Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah dengan judul Pendekatan CBSA dan
pendekatan keterampilan proses daalam pembelajaran
Dalam penyusunan Makalah ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan,
tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan,oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat menyusun Makalah yang lebih
baik lagi.
Penyusun
1
Daftar Isi
Kata Pengantar...1
Daftar isi.2
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang masalah.3
B. Rumusan Masalah......3
C. Tujuan....3
D. Manfaat.3
Bab II Pembahasan
1. Pengertian Pendekatan CBSA...4
2. Rasionalisasi CBSA dalam pembelajaran..4
3. Kadar CBSA dalam Pembelajaran.6
4. Rambu Rambu Penyelenggaran CBSA.7
5. Penerapan CBSA...8
6. Pendekatan Keterampilan proses sebagai bagian dari CBSA..10
BAB III
Kesimpulan.......15
Daftar Pustaka..16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyelanggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana
pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa.
Untuk dapat membelajarkan siswanya, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru ialah
dengan menerapkan pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) dalam
proses pembelajaran. Baik CBSA maupun PKP merupakan pendekatan pembelajaran yang
tersurat dan tersirat dalam kurikulum yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian CBSA
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian CBSA
2. Mengetahui aplikasi CBSA dalam pembelajaran
3. Mengetahui Keterampilan Proses sebagai Bagian dari CBSA
D. Manfaat
Makalah ini mencakup manfaat yaitu memperkaya khasanah pengetahuan tentang
CBSA yang erat kaitannya dengan pembelajaran yang sesuai dengan fase-fasenya.
Dengan adanya makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pendidik dan
praktisi pendidikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila dikaji lebih lanjut, kita akan tiba pada kesimpulan bahwa penerapan PKP dalam
kegiatan pembelajaran didasarkan pada hal-hal berikut :
1. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Percepatan perubahan
IPTEK ini, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang
menyalurkan semua fakta dan teori-teori. Untuk mengatasi hal-hal ini perlu
pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep dan
prinsip pada diri siswa.
2. Pengalaman intelektual, emosional dan fisik. Pengalaman intelektual, emosional dan
fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar dari peserta didik yang optimal. Ini
berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa
melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, dan prinsip sangat
dibutuhkan.
3. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu. Hal
ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata-cara pemrosesan dan pemerolehan
kebenaran ilmu yang bersifat kesemntaraan. Hal ini akan mengarahkan sispa pada
5
kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan
dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6
3. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengajar standar akademis. Selain
pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan
kemampuan siswa secaara utuh dan setimbang.
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, dan
memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
5. Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan
siswa, serta mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan misalnya
keterampilan berbahasa, social, matematika, IPA, dan keterampilan lainnya, srta
mengukur hasil belajar siswa.
Lindgren mengemukakan 4 kemungkinan interaksi pembelajaran, yaitu :
1. Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai penyampai pesan dan
siswa penerima pesan.
2. Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru memperoleh
balikan dari siswa.
3. Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru mendapat balikan
dari siswa. Dan siswa dengan siswa, dimana siswa saling berinteraksi atau
saling belajar satu denagan yang lain.
4. Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
7
2. Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan dorongan
yang ada pada dirinya.
3. Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran.
4. Usaha dan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran.
5. Keingintahuan yang ada pada diri siswa.
6. Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa.
7. Kuantitas dan kualitas usaha yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong
keaktifan siswa.
8. Kualitas guru sebagai innovator dan fasilitator.
9. Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran.
10. Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan guru dalam proses
pembelajaran.
11. Ketertarikan guru terhadap program pembelajaran.
12. Variasi interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
13. Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
5. Penerapan CBSA
Dalam menerapkan konsep pembelajaran CBSA, ada beberapa konsekuensi yang harus
diterima. Menurut Gale (1975), konsekuensi yang harus diterima dari adanya pembelajaran
berdasarkan siswa antara lain :
1. Guru merupakan seorang pengelola dan perancang dari pengalaman belajar.
2. Guru dan siswa menerima peran kerjasama (partnership).
3. Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya.
4. Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar .
5. Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.
6. Tujuan ditulis scara jelas.
7. Semua tujuan diukur/di tes.
Menurut Ausubel (1978), untuk dapat melihat lebih jelas kadar CBSA dan kebermaknaan
suatu proses pembelajaran, ada dua dimensi yang dapat dipertentangkan, yaitu :
1. Kebermaknaan bahan dan/atau proses pembelajaran.
2. Modus-modus pembelajaran. Contoh-contoh modus pembelajaran yaitu :
a. Tabel perkalian, termasuk belajar reseptif yang menyajikan informasi untuk
dihapalkan oleh siswa tanpa tuntutan bagi siswa untuk memahaminya.
8
b Penerapan formula (rumus) untuk pemecahan masalah, termasuk belajar dengan
penemuan terbimbing yang menuntut siswa menghapalkan bagaimana menerapkan
suatu formula untuk memecahkan masalah.
c. Pemecahan teka-teki dengan coba-salah, termasuk belajar dengan penemuan mandiri
yang kurang bermakna karena siswa menghapal tanpa pemahaman.
d. Kerja laboratoris sekolah, termasuk belajar dengan penemuan terbimbing.
e. Ceramah atau penyajian buku teks pada umumnya.
f. Penelitian atau hasil intelektual rutin pada umumnya, merupakan modus belajar
dengan penemuan mandiri yang kebermaknaannya sama dengan ceramah.
g. Klasifikasi keterhubungan antar konsep, yaitu modus belajar reseptif yang penuh
kebermaknaan dan paling bermakna dibandingkan dengan modus belajar reseptif yang
lain.
h. Pembelajaran audio-tutorial yang dirancang dengan baik, merupakan modus belajar
dengan penemuan terbimbing yang paling bermakna dibandingkan dengan modus
belajar dengan penemuan terbimbing yang lain.
i. Penelitian ilmiah, merupakan modus belajar dengan penemuan mandiri yang paling
bermakna dibandingkan dengan modus belajar dengan penemuan mandiri yang lain.
Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan proses pembelajaran,
seorang guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran yang
meliputi :
1. Karakteristik tujuan,
yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau
ditingkatkan sebagai hasil kegiatan.
2. Karakteristik mata pelajaran/bidang studi,
yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutaan, dan cara mempelajarinya.
3. Karakteristik siswa,
mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin, dan
yang lain.
4. Karakteristik lingkungsn/setting pembelajaran,
mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya.
5. Karakteristik guru,
meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam
teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengala
9
6. Pendekatan Keterampilan proses sebagai bagian dari CBSA
12
Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda tergantung
dari tingkat sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka
semakin berbeda kegiatan pengukuran yang dikerjakan.
5. Memprediksi
Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal yang
akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola
kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu
pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).Menurut (Djamarah, 2000) untuk
mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan oleh peserta didik
melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada kecendrungan/pola.
Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya
memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi, memprediksikan
waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan
kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu.
6. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk memutuskan
keadaan suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang
diketahui (Dimiyati, 1999: 145).Kegiatan yang menampakkan keterampilan
menyimpulkan misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa lilin mati
setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik dapat menyimpulkan bahwa
lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan menyimpulkan dalam kegiatan
belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan keterampilan peserta didik
yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan tentang apa yang ada di alam ini.
d) Penerapan Keterampilan Proses dalam Belajar
Penerapan keterampilan Proses dalam Pembelajaran Untuk menerapkan
pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran matematika di Sekolah perlu
13
mempertimbangan pengorganisasian kelas, metode/teknik pembelajaran yang sesuai,
dan penilaian pembelajaran.
Pengelolaan kelas dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses
dilaksanakan dengan pengaturan kelas, baik secara fisik maupun nonfisik. Pengaturan
dilakukan sedemikian rupa agar siswa mempunyai keluasaan gerak, merasa aman,
bergembira, dan bersemangat dalam belajar. Dengan kondisi yang demikian, hasil
belajar yang diperoleh siswa akan maksimal.
Penggunaan metode dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga prinsip-prinsip keterampilan proses dapat
muncul semaksimal mungkin di dalam pembelajaran. Metode-metode tersebut antara
lain adalah ceramah, diskusi, dan penugasan (resitasi).
Untuk menilai kegiatan belajar dengan keterampilan proses, alat penilaian yang
digunakan meliputi penilaian kognitif, afektif, dan psimotorik.
Penerapan keterampilan dasar PKP pada semua jenjang pendidikan di perlukan untuk
mendukung penerapan keterampilan terintergrasi PKP.
14
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah ini kami dapat menarik kesimpulan bahwa dalam
pembelajaran ditemukan adanya dua pelaku, guru berinteraksi dengan siswa, yang keduanya
mencapai tujuan pembelajaran atau sasaran belajar yang serupa. Kadar CBSA dalam interaksi
tersebut berbeda-beda. Pembelajaran ber-CBSA baik berciri pembelajaran berpusat pada
siswa, guru bertindak sebagai pembimbing pengalaman belajar, orientasi tujuan pada
perkembangan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang, pengelolaan pembelajaran
menekankan pada kreativitas siswa, dan optimalisasi kadar CBSA tersebut dapat
diprogramkan dalam desain instruksional (persiapan mengajar) guru. Pembelajaran ber-
CBSA merupakan wujud kegiatan atau unjuk kerja guru. Hampir dapat dikatakan bahwa guru
profesional diduga berkemampuan mengelola pembelajaran berkadar CBSA tinggi.
15
Daftar Pustaka
16