Anda di halaman 1dari 14

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

(PPK)

OLEH :
KELOMPOK 1 :
DESTI IROFINGAH
DINANDAR
SUDARTO
UMMU ATIYAH
YAYAH SHULHIYYAH

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2019
KATA PENGANTAR

Puji Dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan dan hidayah-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Penguatan Pendidikan Karakter” dapat kami
selesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian ini, terutama kepada teman-teman kelompok I PPG
UHAMKA MATEMATIKA KELAS B yang saling memberikan masukan.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan
keterbatasan waktu dan juga keterbatasan penulis dalam menyelesaikannya. Oleh karena itu
saran dan kritik sangat kami butuhkan demi penyempurnaan makalah sejenis di masa akan
datang.

Akhirnya semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua dalam memahami
masalah penguatan pendidikan karakter.

Jakarta, 3 Agusus 2019

Ttd

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Halaman Cover

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

Bab II. Pembahasan

A. Pengertian pendidikan karakter


B. Fungsi pendidikan karakter
C. Tujuan penguatan pendidikan karakter
D. Nilai utama karakter dalam kurikulum 2013
E. Implementasi penguatan pendidikan karakter (PPK) di sekolah

Bab III. Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran adalah wahana yang dirancang oleh pendidik secara sadar untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran terwujudkan dalam interaksi belajar-
mengajar yang dinamis dan diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu perubahan
perilaku dan pribadi peserta didik yang optimal. Perubahan yang terjadi pada peserta
didik itu ditampilkan dalam karakter, sebagai perilaku yang dilandasi nilai-nilai
kehidupan yang sangat luhur. (Koesoema, et al. 2017).
Albertus (2010:03) menyatakan bahwa pendidikan karakter terdiri dari dua kata
yang apabila dipisahkan memiliki makna masing-masing. Pendidikan adalah selalu
berkaitan dengan hubungan social manusia, manusia sejak lahir tidak dapat hidup sendiri
tetapi membutuhkan orang lain, sedangkan karakter bersifat lebih subjektif hal tersebut
dikatakan demikian karena berkaitan dengan struktur antopologis manusia dan
tindakannya dalam memaknai kebebasan.
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017, Penguatan
Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di
bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik
melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan
kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Pendidikan karakter harus diberikan pada pendidikan formal khususnya lembaga
pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi
melalui pembelajaran, dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan
pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan.
Jadi dapat disimpulkan pendidikan karakter adalah nilai-nilai yang berkaitan
dengan kesosialan, dengan tujuan membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia
yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik, serta dapat mempengaruhi
diri sendiri dan orang lain apabila diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian pendidikan karakter?
2. Apakah fungsi pendidikan karakter?
3. Apakah tujuan penguatan pendidikan karakter?
4. Apa saja nilai utama karakter dalam kurikulum 2013?
5. Bagiamana implementasi penguatan pendidikan karakter (PPK) di sekolah?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Mengetahui fungsi dari pendidikan karakter
3. Mengetahui tujuan penguatan pendidikan karakter
4. Mengetahui dan memahami nilai-nilai utama karakter dalam kurikulum 2013
5. Mengetahui bagaimana implementasi penguatan pendidikan karakter (PPK) di
sekolah
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER


Pendidikan adalah proses internalisasi budaya kedalam diri seseorang dan
masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Jadi, pendidikan
merupakan sarana strategis dalam pembentukan karakter. Hal ini juga dapat dioerkuat
oleh pendapat Ki Supriyoko (2004:419) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah
sarana strategis untuk meningkatkan kualitas manusia. Pendidikan bertujuan melahirkan
insan cerdas dan berkarakter kuat.
Karakter seseoarang atau individu itu muncul dan lahir dari hasil olah pemikiran,
hati, perasaan, yang mengandung sebuah nilai dan kapasitas moral dalam menghadapi
segala permasalahan dalam hidup. Sedangkan makna dari Pendidikan karakter sendiri
adalah upaya membangun kesadaran melakukan berbagai kebijakan untuk menciptakan
dunia yang lebih baik dengan berorientasi pada karakter individu. Karena semakin baik
karakter seseorang, akan semakin baik pula dia mengatasi permasalahan dalam
kehidupannya.
Pendidikan karakter di sini tidak hanya menyiapkan diri untuk menyelesaikan
permasalahan dengan diri, namun juga permasalahan dengan masyarakat luas. Agar
individu siap dalam menghadapi segala sesuatu yang mungkin bisa terjadi kapanpun.
Secara lebih luas lagi, disini seorang pendidik akan menuntun peserta didik atau individu
dalam mengembangkan kemampuan moral dan memiliki keteraturan tindakan yang
hirarki dalam mengatasi permsalahan mereka.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pendidikan karakter adalah segala
sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru
membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana
perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru
bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

B. FUNGSI PENDIDIKAN KARAKATER


Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan
karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati
baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku
bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam
pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia
usaha, dan media massa.
DIKTI (2010) menyatakan bahwa secara khusus pendidikan karakter memiliki
tiga fungsi utama, yaitu :
1. Pembentukan dan Pengembangan Potensi
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia
atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku
baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.
2. Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara
Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter,
maju, mandiri, dan sejahtera.
3. Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan
menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter
manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

C. TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER


Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter pada dasarnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada
setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai
pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya
pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah di Indonesia baik negeri
maupun swasta. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan
administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang
selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan
sebagai best practices yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah
lainnya. Melalui program ini diharapkan lulusan memiliki keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kompetensi akademik yang utuh dan
terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya
Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan
menjadi budaya sekolah.
Tujuan program PPK adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter
bangsa secara masif dan efektif melalui implementasi nilai-nilai utama Gerakan Nasional
Revolusi Mental (religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas) yang akan
menjadi fokus pembelajaran, pembiasaan, dan pembudayaan, sehingga pendidikan
karakter bangsa sungguh dapat mengubah perilaku, cara berpikir dan cara bertindak
seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berintegritas (Koesoema, et al. 2017).
Sementara itu tujuan penguatan pendidikan karakter (PPK) adalah sebagai
berikut:
1. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai
karakter sebagai jiwa atau generatot utama penyelenggaraan pendidikan.
2. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika
perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.
3. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui
harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan
numerasi), dan olah raga (kinestetik).
4. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah,
guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan
implementasi pendidikan karakter.
5. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar
di dalam dan di luar sekolah.
6. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).

D. NILAI UTAMA KARAKTER DALAM KURIKULUM 2013


Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional masing-
masing bangsa berdasarkan pada dan dijiwai oleh kebudayaannya. Sistem pendidikan
nasional Indonesia disusun berdasarkan kepada kebudayaan bangsa dan berdasar pada
Pancasila dan UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa Indonesia.
Pendidikan karakter merupakan salah satu fragmen dari sistem pendidikan Indonesia
yang semu.
Pengembangan Pendidikan Karakter atau yang selanjutnya disingkat dengan
PPK adalah keberlanjutan dari program Pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan
khusunya, yang sebelumnya merupakan Pendidikan Karakter Bangsa. Pendidikan
karakter sejatinya telah dimulai pengembangan serta implementasinya sejak tahun 2010
sudah melahirkan sekolah-sekolah rintisan yang mampu melaksanakan pembentukan
karakter secara kontekstual sesuai dengan potensi lingkungan setempat. Penguatan
Pendidikan Karakter di sekolah di harapkan mampu dan dapat memperkuat bakat,
potensi dan talenta dari seluruh peserta didik.anya bermuara pada tercapainya kemajuan
bangsa Indonesia.
Dalam pelaksanaannya banyak satuan pendidikan yang telah melaksanakan
praktik baik (best practice) dalam penerapan pendidikan karakter. Dampak dari
penerapan ini adalah terjadi perubahan pembelajaran sehingga prestasi mereka pun juga
meningkat. Kemendikbud pada tanggal 16 September 2016 mengemukakan bahwa,
sebagian besar sekolah yang diundang dalam diskusi Praktik Baik Sekolah Pelaksana
Penguatan Pendidikan Karakter melakukan pembiasaan dengan penumbuhan dan
pembudayaan nilai-nilai karakter yaitu yang disepakati oleh masing-masing sekolah.
Kerja sama dan komitmen dari kepala sekolah, guru dan orang tua umumnya menjadi
faktor kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan kkarakter di masing-masing sekolah
tersebut.
Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai
yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK (Hendrawan, 2016). Kelima
nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai beikut:
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha
Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan agama dan kepercayaan yang
dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan
pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu
hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama dan individu dengan
alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku
mencitai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan
agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak
memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa,
lingkungan fisik, sosial dan budaya, ekonomi dan politik bangsa, menmepatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga
kekayaan bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga
lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keberagaman budaya, suku dan
agama.
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada
orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisaiskan
harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting,
daya juang, profesional, kreatif, keberanian dan menjadi pembelajar sepanjang
hayat.
4. Gotong Royong
Nilai karakter goyong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat
kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin
komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang
membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif,
komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong,
solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan dan sikap kerelawanan.
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan
kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter
integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam
kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan
kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen
moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat
individu (terutama penyandang disabilitas).

E. IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK) DI SEKOLAH

Tidak hanya olah pikir (literasi), PPK mendorong agar pendidikan nasional
kembali memperhatikan olah hati (etik dan spiritual) olah rasa (estetik), dan juga olah
raga (kinestetik). Keempat dimensi pendidikan ini hendaknya dapat dilakukan secara
utuh-menyeluruh dan serentak. Integrasi proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler di sekolah dapat dilaksanakan dengan berbasis pada pengembangan
budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar
lingkungan pendidikan.

PPK mendorong sinergi tiga pusat pendidikan, yaitu sekolah, keluarga (orang
tua), serta komunitas (masyarakat) agar dapat membentuk suatu ekosistem pendidikan.
Menurut Mendikbud, selama ini ketiga seakan berjalan sendiri-sendiri, padahal jika
bersinergi dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Diharapkan manajemen berbasis
sekolah semakin menguat, di mana sekolah berperan menjadi sentral, dan lingkungan
sekitar dapat dioptimalkan untuk menjadi sumber-sumber belajar.

1. Nilai Religius

Implementasi PPK berbasis kelas di sekolah dapat berupa pengintepretasian


dalam progran pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran,
pengintegrasian dalam budaya sekolah. Pengintegrasian dalam pengembangan diri
dibedakan menjadi kegiatan rutin, dimana implementasi nilai religi dapat berupa
berdoa di awal proses belajar mengajar, sholat dzuhur berjamaah dan hafalan surat
pendek serta asmaul husna, bagi yang beragama Islam. Kegiatan berdoa menjadi
kegiatan rutin bagi siswa di setiap jenjang sekolah, aktivitas ini sekaligus
mengamalkan Pancasila sila ke satu yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Nilai Nasionalis

Implementasi PPK di sekolah pada pengembangan nilai-nilai nasionalis dapat


berupa pembiasaan menyanyikan lagu Indonesia Raya di awal proses belajar
mengajar, menyanyikan lagu daerah di akhir proses belajar mengajar dan juga
penanaman nilai nasionalis melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Melalui
kegiatan ini siswa diharapkan memiliki jika nasionalis yang tinggi dan cinta akan
tanah air. Nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan
negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara yang secara potensial bersama-sama
mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan
kekuatan bangsanya. Nasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan
persatuan dan kebebasan bangsa. Nasionalisme memuat beberapa prinsip yaitu:
kesatuan, kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Dengan demikian jiwa
nasionalisme pada sswa atau peserta didik dapat tertanamkan sejak dini.

3. Nilai Mandiri

Kemandirian siswa menjadi salah satu kunci pokok peberhasilan Program


Pengembangan Karakter. Mandiri diartikan dapat menyelesaikan persoalan yang
didahapi dengan bijak sesuai dengan ranah usianya. Di dalam kelas, kegiatan yang
dapat menunjang pengembangan nilai ini adalah pemberian opsi atau pilihan kepada
siswa, bisa merupakan tugas akademis maupun yang bersifat nonakademis. Pilihan
merupakan sesuatu yang harus dipilih dan juga harus diterima setiap konsekuensi
yang ditimbulkannya.

4. Nilai Gotong Royong

Nilai gotong royong dapat diartikan sebagai bagaimana siswa dapat bekerja
sama, bahu membahu di dalam kelas. Prinsip gotong royong merupakan salah satu ciri
khas atau karakteristik dari bangsa Indonesia. Hal lain yang mendukung
keberterimaan perilaku gotong royong juga dapat dinyatakan pada pancasila yaitu sila
ke- 3 “Persatuan Indonesia “. Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia
yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan.
Sikap Gotong Royong pada siswa harus ditanamkan lebih dini (Djamari, 2016).

Implementasi gotong royong dapat berupa kegiatan bersih-bersih kelas, kegiatan


ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap kerja sama yang baik antar siswa dan sikap
gotong royong.

5. Nilai Integritas

Integritas secara rinci dapat dijelaskan sebagai upaya siswa agar selalu dianggap
bertanggung jawab dan selalu dipercaya baik melalui perkataan maupun perbuatan.
Sumaatmadja, (2005) menjelaskan bahwa pada prinsipnya anak sebagai individu dan
calon anggota masyarakat merupakan potensi yang berkembang dan dapat
dikembangkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap individu memiliki empat dasar
mental yaitu meliputi dorongan ingin tahu (sense of curiosity), minat (sense of
interest), dorongan ingin melihat (sense of reality), dorongan menemukan sendiri hal-
hal dan gejala-gejala dalam kehidupan (sense of discovery). Dasar mental tadi
merupakan modal yang sangat berharga bagi pelaksanaan dan penyelenggaran
pendidikan. Oleh karena itu, harus dipupuk dan dikembangkan secara positif bagi
kepentingan anak sendiri. Selanjutnya sebagai anggota masyarakat, dasar mental yang
dimiliki harus dibina ke arah tanggungjawab anak tersebut sebagai insan sosial.
Kewajaran kehidupan mereka dapat dikatakan normal, bila dasar mental mereka serasi
dengan kondisi dan situasi kehidupan sosialnya.

Implementasi nilai integritas dapat ditunjukkan pada kegiatan piket harian yang
telah dijadwalkan dan disusun sedemikian rupa, di dalamnya syarat akan nilai
tanggung jawab dan juga kesadaran antar individu satu dengan yang lainya dalam
satu kelompok piket. Lingkup yang lebih besar dapat dilihat pada ketepatan siswa
dalam mengumpulkan tugas sesuai dengan deadline yang disepakati di dalam forum
kelas. Hal ini menunjukkan adanya rasa tanggung jawab siswa pada tugas yang
diberikan sebagai seorang siswa.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang
tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo –
Jusuf Kala dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan
bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri,
gotong royong, integritas.
Implementasi PPK berbasis kelas pada penerapan nilai religius dapat
ditunjukkan pada kegiatan pondok ramadhan yang mengadakan kajian keislaman,
kemandirian melalui keberanian siswa dalam menghadapi tantangan selama di
lingkungan sekolah, nasionalis melalui kegaiatn belajar mengajar PKn, gotong royong
melalui kerja bakti kelas dan integritas melalui pengumpulan tugas sesuai dengan
deadline yang diberikan oleh guru.
Prinsip Pendidikan Karakter antara lain; Pendidikan karakter disekolah harus
dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas), Pendidikan karakter hendaknya
dikembangkan melalui semua mata pelajaran terintegrasi, melalui pengembangan diri,
dan budaya suatu satuan pendidikan, Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam
bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran, dan Proses
pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active learning) dan
menyenangkan (enjoy full learning).

B. SARAN
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Pelu diadakan perbaikan
yang progresif demi kesempurnaan makalah ini, dapat berupa sumber yang digunakan,
tata bahasa dan kalimat maupu nstruktur dan format kepenulisannya. Untuk itu
diperlukan kritis dan saran yang membangun dari semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai