Anda di halaman 1dari 20

MENCIPTAKAN

KELUARGA BERKARAKTER

Dosen Pengampu : Candres Abadi, M.Pd. Kons.

Kelas : 2.H

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Wini Dinata Putri (204230251)


2. Putri Maharani (204230254)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafaatnya
hingga akhir zaman.

Selanjutnya, terima kasih kami sampaikan khusus kepada Pak Candres Abadi,
M.Pd. Kons. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Karakter, yang telah
dengan tekun dan sabar membimbing kami. Terima kasih juga kami sampaikan
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyelesaian
makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberi dan menambah pengetahuan yang
lebih mendalam tentang menciptakan keluarga berkarakter terhadap pembaca.

Dalam makalah ini tentunya pasti ada kekurangan dan kesalahan yang dapat
ditemukan, oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini memohon maaf atas
segala kesalahan yang terjadi khususnya kepada pembaca. Kami harapkan kritik
dan saran, sehingga bisa membuat kami lebih memperbaiki diri. Terima kasih.

Lubuklinggau, 15 April 2024

Penyusun

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 2
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 2
D. MANFAAT PENULISAN............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. STRATEGI MENDIDIK ANAK BERKARAKTER DI SEKOLAH .......... 3
B. MEMBANGUN KEMITRAAN SEKOLAH DAN ORANG TUA DALAM
PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK ........................................................ 7
C. STRATEGI PEMBERDAYAAN KELUARGA BAGI PENDIDIKAN
KARAKTER ANAK ..........................................................................................11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 16
B. SARAN ...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran
fundamental dalam pembentukan karakter individu. Di dalam keluargalah
anak-anak pertama kali belajar tentang nilai-nilai moral, norma sosial, dan
cara berperilaku yang baik.
Keluarga yang berkarakter akan melahirkan generasi penerus bangsa yang
berakhlak mulia, cerdas, dan tangguh dalam menghadapi berbagai
tantangan hidup. Membangun keluarga berkarakter merupakan sebuah
keniscayaan di era globalisasi saat ini. Di tengah maraknya pengaruh
negatif dari luar, keluarga menjadi benteng terakhir untuk menjaga anak-
anak agar terhindar dari perilaku menyimpang dan degradasi moral.
Keluarga berkarakter menjadi kunci dalam mewujudkan cita-cita bangsa
untuk membangun generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing.
Namun, pada kenyataannya, masih banyak keluarga yang belum memiliki
karakter yang kuat. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya pendidikan karakter
dalam keluarga, lemahnya komunikasi dan interaksi antar anggota
keluarga, dan pengaruh negatif dari lingkungan sekitar, serta kurangnya
teladan dari orang tua dalam menunjukkan perilaku yang baik.
Kondisi tersebut dikhawatirkan akan berakibat fatal bagi masa depan
bangsa. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya serius untuk
membangun keluarga berkarakter.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja strategi mendidik anak berkarakter di sekolah?
2. Bagaimana cara membangun kemitraan sekolah dan orang tua dalam
pengembangan karakter anak?
3. Apa saja strategi pemberdayaan keluarga bagi pendidikan karakter
anak?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya keluarga
berkarakter.
2. Memberikan panduan bagi orang tua dalam membangun keluarga
berkarakter.
3. Memberikan masukan bagi pemangku kepentingan dalam
merumuskan kebijakan terkait dengan pendidikan karakter di
keluarga.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Memahami pentingnya pendidikan karakter dalam keluarga dan
mendapatkan panduan dalam membangun keluarga berkarakter.
2. Memahami pentingnya dalam merumuskan kebijakan terkait dengan
pendidikan karakter di keluarga.
3. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya membangun keluarga
berkarakter.

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. STRATEGI MENDIDIK ANAK BERKARAKTER DI SEKOLAH


Pendidikan karakter di sekolah dirumuskan dalam UUD no 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 1: Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, pendidikan bukan hanya mengembangkan kecerdasan saja,
melainkan menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berguna bagi
bangsa dan negara.
Bangsa yang berkarakter baik berakar dari keluarga yang berkarakter
luar biasa. Karakter yang baik adalah motivasi dari dalam untuk
menunjukkan apa yang benar, walaupun kita suka atau tidak suka dalam
setiap situasi. Melalui pendidikan karakter di sekolah, maka akan
terciptagenerasi yang bermoral dan berpendidikan. Tentunya diperlukan
strategi untuk menanamkan pendidikan karakter pada siswa di sekolah.
Guru memiliki peran penting untuk mencerdaskan serta membangun
karakter generasi bangsa di sekolah. Guru juga menjadi orang tua, teman,
penasehat serta pendengar yang baik bagi siswa di sekolah.
Sebagai sosok berpendidikan, guru bukan hanya memberikan
pengetahuan akademik saja pada siswa, melainkan mendidik anak menjadi
manusia yang baik, bijak dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah, diperlukan
dukungan antara pihak sekolah dengan orang tua siswa untuk melihat
perkembangan.
4

Berikut ini merupakan 10 strategi menanamkan nilai-nilai pendidikan


karakter dalam pembelajaran di kelas, di antaranya yaitu:
1. Memberikan Contoh yang Baik untuk Siswa
Selain memberikan materi akademik, siswa harus mendapatkan
contoh berperilaku yang baik. Guru sebagai orang tua siswa di sekolah
harus berperilaku baik, guna memberikan contoh untuk para siswanya.
Dari contoh tersebut siswadapat belajar dan mengikuti perilaku positif
dari guru.
2. Memberikan Apresiasi
Selain sebagai ucapan selamat atau terima kasih atas keberhasilan
yang diukir, apresiasi pada siswa merupakan salah satu hal yang
berharga guna memberi semangat pada siswa untuk bukan hanya
memberikan apresiasi dalam hal pencapaian akademik saja, melainkan
memberikan apresiasi kepada siswa yang berperilaku baik, jujur dan
saling membantu. Misalnya mengapresiasi nilai siswa yang masih
dibawah rata-rata karena tidak mencontek saat mengerjakan latihan
soal SD atau memberi nasehat kepada siswa yang menyontek. Hal
tersebut menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menanamkan pendidikan karakter di kelas.
3. Memberikan Pesan Moral pada Setiap Pelajaran
Sembari memberikan materi pelajaran guru harus menyisipkan nilai
moral dalam pelajaran tersebut, agar siswa memahami bahwa moral
harus dijadikan sebagai pedoman hidup. Misalnya ketika mengajarkan
matematika, guru bukan hanya memberikan rumus, tetapi
mengajarkan bahwa hidup seperti mengerjakan soal matematika,
ketika ada soal sulit kita harus berusaha, berpikir dan bersabar dalam
menyelesaikannya. Melalui penanaman nilai moral dalam setiap
pelajaran, maka siswa akan tumbuh dan siap menghadapi masalah
hidup, selalu berpikir optimis sehingga akan selalu berusaha untuk
menyelesaikan masalah.
5

4. Jujur dan Terbuka pada Kesalahan


Setiap manusia tentu pernah melakukan kesalahan, tak terkecuali
guru. Sebagai guru, mungkin pernah melakukan kesalahan baik dalam
mengoreksi maupun menyampaikan materi, serta datang terlambat ke
kelas. Guru harus terbuka pada kesalahan sekecil apapun. Hal tersebut
juga bisa dijadikan contoh pada siswa untuk selalu berperilaku jujur
dan tidak malu mengakui kesalahan. Hilangkan rasa gengsi, karena
pembuka pada kesalahan menjadi salah satu cara menanamkan
pendidikan karakter pada siswa. Dengan demikian siswa akan menjadi
seseorang yang berani bertanggung jawab atas kesalahan yang
dibuatnya.
5. Mengajarkan Sopan Santun
Sopan santun merupakan perilaku yang wajib ditanamkan kepada
siswa. Sekolah dapat menerapkan 5S yaitu salam, senyum, sapa,
sopan dan santun. Meskipun terdengar sepele, namun sopan santun
perlu diajarkan kepada siswa agar mereka dapat menjaga sikap saling
menghormati. Guru harus menegur siswa yang kurang sopan guna
mengoreksi perilaku tersebut. Teguran bukan berarti guru harus
memarahi siswa, melainkan cukup mengingatkan siswa jika perilaku
tersebut tidaklah baik. Jangan lupa untuk selalu mencontohkan
perilaku sopan dan santun.
6. Biarkan Siswa menjadi Pemimpin
Sifat kepemimpinan dapat diperoleh melalui pendidikan karakter
dengan cara guru selalu memberikan kesempatan agar siswa dapat
memimpin teman-temannya. Karakter pemimpin sangat penting untuk
dimiliki karena dapat mempengaruhi kehidupan sosial maupun
ekonomi. Oleh sebab itu, guru harus membantu siswa untuk melatih
jiwa kepemimpinan. Caranya pun sangat sederhana, yaitu dengan
memberikan tugas secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari
pemimpin dan para anggota. Setelah melakukan diskusi, guru dapat
mengevaluasi pembelajaran positif agar para siswa memiliki jiwa
6

kepemimpinan dan selalu berlatih bekerjasama dengan baik. Sesekali


berilah motivasi kepada siswa yang kurang percaya diri, agar mereka
berani tampil.
7. Berbagi Pengalaman Inspiratif
Pada sela-sela pembelajaran di kelas, guru dapat berbagi pengalaman
inspiratif guna menginspirasi siswa lebih baik. Bukan hanya bercerita
mengenai keberhasilan atau kehebatan saja, melainkan lebih dari itu.
Misalnya bercerita mengenai kegagalan dan keputusasaan yang
pernah dialami, namun bangkit kembali demi meraih cita-cita. Tentu
saja hal tersebut dapat dijadikan pembelajaran bagi siswa dan
semangat untuk meraih cita-cita. Melalui berbagi pengalaman, siswa
akan belajar dari pengalaman tersebut agar tidak melakukan kesalahan
yang sama. Sehingga mereka tidak menjadi generasi yang bermental
kerupuk, melainkan berani mengambil langkah untuk mencapai
impian.
8. Literasi Sekolah
Cara selanjutnya untuk membangun karakter pada siswa yaitu dengan
mendirikan literasi sekolah atau pojok membaca. Berikan motivasi
pada siswa bahwa membaca itu sangat penting untuk menambah
wawasan dan membuka jendela dunia. Membaca juga dapat mengasah
kemampuan daya berpikir, logika dan menyelesaikan masalah.
9. Memberikan Deadline pada Setiap Tugas
Ketika Anda memberikan pekerjaan rumah (PR) pada siswa, guru
harus memutuskan deadline atau waktu batas pengumpulan tugas
tersebut. Hal tersebut sangat penting guna menanamkan nilai
tanggung jawab dan kedisiplinan. Ajarkan pula nilai kejujuran pada
saat mengerjakan tugas, sehingga anak terbiasa mengerjakan tugas
sendiri(mandiri). Dengan membiasakan hal tersebut, maka anak akan
tumbuh menjadi seseorang yang berkarakter, bijak, bertanggung jawab
serta mandiri.
7

10. Mengenalkan Tata Tertib Sekolah dan Mematuhinya


Setiap sekolah tentu memiliki tata tertib atau peraturannya sendiri
guna mencapai keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Guru dapat mengenalkan tata tertib sekolah pada siswa, lalu
memintanya untuk melakukan tata tertib tersebut. Hal tersebut
menjadikan siswa tumbuh sebagai generasi yang taat pada aturan.
Itulah 10 strategi menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter pada
siswa ketika melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Tanpa disadari hal
tersebut dapat meningkatkan prestasi akademik mereka dan menjadikan
mereka generasi yang berkarakter.

B. MEMBANGUN KEMITRAAN SEKOLAH DAN ORANG TUA


DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK
Lockwood menuliskan bahwa karakter adalah program yang
dirancang dan dilakukan oleh keluarga untuk secara langsung dan
sistematis membentuk tingkah laku dari anak dengan nilai-nilai yang
diyakininya sehingga menghasilkan perilaku. Dengan kata lain Lockwood
menegaskan pentingnya kerjasama antara pribadi dengan orang lain dalam
menghasilkan sebuah karakter positif yang luar biasa.
Tugas mendidik dan mengasuh anak tidak sepenuhnya dapat
dilaksanakan dalam keluarga, seperti pendidikan ketrampilan,
pengetahuan, wawasan dan pengalaman. Oleh sebab itu keluarga
membutuhkan lembaga pendidikan lain yaitu Pendidikan sekolah. Dengan
demikian pendidikan di sekolah merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan keluarga. Pendidikan di sekolah juga
merupakan penghubung antara kehidupan anak dalam keluarga dan
kehidupan di masyarakat.
Bagi pihak sekolah, peranan orang tua terhadap siswa tidak boleh
dianggap remeh. Orang tua adalah “spesialis” untuk anak-anak mereka.
Mereka mengetahui anak-anaknya jauh lebih lama dan melalui berbagai
situasi yang berbeda, dibandingguru di sekolah. Anak-anak sangat
8

mungkin dapat berperilaku sangat berbeda antaradi rumah dengan di


sekolah. Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya manfaat
pertukaran informasi antara sekolah dan keluarga, baik itu berupa situasi
kehidupansiswa maupun pola asuhannya. Guru dan orang tua tentu
memiliki kesenjangan pengetahuan tentang siswa, baik itu tentang perilaku
dalam keluarga, pengalaman siswa di luar lingkungannya, juga tentang
pola pengasuhan sehari-hari dan perkembangannya. Melalui dialog
intensif guru dengan orang tua siswa, dapatdiperoleh persamaan persepsi
sehingga kedua belah pihak dapat mengambil peranan yang saling
melengkapi dalam melakukan pembimbingan dan pembelajaran terhadap
siswa.
Hubungan dialogis antara guru dan orang tua siswa dapat
digambarkan sebagai kemitraan pendidikan. Istilah ini menekankan bahwa
di satu sisi kehadiran guru dan orang tua berdampak pada perkembangan
anak. Sementara di sisi lain tanggung jawab bersama dalam mendidik anak
menjadi pusat hubungan antara kedua belah pihak. Istilah “kemitraan”
juga menyiratkan bahwa keluarga dan sekolah memiliki hak yang sama,
membentuk "ikatan" dalam mengejar tujuan yang sama dan bekerja
bersama-sama.
Kemitraan pendidikan diwujudkan melalui proses komunikasi yang
dinamis, dan diantara keduanya (guru dan orang tua) harus saling terbuka.
Hal ini membutuhkan rasa saling percaya dan sikap saling menghormati.
Kedua hal ini juga akan menimbulkan dampak positif pada anak. Jika anak
melihat bahwa guru menghargai keluarganya, ia lebih cenderung
mengembangkan harga diri. Jika diketahui bahwa orang tuanya
menghormati guru, ini mempromosikan referensi pedagogis dan motivasi
untuk belajar. Terbuka di pihak keluarga berarti orang tua berbicara
tentang perilaku anak dalam keluarga, pengalaman khusus, situasi keluarga
mereka, tujuan dan metode pendidikan yang mereka terapkan dan
sebagainya. Di sisi sekolah, keterbukaan adalah tentang aktivitas
kehidupan sekolah sehari-hari yang transparan bagi keluarga. Misalnya,
9

orang tua ingin mengetahui apa yang diajarkan guru dan apa tujuan
pendidikan, ide dan praktik mereka, bahkan capaian hasil-hasil belajar
anaknya. Mereka menginginkan informasi tentang bagaimana anak mereka
berperilaku di kelas, bagaimana perkembangannya, kemajuan apa yang
dibuat dan apakah mereka mengalami kesulitan.
Lebih lanjut, kerjasama antara guru dan orang tua harus mengarah
pada peningkatan pola asuh keluarga. Dalam konteks telaah hasil studi
PISA (Programmefor International Student Assessment), ada pertanyaan-
pertanyaan yang relevan terkait kemitraan sekolah dengan orang tua siswa.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diantaranya: Sejauh mana orang tua siswa
mempromosikan perkembangan sekolah anaknya, seberapa sering orang
tua siswa menanyakan tentang perkembangan dan kemajuan kinerja
sekolah mereka, seberapa sering orang tua melakukan percakapan pribadi
dengan siswa terkait buku, film, televisi, game dan sejenisnya. Dan
pertanyataan-pertanyaan lain yang relevan menggambarkan keharmonisan
hubungan sekolah dan orang tua siswa.
Melalui penggambaran di atas menjadi jelas bahwa orang tua harus
lebih bertanggung jawab atas pengasuhan, pendidikan dan pengembangan
pribadi anak-anaknya. Guru dapat memotivasi para orang tua untuk
memberi pengaruh yang lebih besar dalam menjalankan tanggung jawab
pengasuhan daripada sebelumnya. Para orang tua harus lebih aktif dalam
melakukan pembimbingan. Guru dapat melakukan bimbingan individual
pada orang tua siswa atau dalam bentuk kelompok diskusi. Jika orang tua
siswa melaporkan terkait masalah anak mereka (misal: sifat memberontak
atau agresif), guru dapat memberi advice dan pembimbingan yang tepat
sesuai kompetensi bidang keahlian dan pengalaman profesional.
Membangun kemitraan sekolah dan orang tua dalam pengembangan
karakter anak merupakan hal yang sangat penting. Orang tua merupakan
figur penting dalam proses tumbuh kembang anak, dan sekolah memiliki
peranan yang sangat vital dalam mengembangkan karakter anak.
10

Berikut adalah beberapa cara untuk membangun kemitraan sekolah


dan orang tua dalam pengembangan karakter anak:
1. Komunikasi Terbuka
Sekolah dan orang tua harus berkomunikasi terbuka dan terbukti.
Orang tua harus mengetahui tentang program-program pendidikan
karakter yang diberikan sekolah, sambil sekolah juga harus
mengetahui tentang perilaku dan kebiasaan yang diberikan orang tua
di rumah.
2. Partisipasi Orang Tua
Orang tua dapat menjadi pembelajar dan pengembang karakter anak di
rumah. Dengan menjadi pembelajar, orang tua dapat membantu anak
memahami dan menerapkan nilai-nilai karakter yang diberikan
sekolah.
3. Mengelola Lingkungan Moral
Orang tua harus mengelola lingkungan moral di rumah, seperti
mengharuskan anak meminta ijin untuk menonton televisi, hanya
membolehkan program-program tertentu yang boleh ditonton, dan
membuat aturan bahwa untuk melakukan akses internet harus di
bawah pengawasan orang tua di rumah.
4. Mengajarkan Keputusan yang Baik
Orang tua dapat membantu anak memahami dan menerapkan
keputusan yang baik, seperti memecahkan masalah dengan adil dan
memberikan kesempatan untuk mempraktikkan kebajikan.
5. Mendorong Pengembangan Spiritual
Orang tua dapat mendorong pengembangan spiritual anak, seperti
mengijinkan anak untuk menggunakan media yang memberikan
tuntunan nilai-nilai yang baik, dan mengeluarkan aturan yang
bertujuan untuk membangun kemitraan antara anak dan orang tua.
6. Kemitraan antara Sekolah dan Orang Tua
Sekolah dan orang tua harus berkerjasama dalam membangun
kemitraan antara anak dan lingkungan sekitar, seperti menanamkan
11

nilai-nilai karakter yang baik terhadap TuhanYang Maha Esa, diri


sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan sehingga mejadi
manusia insan kami.
Dengan melakukan langkah-langkah ini, sekolah dan orang tua dapat
membangun kemitraan yang baik untuk membangun karakter anak yang
baik dan mampu bertanggung jawab dengan dirinya sendiri serta memiliki
pertumbuhan spiritualitas yang baik sesuai dengan yang diharapkan.

C. STRATEGI PEMBERDAYAAN KELUARGA BAGI PENDIDIKAN


KARAKTER ANAK
Seorang anak tentunya tidak langsung dapat mengenal alam sekitar
mengerti dan memahami segalanya dengan sendirinya, melainkan
dibutuhkan pendidikan keluarga, pendidikan kelembagaan dan pendidikan
di masyarakat. Keluarga sebagai komunitas pertama memiliki peran
penting dalam pembangunan mental dan karakteristik sang anak. Di dalam
keluarga, anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial.
Interaksi yang terjadi bersifat dekat dan intim, segala sesuatu yang
diperbuat anak mempengaruhi keluarganya, dan sebaliknya apa yang
didapati anak dari keluarganya akan mempengaruhi perkembangan jiwa,
tingkah laku, cara pandang dan emosinya.
Dengan demikian pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
keluarganya memegang peranan penting bagi proses interaksi anak di
lingkungan masyarakat kelak. Proses pengasuhan selalu bersifat dinamis
dalam mencari bentuk. Banyak para ahli mengemukakan definisi dan
bentuk-bentuk pola asuh yang tepat. Laurrence Steinburg mendefinisikan;
Pengasuhan yang baik adalah pengasuhan yang sesuai dengan kondisi
psikologis dengan unsur-unsur seperti kejujuran, empati, mengendalikan
diri sendiri, kebaikan hati, kerja sama, pengendalian diri, dan kebahagiaan.
Pengasuhan yang baik adalah pengasuhan yang membantu anak
berhasil di sekolah, mendukung perkembangan keingintahuan intelektual,
motivasi belajar, dan keinginan untuk mencapai sesuatu. Pengasuhan yang
12

baik adalah yang menjauhkan anak dari prilaku anti sosial, melakukan
pelanggaran hukum ringan, serta pemakaian narkoba dan alkohol.
Pengasuhan yang baik adalah pengasuhan yang membantu melindungi
anak dari berkembangnya keresahan, depresi, gangguan makan dan
berbagai masalah psikologi lain.
Penguatan penanaman nilai-nilai karakter dapat pula dilakukan
dengan melibatkan komponen keluarga dan masyarakat. Komponen
keluarga meliputi pengembangan dan pembentukan karakter di rumah.
Pihak sekolah dapat melibatkan para orang tua untuk lebih peduli terhadap
perilaku para anak-anak mereka. Sedangkan komponen masyarakat atau
komunitas secara umum adalah sebagai wahana praktik atau sebagai alat
kontrol bagi perilaku siswa dalam mengembangkan dan membentuk
karakter mereka.
Pihak sekolah dapat melakukan komunikasi dan interaksi dengan
keluarga dan masyarakat ini dari waktu ke waktu secara periodik.
Mengadakan dialog yang melibatkan komponen pemerintah, masyarakat,
guru, dan orang tua untuk membicarakan masalah dan membuat
kesepakatan bersama untuk bisa menjaga dan mengawasi anak-anaknya,
sehingga tercipta pendidikan yang berkarakter dan terintegrasi.
Strategi pemberdayaan keluarga dalam pendidikan karakter anak
merupakan langkah yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan
dan penguatan keluarga dalam mengembangkan karakter anak.
Berikut adalah beberapa strategi pemberdayaan keluarga yang dapat
digunakan:
1. Keteladanan atau Role Model dari Ayah Ibu (orangtua) dalam Rumah
Tangga:
Keluarga harus memiliki role model yang baik untuk membantu anak
mengembangkan karakter yang baik. Ayah ibu harus membantu anak
memahami dan menerapkan nilai-nilai karakter yang diberikan
sekolah.
13

2. Komunikasi yang Mampu Mendorong Orang Tua dan Anak


Membangun Kebersamaan:
Keluarga harus memiliki komunikasi yang baik untuk membangun
kebersamaan. Keluarga harus mampu mendorong orang tua dan anak
membangun kebersamaan dalam mengembangkan karakter anak.
3. Sinergi dan Kerja Sama yang Intensif antara Keluarga, Sekolah
(lembaga pendidikan), dan Masyarakat:
Keluarga, sekolah, dan masyarakat harus berkerjasama untuk
membangun karakter anak. Strategi ini dapat membantu
mengembangkan karakter anak yang berkarakter dan mampu
bertanggung jawab dengan dirinya sendiri serta memiliki
pertumbuhan spiritualitas yang baik.
4. Strategi Implementasi Pendidikan Karakter Jenjang Pendidikan
Dasar:
Pendidikan karakter harus dimulai dari jenjang pendidikan dasar, yang
merupakan pondasi untuk membangun generasi bangsa yang
berkarakter. Strategi ini dapat membantu mengembangkan karakter
anak yang berkarakter dan mampu bertanggung jawab dengan dirinya
sendiri serta memiliki pertumbuhan spiritualitas yang baik.
5. Strategi Peningkatan Tahap Perkembangan Moral:
Strategi pembelajaran karakter pada dasarnya adalah cara, pola,
metode, ataupun upaya yang dilakukan oleh pendidik (fasilitator)
dengan cara memberi kemudahan agar peserta didik dengan mudah
belajar dan dalam konteks pendidikan karakter, pemberian kemudahan
tersebut dalam kerangka untuk mengembangkan karakter baik, atau
agar peserta didik dapat mengembangkan karakter baiknya sendiri.
6. Strategi Habituasi:
Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter bangsa pada budaya
sekolah, peraturan tata tertib sekolah atau kelas, keteladanan, dan
pembiasaan warga sekolah dapat membantu mengembangkan karakter
anak yang berkarakter.
14

Dengan melakukan langkah-langkah ini, keluarga dapat membantu


mengembangkan karakter anak yang berkarakter dan mampu bertanggung
jawab dengan dirinya sendiri serta memiliki pertumbuhan spiritualitas
yang baik.
Berikut adalah beberapa tantangan dan solusi dalam membangun
keluarga berkarakter yaitu antara lain.
1) Komunikasi yang Baik
Komunikasi yang baik adalah kunci utama dalam membangun
keharmonisan keluarga. Berbicaralah dengan terbuka dan jujur kepada
anggota keluarga.
2) Berbagi Tanggung Jawab
Bagi tugas dan tanggung jawab dalam keluarga secara adil. Dengan
membagi tugas sehari-hari, setiap anggota keluarga merasa dihargai
dan terlibat aktif dalam menjalani kehidupan keluarga.
3) Jadwalkan Waktu Bersama
Dalam kehidupan yang sibuk, seringkali sulit untuk menemukan
waktu untuk berkumpul sebagai keluarga. Tetapi, penting untuk
menyempatkan waktu berkualitas bersama. Buat jadwal rutin untuk
mengadakan kegiatan bersama, seperti makan malam bersama, piknik
akhir pekan, atau kegiatan keluarga lainnya.
4) Berempati dan Menghormati
Menghormati dan menjaga keharmonisan dalam keluarga adalah
penting untuk membangun keluarga berkarakter. Jangan lupa
menghormati dan menjaga ikatan keluarga.
5) Penanaman dan Penghayatan Religiusitas
Menurunnya penanaman dan penghayatan religiusitas dalam keluarga
merupakan tantangan yang harus dihadapi. Jangan lupa menanam dan
menjaga nilai-nilai religiusitas dalam keluarga.
15

6) Kesetiaan dan Pernikahan


Rapuhnya nilai kesetiaan dan perkawinan merupakan tantangan yang
harus dihadapi. Jangan lupa menjaga kesetiaan dan pernikahan dalam
keluarga.
7) Diskonversi dan Komunikasi
Dalam era digital, keluarga harus menghadapi tantangan yang berasal
dari perkembangan teknologi. Jangan lupa diskonversi dan berbagi
pengetahuan dengan anggota keluarga.
8) Transparansi dan kepercayaan
Kurangnya transparansi antara suami dan istri, serta kepercayaan
dalam keluarga, merupakan tantangan yang harus dihadapi. Jangan
lupa menjaga transparansi dan kepercayaan dalam keluarga.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Membangun keluarga berkarakter merupakan pondasi penting bagi
kemajuan bangsa. Keluarga sebagai ruang lingkup pertama bagi anak
dalam belajar dan bertumbuh, memiliki peran krusial dalam menanamkan
nilai-nilai karakter yang luhur. Ada beberapa poin penting, yaitu:
 Pentingnya pendidikan karakter dalam keluarga: Orang tua dan
anggota keluarga lainnya memiliki tanggung jawab untuk
menanamkan nilai-nilai karakter yang positif kepada anak-anak.
 Peran orang tua dalam membangun keluarga berkarakter: Penting bagi
orang tua untuk menunjukkan perilaku yang baik dan sesuai dengan
nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan kepada anak-anak.
 Strategi membangun keluarga berkarakter: Seperti komunikasi yang
terbuka dan efektif, pembiasaan yang positif, pemberian penghargaan
dan sanksi yang konsisten, serta pelibatan anak dalam kegiatan
keluarga.
 Tantangan dan solusi dalam membangun keluarga berkarakter.

B. SARAN
Membangun keluarga berkarakter merupakan usaha yang berkelanjutan
dan membutuhkan komitmen dari semua anggota keluarga. Dengan
menerapkan strategi-strategi yang tepat dan konsisten, diharapkan
keluarga dapat menjadi tempat yang ideal bagi anak-anak untuk tumbuh
kembang menjadi pribadi yang berkarakter mulia dan bermanfaat bagi
bangsa dan negara.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, R. D., Andrianie, S., & Hanggara, G. S. (2020). Implementasi


pendidikan karakter di masa pandemi covid-19: Tantangan dan
Kontribusi.
Benny Sinaga, (2017). Menciptakan Pendidikan Keluarga Berkarakter dan
Integrasi. Diakses dari https://www.qureta.com/post/menciptakan-
pendidikan-keluarga- berkarakter-dan-terintegrasi pada 6 Oktober
2022
Drs. Yuddy T.H. Achsan. Membangun Kemitraan Orang Tua Siswa dengan
Sekolah. Diakses melaui: https://4chsan.com/membangun-kemitraan-
orang-tua-siswa-dengan-sekolah pada 6 Oktober 2022
Epin Supini, (2020). 10 Strategi Menanamkan Pendidikan Karakter di Kelas.
Diakses melalui https://blog.keiarcita.id/10-strategi-menanamkan-
nilai- nilai-pendidikan-karakter-dalam-pengajaran-di-kelas/ pada 6
Oktober 2022
Rheva Maharani, (2018). Bagaimana Strategi Pelaksanaan Pendidkan
Karakter? Diakses melalui https://www.dictio.id/t/bagaimana-strategi-
pelaksanaan- pendidikan-karakter/116571 pada 6 Oktober 2022
Khazanah, A., Akmaliyah, A., Millah, M. S., Ma’ani, S., & Suyatna, R. G.
(2024). Sosialisasi ABDIMAS Universitas Primagraha di Kecamatan
Tanara (Sektor Pendidikan dan Sektor Perekonomian Budidaya Udang
Vaname). Jurnal Bintang Manajemen, 2(1), 152-159.
SMAK Penabur Kota Tangerang, (2021). Membangun Karakter di Tengah
Keluarga. Diakses melalui https://bokpenabur.or.id/tangerang/smak-
penabur-kota-tangerang/berita/berita-lainnya/membangun-karakter-
ditengah-keluarga pada 6 Oktober 2022
Wardi Dita. Menciptakan Keluarga Berkarakter. Diakses melalui:
https://prezi.com/ex_onnubigew/menciptakan-keluarga-berkarakter
pada 6 Oktober 2022

17

Anda mungkin juga menyukai