media. Keberhasilan juga menghendaki
syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional, yaitu secara ketat
mengelola tingkah laku siswa dalam kerja kelompok.
Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit,
model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan
kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemmapuan membantu
teman.
8
2.2 Landasan Teori dan Empirik
9
masalah di dalam kelompok kecil mereka, siswa belajar prinsip demokrasi
melalui interaksi hari ke hari satu sama lain.
Herbert Thelan (1954, 1969) Herbert berargumentasi bahwa kelas haruslah
merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji
masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Thelan yang tertarik dengan dinamika
kelompok, mengembangkan bentuk yang lebih rinci dan terstruktur dari
penyelidikan kelompok yang akan dibicarakan, kemudian mempersiapkan dasar
konseptual untuk pengembangan masa kini pembelajaran kooperatif (Riyadi, S:
2007).
10
Lewin mencari cara bagaimana memfasilitasi integrasi dan memajukan hubungan
antar manusia, mendorong demokrasi dan mengurangi timbulnya konflik. Dari
sini muncul berbagai strategi pembelajaran kooperatif. Para penerus Lewin
(terutama generasi kedua dan ketiga Lewin) mengembangkan berbagai teknik
pembelajaran kooperatif yang menggabungkan pandangan teori psikologi sosial
dari Lewin dan psikologi kognitif. Deutsch (dalam Slavin, 1995)
mengembangkan prinsip "ketergantungan" (interdpendence), yang kemudian ia
bagi menjadi ketergantungan positip dan negatif. Johnson & Johnson
mengembangkan "creative conflict" dan Slavin dengan "group contingencies".
Banyak hasil penelitian Lewin yang mengetengahkan pentingnya partisipasi aktif
dalam kelompok untuk mempelajari ketrampilan baru, mengembangkan sikap
baru, dan memperoleh pengetahuan. Hasil penelitiannya juga menunjukkan
betapa produktifnya kelompok bila anggota-anggotanya berinteraksi dan
kemudian saling merefleksikan pengalaman-pengalamannya. (Johnson &
Johnson, 2000).
11
a) Prinsip Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas
sangat bergantung pada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.
Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan
penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing
anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa
saling ketergantungan.
b) Tanggung Jawab Perseorangan
Keberhasilan kelompok bergantung pada setiap anggotanya, maka setiap
anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberha-silan
kelompoknya. Oleh karena itu, guru harus memberikan penilaian individu dan
juga kelompok. Penilaian individu berbeda, akan tetapi penilaian kelompok
harus sama.
c) Interaksi Tatap Muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yan luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi
dan saling membelajarkannya. Interaksi tatap muka akan memberikan
pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja
sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing
anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok kooperatif
dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan
kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi
modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok.
d) Partisipasi dan Komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam
kehidupan di masyarakat kelak. Untuk dapat melakukan partisipasi dan
komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuankemampuan
berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan dan cara
menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan, cara
menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.
Arends (1997: 111) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
12
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajar
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang beragam
4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
A. Tugas-tugas Perencanaan
Beberapa tugas perencanaan dan keputusan yang unik yang dibutuhkan
oleh guru dalam mempersiapkan diri mengajar suatu pelajaran pembelajaran
kooperatif, yaitu :
a. Memilih Pendekatan
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,
terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Terdapat empat
pendekatan yang akan diuraikan seperti berikut ini.
13
2. Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik
dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui
tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.
3. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari.
4. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap
bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih
prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi
penghargaan. Kadang -kadang beberapa atau semua tim
memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau
standar tertentu.
Metode Jigsaw
Langkah – langkahnya :
1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5
siswa dengan karakteristik yang heterogen.
2. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan
setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian
dari bahan akademik tersebut.
3. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung
jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan
selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian
bahan tersebut (kelompok pakar / expert group).
4. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali
ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain
mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams” para
siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah
dipelajari.
14
Metode G ( Group Investigation/Investigasi Kelompok)
Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn.
Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam
menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi. Dalam
metode ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
komunikasi dan proses memiliki kelompok.
Langkah-langkahnya :
1. Seleksi topik
2. Merencanakan kerjasama
3. Implementasi
6. Evaluasi selanjutnya
15
Metode struktural
4. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang
memegang kartu yang cocok.
b. Bertukar Pasangan
Langkah – langkahnya :
16
teknik mencari pasangan).
Langkah – langkahnya :
d. Bercerita Berpasangan
17
1. Pengajar membagi bahan pelajaran menjadi dua bagian.
3. Siswa dipasangkan
Langkah-langkahnya :
18
4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
f. Keliling Kelompok
Langkah – langkahnya :
g. Kancing Gemerincing
Langkah-langkahnya :
19
4. Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh
berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan
kancing mereka.
Langkah-langkah :
20
Kognitif akademik akademik akademik tingkat akademik
sederhana sederhana tinggi dan sederhana
keterampilan
inkuiri
Tujuan Kerjasama Kerjasama Kerjasama dalam Keterampilan
Sosial dalam dalam kelompok kelompok dan
kelompok kelompok kompleks sosial
Struktur Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi
Kelompok hetero-gen hetero-gen belajar homogen berdua, bertiga,
dengan 4-5 dengan 5- dengan 5-6 kelompok
orang 6 anggota dan orang anggota dengan 4-6
anggota meng-gunakan orang anggota
kelompok asal
dan ahli
Pemilihan Biasanya Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
Topik guru
Tugas Siswa dapat Siswa Siswa Siswa
Utama menggunaka mempelajari menyelesai-kan mengerjakan
n LKS dan materi dalam inkuiri komplek tugas-tugas ya
saling ke-lompok ng diberikan
membantu ahli kemu-dian baik sosial dan
untuk membantu kognitif
menuntaskan anggota
materi kelompok asal
belajarnya mempelajari
materi itu
Penilaian Tes Bervariasi, Menyelesaikan Bervariasi
mingguan misal tes proyek dan
mingguan menulis laporan,
dapat
menggunakan tes
essay.
Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
pengakuan pengakuan dan
21
dan publikasi publikasi lain
lain
22
Seorang guru dapat memperoleh suatu materi dari perpustakann atau
dari laboran. Disini biasanya menghendaki guru untuk
mengkomunikasikan tujuan secara jelas dari suatu materi pelajaran
tertentu dan mengetahui jumlah siswa yang terlibat secara tepat.
d. Mengenalkan Siswa kepada Tugas dan Peran
Jika guru di suatu sekolah sedang menggunakan pembelajaran
kooperatif, maka tugas ini menjadi lebih ringan karena siswa telah siap
dan mengetahui peran mereka dalam pembelajaran ini. Jika belum, maka
guru harus meluangkan waktu khusus untuk menjelaskan model ini
kepada siswa dan melatih mereka keterampilan-keterampilan prasyarat.
e. Merencanakan Waktu dan Tempat
Pembelajaran kooperatif menyita lebih banyak waktu daripada
model pengajaran lain karena ketergantungannya pada interaksi
kelompok kecil. Pembelajaran ini membutuhkan perhatian khusus dalam
penggunaan ruang kelas, dan membutuhkan perabot yang dapat
dipindahkan.
B. Tugas-tugas Interaktif
23
Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif dibagi menjadi enam
fase. Empat fase pertama akan dibahas daalam tugas tugas interaktif.
a. Menyampaikan tujuan dan memotovasi siswa
Tujuan dan memotivasi belajar dilakuk jika Guru yang berhasil
memulai pelajaran dengan menelaah ulang, menjelaskan tujuan belajar,
menunjukkan keterkaitan dengan pelajaran sebelumnya. Guru harus
memberikan penekanan khusus pada fase pengajaran karena
pembelajaran kooperatif biasanya berjalan melampaui lebih dari satu
hari atau minggu tertentu dank arena tujuan tujuan itu memiliki banyak
faset.
Sebagai misal, pada saat guru memperkenalkan pelajaran investigasi
kelompok untuk pertama kali, guru ingi menggunakan waktu yang
cukuo bersama siswa untuk menyakinkan langkah-langkah spesifik an
peran-peran dipahami dengan jelas.
Jika guru sedang memperkenalkan jingsaw, ia mungkin
menginginkan untuk mendiskusikan bagaimana dimasyarakt orang
dikehendaki untuk dapat bekerja saling bergantung satu sama lain dalam
banyak aspek kehidupan dab bagaimana jigsaw memberi kesempatan
siswa untuk melatih perilaku kooperatif. Jika tujuan utama guru adalah
untuk meningkatkan penerimaan terhadap siswa yang berasal dari latar
belakang berbeda, ia mungkin menginginkan untuk menjelaskan ide ini
kepada siswa dan mendiskusikan bagaimana bekerja dengan orang yang
berbeda dari diri kita akan memberikan kesempatan untk saling
mengetahui secara lebih baik.
Poin penting dari contoh diatas adalah agar siswa lebih besar
kemungkinannya untuk bekerja kea rah tujuan-tujuan penting apabila
rational untuk pelajaran itu telah didiskusikan secara khusus. Siswa akan
sulit untuk melaksanakan suatu tugas secara baik apabila mereka belum
jelas tentang mengapa mereka melakukan kegiatan itu atau apabila
kriteria keberjhasilan tidak diberitahukan secara terbuka.
b. Menyajikan informasi
Guru SD mengetahui bahwa menyandarkan paa buku teks dalam
menyampaikan isi akan membantu siswa unntuk membaca materi yang
diajarkan. Guru sekolah menengah atas atau diperguruan tinggi sering
24
mengasumsikan siswa mereka dapat membaca dan memahami tugas
yang diberikan. NAmu, seringkali hal ini erupakan asumsi yang tidak
benar. Apabila pembelajaran kooperatif menghendaki siswa siswa untuk
membaca suatu teks, guru yang berhasil, tidak memandang tingkat usia
siwa-siswi mereks stsu msts pelajaran yang diajarkan, seharusnya
mengasumsika tanggung jawab untuk membantu siswa menjadi
pembaca yang lebih baik.
c. Mengorganisasikan dan membantu kelompok belajar
Mengorganisasikan dan membantu kelompok belajar dan meminta
mereka mulai menangani tugas mereka merupakan satu langkah paling
sulit bagi guru dalam menggunakan pembelajaran kooperatif. Ini
merupakan fase dalam suatu pelajran pembelajaran kooperatif saat ,ama
dapat terjadi kegaduhan kecuali peralihan direncanakan dan dikelola
secara seksama.Tidak ada yang yang lebih menjadikan guru frustasi
daripada situasi peralihan dimana 40 siswa sedng pindsng ke kelompo-
kelompok kecil dan tidak seorang pun yang seharusnya mereka lakukan.
Siswa frustasinya saat menghadapi siwa dari kelompok yang berbeda
secara bersamaan meminta perhatian guru. Petunjuk dalam mengelola
peralihan dan membantu siswa selama kerja kelompok akan dibahas
lebih lanjut pada sub bab berikutnya.
1. Membantu Transisi
Proses untuk meminta siswa masuk kedalam kelompok belajar dan terlibat
aktif dengan pekerjaan mereka merupakan tugas yang sulit bagi guru. Oleh
karena itu, ada beberapa strategi yang dapat digunakan guru agar proses
transisi berjalan lancar diantaranya adalah memberikan petunjuk-petunjuk
visual untuk membantu kelompok, menyatakan petunjuk dengan jelas dan
meminta beberapa siswa untuk mengulang petunjuk tersebut, serta
menetapkan suatu tempat untuk tiap kelompok belajar dan menandai dengan
jelas tempat tersebut.
2. Mengelola dan Membantu Kerja Kelompok
25
Untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran kooperatif yang lebih kompleks,
guru perlu membantu tiap-tiap kelompok terutama yang mengalami kesulitan,
mengingatkan mereka akan tugas-tugas yang perlu dikerjakan dan waktu yang
disediakan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Ada suatu aturan untuk diikuti guru dalam fase ini dalam suatu
pembelajaran kooperatif yaitu, guru tidak perlu terlalu banyak ikut campur
atau memberi bantuan yang tidak diinginkan sehingga dapat menggangu
siswa. Hal ini dapat meniadakan kesempatan siswa untuk berinisiatif dan
bekerja dengan arahan sendiri.
3. Mengajarkan Kerjasama
Untuk membantu siswa bekerjasama memerlukan perhatian terhadap
jenis-jenis tugas yang diberikan kepada setiap kelompok. Ada beberapa aspek
yang harus diperhatikan dalam mengajarkan kerjasama dalam pembelajaran
kooperatif, antara lain :
a. Tugas yang mendorong untuk saling bergantung satu sama lain
Guru dapat memberikan tugas kelompok dan mengatakan kepada mereka
bahwa mereka dapat saling membantu, namun kemudian meminta tiap
siswa mengerjakan lembar kegiatannya sendiri yang akan dinilai secara
individua. Hal ini menyebabkan, siswa dapat saling membantu satu sama
lain tetapi mereka tidak saling bergantung dalam mengerjakan tugas
tersebut.
b. Keterampilan sosial dan keterampilan kelompok
Untuk membuat pembelajaran kooperatif bekerja, guru harus mengajarkan
keterampilan-keterampilan kelompok dan sosial yang diperlukan.
Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan sosial
berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif dengan orang
lain. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif ada beberapa kendala yang
muncul antara lain, banyak siswa yang kesulitan berbagi waktu dan bahan,
ada sejumlah siswa yang mendominasi kegiatan kelompok tetapi siswa
lain malah tidak dapat berperan serta. Dalam kasus tersebut, guru dapat
mengajarkan siswa bagaimana menunggu giliran pada saat bekerja dalam
kelompok, serta meyakinkan siswa-siswa yang tersisihkan masuk kedalam
kelompok siswa yang memiliki keterampilan sosial yang baik. Sebelum
siswa dapat bekerja secara efektif di dalam kelompok pembelajaran
26
kooperatif, mereka juga harus belajar tentang memahami satu sama lain
dan menghormati perbedaan mereka. Membantu membangun identitas tim
dan kesetiakawanan anggota merupakan tugas penting bagi guru yang
menggunakan kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif.
27
berikut.
Langkah 1 Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-
Menetapkan skor dasar skor yang lalu.
Langkah 2 Siswa yang memperoleh poin untuk kuis yang
Menghitung skor kuis terkini berkaitan dengan pelajaran terkini.
Langkah 3 Siswa mendapatkan poin perkembangan yang
Menghitung skor perkembangan besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini
mereka menyamai atau melampaui skor dasar
mereka, dengan menggunakan skala yang
diberikan dibawah ini.
28
adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok dua-duanya hasil
akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas penialaian ganda ini dapat menyulitkan
guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu hasil
kelompok. Sebagai misal, kadang-kadang beberapa siswa ambisius dapat
mengambil bagian lebih besar dari tanggung jawab untuk menyelesaikan
proyek kelompok dan kemudian merasa diperlakukan tidak adil karena
temannya yang hanya memberikan sedikit sumbangan toh menerima evaluasi
yang sama. Sama halnya, siswa yang telah mengabaikan tanggung jawabnya
terhadap upaya kelompok dapat menunjukkan sikap sinis terhadap suatu
sistem yang memberikan penghargaan kepada mereka untuk pekerjaan yang
tidak mereka lakukan.
Beberapa gruu yang berpengalaman telah menemukan suatu solusi untuk
dilema ini dengan memberikan dua evaluasi bagi siswa, satu untuk upaya
kelompok dan satu untuk tiap sumbangan seseorang individu.
3. Pengakuan terhadap Upaya Kooperatif
Suatu tugas penilaian dan evaluasi penting terakhir yang unik untuk
pembelajaran kooperatif adalah pengakuan terhadap upaya dan hasil belajar
siswa. Slavin dan para pengembang di Universitas Johns Hopkins
menciptakan konsep pengumuman tempel kelas mingguan untuk digunakan
dalam STAD dan Jigsaw. Guru (Kadang-kadang kelas itu sendiri) melaporkan
dan mengumumkan hasil tim dan pelajaran individual dalam pengumuman
tempel.
Para pengembang pendekatan investigasi kelompok memberi pengakuan
upaya tim dengan mengutamakan presentasi kelompok dan dengan
memperagakan hasil-hasil investigasi kelompok di dalam kelas. Bentuk
pengakuan ini malah dapat dipertegas lagi dengan mengundang tamu (orang
tua, siswa dari kelas lain, atau kepala sekolah) utnuk menyaksikan laporan
akhir. Pengumuman tempel yang merangkum hasil-hasil investigasi kelompok
kelas dapat juga dihasilkan dan dikirimkan kepada orang tua dan orang-orang
lain di sekolah itu dan masyarakat.
29
2.6 Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
1. Meningkatkan harga diri tiap individu
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar sehingga
konflik antar pribadi berkurang
3. Sikap apatis berkurang
4. Pemahaman yang lebih mendalam atau penyimpanan lebih lama.
5. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
6. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam system
kompetisi dan keterasingan dalam system individu tanpa mengorbankan
aspek kognitif. g) meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik).
7. Meningkatkan kehadiran peserta didik dan sikap yang lebih positif.
8. Menambah motivasi dan percaya diri.
9. Menambah rasa senang berada ditempat belajar serta menyenangi teman-
teman sekelasnya.
10. Mudah diterapkan dan tidak mahal.
b. Kekurangan
1. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Ada peserta didik
tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan temannya.
2. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik
atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan
kelompok.
3. Banyak peserta didik takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau
secara adil bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan
tersebut.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Kholida, Ida S. 2015. Penerapan Model Kooperatif dengan Metode peta konsep.
Wacana didakti. Vol 3. No. 6
iii