Anda di halaman 1dari 19

MENCIPTAKAN KELUARGA BERKARAKTER

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Pendidikan Karakter

Dosen Pengampu:
Dr. Wakhudin, M.Pd

Disusun Oleh:
Tri Hadiyati NIM. 2220110070
Desi Putrianasari NIM. 2220110088

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatNya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
MENCIPTAKAN KELUARGA BERKARAKTER tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. Wakhudin, M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Karakter yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Banjarnegara, Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Hlm
COVER……………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………..........
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Menciptakan Keluarga Berkarakter....................................................
2.1.1 Strategi Mendidik Anak Berkarakter di Sekolah................................
2.1.2 Membangun Kemitraan Sekolah dan Orang Tua dalam
Pengembangan Karakter Anak........................................................
2.1.3 Strategi Pemberdayaan Keluarga Bagi Pendidikan Karakter Anak....
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terbentuk berdasarkan
pernikahan. Anggota keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Bagi
anak-anak keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama. Mereka berada
dalam asuhan orang tua menuju arah perkembangan. Keluarga merupakan lembaga
pendidikan tertinggi yang bersifat informal dan kodrat.
Tentu saja hal-hal suasana pendidikan dalam keluarga sangat berbeda dengan
suasana pendidikan di lingkungan formal maupun lingkungan masyarakat. Dalam
keluarga diliputi suasana penuh kasih sayang perhatian, pelukan dan belaian hangat
kedua orang tua. Rasa kasih sayang dalam keluarga akan menimbulkan
keharmonisan dalam interaksi dengan sang anak. Segala permasalahan yang
dijumpai anak akan mudah diketahui melalui pendekatan secara personal. Di dalam
keluarga awal dibentuk kebiasaan melaui pola asuh orang tua yang kelak akan
mempengaruhi karakter anak.
Gilbert Highest dalam Jalaludin mengatakan bahwa: kebiasaan yang dimiliki
anak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak dari bangun
tidur hingga ke saat akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan
pendidikan dari lingkungan keluarga (Gilbert Highest, 1961: 78).
Dari apa yang diungkapkan Gilbert, kita mengakui bahwa pendidikan yang
paling banyak diterima anak adalah dari keluarga. Bagaimana orang tua
berperilaku akan selalu menjadi perhatian anak lalu tertanamkan di benaknya. Jika
pendidikan yang baik diterapkan orang tuanya maka banyak hal baik yang dapat
ditiru anak tersebut dalam perilakunya.
Stanton L. Jones dan Brenna B. Jones mengatakan bahwa ada beberapa gagasan
yang penting bagi orangtua dalam menanamkan dan memahami karakter dalam

1
keluarga. Semua gagasan tentang   kebutuhan, nilai, keyakinan dan ketrampilan.
bermuara dari orangtua, dalam hal ini adalah ayah dan ibu.  Oleh karena itu orangtua
harus senantiasa hadir dalam kehidupan anak-anaknya secara total.  Kehadiran
orangtua harus diwujudkan dalam bentuk kuantitas dan kualitas. Quality time not
quantity, harus dipahami dengan hati-hati agar tidak menyesatkan. Kuantitas dan
kualitas waktu orangtua bersama buah hati harus seimbang. Hal yang lebih utama
adalah role model atau keteladanan yang diberikan orangtua pada anak-anaknya.
Apabila orangtua tidak melakukan apa yang dicontohkan pada anaknya, maka
orangtua itu sesungguhnya sedang membatalkan apa yang sedang diajarkan. 
Sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih menghasilkan lulusan yang
berada pada tahap mengingat. Bahkan cendekiawan Indonesia lulusan pendidikan
luar negeri pun masih memiliki “mental asisten”. Pendidikan Indonesia juga
belum memiliki pola yang mandiri, kemampuan untuk mencipta kurang tetapi
kemampuan untuk menciplak kuat.
Melihat permasalahan yang ada pada pendidikan anak pada saat ini, perlu
dilakukan langkah strategis, yaitu membentuk sistem pendidikan keluarga
terpadu yang melibatkan orang tua, guru, Komite sekolah dan pemerintah
menciptakan sinergis yang bisa mendidik anak dengan aman, ramah, berkarakter
dan berakhlak.
Semua pihak berharap pendidikan di Indonesia membawa bangsa ini
mandiri dan berkarakater. Nilai-nilai keagamaan dan kepercayaan yang kita imani
ditanamkan dalam pendidikan nasional sehingga menjadi perbuatan dan perilaku
masyarakat Indonesia sehari-hari serta menjadi pelopor di bidang masing-masing
dan punya kontribusi yang signifikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana strategi mendidik anak berkarakter di sekolah?

2
b. Bagaimana membangun kemitraan sekolah dan orang tua dalam
pengembangan karakter anak?
c. Bagaimana strategi pemberdayaan keluarga bagi pendidikan karakter anak?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis merumuskan tujuan
penulisan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang strategi mendidik anak berkarakter di sekolah.
b. Untuk mengetahui tentang cara membangun kemitraan sekolah dan orang tua
dalam pengembangan karakter anak.
c. Untuk memahami tentang strategi pemberdayaan keluarga bagi pendidikan
karakter anak.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menciptakan Keluarga Berkarakter


Bangsa yang berkarakter baik berakar dari keluarga yang berkarakter luar
biasa.  Karakter yang baik adalah motivasi dari dalam untuk menunjukkan apa yang
benar, walaupun kita suka atau tidak suka dalam setiap situasi.
Charlotte K. Priatna mengatakan : “Karakter adalah kualitas teguh yang
dibangun dalam kehidupan seseorang yang menentukan responnya tanpa dipengaruhi
oleh kondisi dan situasi. Ketika seseorang memiliki karakter yang baik, dalam kondisi
yang sesulit apapun ia dapat memutuskan pilihan yang tepat ”.  Maka orangtua,
terutama kepala keluarga harus mampu membawa anggota keluarga  tidak hanya
berfokus pada karakter, melainkan konsisten dengan memberikan kualitas karakter. 
Ketika kita  konsisten dengan kualitas karakter yang diberikan pada keluarga, maka
akan terbangunlah sebuah kebiasaan positif bagi seluruh anggota keluarga.
 Abraham Lincoln pernah mengatakan bahwa “ Karakter bagaikan pohon besar
yang tumbuh kokoh.”  Lincoln akan mengatakan bahwa pohon besar bisa bertumbuh
karena tercukupinya makanan dan minuman dari dalam tanah setiap harinya.  Peran
keluarga terhadap terbentuknya karakter pun demikian.  Pengembangan karakter
dalam keluarga harus tertanam dalam kebiasaan sehari-hari. Pembelajaran karakter
harus dilakukan terus berulang, hingga akhirnya karakter menghasilkan benih yang
menghasilkan buah keberhasilan yang mampu bertahan lama.

2.2 Strategi Mendidik Anak Berkarakter di Sekolah


Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang bertujuan untuk membangun
karakter pada seseorang, khususnya anak. Karakter sendiri merupakan sifat atau ciri
khas yang melekat pada diri seseorang dalam berperilaku sehari-hari dan dapat
dipengaruhi oleh lingkungan maupun orang terdekat, misalnya keluarga dan sekolah.

4
Pendidikan karakter di sekolah dirumuskan dalam UUD no 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pada pasal 1: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pendidikan bukan hanya mengembangkan
kecerdasan saja, melainkan menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berguna bagi
bangsa dan negara. Melalui pendidikan karakter di sekolah, maka akan tercipta
generasi yang bermoral dan berpendidikan. Tentunya diperlukan strategi untuk
menanamkan pendidikan karakter pada siswa di sekolah.
Guru memiliki peran penting untuk mencerdaskan serta membangun karakter
generasi bangsa di sekolah. Guru juga menjadi orang tua, teman, penasehat serta
pendengar yang baik bagi siswa di sekolah. Sebagai sosok berpendidikan, guru bukan
hanya memberikan pengetahuan akademik saja pada siswa, melainkan mendidik anak
menjadi manusia yang baik, bijak dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah, diperlukan
dukungan antara pihak sekolah dengan orangtua siswa untuk melihat perkembangan.
Berikut ini merupakan 10 strategi menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam
pembelajaran di kelas, di antaranya yaitu:
1. Memberikan Contoh yang Baik untuk Siswa
Selain memberikan materi akademik, siswa harus mendapatkan contoh
berperilaku yang baik. Guru sebagai orang tua siswa di sekolah harus berperilaku
baik, guna memberikan contoh untuk para siswanya. Dari contoh tersebut siswa
dapat belajar dan mengikuti perilaku positif dari guru.
2. Memberikan Apresiasi
Selain sebagai ucapan selamat atau terima kasih atas keberhasilan yang diukir,
apresiasi pada siswa merupakan salah satu hal yang berharga guna memberi

5
semangat pada siswa untuk kembali mengukir prestasi. Guru bukan hanya
memberikan apresiasi dalam hal pencapaian akademik saja, melainkan
memberikan apresiasi kepada siswa yang berperilaku baik, jujur dan saling
membantu. Misalnya mengapresiasi nilai siswa yang masih dibawah rata-rata
karena tidak mencontek saat mengerjakan latihan soal SD atau memberi nasehat
kepada siswa yang menyontek. Hal tersebut menjadi salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter di kelas.
3. Memberikan Pesan Moral pada Setiap Pelajaran
Sembari memberikan materi pelajaran guru harus menyisipkan nilai moral dalam
pelajaran tersebut, agar siswa memahami bahwa moral harus dijadikan sebagai
pedoman hidup. Misalnya ketika mengajarkan matematika, guru bukan hanya
memberikan rumus, tetapi mengajarkan bahwa hidup seperti mengerjakan soal
matematika, ketika ada soal sulit kita harus berusaha, berpikir dan bersabar
dalam menyelesaikannya. Melalui penanaman nilai moral dalam setiap pelajaran,
maka siswa akan tumbuh dan siap menghadapi masalah hidup, selalu berpikir
optimis sehingga akan selalu berusaha untuk menyelesaikan masalah.
4. Jujur dan Terbuka pada Kesalahan
Setiap manusia tentu pernah melakukan kesalahan, tak terkecuali guru. Sebagai
guru, mungkin pernah melakukan kesalahan baik dalam mengoreksi maupun
menyampaikan materi, serta datang terlambat ke kelas. Guru harus terbuka pada
kesalahan sekecil apapun. Hal tersebut juga bisa dijadikan contoh pada siswa
untuk selalu berperilaku jujur dan tidak malu mengakui kesalahan. Hilangkan
rasa gengsi, karena pembuka pada kesalahan menjadi salah satu cara
menanamkan pendidikan karakter pada siswa. Dengan demikian siswa akan
menjadi seseorang yang berani bertanggung jawab atas kesalahan yang
dibuatnya.

6
5. Mengajarkan Sopan Santun
Sopan santun merupakan perilaku yang wajib ditanamkan kepada siswa. Sekolah
dapat menerapkan 5S yaitu salam, senyum, sapa, sopan dan santun. Meskipun
terdengar sepele, namun sopan santun perlu diajarkan kepada siswa agar mereka
dapat menjaga sikap saling menghormati. Guru harus menegur siswa yang
kurang sopan guna mengoreksi perilaku tersebut. Teguran bukan berarti guru
harus memarahi siswa, melainkan cukup mengingatkan siswa jika perilaku
tersebut tidaklah baik. Jangan lupa untuk selalu mencontohkan perilaku sopan
dan santun.
6. Biarkan Siswa menjadi Pemimpin
Sifat kepemimpinan dapat diperoleh melalui pendidikan karakter dengan cara
guru selalu memberikan kesempatan agar siswa dapat memimpin teman-
temannya. Karakter pemimpin sangat penting untuk dimiliki karena dapat
mempengaruhi kehidupan sosial maupun ekonomi. Oleh sebab itu, guru harus
membantu siswa untuk melatih jiwa kepemimpinan. Caranya pun sangat
sederhana, yaitu dengan memberikan tugas secara berkelompok. Setiap
kelompok terdiri dari pemimpin dan para anggota. Setelah melakukan diskusi,
guru dapat mengevaluasi pembelajaran positif agar para siswa memiliki jiwa
kepemimpinan dan selalu berlatih bekerjasama dengan baik. Sesekali berilah
motivasi kepada siswa yang kurang percaya diri, agar mereka berani tampil.
7. Berbagi Pengalaman Inspiratif
Pada sela-sela pembelajaran di kelas, guru dapat berbagi pengalaman inspiratif
guna menginspirasi siswa lebih baik. Bukan hanya bercerita mengenai
keberhasilan atau kehebatan saja, melainkan lebih dari itu. Misalnya bercerita
mengenai kegagalan dan keputusasaan yang pernah dialami, namun bangkit
kembali demi meraih cita-cita. Tentu saja hal tersebut dapat dijadikan
pembelajaran bagi siswa dan semangat untuk meraih cita-cita. Melalui berbagi
pengalaman, siswa akan belajar dari pengalaman tersebut agar tidak melakukan

7
kesalahan yang sama. Sehingga mereka tidak menjadi generasi yang bermental
kerupuk, melainkan berani mengambil langkah untuk mencapai impian.
8. Literasi Sekolah
Cara selanjutnya untuk membangun karakter pada siswa yaitu dengan
mendirikan literasi sekolah atau pojok membaca. Berikan motivasi pada siswa
bahwa membaca itu sangat penting untuk menambah wawasan dan membuka
jendela dunia. Membaca juga dapat mengasah kemampuan daya berpikir, logika
dan menyelesaikan masalah.
9. Memberikan Deadline pada Setiap Tugas
Ketika Anda memberikan PR pada siswa, guru harus memutuskan deadline atau
waktu batas pengumpulan tugas tersebut. Hal tersebut sangat penting guna
menanamkan nilai tanggung jawab dan kedisiplinan. Ajarkan pula nilai kejujuran
pada saat mengerjakan tugas, sehingga anak terbiasa mengerjakan tugas sendiri
(mandiri). Dengan membiasakan hal tersebut, maka anak akan tumbuh menjadi
seseorang yang berkarakter, bijak, bertanggung jawab serta mandiri.
10. Mengenalkan Tata Tertib Sekolah dan Mematuhinya
Setiap sekolah tentu memiliki tata tertib atau peraturannya sendiri guna mencapai
keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru dapat mengenalkan
tata tertib sekolah pada siswa, lalu memintanya untuk melakukan tata tertib
tersebut. Hal tersebut menjadikan siswa tumbuh sebagai generasi yang taat pada
aturan.
Itulah 10 strategi menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa ketika
melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Tanpa disadari hal tersebut dapat
meningkatkan prestasi akademik mereka dan menjadikan mereka generasi yang
berkarakter.
2.3 Membangun Kemitraan Sekolah dan Orang Tua dalam Pengembangan
Karakter Anak

8
Lockwood menuliskan  bahwa karakter adalah program yang dirancang dan
dilakukan oleh keluarga untuk secara langsung dan sistematis membentuk tingkah
laku dari anak dengan nilai-nilai yang diyakininya sehingga menghasilkan perilaku.
Dengan kata lain Lockwood menegaskan pentingnya kerjasama antara pribadi dengan
orang lain dalam menghasilkan sebuah karakter positif yang luar biasa.
Tugas mendidik dan mengasuh anak tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan dalam
keluarga, seperti pendidikan ketrampilan, pengetahuan, wawasan dan pengalaman.
Oleh sebab itu keluarga membutuhkan lembaga pendidikan lain yaitu pendidikan
sekolah. Dengan demikian pendidikan di sekolah merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan keluarga. Pendidikan di sekolah juga merupakan
penghubung antara kehidupan anak dalam keluarga dan kehidupan di masyarakat.
Bagi pihak sekolah, peranan orang tua terhadap siswa tidak boleh dianggap
remeh. Orang tua adalah “spesialis” untuk anak-anak mereka. Mereka mengetahui
anak-anaknya jauh lebih lama dan melalui berbagai situasi yang berbeda, dibanding
guru di sekolah. Anak-anak sangat mungkin dapat berperilaku sangat berbeda antara
di rumah dengan di sekolah. Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya manfaat
pertukaran informasi antara sekolah dan keluarga, baik itu berupa situasi kehidupan
siswa maupun pola asuhannya. Guru dan orang tua tentu memiliki kesenjangan
pengetahuan tentang siswa, baik itu tentang perilaku dalam keluarga, pengalaman
siswa di luar lingkungannya, juga tentang pola pengasuhan sehari-hari dan
perkembangannya. Melalui dialog intensif guru dengan orang tua siswa, dapat
diperoleh persamaan persepsi sehingga kedua belah pihak dapat mengambil peranan
yang saling melengkapi dalam melakukan pembimbingan dan pembelajaran terhadap
siswa.
Hubungan dialogis antara guru dan orang tua siswa dapat digambarkan sebagai
kemitraan pendidikan. Istilah ini menekankan bahwa di satu sisi kehadiran guru dan
orang tua berdampak pada perkembangan anak. Sementara di sisi lain tanggung
jawab bersama dalam mendidi anak menjadi pusat hubungan antara kedua belah

9
pihak. Istilah “kemitraan” juga menyiratkan bahwa keluarga dan sekolah memiliki
“hak yang sama, membentuk "ikatan" dalam mengejar tujuan yang sama dan bekerja
bersama-sama.
Kemitraan pendidikan diwujudkan melalui proses komunikasi yang dinamis,
dan diantara keduanya (guru dan orang tua) harus saling terbuka. Hal ini
membutuhkan rasa saling percaya dan sikap saling menghormati. Kedua hal ini juga
akan menimbulkan dampak positif pada anak. Jika anak melihat bahwa guru
menghargai keluarganya, ia lebih cenderung mengembangkan harga diri. Jika
diketahui bahwa orang tuanya menghormati guru, ini mempromosikan referensi
pedagogis dan motivasi untuk belajar.
Terbuka di pihak keluarga berarti orang tua berbicara tentang perilaku anak dalam
keluarga, pengalaman khusus, situasi keluarga mereka, tujuan dan metode pendidikan
yang mereka terapkan dan sebagainya. Di sisi sekolah, keterbukaan adalah tentang
aktivitas kehidupan sekolah sehari-hari yang transparan bagi keluarga. Misalnya,
orang tua ingin mengetahui apa yang diajarkan guru dan apa tujuan pendidikan, ide
dan praktik mereka, bahkan capaian hasil-hasil belajar anaknya. Mereka
menginginkan informasi tentang bagaimana anak mereka berperilaku di kelas,
bagaimana perkembangannya, kemajuan apa yang dibuat dan apakah mereka
mengalami kesulitan.
Lebih lanjut, kerjasama antara guru dan orang tua harus mengarah pada
peningkatan pola asuh keluarga. Dalam konteks telaah hasil studi PISA (Programme
for International Student Assessment), ada pertanyaan-pertanyaan yang relevan
terkait kemitraan sekolah dengan orang tua siswa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
diantaranya: Sejauh mana orang tua siswa mempromosikan perkembangan sekolah
anaknya, seberapa sering orang tua siswa menanyakan tentang perkembangan dan
kemajuan kinerja sekolah mereka, seberapa sering orang tua melakukan percakapan
pribadi dengan siswa terkait buku, film, televisi, game dan sejenisnya. Dan

10
pertanyataan-pertanyaan lain yang relevan menggambarkan keharmonisan hubungan
sekolah dan orang tua siswa.
Melalui penggambaran di atas menjadi jelas bahwa orang tua harus lebih bertanggung
jawab atas pengasuhan, pendidikan dan pengembangan pribadi anak-anaknya.
Guru dapat memotivasi para orang tua untuk memberi pengaruh yang lebih
besar dalam menjalankan tanggung jawab pengasuhan daripada sebelumnya. Para
orang tua harus lebih aktif dalam melakukan pembimbingan. Guru dapat melakukan
bimbingan individual pada orang tua siawa atau dalam bentuk kelompok diskusi. Jika
orang tua siswa melaporkan terkait masalah anak mereka (misal: sifat memberontak
atau agresif), guru dapat memberi advice dan pembimbingan yang tepat sesuai
kompetensi bidang keahlian dan pengalaman profesional.

2.4 Strategi Pemberdayaan Keluarga bagi Pendidikan Karakter Anak

11
Seorang anak tentunya tidak langsung dapat mengenal alam sekitar mengerti
dan memahami segalanya dengan sendirinya, melainkan dibutuhkan pendidikan
keluarga, pendidikan kelembagaan dan pendidikan di masyarakat. Keluarga sebagai
komunitas pertama memiliki peran penting dalam pembangunan mental dan
karakteristik sang anak. Di dalam keluarga, anak belajar dan menyatakan diri sebagai
makhluk sosial. Interaksi yang terjadi bersifat dekat dan intim, segala sesuatu yang
diperbuat anak mempengaruhi keluarganya, dan sebaliknya apa yang didapati anak
dari keluarganya akan mempengaruhi perkembangan jiwa, tingkah laku, cara pandang
dan emosinya. Dengan demikian pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
keluarganya memegang peranan penting bagi proses interaksi anak di lingkungan
masyarakat kelak. Proses pengasuhan selalu bersifat dinamis dalam mencari bentuk.
Banyak para ahli mengemukakan definisi dan bentuk-bentuk pola asuh yang tepat.
Laurrence Steinburg mendefinisikan; Pengasuhan yang baik adalah pengasuhan yang
sesuai dengan kondisi psikologis dengan unsur-unsur seperti kejujuran, empati,
mengendalikan diri sendiri, kebaikan hati, kerja sama, pengendalian diri, dan
kebahagiaan. Pengasuhan yang baik adalah pengasuhan yang membantu anak
berhasil di sekolah, mendukung perkembangan keingintahuan intelektual, motivasi
belajar, dan keinginan untuk mencapai sesuatu. Pengasuhan yang baik adalah yang
menjauhkan anak dari prilaku anti sosial, melakukan pelanggaran hukum ringan, serta
pemakaian narkoba dan alkohol. Pengasuhan yang baik adalah pengasuhan yang
membantu melindungi anak dari berkembangnya keresahan, depresi, gangguan
makan dan berbagai masalah psikologi lain.
Penguatan penanaman nilai-nilai karakter dapat pula dilakukan dengan
melibatkan komponen keluarga dan masyarakat. Komponen keluarga meliputi
pengembangan dan pembentukan karakter di rumah. Pihak sekolah dapat melibatkan
para orang tua untuk lebih peduli terhadap perilaku para anak-anak mereka.
Sedangkan komponen masyarakat atau komunitas secara umum adalah sebagai
wahana praktik atau sebagai alat kontrol bagi perilaku siswa dalam mengembangkan

12
dan membentuk karakter mereka. Pihak sekolah dapat melakukan komunikasi dan
interaksi dengan keluarga dan masyarakat ini dari waktu ke waktu secara periodik.
Mengadakan dialog yang melibatkan komponen pemerintah, masyarakat, guru,
dan orang tua untuk membicarakan masalah dan membuat kesepakatan bersama
untuk bisa menjaga dan mengawasi anak-anaknya, sehingga tercipta pendidikan
yang berkarakter dan terintegrasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Membangun karakter mulia anak merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga dan sekolah. Kemitraan harmonis antara orang tua dan guru akan menjadi
kekuatan yang saling bersinergi dalam upaya menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter.
Guru memiliki peran penting untuk mencerdaskan serta membangun karakter
generasi bangsa di sekolah. Guru juga menjadi orang tua, teman, penasehat serta
pendengar yang baik bagi siswa di sekolah.
Orang tua mempunyai peranan penting dalam pendidikan karakter di sekolah
karena mereka adalah “spesialis” untuk anak-anak mereka. Mereka mengetahui
anak-anaknya jauh lebih lama dan melalui berbagai situasi yang berbeda, dibanding
guru di sekolah. Melalui dialog intensif guru dengan orang tua siswa, dapat diperoleh
13
persamaan persepsi sehingga kedua belah pihak dapat mengambil peranan yang
saling melengkapi dalam melakukan pembimbingan dan pembelajaran terhadap
siswa. Hubungan dialogis antara guru dan orang tua siswa dapat digambarkan sebagai
kemitraan pendidikan. Istilah “kemitraan” juga menyiratkan bahwa keluarga dan
sekolah memiliki “hak yang sama, membentuk "ikatan" dalam mengejar tujuan yang
sama dan bekerja bersama-sama.
Penguatan penanaman nilai-nilai karakter dapat pula dilakukan dengan
melibatkan komponen keluarga dan masyarakat. Komponen keluarga meliputi
pengembangan dan pembentukan karakter di rumah. Pihak sekolah dapat melibatkan
para orang tua untuk lebih peduli terhadap perilaku  anak-anak mereka. Pihak sekolah
dapat melakukan komunikasi dan interaksi dengan keluarga dan masyarakat dari
waktu ke waktu secara periodik, sehingga tercipta pendidikan yang berkarakter
yang terintegrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Benni Sinaga. 2017. Menciptakan Pendidikan Keluarga Berkarakter dan


Terintegrasi. Diakses dari :
https://www.qureta.com/post/menciptakan-pendidikan-keluarga-
berkarakter-dan-terintegrasi pada 6 Oktober 2022
Drs. Yuddy T.H Achsan.Membangun Kemitraan Orang Tua Siswa dengan Sekolah.
Diakses melaui : https://4chsan.com/membangun-kemitraan-orang-tua-siswa-
dengan-sekolah/ pada 6 Oktober 2022
Epin Supini(2020).10 Strategi Menanamkan Pendidikan Karakter di Kelas.
Diakses melalui : https://blog.kejarcita.id/10-strategi-menanamkan-nilai-
nilai-pendidikan-karakter-dalam-pengajaran-di-kelas/ pada 6 Oktober 2022
Rheva Maharani(2018).Bagaimana Strategi Pelaksanaan Pendidkan Karakter ?
Diakses melalui : https://www.dictio.id/t/bagaimana-strategi-pelaksanaan-
pendidikan-karakter/116571 pada 6 Oktober 2022
14
SMAK Penabur Kota Tangerang. 2021. Membangun Karakter di Tengah Keluarga
Diakses melalui : https://bpkpenabur.or.id/tangerang/smak-penabur-kota-
tangerang/berita/berita-lainnya/membangun-karakter-di-tengah-keluarg pada 6
Oktober 2022
Wardi Dita. Menciptakan keluarga berkarakter. Diakses melalui:
https://prezi.com/cx_onnub1gcw/menciptakan-keluarga-berkarakter/ pada 6
Oktober 2022

15
16

Anda mungkin juga menyukai