(PPK)
OLEH :
KELOMPOK 1 :
DESTI IROFINGAH
DINANDAR
SUDARTO
UMMU ATIYAH
YAYAH SHULHIYYAH
Puji Dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan dan hidayah-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Penguatan Pendidikan Karakter” dapat kami
selesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian ini, terutama kepada teman-teman kelompok I PPG
UHAMKA MATEMATIKA KELAS B yang saling memberikan masukan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan
keterbatasan waktu dan juga keterbatasan penulis dalam menyelesaikannya. Oleh karena itu
saran dan kritik sangat kami butuhkan demi penyempurnaan makalah sejenis di masa akan
datang.
Akhirnya semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua dalam memahami
masalah penguatan pendidikan karakter.
Ttd
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Halaman Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran adalah wahana yang dirancang oleh pendidik secara sadar untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran terwujudkan dalam interaksi belajar-
mengajar yang dinamis dan diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu perubahan
perilaku dan pribadi peserta didik yang optimal. Perubahan yang terjadi pada peserta
didik itu ditampilkan dalam karakter, sebagai perilaku yang dilandasi nilai-nilai
kehidupan yang sangat luhur. (Koesoema, et al. 2017).
Albertus (2010:03) menyatakan bahwa pendidikan karakter terdiri dari dua kata
yang apabila dipisahkan memiliki makna masing-masing. Pendidikan adalah selalu
berkaitan dengan hubungan social manusia, manusia sejak lahir tidak dapat hidup sendiri
tetapi membutuhkan orang lain, sedangkan karakter bersifat lebih subjektif hal tersebut
dikatakan demikian karena berkaitan dengan struktur antopologis manusia dan
tindakannya dalam memaknai kebebasan.
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017, Penguatan
Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di
bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik
melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan
kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Pendidikan karakter harus diberikan pada pendidikan formal khususnya lembaga
pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi
melalui pembelajaran, dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan
pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan.
Jadi dapat disimpulkan pendidikan karakter adalah nilai-nilai yang berkaitan
dengan kesosialan, dengan tujuan membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia
yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik, serta dapat mempengaruhi
diri sendiri dan orang lain apabila diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian pendidikan karakter?
2. Apakah fungsi pendidikan karakter?
3. Apakah tujuan penguatan pendidikan karakter?
4. Apa saja nilai utama karakter dalam kurikulum 2013?
5. Bagiamana implementasi penguatan pendidikan karakter (PPK) di sekolah?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Mengetahui fungsi dari pendidikan karakter
3. Mengetahui tujuan penguatan pendidikan karakter
4. Mengetahui dan memahami nilai-nilai utama karakter dalam kurikulum 2013
5. Mengetahui bagaimana implementasi penguatan pendidikan karakter (PPK) di
sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
Tidak hanya olah pikir (literasi), PPK mendorong agar pendidikan nasional
kembali memperhatikan olah hati (etik dan spiritual) olah rasa (estetik), dan juga olah
raga (kinestetik). Keempat dimensi pendidikan ini hendaknya dapat dilakukan secara
utuh-menyeluruh dan serentak. Integrasi proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler di sekolah dapat dilaksanakan dengan berbasis pada pengembangan
budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar
lingkungan pendidikan.
PPK mendorong sinergi tiga pusat pendidikan, yaitu sekolah, keluarga (orang
tua), serta komunitas (masyarakat) agar dapat membentuk suatu ekosistem pendidikan.
Menurut Mendikbud, selama ini ketiga seakan berjalan sendiri-sendiri, padahal jika
bersinergi dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Diharapkan manajemen berbasis
sekolah semakin menguat, di mana sekolah berperan menjadi sentral, dan lingkungan
sekitar dapat dioptimalkan untuk menjadi sumber-sumber belajar.
1. Nilai Religius
2. Nilai Nasionalis
3. Nilai Mandiri
Nilai gotong royong dapat diartikan sebagai bagaimana siswa dapat bekerja
sama, bahu membahu di dalam kelas. Prinsip gotong royong merupakan salah satu ciri
khas atau karakteristik dari bangsa Indonesia. Hal lain yang mendukung
keberterimaan perilaku gotong royong juga dapat dinyatakan pada pancasila yaitu sila
ke- 3 “Persatuan Indonesia “. Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia
yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan.
Sikap Gotong Royong pada siswa harus ditanamkan lebih dini (Djamari, 2016).
5. Nilai Integritas
Integritas secara rinci dapat dijelaskan sebagai upaya siswa agar selalu dianggap
bertanggung jawab dan selalu dipercaya baik melalui perkataan maupun perbuatan.
Sumaatmadja, (2005) menjelaskan bahwa pada prinsipnya anak sebagai individu dan
calon anggota masyarakat merupakan potensi yang berkembang dan dapat
dikembangkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap individu memiliki empat dasar
mental yaitu meliputi dorongan ingin tahu (sense of curiosity), minat (sense of
interest), dorongan ingin melihat (sense of reality), dorongan menemukan sendiri hal-
hal dan gejala-gejala dalam kehidupan (sense of discovery). Dasar mental tadi
merupakan modal yang sangat berharga bagi pelaksanaan dan penyelenggaran
pendidikan. Oleh karena itu, harus dipupuk dan dikembangkan secara positif bagi
kepentingan anak sendiri. Selanjutnya sebagai anggota masyarakat, dasar mental yang
dimiliki harus dibina ke arah tanggungjawab anak tersebut sebagai insan sosial.
Kewajaran kehidupan mereka dapat dikatakan normal, bila dasar mental mereka serasi
dengan kondisi dan situasi kehidupan sosialnya.
Implementasi nilai integritas dapat ditunjukkan pada kegiatan piket harian yang
telah dijadwalkan dan disusun sedemikian rupa, di dalamnya syarat akan nilai
tanggung jawab dan juga kesadaran antar individu satu dengan yang lainya dalam
satu kelompok piket. Lingkup yang lebih besar dapat dilihat pada ketepatan siswa
dalam mengumpulkan tugas sesuai dengan deadline yang disepakati di dalam forum
kelas. Hal ini menunjukkan adanya rasa tanggung jawab siswa pada tugas yang
diberikan sebagai seorang siswa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang
tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo –
Jusuf Kala dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan
bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri,
gotong royong, integritas.
Implementasi PPK berbasis kelas pada penerapan nilai religius dapat
ditunjukkan pada kegiatan pondok ramadhan yang mengadakan kajian keislaman,
kemandirian melalui keberanian siswa dalam menghadapi tantangan selama di
lingkungan sekolah, nasionalis melalui kegaiatn belajar mengajar PKn, gotong royong
melalui kerja bakti kelas dan integritas melalui pengumpulan tugas sesuai dengan
deadline yang diberikan oleh guru.
Prinsip Pendidikan Karakter antara lain; Pendidikan karakter disekolah harus
dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas), Pendidikan karakter hendaknya
dikembangkan melalui semua mata pelajaran terintegrasi, melalui pengembangan diri,
dan budaya suatu satuan pendidikan, Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam
bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran, dan Proses
pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active learning) dan
menyenangkan (enjoy full learning).
B. SARAN
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Pelu diadakan perbaikan
yang progresif demi kesempurnaan makalah ini, dapat berupa sumber yang digunakan,
tata bahasa dan kalimat maupu nstruktur dan format kepenulisannya. Untuk itu
diperlukan kritis dan saran yang membangun dari semua pihak.