Anda di halaman 1dari 36

PEMBELAJARAN INOVATIF II

“MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF”

Dosen Pengampu : Dr. Ismail, M.Pd. dan Dini Kinati Fardah, S.Pd,Si., M.Pd

Oleh :
Pradnya Paramitha Solikhah (18030174022)
Nurul Nofi Aini (18030174025)
Nur Izzatul Isslamiyah (18030174051)
Alista Hariyanti (18030174052)
Endi Puji Lestari (18030174057)
Dewi Isarotur Rohmah (18030174058)
Kevin Audreyna Amada Syifa (18030174093)

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmat-Nya lah maka Kami dapat menyelesaikan sebuah
makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini Kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Model
Pembelajaran Kooperatif”. Dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran Inovatif II di prodi Pendidikan Matematika semester empat dengan
dosen pengampu mata kuliah adalah Dr. Ismail, M.Pd dan Dini Kinati Fardah,
S.Pd.Si., M.Pd. Kami berharap dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
memaklumi bila isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang Kami buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.

Surabaya, 11 Februari 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1
1.3 TUJUAN..................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif................................................................3
2.2 Landasan Teori dan Empirik.......................................................................................8
2.3 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif.....................................................................12
2.4 Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen..................................................23
2.5 Penilaian dan Evaluasi...............................................................................................25
2.6 Kelebihan dan Kekurangan.......................................................................................27
BAB III...................................................................................................................................29
PENUTUP..............................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................29
3.2 Saran............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik


mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam
membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan
paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran
matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru
lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga
mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa.
Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru
hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai
dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu
diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan
tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat
perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa tinjauan umum pembelajaran kooperatif ?


2. Apa saja landasan teori dan empirik?
3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif?
4. Bagaimana lingkungan belajar dan tugas -tugas manajemen?
5. Bagaimana penilaian dan evaluasi?

1
1.3 TUJUAN

1. Mengetahui tinjauan umum embelajaran kooperatif


2. Mengetahui apa saja landasan teori dan empirik
3. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif
4. Mengetahui bagaimana lingkungan belajar dan tugas -tugas manajemen
5. Mengetahui bagaimana penilaian dan evaluasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif

Pola pencapaian tujuan kompetitif digambarkan seperti dua orang yang sedang
lomba tarik tambang. Keberhasilan seorang penarik tambang, berarti kegagalan bagi
perik tambang lainnya. Selain itu Pola pencapaian tujuan dalam pembelajaran
kooperatif ini dapat digambarkan seperti dua orang yang memikul balok. Balok akan
dapat dipikul bersama-sama jika dan hanya jika kedua orang tersebut berhasil
memikulnya. Kegagalan salah satu saja dari kedua orang itu berarti kegagalan
keduanya. Demikian pula halnya dengan tujuan yang akan dicapai oleh suatu
kelompok siswa tertentu. Tujuan kelompok akan tercapai apabila semua anggota
kelompok mencapai tujuannya secara bersama-sama. Ini merupakan salah satu
gambaran pada structur tujuan kooperatif. Untuk lebih singkatya mengenai macam
strucur tujuan akan dijelaskan di selanjutnya.
Ada tiga macam structur tujuan :
 Struktur penghargaan induvidualistik, terjadi bila suatu penghargaan itu bisa
dicaapai oleh siswa maupun tidak bergantung pada percapaian induvidu lain.
Contohnya : Kepuasan lari 1,67 km dalam 4 menit.
 Struktur penghargaan kompetitif, terjadi bila suatu penghargaan itu diperoleh
sebagai upaya induvidu melalui persaingannya dengan orang lain. Contohnya :
Pemberian nilai berdasarkan ranking dalam kelas.
 Struktur penghargaan kooperatif, terjadi bila induvidu membantu induvidu
lain mendapat penhargaan. Contohnya: pemenang suatu pertandingan
olahraga beregu seperti sepakbola.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
 Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup
sepenanggungan bersama”.
 Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti
milik mereka sendiri.

3
 Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki
tujuan yang sama.
 Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
 Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah yang juga dikenakan
untuk semua anggota kelompok
 Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
 Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara induvidual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-
ciri sebagai berikut.
 Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
 Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,
rendah.
 Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin,berbeda-beda.
 Penghargaan lebih beriorientasi kelompok ketimbang induvidu

1. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar


Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
a. Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial,
pembelajaran koopertif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
daklam tugas-tugas akademik.
Beberapa pendapat ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan meningkatkan
penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar.
Contoh pendapat para ahli mengenai pembelajaran ini.

4
 Dalam buku Coleman, 1996. Dimana telah terdokumentasikan
dengan baik selama tiga dekade lebih bahwa anak-anak muda di
Amerika serikat memberikan penilaian rendah pada hasil belajar
akademik.
 Dalam buku slavin, 1984. Dimana para siswa sering tidak
menghargai temannya yang berhasil akademik, sementara itu siswa
lebih menghargai siswa yang menonjol dibidang olah raga. D
engan alasan keberhasilan didalam olahraga membawa keuntungan
bagi kelompok( team, sekolah atau daerah), sementara keberhasilan
akademik, lebih bersifat individual.

Pembelajaran kooperatif dapat mengubah norma budaya anak muda


dan membuat budaya lebih dapat menerima prestasi menonjol dalam
tugas-tugas pembelajaran akademik, didamping mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat
memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik. Dimana siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa
kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya,
yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial
ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya
karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran
leboih mendalam tentang hubungan idea-idea yang terdapat didalam
materi tertentu.
a. Penerimaan terhadap perbedaan induvidu
Artinya adanya penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda
ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.
Berikut ini adalah garis besar premis yang diajukan oleh Golon
Allport (1954 ). Telah diketahui bahwa hanya kontak fisik saja
diantara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok etnik tidak
cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang
berbeda latarbelakang dan kondisi untuk saling bergantung satu

5
sama lain atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan
struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu
sama lain.
b. Pengembangan Keterampilan social
Dimana dalam hal ini untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat
penting untuk dimiliki didalam masyarakat dimana banyak kerja
orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang
saling bergantung satu sama lain dan dimana masyarakat secara
budaya semakin beragam. Disituasi saat ini, banyak anak muda dan
orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Dibuktikan
dengan adanya pertikaina kecil antara induvidu yang berdampak
pada kekerasan.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1 Guru menyampaikan semua


Menyampaikan tujuan dan tujuan pelajaran yang ingin
memotivasi siswa dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa
belajar

Fase 2 Guru menyajikan informasi


Menyajikan Informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan

Fase 3 Guru menjelaskan kepada


Mengoorganisasikan siswa k siswa bagaimana caranya
edalam kelompok-kelompok membentuk kelompok belajar
belajar dan membantu setiap
kelompok belajar agar
melakukan transisi secara
efissien

6
Fase 4 Guru membimbing
Membimbing kelompoj kelompok-kelompok belajar
bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka

Fase 5 Guru mengevaluasi hasil


Evaluasi belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-
masing kelompok
mempresentasikan hasil
kerjanya.

Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk


Memberikan penghargaan menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu
dan kelompok

1. Langkah-langkah
Enam langkah utama ataupun tahapan didalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi ssiwa dalam belajar.
Fase ini diikuti oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan
bacaan daipada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan
keda;am tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat
siswa bekerja bersa,ma untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.
Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir
kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari
dan membuat penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun
induvidu.

2. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen


Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh
proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang
harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menerapkan

7
suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan
mendefinisikan semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam
mengendalikan dari waktu ke waktu didalam kelompoknya. Jika
pelajaran pembelajaran kooperatif ingin menjadi sukses, materi
pembelajran yang lengkap harus tersedia di ruangan guru atau di
perpustakaan atau dipusat media. Keberhasilan juga menghendaki
syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional, yaitu secara ketat
mengelola tingkah laku siswa dalam kerja kelompok.
Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit,
model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan
kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemmapuan membantu
teman.

8
2.2 Landasan Teori dan Empirik

Model pembelajaran konvensional atau pembelajaran langsung mempunyai


sandaran teori psikologi behavioristik dan teori pembelajaran sosial, sedangkan model
pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori
pembelajaran sosial (Arends, 1997). Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja
tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan
peserta didik selama aktivitas belajar berlangsung. Informasi yang ada pada
kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta
didik difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam
kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dari uraian di atas nampak bahwa guru
bukanlah sebagai pusat pembelajaran, sumber utama pembelajaran, serta pentransfer
pengetahuan sebagaimana terjadi pada pembelajaran konvensional. Pusat
pembelajaran telah bergeser dari guru ke peserta didik. Dalam model pembelajaran
kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar bagi peserta
didik, pembimbing peserta didik dalam belajar kelompok, pemberi motivasi peserta
didik dalam memecahkan masalah, dan sebagai pelatih peserta didik agar memiliki
ketrampilan kooperatif. Teori yang menjadi pendukung model pembelajaran
kooperatif ini adalah: 1) Teori Psikologi Kognitif-Konstruktivistik (Piaget dan
Vygotsky), dan 2) Teori Psikologi Sosial (Dewey, Thelan, Allport, dan Lewin).

1. John Dewey, Herbert Thelan, dan Kelas Demokrasi


John Dewey (1916) Dewey menyatakan bahwa kelas seharusnya cermin
masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar
tentang kehidupan nyata. Pedadogi dewey mengharuskan guru menciptakan di
dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang bercirikan dengan prosedur
demokrasi dan proses ilmiah. Tanggung jawab utama mereka adalah memotivasi
siswa untuk bekerja secara kooperatif dan untuk memikirkan masalah sosial
penting yang muncul pada hari itu. Disamping upaya pemecahan masalah di
dalam kelompok kecil mereka, siswa belajar prinsip demokrasi melalui interaksi
hari kehari satu sama lain (Riyadi, S: 2007). Dewey mengharuskan guru
menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang dicirikan
dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Di samping upaya pemecahan

9
masalah di dalam kelompok kecil mereka, siswa belajar prinsip demokrasi
melalui interaksi hari ke hari satu sama lain.
Herbert Thelan (1954, 1969) Herbert berargumentasi bahwa kelas haruslah
merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji
masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Thelan yang tertarik dengan dinamika
kelompok, mengembangkan bentuk yang lebih rinci dan terstruktur dari
penyelidikan kelompok yang akan dibicarakan, kemudian mempersiapkan dasar
konseptual untuk pengembangan masa kini pembelajaran kooperatif (Riyadi, S:
2007).

2. Gordon Allport, Kurt Lewin, dan Relasi antar Kelompok


Allport (Arends, 1997) berpandangan bahwa hukum saja tidaklah cukup
untuk mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan secara baik antar
kelompok. Pandangan Allport dikenal dengan "The Nature of Prejudice". Untuk
mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan satu sama lain adalah
dengan jalan mengumpulkan mereka (antar suku atau ras) dalam satu lokasi,
kontak langsung dan bekerjasama antar mereka. Shlomo Sharan dan koleganya
menyimpulkan adanya tiga kondisi dasar untuk memformulasikan pandangan
Allport untuk mengurangi kecurigaan antar kelompok dan meningkatkan
penerimaan antar mereka. Tiga kondisi tersebut adalah: 1) kontak langsung antar
suku atau ras; 2) dalam seting tertentu, mereka bekerjasama dan berperan aktif
dalam kelompok; 3) dalam seting tersebut, mereka secara resmi menyetujui
adanya kerjasama (Arends, 1997)
Kurt Lewin yang lahir pada tahun 1890 di Polandia ini dapat dipandang
sebagai Bapak Psikologi Sosial. Lewin sangat tertarik pada masalah-masalah
pergerakan yang dinamis dalam kelompok (group dynamics movement), terutama
tentang resolusi konflik sosial yang terjadi di antara para peserta didik. Dalam
suatu kelompok, ada dua kernungkinan yang dapat terjadi, yaitu: mendorong
penerimaan sosial (promote social acceptance) atau meningkatkan
jarak/ketegangan sosial (increase social distance). Pandangan-pandangan Lewin
tentang dinamika kelompok ini kemudian dikembangkan oleh para peserta didik
-peserta didiknya. D. Johnson, E. Aronson, R. Schmuck dan L. Sherman adalah
generasi ke-tiga dari Lewin (peserta didik dari peserta didik Lewin) yang turut
mengembangkan pandangan - pandangan Lewin tersebut di atas. Para penerus

10
Lewin mencari cara bagaimana memfasilitasi integrasi dan memajukan hubungan
antar manusia, mendorong demokrasi dan mengurangi timbulnya konflik. Dari
sini muncul berbagai strategi pembelajaran kooperatif. Para penerus Lewin
(terutama generasi kedua dan ketiga Lewin) mengembangkan berbagai teknik
pembelajaran kooperatif yang menggabungkan pandangan teori psikologi sosial
dari Lewin dan psikologi kognitif. Deutsch (dalam Slavin, 1995)
mengembangkan prinsip "ketergantungan" (interdpendence), yang kemudian ia
bagi menjadi ketergantungan positip dan negatif. Johnson & Johnson
mengembangkan "creative conflict" dan Slavin dengan "group contingencies".
Banyak hasil penelitian Lewin yang mengetengahkan pentingnya partisipasi aktif
dalam kelompok untuk mempelajari ketrampilan baru, mengembangkan sikap
baru, dan memperoleh pengetahuan. Hasil penelitiannya juga menunjukkan
betapa produktifnya kelompok bila anggota-anggotanya berinteraksi dan
kemudian saling merefleksikan pengalaman-pengalamannya. (Johnson &
Johnson, 2000).

3. Belajar Berdasarkan Pengalaman


Belajar berdasarkan pengalaman Pengalaman memberikan banyak
sumbangan terhadap hal yang dipelajari seseorang. Belajar berdasarkan
pengalaman diasumsikan bahwa: (1) siswa akan belajar paling baik jika mereka
secara pribadi terlibat langsung dalam pengalaman belajar itu, (2) pengetahuan
harus ditemukan oleh siswa sendiri, sehingga pengetahuan itu dapat bermakna, (3)
pengetahuan siswa meningkat karena mereka bebas menentukan tujuan
pembelajaran dalam kerangka tertentu.

4. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif terhadap Kemampuan Akademik


Pembelajaran kooperatif berpengaruh positif terhadap kemampuan akademik
Pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran
akademis mereka. Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa dalam setting
kelas kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari satu teman yang lain di antara
sesama siswa daripada belajar dari guru. Konsekuensinya, pengembangan
komunikasi yang efektf seharusnya tidak ditinggalkan demi kesempatan belajar
itu. Metode pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk
berinteraksi. Prinsip pembelajaran kooperatif Rusman (2012: 212-213) adalah:

11
a) Prinsip Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas
sangat bergantung pada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.
Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan
penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing
anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa
saling ketergantungan.
b) Tanggung Jawab Perseorangan
Keberhasilan kelompok bergantung pada setiap anggotanya, maka setiap
anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberha-silan
kelompoknya. Oleh karena itu, guru harus memberikan penilaian individu dan
juga kelompok. Penilaian individu berbeda, akan tetapi penilaian kelompok
harus sama.
c) Interaksi Tatap Muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yan luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi
dan saling membelajarkannya. Interaksi tatap muka akan memberikan
pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja
sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing
anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok kooperatif
dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan
kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi
modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok.
d) Partisipasi dan Komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam
kehidupan di masyarakat kelak. Untuk dapat melakukan partisipasi dan
komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuankemampuan
berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan dan cara
menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan, cara
menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.
Arends (1997: 111) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

12
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajar
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang beragam
4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Slavin (1995) sifat belajar kooperatif dikategorikan sebagai berikut: (a)


tujuan kelompok; (b) tanggung jawab individual; (c) kesempatan yang sama
untuk sukses; (d) kompetisi kelompok; (5) spesialisasi tugas; dan (6) adaptasi
untuk kebutuhan individu.

2.3 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif

A. Tugas-tugas Perencanaan
Beberapa tugas perencanaan dan keputusan yang unik yang dibutuhkan
oleh guru dalam mempersiapkan diri mengajar suatu pelajaran pembelajaran
kooperatif, yaitu :
a. Memilih Pendekatan
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,
terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Terdapat empat
pendekatan yang akan diuraikan seperti berikut ini.

Metode STAD ( Student Achievement Divisions )


Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari
universitas John Hopkins. Metode ini digunakan para guru untuk
mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik
melalui penilaian verbal maupun tertulis. Langkah – langkahnya :
1. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau
tim, masing – masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok
memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras,
etnik, maupun kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ).

13
2. Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik
dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui
tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.
3. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari.
4. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap
bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih
prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi
penghargaan. Kadang -kadang beberapa atau semua tim
memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau
standar tertentu.

Metode Jigsaw
Langkah – langkahnya :
1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5
siswa dengan karakteristik yang heterogen.
2. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan
setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian
dari bahan akademik tersebut.
3. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung
jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan
selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian
bahan tersebut (kelompok pakar / expert group).
4. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali
ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain
mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams” para
siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah
dipelajari.

14
Metode G ( Group Investigation/Investigasi Kelompok)

Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn.
Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam
menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi. Dalam
metode ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
komunikasi dan proses memiliki kelompok.

Langkah-langkahnya :

1. Seleksi topik

2. Merencanakan kerjasama

3. Implementasi

4. Analisis dan sintesis

5. Penyajian hasil akhir

6. Evaluasi selanjutnya

15
Metode struktural

Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan pada


struktur - struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
-pola interaksi siswa.

Contoh teknik pembelajaran metode struktural yaitu :

a. Mencari Pasangan ( Make a Match )

Dikembangkan oleh Larana Curran, dimana keunggulan teknik ini


adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Langkah
-langkahnya :

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep


atau topik yang cocok untuk sesi review ( persiapan menjelang
tes atau ujian ).

2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang


cocok dengan kartunya.

4. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang
memegang kartu yang cocok.

5. Para siswa mendiskusikan penyelesaian tugas secara bersama-


sama.

6. Presentasi hasil kelompok atau kuis.

b. Bertukar Pasangan

Langkah – langkahnya :

1. Setiap siswa mendapatkan satu pasangan (guru bisa


menunjukkan pasangannya atau siswa melakukan prosedur /

16
teknik mencari pasangan).

2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan


pasangannya.

3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu


pasangan yang lain.

4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing – masing


pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan
mengukuhkan jawaban mereka.

5. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan


kemudian dibagikan pada pasangan semula.

c. Berkirim Salam dan Soal

Langkah – langkahnya :

1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap


kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan
yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan
membantu memilih soal-soal yang cocok.

2. Kemudian masing-masing kelompok mengirimkan satu orang


utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari
kelompoknya.

3. Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.

4. Setelah selesai jawaban masing – masing kelompok dicocokan


dengan jawaban kelompok yang membuat soal.

d. Bercerita Berpasangan

Teknik ini menggabungkankegiatan membaca, menulis,


mendengarkan dan berbicara. Langkah – langkahnya :

17
1. Pengajar membagi bahan pelajaran menjadi dua bagian.

2. Pengajar memberikan pengenalan topik yang akan dibahas


dalam pelajaran.

3. Siswa dipasangkan

4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama


sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.

5. Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan bagian


mereka masing-masing

6. Sambil membaca/mendengarkan siswa mencatat beberapa kata


atau frase kunci yang ada dalam bagian masing-masing.

7. Siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum


dibaca/didengarkan berdasarkan kata kunci.

8. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan


untuk membacakan hasil karangan mereka.

9. Pengajar membagiakan bagian cerita yang belum terbaca


kepada masing - masing siswa.

10. Diskusi mengenai topik tersebut.

e. Dua Tinggal Dua Tamu ( Two Stay Two Stay )

Langkah-langkahnya :

1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat

2. Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa.

3. Setelah selesai, dua orang dari masing - masing kelompok akan


meninggalkan kelompoknya dan masing - masing bertamu ke
dua kelompok lain.

18
4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan


melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

6. Kelompok mencocokan dan membahas hasil – hasil kerja


mereka.

f. Keliling Kelompok

Langkah – langkahnya :

1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai


dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai
tugas yang sedang mereka kerjakan.

2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya

3. Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut


arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.

g. Kancing Gemerincing

Langkah-langkahnya :

1. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing -


kancing atau benda kecil lainnya.

2. Sebelum kelompok memulai tugasnya setiap siswa dalam


masing - masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah
kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas
yang diberikan).

3. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat


dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan
di tengah - tengah.

19
4. Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh
berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan
kancing mereka.

Think – Pair – Share

Langkah-langkah :

1. Thinking : guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan


pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik.

2. Pairing : guru meminta peserta didik berpasang - pasangan. Member


kesempatan kepada pasangan - pasangan untuk berdiskusi.

3. Sharing : hasil diskusi intersubjektif di tiap - tiap pasangan hasilnya


dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini
diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada
pengkonstuksian pengetahuan secara integratif.

Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif.

Pendekatan STAD JIGSAW Investigasi Pendekatan


Unsur Kelompok Struktur
Tujuan Informasi Informasi Informasi Informasi

20
Kognitif akademik akademik akademik tingkat akademik
sederhana sederhana tinggi dan sederhana
keterampilan
inkuiri
Tujuan Kerjasama Kerjasama Kerjasama dalam Keterampilan
Sosial dalam dalam kelompok kelompok dan
kelompok kelompok kompleks sosial
Struktur Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi
Kelompok hetero-gen hetero-gen belajar homogen berdua, bertiga,
dengan 4-5 dengan 5- dengan   5-6 kelompok
orang 6  anggota dan orang anggota dengan 4-6
anggota meng-gunakan orang anggota
kelompok asal
dan ahli
Pemilihan Biasanya Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
Topik guru
Tugas Siswa dapat Siswa Siswa Siswa
Utama menggunaka mempelajari menyelesai-kan mengerjakan
n LKS dan materi dalam inkuiri komplek tugas-tugas  ya
saling ke-lompok ng diberikan
membantu ahli kemu-dian baik sosial dan
untuk membantu kognitif
menuntaskan anggota
materi kelompok asal
belajarnya mempelajari
materi itu
Penilaian Tes Bervariasi, Menyelesaikan Bervariasi
mingguan misal tes proyek dan
mingguan menulis laporan,
dapat
menggunakan tes
essay.
Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
pengakuan pengakuan dan

21
dan publikasi publikasi lain
lain

a. Pemilihan Materi yang Sesuai


Tugas perencanaan yang satu ini khususnya benar untuk pelajaran
pembelajaran kooperatif, karena model ini membutuhkan sejumlah
pengarahan diri dan inisiatif siswa yang memadai. Tanpa isi yang
memeberikan tantangan yang sesuai dan menarik, suatu pelajaran
kooperatif dapat bubar atau gagal dengan cepat.
Guru yang berpengalaman mengetahui dari pengalaman topik mana
yang paling cocok untuk pembelajaran kooperatif seperti halnya mereka
mengetahui perkiraan tingkat perkembangan mental dan minat siswa di
dalam kelas mereka. Ada beberapa pertanyaan juga yang seluruh guru
dapat menanyakan kepada diri mereka sendiri untuk menentukan
kecocokan materi ajar tersebut.
b. Pembentukan Kelompok Siswa
Tugas yang satu ini akan bervariasi tergantung kepada tujuan yang
ingin dicapai oleh guru untuk suatu pelajaran tertentu dan campuran latar
belakang etnik, suku, dan tingkat kemampuan siswa di dalam kelas.
Dengan demikian komposisi kelompok siswa memiliki
kemungkinan yang tidak terbatas. Selama fase perencanaan, para guru
harus menetapkan tujuan akademikdan tujuan sosial secara jelas. Mereka
juga perlu mengumpulkan informasi tentang kemampuan siswanya,
sehingga bila diinginkannkelompok dengan kemampuan heterogen
mereka memiliki informasi yang dibutuhkan. Akhirnya para guru
hendaknya memaklumi bahwa beberapa karakteristik utama dan
komposisi grup mungkin harus dikorbankan untuk memenuhi
karakteristik utama yang lain.
c. Pengembangan Materi dan Tujuan
Jika siswa diberikan suatu materi, yang penting untuk diperhatikan
ialah bahwa teks tersebut haruslah menarik dan memiliki tingkat
keterbacaan yang sesuai untuk kelas siswa tertentu. Jika panduan belajar
harus dikembangkan oleh guru, maka panduan itu hendaknya
direncanakan untuk menggarisbawahi materi yang paling penting.

22
Seorang guru dapat memperoleh suatu materi dari perpustakann atau
dari laboran. Disini biasanya menghendaki guru untuk
mengkomunikasikan tujuan secara jelas dari suatu materi pelajaran
tertentu dan mengetahui jumlah siswa yang terlibat secara tepat.
d. Mengenalkan Siswa kepada Tugas dan Peran
Jika guru di suatu sekolah sedang menggunakan pembelajaran
kooperatif, maka tugas ini menjadi lebih ringan karena siswa telah siap
dan mengetahui peran mereka dalam pembelajaran ini. Jika belum, maka
guru harus meluangkan waktu khusus untuk menjelaskan model ini
kepada siswa dan melatih mereka keterampilan-keterampilan prasyarat.
e. Merencanakan Waktu dan Tempat
Pembelajaran kooperatif menyita lebih banyak waktu daripada
model pengajaran lain karena ketergantungannya pada interaksi
kelompok kecil. Pembelajaran ini membutuhkan perhatian khusus dalam
penggunaan ruang kelas, dan membutuhkan perabot yang dapat
dipindahkan.

B. Tugas-tugas Interaktif

23
Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif dibagi menjadi enam
fase. Empat fase pertama akan dibahas daalam tugas tugas interaktif.
a. Menyampaikan tujuan dan memotovasi siswa
Tujuan dan memotivasi belajar dilakuk jika Guru yang berhasil
memulai pelajaran dengan menelaah ulang, menjelaskan tujuan belajar,
menunjukkan keterkaitan dengan pelajaran sebelumnya. Guru harus
memberikan penekanan khusus pada fase pengajaran karena
pembelajaran kooperatif biasanya berjalan melampaui lebih dari satu
hari atau minggu tertentu dank arena tujuan tujuan itu memiliki banyak
faset.
Sebagai misal, pada saat guru memperkenalkan pelajaran investigasi
kelompok untuk pertama kali, guru ingi menggunakan waktu yang
cukuo bersama siswa untuk menyakinkan langkah-langkah spesifik an
peran-peran dipahami dengan jelas.
Jika guru sedang memperkenalkan jingsaw, ia mungkin
menginginkan untuk mendiskusikan bagaimana dimasyarakt orang
dikehendaki untuk dapat bekerja saling bergantung satu sama lain dalam
banyak aspek kehidupan dab bagaimana jigsaw memberi kesempatan
siswa untuk melatih perilaku kooperatif. Jika tujuan utama guru adalah
untuk meningkatkan penerimaan terhadap siswa yang berasal dari latar
belakang berbeda, ia mungkin menginginkan untuk menjelaskan ide ini
kepada siswa dan mendiskusikan bagaimana bekerja dengan orang yang
berbeda dari diri kita akan memberikan kesempatan untk saling
mengetahui secara lebih baik.
Poin penting dari contoh diatas adalah agar siswa lebih besar
kemungkinannya untuk bekerja kea rah tujuan-tujuan penting apabila
rational untuk pelajaran itu telah didiskusikan secara khusus. Siswa akan
sulit untuk melaksanakan suatu tugas secara baik apabila mereka belum
jelas tentang mengapa mereka melakukan kegiatan itu atau apabila
kriteria keberjhasilan tidak diberitahukan secara terbuka.
b. Menyajikan informasi
Guru SD mengetahui bahwa menyandarkan paa buku teks dalam
menyampaikan isi akan membantu siswa unntuk membaca materi yang
diajarkan. Guru sekolah menengah atas atau diperguruan tinggi sering

24
mengasumsikan siswa mereka dapat membaca dan memahami tugas
yang diberikan. NAmu, seringkali hal ini erupakan asumsi yang tidak
benar. Apabila pembelajaran kooperatif menghendaki siswa siswa untuk
membaca suatu teks, guru yang berhasil, tidak memandang tingkat usia
siwa-siswi mereks stsu msts pelajaran yang diajarkan, seharusnya
mengasumsika tanggung jawab untuk membantu siswa menjadi
pembaca yang lebih baik.
c. Mengorganisasikan dan membantu kelompok belajar
Mengorganisasikan dan membantu kelompok belajar dan meminta
mereka mulai menangani tugas mereka merupakan satu langkah paling
sulit bagi guru dalam menggunakan pembelajaran kooperatif. Ini
merupakan fase dalam suatu pelajran pembelajaran kooperatif saat ,ama
dapat terjadi kegaduhan kecuali peralihan direncanakan dan dikelola
secara seksama.Tidak ada yang yang lebih menjadikan guru frustasi
daripada situasi peralihan dimana 40 siswa sedng pindsng ke kelompo-
kelompok kecil dan tidak seorang pun yang seharusnya mereka lakukan.
Siswa frustasinya saat menghadapi siwa dari kelompok yang berbeda
secara bersamaan meminta perhatian guru. Petunjuk dalam mengelola
peralihan dan membantu siswa selama kerja kelompok akan dibahas
lebih lanjut pada sub bab berikutnya.

2.4 Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen

1. Membantu Transisi
Proses untuk meminta siswa masuk kedalam kelompok belajar dan terlibat
aktif dengan pekerjaan mereka merupakan tugas yang sulit bagi guru. Oleh
karena itu, ada beberapa strategi yang dapat digunakan guru agar proses
transisi berjalan lancar diantaranya adalah memberikan petunjuk-petunjuk
visual untuk membantu kelompok, menyatakan petunjuk dengan jelas dan
meminta beberapa siswa untuk mengulang petunjuk tersebut, serta
menetapkan suatu tempat untuk tiap kelompok belajar dan menandai dengan
jelas tempat tersebut.
2. Mengelola dan Membantu Kerja Kelompok

25
Untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran kooperatif yang lebih kompleks,
guru perlu membantu tiap-tiap kelompok terutama yang mengalami kesulitan,
mengingatkan mereka akan tugas-tugas yang perlu dikerjakan dan waktu yang
disediakan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Ada suatu aturan untuk diikuti guru dalam fase ini dalam suatu
pembelajaran kooperatif yaitu, guru tidak perlu terlalu banyak ikut campur
atau memberi bantuan yang tidak diinginkan sehingga dapat menggangu
siswa. Hal ini dapat meniadakan kesempatan siswa untuk berinisiatif dan
bekerja dengan arahan sendiri.
3. Mengajarkan Kerjasama
Untuk membantu siswa bekerjasama memerlukan perhatian terhadap
jenis-jenis tugas yang diberikan kepada setiap kelompok. Ada beberapa aspek
yang harus diperhatikan dalam mengajarkan kerjasama dalam pembelajaran
kooperatif, antara lain :
a. Tugas yang mendorong untuk saling bergantung satu sama lain
Guru dapat memberikan tugas kelompok dan mengatakan kepada mereka
bahwa mereka dapat saling membantu, namun kemudian meminta tiap
siswa mengerjakan lembar kegiatannya sendiri yang akan dinilai secara
individua. Hal ini menyebabkan, siswa dapat saling membantu satu sama
lain tetapi mereka tidak saling bergantung dalam mengerjakan tugas
tersebut.
b. Keterampilan sosial dan keterampilan kelompok
Untuk membuat pembelajaran kooperatif bekerja, guru harus mengajarkan
keterampilan-keterampilan kelompok dan sosial yang diperlukan.
Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan sosial
berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif dengan orang
lain. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif ada beberapa kendala yang
muncul antara lain, banyak siswa yang kesulitan berbagi waktu dan bahan,
ada sejumlah siswa yang mendominasi kegiatan kelompok tetapi siswa
lain malah tidak dapat berperan serta. Dalam kasus tersebut, guru dapat
mengajarkan siswa bagaimana menunggu giliran pada saat bekerja dalam
kelompok, serta meyakinkan siswa-siswa yang tersisihkan masuk kedalam
kelompok siswa yang memiliki keterampilan sosial yang baik. Sebelum
siswa dapat bekerja secara efektif di dalam kelompok pembelajaran

26
kooperatif, mereka juga harus belajar tentang memahami satu sama lain
dan menghormati perbedaan mereka. Membantu membangun identitas tim
dan kesetiakawanan anggota merupakan tugas penting bagi guru yang
menggunakan kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif.

2.5 Penilaian dan Evaluasi

Penting untuk menggunakan strategi penilaian dan evaluasi yang konsisten


tidak hanya dengan tujuan pembelajaran teretentu melainkan juga dengan model
pengajaran tertentu yang sedang digunakan. Sebagai misal, jika seorang guru
sedang menggunakan pengajaran langsung untuk mengajarkan suatu
keterampilan tertentu, maka diperlukan tes kinerja untuk mengukur ketuntasan
keterampilan itu dan memberikan umpan-balik korektif. Demikian juga, apabila
tujuan itu adalah untuk mencapai pengetahuan deklarataif, tes paper-and-pancil
sering merupakan alat ukur terbaik untuk mengetahui apakah tujuan itu telah
tercapai.
Pada bab pengajaran langsung, penjelasan panjang lebar telah diberikan
langsung, bagaimana mengukur keterampilan dan pengetahuan deklaratif
sederhana. Prosedur penilaian dan evaluasi diuraikan sebagian besar berdasarkan
pada asumsi bahawa guru itu sedang menggunakan suatu sistem penghargaan
kompetitif atau individualistik. Karena model pembelajaran kooperatif bekerja di
bawah stuktur penghargaan kooperatif dan karena banyak pelajaran pembelajaran
kooperatif bertujuan untuk mencapai pembelajaran kognitif dan sosial yang
kompleks, dibutuhkan pendekatan penilaian dan evaluasi yang berbeda. Beberapa
pendekatan itu diuraikan seperti berikut ini.
1. Pengetesan dalam Pembelajaran Kooperatif
Untuk STAD dan versi Jigsaw Slavin, guru meminta sisswa menjawab
kuis tentang bahan pembelajaran. Dalam banyak hal, butir-butir tes pada kuis
ini harus merupakan suatu jenis tes objektif paper-and-pencil , sehingga butir-
butir itu dapat diskor di kekals atau segera setelah tes itu diberikan. Dibawah
ini menunjukkan bagaimana skor individual ditentukan, dan pada bawah ini
menunjukkan bagaimana seperti apa lembar penyekoran kuis itu. Slavin 986),
pengembangan dari sistem penyekoran ini, Menjelaskan sistem ini seperti

27
berikut.
Langkah 1 Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-
Menetapkan skor dasar skor yang lalu.
Langkah 2 Siswa yang memperoleh poin untuk kuis yang
Menghitung skor kuis terkini berkaitan dengan pelajaran terkini.
Langkah 3 Siswa mendapatkan poin perkembangan yang
Menghitung skor perkembangan besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini
mereka menyamai atau melampaui skor dasar
mereka, dengan menggunakan skala yang
diberikan dibawah ini.

Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar ----------------------------------- 0 poin


10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah
Skor dasar ---------------------------------------------------------------------- 10 poin
Skor dasar sampai 10 poin diatas
Skor dasar ---------------------------------------------------------------------- 20 poin
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar --------------------------------------- 30 poin
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar ) -------------- 30 poin
Besar poin yang disumbangkan tiap siswa kepada timnya ditenetukan oleh
berapa skor siswa melampaui rata-rata skor kuis siswa itu sendiri di waktu
lampau. Siswa dengan pekerjaan sempurna mendapatkan poin perkembangan
maksimum kepada tim jika (dan hanya jika) siswa itu melakukan yang
terbaik, sehingga menunjukkan peningkatan perkembangan subtansial atau
mencapai pekerjaaan sempurna. Sistem poin perkembangan ini telah
menunjukkan kinerja akademik siswa meskipun tanpa tim ... tetapi ini
khususnya penting sebagai komponen STAD karena sistem ini mencegah
kemungkinan siswa berkinerja rendah tidak akan diterima sepenuhnya sebagai
anggota kelompok karena mereka tidak menyumbangkan poin banyak.
Tidak sistem penskoran khusus untuk pendekatan investigasi kelompok.
Laporan atau presentasi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar
untuk evaluasi, dan siswa hendaknya diberi penghargaan untuk dua-duanya,
sumbangan individual dan hasil kolektif.
2. Pemberian Nilai dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatof , guru harus berhati-hati dengan cara
menilai yang diterapkan di luar sistem penilaian mingguan yang baru
diuraikan diatas. Konsisten dengan konsep struktur penghargaan kooperatif,

28
adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok dua-duanya hasil
akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas penialaian ganda ini dapat menyulitkan
guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu hasil
kelompok. Sebagai misal, kadang-kadang beberapa siswa ambisius dapat
mengambil bagian lebih besar dari tanggung jawab untuk menyelesaikan
proyek kelompok dan kemudian merasa diperlakukan tidak adil karena
temannya yang hanya memberikan sedikit sumbangan toh menerima evaluasi
yang sama. Sama halnya, siswa yang telah mengabaikan tanggung jawabnya
terhadap upaya kelompok dapat menunjukkan sikap sinis terhadap suatu
sistem yang memberikan penghargaan kepada mereka untuk pekerjaan yang
tidak mereka lakukan.
Beberapa gruu yang berpengalaman telah menemukan suatu solusi untuk
dilema ini dengan memberikan dua evaluasi bagi siswa, satu untuk upaya
kelompok dan satu untuk tiap sumbangan seseorang individu.
3. Pengakuan terhadap Upaya Kooperatif
Suatu tugas penilaian dan evaluasi penting terakhir yang unik untuk
pembelajaran kooperatif adalah pengakuan terhadap upaya dan hasil belajar
siswa. Slavin dan para pengembang di Universitas Johns Hopkins
menciptakan konsep pengumuman tempel kelas mingguan untuk digunakan
dalam STAD dan Jigsaw. Guru (Kadang-kadang kelas itu sendiri) melaporkan
dan mengumumkan hasil tim dan pelajaran individual dalam pengumuman
tempel.
Para pengembang pendekatan investigasi kelompok memberi pengakuan
upaya tim dengan mengutamakan presentasi kelompok dan dengan
memperagakan hasil-hasil investigasi kelompok di dalam kelas. Bentuk
pengakuan ini malah dapat dipertegas lagi dengan mengundang tamu (orang
tua, siswa dari kelas lain, atau kepala sekolah) utnuk menyaksikan laporan
akhir. Pengumuman tempel yang merangkum hasil-hasil investigasi kelompok
kelas dapat juga dihasilkan dan dikirimkan kepada orang tua dan orang-orang
lain di sekolah itu dan masyarakat.

29
2.6 Kelebihan dan Kekurangan

a. Kelebihan
1. Meningkatkan harga diri tiap individu
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar sehingga
konflik antar pribadi berkurang
3. Sikap apatis berkurang
4. Pemahaman yang lebih mendalam atau penyimpanan lebih lama.
5. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
6. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam system
kompetisi dan keterasingan dalam system individu tanpa mengorbankan
aspek kognitif. g) meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik).
7. Meningkatkan kehadiran peserta didik dan sikap yang lebih positif.
8. Menambah motivasi dan percaya diri.
9. Menambah rasa senang berada ditempat belajar serta menyenangi teman-
teman sekelasnya.
10. Mudah diterapkan dan tidak mahal.

b. Kekurangan
1. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Ada peserta didik
tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan temannya.
2. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik
atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan
kelompok.
3. Banyak peserta didik takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau
secara adil bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan
tersebut.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam


kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda
2. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah pembelajaran dari
teacher center menjadi student centered.
3. .Pada intinya konsep dari model pembelajaran tipe STAD adalah Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut

3.2 Saran

1. Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan


keterampilam kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa
mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
2. Agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan, sebaiknya guru membuat
perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep
konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode
atau pendekatan yang akan digunakan serta keterampilan proses yang akan
dikembangkan.

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York :


McGraw-Hill Book Company.

Budi, Kurniawan. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).


https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/model-pembelajaran-kooperatif-
cooperative-learning/ diakses tanggal 8 Februari 2020.

Kholida, Ida S. 2015. Penerapan Model Kooperatif dengan Metode peta konsep.
Wacana didakti. Vol 3. No. 6

Lase, Sadiana. 2016. Penerapan model pembelajaran matematika yang kooperatif di


sekolah dasar san sekolah lanjutan. Jurnal warta edisi 48

IAIN Tulungagung. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).


http://repo.iain-tulungagung.ac.id/5056/5/BAB%20II.pdf diakses tanggal 9 Februari
2020.

iii

Anda mungkin juga menyukai