Anda di halaman 1dari 22

Makalah

KEPEMIMPINAN DALAM MUTU PENDIDIKAN

Oleh:

NAMA : NURHAYATI HIPI

NIM : 201021001

Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Hj. Siti Asiah T., MM

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
T.A 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kepemimpinan dalam Mutu Pendidikan” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah
Manajemen Mutu dan Pengelolaan Pendidikan di IAIN Sultan Amai Gorontalo.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca terkait topik makalah ini.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku


dosen pengampu mata kuliah ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 25 November 2020

Nurhayati Hipi

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Definisi Kepemimpinan................................................................................3
B. Definisi Mutu Pendidikan.............................................................................5
C. Konsep Kepemimpinan dalam MMT...........................................................7
D. Peran Kepemimpinan dalam meningkatkan Mutu Pendidikan...................10
E. Analisis........................................................................................................15
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................17
A. Simpulan.....................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu lembaga atau organisasi terletak pada kepemimpinan.


Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, mempengaruhi untuk perbaikan kelompok dan budayanya serta
memotivasi perilaku anggota guna mencapai tujuan.1 Keberhasilan seorang
pemimpin dalam mempengaruhi anggotanya untuk mencapai tujuan dalam suatu
lembaga berdampak kepada mutu pendidikan itu sendiri.
Mutu Pendidikan Nasional akan terukur lewat ketercapaian segenap
Standar Pendidikan Nasional, meliputi standar isi, proses, kompetensi kelulusan,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan (PP RI No. 19 tahun 2005). Persoalan mutu
pendidikan selaras dengan tuntutan perkembangan dan perubahan. Suatu
perubahan menuntut peran agen pembaharuan (The agent of change) dalam
memunculkan ide-ide pembaharuan serta mengelola perubahan.
Pendidikan dalam bentuk, jenis dan ragamnya telah dilaksanakan oleh
sepanjang sejarah manusia itu sendiri, namun pada kenyataannya pendidikan yang
mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas belum sepenuhnya
direalisasikan. Hal ini dapat kita lihat pada fenomena yang ada, selalu terjadi
kontradiksi antara cita dan fakta antara idealita dan realita. Salah satu faktor
penyebab dari kontradiksi di atas adalah pada pengelolaan lembaga pendidikan itu
sendiri. Disamping banyak faktor lain, faktor pengelolaan akan sangat
menentukan produktivitas dan efektivitas lembaga pendidikan. Pendidikan
sebagai sebuah sistemtidakakanmampumenghasilkan output yang berkualitas,
apalagi proses pendidikan tersebut tidak dikelola secara baik. Oleh karena itu

1
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Mengembangkan Budaya Mutu, (Malang:
UIN-Maliki Press, 2015), h. 15.

1
pendidikan harus dikelola secara profesional, agar mampu berkompetisi dan
mampu menjawab segala tantangan global.2
Di era globalisasi saat ini sumberdaya manusia yang bermutu merupakan
faktor terpenting dalam membangun bangsa. Sumber daya yang bermutu hanya
dapat diwujudkan melalui pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu upaya
kepemimpinan didalam sekolah tersebut sangat berpengaruh dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Berkaitan dengan peningkatan mutu bahwa 85% dari masalah-
masalah mutu terletak pada manajemen (pengelolaan), oleh sebab itu sejak dini
manajemen haruslah dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin. Salah satu
bentuk manajemen yang berhasil dimanfaatkan dalam dunia industri dan bisa
diadaptasi dalam dunia pendidikan adalah TQM (Total Quality Management)
pada sistem pendidikan yang sering disebut sebagai: Total Quality Management in
Education (TQME).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik sebuah permasalahan


yaitu :
1. Bagaimana konsep kepemimimpinan dalam MMT?
2. Bagaimana peran kepemimpinan dalam meningkatkan mutu pendidikan?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Dapat mendeskripsikan konsep kepemimpinan dalam MMT
2. Dapat menganalisis peran kepemimpinan dalam meningkatkan mutu
pendidikan.

Hairiyah, Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan dalam Jurnal Literasi,
2

Volume VI, No. 1 Juni 2015, h.100

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah ilmu yang dimiliki seseorang untuk dapat menjadi


pemimpin, sehingga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
agar mendukung, membantu, dan bekerja secara bersungguh-sungguh
terhadap tercapainya tujuan yang dicita-citakan oleh pemimpin atau organisasi
yang dipimpinnya.3 Oleh karena itu, untuk dapat mencapai tujuan yang dicita-
citakan tersebut membutuhkan banyak pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin.
Secara operasional, kepemimpinan berfungsi sebagai tindakan
yangdilakukan oleh pemimpin dalam upaya menggerakkan bawahan agar mau
berbuatsesuatu guna menyukseskan program-program kerja yang telah
dirumuskansebelumnya. Dalam konteks ini, berhasil tidaknya program
pemberdayaan sumberdaya manusia di dalam organisasi sebagian besar
ditentukan oleh kemampuanpemimpin dalam melaksanakan fungsi-fungsi
pokok kepemimpinan, baik sebagai leader maupun manager. Pelaksanaan
fungsi sebagai leader lebih menekankanpada usaha interaksi manusiawi
(human interactions) untuk mempengaruhi orangyang dipimpin, menemukan
sesuatu yang baru, mengadakan perubahan dan pembaruan.4
Kepemimpinan adalah (1) proses dimana seorang pemimpin
mempengaruhi bawahan untuk berperilaku dengan cara yang diinginkan, (2)
mengarahkan dan mengkoordinasikan pekerjaan kepada anggota kelompok,
(3) proses hubungan interpersonal dengan anggotanya bukan karena paksaan
tetapi sesuai keinginan, (4) proses mempengaruhi kelompok organisasi ke arah
mencapai tujuannya, (5) tindakan anggotanya fokus untuk menciptakan

3
Samino, dan Saring Marsudi, Layanan Bimbingan Belajar, (Surakarta: Fairuz Media,
2012) h. 27
4
Prim Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah Strategi Peningkatan Mutu dan
Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media: 2013) h. 236

3
peluang diinginkan, (6) membentuk sebuah tim yangefektif, (7) mendapatkan
hasil tujuan organisasi melalui aggotanya.5
Kepemimpinan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
pencapaian standar mutu pendidik dan tenaga kependidikan guna peningkatan
kualitas dan mutu pendidikan pada suatu lembaga pendidikan. Seorang
pemimpin harus memiliki kemampuan manajerial yang baik, sehingga mampu
membawa unsur-unsur lembaga secara sistemik ke arah yang diinginkan
sesuai dengan visi, misi dan tujuan lembaga yang dipimpinnya. Pemimpin
lembaga pendidikan harus mampu mewujudkan program yang berkelanjutan
(sustainability) mengacu pada standar mutu yang dipersyaratkan.6
Dapat dipahami dalam suatu lembaga pendidikan dibutuhkan seorang
pemimpin, dimana pemimpin tersebut sebagai penggerak dan inspirator dalam
merancang dan mengerjakan kegiatan. Pemimpin tidak hanya seorang
manajer, ia juga harus seorang pembangun mental, moral, spirit, dan
kolektivitas kepada jajaran bawahannya.
Dalam masalah kepemimpinan nabi Muhammad SAW menjelaskan di
dalam hadis yang berbunyi:

َّ ‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه َو‬


‫الر ُج ُل‬ ٌ ُ‫اع َو َم ْسئ‬ ٍ ‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه اإْلِ َم ُام َر‬
ٌ ُ‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئ‬
ٍ ‫ُكلُّ ُك ْم َر‬
‫ت َز ْو ِج َها َو َم ْسئُولَةٌ َع ْن‬ ِ ‫اعيةٌ' يِف بي‬ ِ
َْ َ ‫ول َع ْن َرعيَّته َوالْ َم ْرأَةُ َر‬
ِِ ِ ٌ ُ‫اع يِف أ َْهلِ ِه َو ُه َو َم ْسئ‬
ٍ ‫َر‬
‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬ٌ ُ‫اع يِف َم ِال َسيِّ ِد ِه َو َم ْسئ‬ ٍ ‫َر ِعيَّتِ َها َواخْلَ ِاد ُم َر‬
Terjemahan: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan
dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah
pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang
suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas
keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga
suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah

5
Indra dan Ihsan Harun, Leadership Of Islamic Education On Mts Maqamam
MahmudaTakengon-Aceh, dalam Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman Vol. 6. No. 1.
Januari – Juni 2017, h. 40
6
Hidayati, Kepemimpinan dan Peningkatan Mutu Pendidikan, dalam Jurnal Tarbiyah
Vol. 22 No. 1 Januari-Juni 2015, h. 51

4
tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta
tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung
jawabnya tersebut."  (HR Al-Bukhari).
Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa kepemimpinan sangatlah penting
dalam kehidupan. Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan
dan dapat mempengaruhi orang lain dan seorang pemimpin harus
mampumembuat perubahan yang baik. Kepemimpinan dalam Islam dikenal
dengan sebutan khalifah yang bermakna “penguasa, pengganti dan wakil”.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 30 sebagai berikut:

‫ض َخلِي َفةً ۖ قَالُ ٓو ۟ا أَجَتْ َع ُل فِ َيها َمن يُ ْف ِس ُد فِ َيها‬ ِ ‫ك لِْلم ٰلَٓئِ َك ِة إِىِّن ج‬
ِ ‫اع ٌل ىِف ٱأْل َْر‬ ِ
َ َ َ ُّ‫َوإ ْذ قَ َال َرب‬
‫ك ۖ قَ َال إِىِّن ٓى أ َْعلَ ُم َما اَل َت ْعلَ ُمو َن‬ ِ ‫حِب‬ ِ
َ َ‫ِّس ل‬
ُ ‫ِّمٓاءَ َوحَنْ ُن نُ َسبِّ ُح َ ْمد َك َونُ َقد‬
َ ‫ك ٱلد‬
ُ ‫َويَ ْسف‬
Terjemahan: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi."mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi ituorang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."

B. Definisi Mutu Pendidikan

Secara klasikal, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mutu adalah


ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau derajat (kepandaian,
kecerdasan, dan sebagainya). Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu
dalam mengacu pada konteks hasil pendidikan yang mengacu pada prestasi
yang dicapai oleh setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai dapat
berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya, ulangan umum atau UN),
dapat pula prestasi di bidang non akademis misalnya cabang olahraga atau
seni. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti:
bahan ajar (kognitif, afektif, dan psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai

5
kemampuan dan kebutuhan guru), sarana prasarana, dan sumber daya lain
untuk menciptakan suasana pembelajara yang kondusif.
Muhammad Nur berpendapat Mutu pendidikan adalah Pendidikanyang
bermutu apabila pelanggan internal (kepala sekolah, guru dankaryawan
sekolah) Berkembang baik fisik maupun psikis, sedangkanpelanggan
eksternal, yaitu: eksternal primer (peserta didik), eksternal skunder (orang tua
pemimpin pemerintah dan perusahaan), dan eksternaltersier (pasar kerja
masyarakat).7
Mutu pendidikan adalah kepuasan penerima jasa pendidikan terhadap
layanan pendidikan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu
pada masukan, proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat
dari beberapa sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya
manusia, seperti kepala sekolah, guru, stap atau tata usaha, dan siswa. Kedua,
memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku –
buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain – lain. Ketiga, memenuhi
atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan,
struktur organisasi, diskripsi kerja. Keempat, mutu masukan yang bersifat
harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita - cita.8
Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu isu sentral dalam
pendidikan nasional, Terutama berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan
pada setiap jenjang satuan pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah. menyadari hal tersebut, pemerintah telah melakukan beberapa
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui
berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan
media pembelajaran perbaikan sarana dan prasarana pendidikan,serta
peningkatan manajemen mutu sekolah.9

7
Muhammad Nur, Manajemen Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, dalam
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. 4 No. 1, Februari 2016, h. 274
8
Triana Cepi, Perilaku Organisasi dalam Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015) h. 51
9
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: BumiAksara, 2013)
h. 158

6
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa mutu pendidikan
adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari output pendidikan secara
efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan dibidang akademik maupun
non akademik yang dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan dalam upaya
meningkatkan kebutuhan untuk tercapainya proses mengembangkan bakat
para peserta didik.

C. Konsep Kepemimpinan dalam MMT

Kepemimpinaan adalah upaya mempengaruhi perilaku orang-orang agar


mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung
dua pengetian pokok yang sangat penting, yaitu : pertama, mempengaruhi
orang lain. Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi
orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan
ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya. Kecuali dorongan,
semangat dan kesdaran dari dalam dirinya untuk memperbaiki mutu
kinerjanyaa (motivasi intrinsik), juga terdapat dorongan dari luar diri orang-
orang itu untuk berbagi dan berperilaku dan itulah yang disebut dengan
motivasi ekstrinsik. Dalam hal ini faktor kepemimpinan adalah salah satu
faktor yang berasal dari luar, dan oleh sebab itu pula pemimpin harus selalu
memotivasi anggota organisasi kearah perbaikian/peningkatan mutu
kinerjanya.
Kedua, Kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan. Jika perilaku yang ditimbulkan oleh
kepemimpinan itu berupa kesediaan orang-orang untuk saling bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Dalam implementasi
Kepemimpinan MMT yang berhasil adalah yang mampu menumbuhkan
kesadaran orang-orang dalam organisasi untuk melakukan peningkatan mutu
kinerja dan terciptanya kerjasama dalam kelompok-kelompok untuk
peningkatan mutu kinerja masingmasing kelompok maupun kinerja organisasi
secara keseluruhan. Adanya kerjasama-kerjasama kelompok merupakan salah
satu kunci keberhasilan kepemimpinan MMT.

7
Ada empat persyaratan untuk kepemimpinan yang efektif adalah sebagai
berikut:
1. Kembangkan dan publikasikan visi terdokumentasi yang jelas,
nilai/keyakinan perusahaan, tujuan dan misi pernyataan.
2. Kembangkan strategi yang jelas dan efektif dan mendukung rencana
untuk mencapai misi.
3. Identifikasi faktor penentu keberhasilan dan kritis proses.
4. Pemberdayaan - mendorong karyawan yang efektif partisipasi.10
Untuk menerapkan MMT dalam suatu organisasi diperlukan adanya
kepemimpinan yang ciri-cirinya berbeda dengan kepemimpinan yang tidak
untuk meraih mutu. Untuk itu MMT memerlukan kepemimpinan yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Fokus pada Kelompok
Kepemimpinan lebih diarahkan kepada kelompok-kelompok kerja
yang memiliki tugas atau fungsi masing-masing, tidak memfokus
kepada individu.
2. Melimpahkan wewenang untuk membuat keputusan
Kepemimpinan MMT tidak selalu membuat keputusan sendiri dalam
segala hal, tetapi hanya melakukannya dalam hal, tetapi hanya
melakukannya dalam hal-hal yang akan lebih baik kalau dia yang
memutuskannya. Sisanya diserahkan wewenangnya kepada kelompok-
kelompok yang di bawah pengawasannya.
3. Merangsang Kreativitas
Setiap upaya meningkatkan mutu kinerja., apakah itu dalam
menghasilkan barang atau jasa, pada dasarnya selalu diperlukan
adanya perubahan cara kerja. Pemimpin justru perlu merangsang
timbulnya kreativitas dikalangan orang-orang yang dipimpinnya guna
menciptakan hal-hal yang baru yang sekiranya akan menghasilkan
kinerja yang lebih bermutu.

Jhon S. Oakland, Oakland On Quality Management, (Elsevier Butterworth:


10

Amsterdam, 2004) h. 57

8
4. Memberi semangat dan motivasi untuk berinisiatif dan berinovasi
Seorang pemimpin MMT selalu mendambakan pembaharuan, sebab
dia tahu bahwa hanya dengan pembaharuan akan dapat dihasilkan
mutu yang lebih baik, oleh karena itu dia harus selalu mendorong
semua orang dalam organisasinya untuk berani melakukan inovasi-
inovasi, baik itu menyangkut cara kerja maupun barang dan jasa yang
dihasilkan.
5. Bertindak pro-aktif
Pemimpin MMT selalu bertindak pro-aktif dan antisiatif. Pemimpin
MMT tidak hanya reaktif yang mulai mengambil tindakan bila sudah
terjadi masalah, pemimpin yang pro-aktif selalu bertindak untuk
mencegah munculnya masalah dan kesulitan dimasa yang akan datang,
Setiap rencana tindakan sudah dipikirkan akibat dan konsekuensinya
yang bakal muncul, dan kemudian dipikirkan bagaimana cara untuk
mengeleminasi hal-hal yang bersifat negatif atau sekurang-kurangnya
meminimalkannya. 11

Signifikansi kepemimpinan untuk melakukan transformasi TQM tidak boleh


diremehkan. Tanpa kepemimpinan pada semua level institusi, proses peningkatan
tidak dapat dilakukan dan diwujudkan. Komitmen terhadap mutu harus menjadi
peran utama bagi seorang pemimpin, karena TQM adalah proses atas ke bawah
(top-down). Sela ini, telah diperkirakan bahwa 80 persen inisiatif mutu gagal
dalam masa dua tahun awal. Alasan utama kegagalan tersebut adalah bahwa
manajer senior kurang mendukung proses dan kurang memiliki komitmen untuk
inisiatif tersebut. Biasanya, masalah peningkatan mutu ini merupakan hal yang
sangat amat berat dilakukan oleh manajer senior, karena mereka beranggapan
bahwa pelimpahan tanggungjawab pada bawahan akan ikut mempengaruhi
wibawa mereka.Itulah sebab mengapa kepemimpinan yang kuat dan jauh kedepan
diperlukan dalam kesuksesan peningkatan mutu.
Biasanya pemimpin organisasi non-TQM menghabiskan 30 persen waktu
untuk menghadapi kegagalan sistem, komplaain, serta penyelasaian masalah.
11
Nunu Heryanto, Kepemimpinan untuk Meraih Mutu, dalam Jurnal Pendidikan, 2018, h.4

9
Sementara itu manajer, yang mengaplikasikan TQM tidak memiliki pemborosan
waktu sedemikian sehingga mereka bisa mengalihkan 30 persen waktu tersebut
untuk memimpin, merencanakan masa depan, mengembangkan ide-ide baru dan
bekerja secara familiar dengan para pelanggan.12
Pada setting mutu terpadu (Total Quality) gaya kepemimpinan yang sesuai
menurut Geotsch dan Davis adalah “partisipatif’ tingkat tinggi dengan arti
mencari masukan dari parastaf yang sudah diberdayakan telebih. Pada gaya
kepemimpinan situasional yang tradisional pimpinan hanya menerima input
sajatanpa pemberdayaan staf yang terencana dan menerus. Mengkoleksi input dari
staf bukanlah hal yang baru, namun mengkoleksi input, menelusuri, peduli,
bekerja bersama staf untuk meningkatkan mutu input/penghargaan kepada staf
atas perbaikan inputnya. Ini semua adalah gaya kepemimpinan partisipatif tingkat
tinggi dimana semestinya diterapkan di dalam seting kepemimpinan mutu terpadu.

D. Peran Kepemimpinan dalam meningkatkan Mutu Pendidikan

Peran kepemimpinan dapat berlangsung di dalam dan di luar organisasi.


Karena itu, salah satu peran strategis seseorang dalam organisasi selain
sebagai manajer adalah sebagai pemimpin. Ada empat peran utama
kepemimpinan efektif, yaitu: sebagai penentu arah, agen perubahan,
jurubicara, dan pelatih.13
Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dalam usaha
pengembangan sumber daya manusia, Mortimore mengemukakan beberapa
faktor yang dicermati sebagai berikut:14
1.) Kepemimpinan sekolah yang positif dan kuat. Kepemimpinan directive
(memberi pengarahan), collaborative, (penuh kerjasama), dan
nondirective (memberi kebebasan) dari sergiovanni dapat diterapkan di
sekolah. Pada penerapan gaya dan orientasi kepemimpinan di sekolah hal
ini akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan.

12
Ibid, h.175
13
Syafaruddin, Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Citapustaka Media,
2013) h. 59.
14
Arbangi, Manajemen Mutu Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2016) h. 136

10
2.) Harapan yang tinggi, tantangan bagi berpikir siswa. Mutu pendidikan
dapat diperoleh jika harapan yang ditetapkan kepada peserta didik
memberikan tantangan kepada mereka untuk berkompetisi mencapai
tujuan pendidikan.
3.) Monitor terhadap kemajuan siswa. Aspek monitor menjadi penting karena
keberhasilan siswa di sekolah tak akan terekam dengan baik tanpa adanya
aktivitas monitoring secara kontinu. Monitor berharap dan pemberian
balikan akan meningkatkan kualitas pendidikan anak.
4.) Tanggung jawab siswa dan keterlibatannya dalam kehidupan sekolah.
Pendidikan yang berkualitas jika menghasilkan lulusan yang bertanggung
jawab, disiplin, kreatif, dan terampil. Aktivitas organisasi siswa di sekolah
perlu digalakkan. Siswa dilatih untuk bertanggung jawab atas tugasnya
sendiri sebagai siswa dan berani menanggung resiko atas perbuatannya.
5.) Insentif dan hadiah. Penerapan pendidikan yang memberikan hadiah dan
insentif bagi keberhasilan pendidikan akan meningkatkan usaha belajar
siswa.
Upaya kepemimpinan kepala sekolah dalam menghadapi persaingan mutu
pendidikan adalah kepala sekolah yang semula otoriter, mereformasi dirinya
menjadi kepala sekolah yang kolaboratif, sehingga menumbuhkan iklim sekolah
yang demokratis yang dapat mengakomodir aspirasi seluruh warga sekolah.
Kepala sekolah harus dapat memenuhi kebutuhan civitas akademika secara
professional, hal ini untuk mengetahui persis kebutuhan para guru dan tenaga
pendidikan lainnya dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Memposisikan diri
untuk mewakili masyarakat pendidikan, membuka ruang kreatifitas dan otonomi
guru seluas-luasnya dan proporsional guru serta belajar menanggulangi kekuatan
yang non linier, maksudnya dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran,
tidak bisa menyepelekan hal-hal yang kecil, karena bisa jadi hal itulahyang
menghambat kesuksesan. Kepala sekolah sebagai “learning person” yaitu
seseorang yang selalu berusaha menambah pengetahuan dan keterampilannya.15

15
Siti Farikhah dan Wahyudhiana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2018) h. 202

11
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah
guru professional yang bertanggungjawab atas manajemen sekolah dan sebagai
pimpinan tertinggi di suatu pendidikan formal dalam proses meningkatkan
kualitas sekolah. Dalam prespektif tanggungjawab kepemimpinan kepala sekolah
dituntut untuk memaksimalkan seluruh potensinya dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya untuk mewujudkan sekolah menjadi efektif, produktif, mandiri dan
akuntabel.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan dalam kerangka
manajemenmutu terpadu di sekolah memenuhi indikator-indikator sebagai
berikut. (a) kepemimpinan yang berkaitan dengan imajinasi, kemungkinan, dalam
pemberdayaansumber daya yang dimiliki, (b) memiliki peran dalam
memfungsikan, melatih, membimbing, mengarahkan, mendidik, membantu, dan
mendukung anggotanya sehingga terfokus dalam visi, misi, strategi, dan
rancangan serta hasil yang ditetapkan, (c) efektivitas pembiayaan akan
memberdayakan semua proses, (d) konsentrasi padagambaran keseluruhan dan
menjaga kontribusi pemikiran orang, (e) memerhatikan hal-halyang kecil dari
perbedaan-perbedaan yang esensial, (f) tantangan dan harapan duasisi yang bisa
saling mendukung.
Penerapan manajemen peningkatan mutu, memungkinkan sekolah untuk
menjamin mutu lulusan karena pengendalian proses dilakukan secara ketat.
Implementasi manajemen peningkatan mutu disekolah memang memerlukan
upaya yang besar, namun memberikan dampak yang menguntungkan dalam
jangka panjang, karena dapat mencegah atau memperkecil kegagalan dalam
pembelajaran.

Untuk lebih mudah memahamiunsur input, proses, dan output pendidikan


dalam peningkatan mutu pendidikan dapat di lihat pada tabel di bawah ini:16
No Mutu Pengertian Unsur
Pendidikan
16
Aufa, Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jurnal
Pendidikan madrasah Vol 1 No. 2 November 2016, h. 204.

12
1 Input Segala sesuatu yang 1. Sumberdayamanusia, kepala
harus tersedia sekolah, pendidik, tenaga
karena dibutuhkan kependidikan, konselor,
untuk karyawan dan peserta didik.
berlangsungnya 2. Sumberdaya Lainnya:
proses Peralatan, perlengkapan, dsb
3. Perangkat Lembaga: Struktur
organisasi sekolah, peraturan
perundang-undangan, deskripsi
tugas, rencana atau program, dsb
4. Harapan-harapan: Visi, misi,
tujuan-tujuan yang ingin dicapai
oleh sekolah
2 Proses Merubah sesuatu Proses yang dimaksud adalah
menjadi sesuatu proses Pengambilan keputusan,
yang lain proses pengelolaan
kelembagaan, proses
pengelolaan program, proses
belajar mengajar, dan proses
monitoring dan evaluasi.
3 Output Sesuatu hasil atau Kinerja sekolah dapat diukur
prestasi sekolah yang dari: Kualitasnya, efektivitasnya,
dihasilkan dari produktivitasnya, efesiensinya,
proses prilaku inovasinya, kualitas kerjanya,
dan moral kerjanya.

Pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator dalam meningkatkan


mutu pendidikan dipengaruhi dari hasil input, proses, dan output pendidikan yang
mana peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah atau lembaga formal,
peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang
baik. Memberdayakan dan melibatkan seluruh warga sekolah, baik guru, staf,
siswa, dan orangtua merupakan salah satu faktor meningkatkan mutu pendidikan.
Peningkatan mutu juga memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan
kepuasan kepada siswa, orang tua, dan masyarakat. Sehingga dimana seluruh
komponen-komponen tersebut saling bekerja sama untuk mendapatkan tujuan
yang ingin dicapai.

13
Aspek penting dari peran kepemimpinan adalah memberdayakan para guru
dan memberi mereka wewenang yang luas untuk meningkatkan pembelajran para
pelajar. Scanley Spanbauer, Ketua Fox Valley Technical Collage, yang telah
memperkenalkan TQM dalam pendidikan Kejuruan di Amerika Serikat,
berpendapat bahwa “dalam pedekatan berbasis mutu kepemimpinan disekolah
bergantung pada pemberdayaan para guru dan staff lain yang terlibat dalam proses
belajar mengajar. Para guru diberi wewenang untuk mengambil keputusan,
sehingga mereka memiliki tanggungjawab yang besar. Mereka diberi kekuasaan
dan otonomi untuk bertindak.”
Spanbauer telah menyampaikan pengarahan bagi para pemimpin dalam
menciptakan lingkungan pendidikan yang baru. Dia berpendapat bahwa pemimpin
institusi pendiidkan harus memandu dan membantu pihak lain dalam
mengembangkan karakteristik yang serupa. Sikap tersebut mendorong terciptanya
tanggungjawab bersama-sama serta sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan
lingkungan kerja yang interaktif. Dia menggambarkan sebuah gaya kepemimpinan
dimana pemimpin “harus menjalankan dan membicarakan mutu serta mampu
memahami bahwa perubahan terjadi sedikit demi sedikit bukan dengan serta
merta”. Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memandu guru dan
para admin untuk bekerja sama dalam kelompok tim.17
Kepemimpinan dan manajemen diperlukan dalam mengimplementasikan
MMT. Birokrat pendidikan sekali waktuberposisi sebagai pemimpin dan lain
waktu perlu menjadi manajer. Sewaktu kepala sekolah menjalankan kebijakan
yang dirumuskan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan sejumlah
batasan-batasan maka dalam posisi ini ia lebih berperan sebagai manajer. Pada
posisi ini kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsi-fungsi manajemen:
merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan mengontrol
pelaksanaan. Di waktu kepala sekolah harus memilih strategi dan taktik dalam
mengimplementasikan kebijakan Dinas Pendidikan dan dikaitkan dengan

17
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (Yogyakarta: IrciSoD, 2012)
h.174

14
perumusan visi dan misi sekolah maka kepala sekolah tersebut lebih berperan
sebagai pemimpin.
Demikian pula untuk para guru, sewaktu mereka menerapkan kebijakan
sekolah maka posisi mereka adalah sebagai manajer, namun sewaktu para guru
mengajak siswa untuk merumuskan aturan kelasuntuk mencapai efektivitas
pembelajaran maka mereka lebih berperan sebagai pemimpin. Dalam situasi ini,
mereka perlu membangun hubungan guru dan siswa sebagaimana hubungan
pemimpin dan pengikutnya. Untuk menumbuhkan rasa respek, jujur, percaya
bahwa yang diajarkan membawa kebaikan, komitmen diri pada siswa bahwa apa
yang diajarkan guru membawa kebaikan bagi peningkatan mutu.18

E. Analisis

Dalam suatu lembaga pendidikan dibutuhkan seorang pemimpin dimana


pemimpin tersebut sebagai penggerak dan inspirator dalam merancang dan
mengerjakan kegiatan. Pemimpin tidak hanya seorang manajer, ia juga harus
seorang pembangun mental, moral, spirit, dan kolektivitas kepada jajaran
bawahannya.
Secara pribadi aspek-aspek yang harus dapat dimiliki oleh kepala sekolah,
meliputi kemampuan-kemampuan dalam mengorganisir dan membantu guru-guru
dalam merumuskan perbaikan-perbaikan dalam pengajaran, mampu
membangkitkan kepercayaan diri pada guru dan anggota sekolah lainnya,
memupuk kerja sama tim dalam pelaksanaan program-program serta pencapaian
setiap usaha dan tujuan sekolah.
Gaya kepemimpinan yang cocok dalam meningkatkan mutu di sekolah yaitu
gaya kepemimpinan demokratis. Pemimpin yang demokratis selalu terbuka dan
selalu melibatkan anggota kelompok dalam segala hal untuk mencapai muti
pendidikan. Seperti kita ketahui, untuk mencapai tidak hanya kerja keras dari
pemimpin dalam hal ini kepala sekolah, tetapi juga guru, siswa maupun
masyarakat.

Sutarto, Manajemen Mutu Terpadu Teori dan Penerapan di Lembaga Pendidikan,


18

(Yogykarta: UNY Press, 2015) h. 60

15
Kepala sekolah senantiasa berusaha untuk meningkatkan kemampuan para
tenaga pendidik dengan cara mengikutkan mereka pada pelatihan-pelatihan atau
workshop. Kepala sekolah dalam menerapkan manajemen mutu dengan
melakukan tugas pokok dan fungsinya sebagai manajer dengan cara melakukan
pembagian tugas dan tanggung jawab yang tepat dan jelas kepada para guru dan
staf sekolah. Pembagian tugas ditentukan dalam forum rapat sekolah. Selain itu,
kepala sekolah juga melibatkan guru dalam mengambil setiap keputusan yang
berkaitan dengan peningkatan mutu sekolah, khususnya dalam memberikan
pelayanan kepada siswa, memenuhi kebutuhan belajar mereka, serta menjamin
hubungan baik dengan orang tua siswa.
Dari penjelasan dan pembahasan di atas dapat kita ambil pelajaran untuk
meningkatkan mutu pendidikan dengan menerapkan manajemen mutu terpadu
seorang kepala sekolah alangkah lebih baiknya menguasai bagaimana gaya
kepemimpinan dan juga cara dalam mengkomunikasikan kebijakan serta
mengembangkan pengetahuan pengelolaan sekolah, sehingga sekolah dapat terus
berkembang ke arah peningkatan yang sesuai dengan harapan pelanggan sekolah.

16
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Kepemimpinan MMT yang berhasil adalah yang mampu menumbuhkan


kesadaran orang-orang dalam organisasi untuk melakukan peningkatan mutu
kinerja dan terciptanya kerjasama dalam kelompok-kelompok untuk
peningkatan mutu kinerja masing-masing kelompok maupun kinerja
organisasi secara keseluruhan.
Indikator dalam meningkatkan mutu pendidikan dipengaruhi dari hasil
input, proses, dan output pendidikan yang mana peningkatan mutu harus
dilaksanakan di sekolah atau lembaga formal, peningkatan mutu hanya dapat
terlaksana dengan adanya kepemimpinan yang baik. Memberdayakan dan
melibatkan seluruh warga sekolah, baik guru, staff, siswa, dan orangtua
merupakan salah satu faktor meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan
mutu juga memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada
siswa, orang tua, dan masyarakat. Sehingga dimana seluruh komponen-
komponen tersebut saling bekerja sama untuk mendapatkan tujuan yang ingin
dicapai.

B. Saran

Dengan mempelajari materi ini, diharapkan sebagai mahasiswa yang


bekerja dalam dunia pendidikan baik sebagai kepala sekolah atau guru dapat
meningkatkan mutu pendidikan dari segi hal apapun dengan cara mengikuti
pelatihan program mutu yang diselenggarakan baik disekolah ataupun
setempat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arbangi, Manajemen Mutu Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2016.

Aufa, Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jurnal


Pendidikan madrasah Vol 1 No. 2 November 2016.

Cepi, Triana. Perilaku Organisasi dalam Pendidikan, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2015.

Edward Sallis, Total Quality Management in Education, Yogyakarta: IrciSoD,


2012.

Farikhah, Siti dan Wahyudhiana.Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aswaja


Pressindo, 2018.

Hairiyah, Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan dalam Jurnal


Literasi, Volume VI, No. 1 Juni 2015.

Hidayati, Kepemimpinan dan Peningkatan Mutu Pendidikan, dalam Jurnal


Tarbiyah Vol. 22 No. 1 Januari-Juni 2015.

Indra dan Harun,Ihsan.Leadership Of Islamic Education On Mts Maqamam


Mahmuda Takengon-Aceh, dalam Jurnal Manajemen Pendidikan dan
Keislaman Vol. 6. No. 1. Januari – Juni 2017.

Mulyadi,Kepemimpinan Kepala Sekolah Mengembangkan Budaya Mutu,Malang:


UIN-MalikiPress, 2010.

Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: BumiAksara,


2013.

Mutohar, Prim Masrokan.Manajemen Mutu Sekolah (Strategi Peningkatan Mutu


dan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam), Yogyakarta: Cetakan I Ar-
Ruzz Media, 2013.

Nur, Mohamad. Manajemen Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,


dalam Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. 4 No. 1, Februari 2016.

Oakland, Jhon S. Oakland On Quality Management, (Elsevier Butterworth:


Amsterdam, 2004)

18
Samino, dan Saring Marsudi.Layanan Bimbingan Belajar, Surakarta: Fairuz
Media, 2012.

Sutarto, Manajemen Mutu Terpadu Teori dan Penerapan di Lembaga Pendidikan,


Yogykarta: UNY Press, 2015.

Syafaruddin, Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer, Bandung: Citapustaka


Media, 2013.

19

Anda mungkin juga menyukai