Anda di halaman 1dari 22

MENCIPTAKAN KELUARGA BERKARAKTER

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Karakter

Dosen pengampu : Nuryaen Mira Shabrina, M.Pd.

Oleh :

SOPHIA FAIROZIA 1686210082

PUPUT PUTRI AYU 1686210088

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SUBANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayahNya sehingga kami dapat menyusun tugas Pendidikan
Karakter ini dengan baik dan tepat waktu.Seperti yang kita ketahui “menciptakan
keluarga berkarakter” itu sangat penting bagi anak bangsa dari mulai dini. Semua
akan dibahas pada makalah ini. Kenapa menciptakan keluarga berkarakter itu sangat
dibutuhkan dan layak dijadikan sebagai materi pelajaran.Tugas ini kami buat untuk
memberikan penjelasan tentang keberadaan pendidikan karakter di lingkungan
keluarga. Semoga makalah yang kami buat dapat membantu menambah wawasan kita
menjadi lebih luas lagi.

Kami sadar bahwa makalah yang kami susun ini masih punya banyak
kekurangan . oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu
dosen, agar kami dapat belajar dari kesalahan. Dan ucapan terimakasih pada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan masalah ini. Harapan kami mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatian dan
waktunya, kami sampaikan banyak terimakasih.

Subang, 18 November 2019

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….

BAB I

PENDAHULUAN……………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………

C. Tujuan…………………………………………………………………………..

BAB II

PEMBAHASAN………..………………………………………………………..

A.Strategi Mendidik Anak Berkarakter disekolah………………………………..

B.Membangun Kemitraan Sekolah dan Orang Tua dalam Pengembangan Karakter


Anak……………………………………………………………………………….

C.Strategi Pemberdayaan Keluarga bagi Pendidikan Karakter anak…………….

BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………..

Kesimpulan………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sangat penting, namun pendidikan memerlukan waktu
yang panjang dan upaya yang tidak sederhaa. Jika kita tidak lakukan dengan
baik sekarang maka dampaknya akan terlihat kepada generasi penerus bangsa.
Pendidikan merupakan upaya untuk menarik potensi seseorang keluar, untuk
bisa menarik keluar potensi hebat, sangat bergantung pada apa yang kita
masukan pada orang itu.
Anak merupakan tunas bangsa yang akan melanjutkan tongkat estapet
dari orang tua, adat istiadat dan bahkan meneruskan perjuangan bangsa.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai karakter. Anak harus
dijaga dan dididik menjadi insan yang mengerti akan kebenaran. Keluarga
adalah tempat yang nyaman untuk anak dalam keberlangsungan hidupnya.
Keluarga terutama orang tua adalah pelopor untuk mewujudkan kenyamanan
dan bisa menciptakan keluarga yang berkarakter dirumah bukan hanya di
sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Mendidik Anak Berkarakter disekolah?
2. Bagaimana Membangun Kemitraan Sekolah dan Orang Tua dalam
Pengembangan Karakter Anak?
3. Bagaimana Strategi Pemberdayaan Keluarga bagi Pendidikan Karakter
anak?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana cara menciptakan keluarga yang berkarakter.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Mendidik Anak Berkarakter disekolah


Pendidikan Karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di
dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi
selanjutnya, dengan membentuk penyempurnaan diri individu secara
terusmenerus dan melatih kemampuan diri demi menuju ke arah hidup yang
lebih baik. Ada beberapa istilah terkait dengan karakter, yaitu moral, etika,
nilai, dan akhlak. Karakter diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak
(KBI). Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku,
bersifat, bertabiat, atau berwatak. Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi
perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi,
adat istiadat, dan estetika.
Adapun strategi dalam mengembangkan pendidikan karakter
mencakup dua belas strategi, sembilan di antaranya tuntutan kepada guru, dan
tiga di antaranya tuntutan kepada sekolah. Adapun strategi yang dapat
dilakukan oleh guru dalam proses pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
1. Guru harus bertindak sebagai sosok yang peduli, model dan mentor.
Dalam hal ini, guru memperlakukan siswa dengan kasih dan hormat,
memberikan contoh yang baik, mendorong perilaku sosial, dan
memperbaiki perilaku yang merusak.
2. Menciptakan komunitas moral di kelas. Guru membantu siswa untuk
saling mengenal satu sama lain, hormat dan saling memperhatikan satu
sama lain, serta siswa merasa dihargai sebagai anggota kelompok.
3. Mempraktikkan disiplin moral. Guru menciptakan dan menegakan aturan
sebagai kesempatan untuk membantu pengembangan alasan-alasan moral,
kontrol diri, dan penghargaan kepada orang lain pada umumnya.
4. Menciptakan lingkungan kelas yang demokratis. Guru melibatkan siswa
dalam pembuatan keputusan dan membagi tanggung jawab dalam
menjadikan kelas sebagai tempat yang baik untuk berkembang dan
belajar.
5. Mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum. Guru menggunakan mata
pelajaran akademis sebagai sarana untuk mempelajari isu-isu etis.
6. Menggunakan pembelajaran kooperatif. Guru mengajarkan kepada siswa
mengenai sikap dan berbagai keterampilan untuk saling membantu satu
sama lain dan bekerja sama.
7. Membantu “kepekaan nurani”. Guru membantu siswa mengembangkan
tanggung jawab akademis dan menghargai pentingnya belajar dan bekerja.
8. Mendorong refleksi moral. Melalui membaca, menulis, berdiskusi,
berlatih membuat keputusan dan berdebat.
9. Mengajarkan resolusi konflik. Sehinga peserta didik memiliki kapasitas
dan komitmen untuk menyelesaikan konflik secara adil dan wajar, dengan
cara-cara tanpa kekerasan.
Sedangkan tiga strategi lainya, menghendaki sekolah untuk:
1. Mengembangkan sikap peduli yang tidak hanya sebatas kegiatan di kelas.
Hal ini dilakukan melalui model-model peran dan kesempatan-kesempatan
yang inspiratif dengan melayani sekolah dan masyarakat. Intinya, siswa
diajak untuk belajar bersikap peduli dengan cara bertindak peduli.
2. Menciptakan budaya moral yang positif di sekolah. Ini berarti
mengembangkan seluruh lingkungan sekolah (melalui kepemimpinan
kepala sekolah, disiplin sekolah, rasa kekeluargaan sekolah, keterlibatan
siswa secara demokratis, komunitas moral sesama guru dan karyawan,
serta waktu untuk membicarakan keprihatinan moral) yang membantu dan
memperkuat pembelajaran nilai-nilai yang berlangsung di kelas.
3. Melibatkan orang tua siswa dan masyarakat sebagai partner dalam
pendidikan karkater. Dalam hal ini, sekolah membantu para orang tua
bertindak sebagai guru moral pertama bagi anak; mendorong orang tua
agar membantu sekolah dalam berupaya mengembangkan nilai-nilai yang
baik; dan mencari bantuan dari masyarakat (misalnya agamawan,
kalangan bisnis, dan praktisi media) dalam memperkuat nilai-nilai yang
sedang diupayakan atau diajarkan oleh sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru
mempunyai peranan yang amat penting dalam menanamkan karakter pada diri
siswa. Guru dituntut memiliki kepribadian yang kokoh, kuat dan mampu
menampilkan diri sebagai uswah dan teladan bagi siswanya. Karena satu
keteladanan lebih baik dari seribu nasehat, nilai guru bukan dilihat dari apa
yang dikatakannya, tetapi dari apa yang dilakukan dan dihasilkannya. Adapun
di antara ciri-ciri guru yang berkarakter adalah sebagai berikut: 1. Ikhlas 2.
Jujur 3. Walk The Talk 4. Adil dan Egaliter 5. Akhlak Mulia 6. Tawadhu‟ 7.
Berani 8. Jiwa Humor yang Sehat 9. Sabar Dan Menahan Amarah 10.
Menjaga Lisan 11. Sinergi dan Musyawarah
Pendidikan karakter di sekolah dapat dimulai dengan memberikan
contoh yang dapat dijadikan teladan bagi murid dengan diiringi pemberian
pembelajaran seperti keagamaan dan kewarganegaraan sehingga dapat
membentuk individu yang berjiwa sosial, berpikir kritis, memiliki dan
mengembangkan cita-cita luhur, mencintai dan menghormati orang lain, serta
adil dalam segala hal.
B. Membangun Kemitraan Sekolah dan Orang Tua dalam Pengembangan
Karakter Anak.
Dalam rangka mengoptimalkan potensi anak di sekolah diperlukan
kolaborasi antara sekolah dan orangtua. Pada tahun 2015 pemerintah telah
mengupayakan berbagai program untuk meningkatkan keterlibatan orangtua
dan sekolah. Setiap satuan pendidikan diberikan tugas antara lain untuk: (1)
Menjalin komunikasi dengan keluarga tentang kemajuan belajar siswa dan
kejadiankejadian khusus (dilakukan oleh wali kelas); (2) Meningkatkan
kemampuan keluarga melalui program parenting dan penyediaan buku-buku
bacaan; (3) Mendorong keterlibatan orang tua dalam membantu kegiatan
belajar anak di rumah seperti penyediaan fasilitas dan penciptaan suasana
yang mendukung; (4) Mendorong keterlibatan orang tua dalam kegiatan
sekolah, misalnya sebagai nara sumber atau membantu kegiatan bersama; (5)
Memberi izin kepada anak untuk mengikuti kegiatan ekstra kurikuler sesuai
minat dan bakatnya. (6) Memotivasi dan menndorong prestasi anak misalnya
membantu pekerjaan rumah serta menanyakan tentang yang dipelajari dan
kejadian di sekolah; (7) Menjalin komunikasi dengan guru untuk mengetahui
kemajuan anak dan kejadiankejadian khusus yang terjadi; (8) Berpartisipasi
dalam kegiatan sekolah yang memerlukan keterlibatan orang tua; (9)
Mendorong kebiasaan membaca, menulis, dan berdiskusi dalam keluarga; dan
(10) Kebiasaan positif lain atas inisiatif keluarga.
Manfaat keterlibatan orang tua dalam pendidikan bagi orangtua
meliputi: (1) orangtua akan berusaha meningkatkan interaksi dan diskusi
dengan anak-anak mereka, dan menjadi lebih tanggap serta peka terhadap
kebutuhan sosial, emosional, dan perkembangan intelektual anak, (2) orangtua
akan semakin percaya diri dalam mengasuh anak-anak mereka, (3) orangtua
mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan anak-anak
mereka, sehingga mereka akan menjadi lebih mampu memberikan cinta kasih
dan penguatan serta mengurangi hukuman bagi anak-anak mereka, (4)
orangtua memiliki pemahaman yang lebih baik tentang peranan guru dan
kurikulum sekolah, (5) ketika orang tua mengerti apa yang sedang dipelajari
oleh anak-anak mereka, mereka menjadi lebih semangat untuk membantu
anak-anaknya belajar di rumah, (6) kepedulian orangtua terhadap sekolah
meningkat dan kebulatan tekad serta komitmen mereka terhadap sekolahpun
semakin kuat, dan (7) orangtua menjadi lebih sadar dan menjadi lebih aktif
dalam memberikan perhatian serta bantuan terhadap pendidikan anak mereka
ketika diminta oleh sekolah untuk ambil bagian dalam tim pengambil
keputusan.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka sudah
seharusnya adanya upaya peningkatan dan partisipasi orangtua peserta didik
dengan sekolah, sehingga proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah akan
dapat berlangsung secara optimal.

Model Kemitraan Sekolah dan Orang Tua

Memaksimalkan peran orang tua dalam


optimalisasi perkembangan anak.

 Parenting
 Komunikasi
 Volunteer
 Belajar di rumah
 kolaborasi

Komunikasi efektif ( wadah POMG)

Berdasarkan bagan di atas dapat diuraikan bahwa model dimulai


dengan kegiatan pembentukan POMG (Persatuan Orang Tua Murid dan
Guru). Pembentukan POMG di laksanakan berbarengan dengan penjelasan
program sekolah biasanya satu minggu setelah hari pertama masuk sekolah.
Selanjutnya sekolah mensosialisasikan program yang akan dilaksanakan
selama satu tahun baik dalam kelas maupun di luar kelas dan di kemukakan
apa yang menjadi bagian dari POMG dan apa yang akan menjadi tanggung
jawab sekolah. Pembagian peran ini dimulai dari program yang jelas. dapat
diuraikan bahwa model dimulai dengan kegiatan pembentukan POMG
(Persatuan Orang Tua Murid dan Guru). Kepengurusan buat setiap tahun
mengingat setiap tahun pasti ada pengurus yang anaknya telah lulus dari
sekolah. Pembentukan POMG di laksanakan berbarengan dengan penjelasan
program sekolah biasanya satu minggu setelah hari pertama masuk
sekolah.Selanjutnya sekolah mensosialisasikan program yang akan
dilaksanakan selama satu tahun baik dalam kelas maupun di luar kelas dan di
kemukakan apa yang menjadi bagian dari POMG dan apa yang akan menjadi
tanggung jawab sekolah. Pembagian peran ini dimulai dari program yang
jelas.
a. Sekolah mensosialisasikan program semester beserta kegiatan penunjang
sekolah selama satu tahun dan teknik mengajar melalui bermain.
b. POMG membuat program kerja diantaranya adalah:
1. Pertemuan rutin dengan tema yang ditentukan oleh orang tua
2. Penyediaaan makanan sehat setiap bulan yang pengaturannya
ditentukan POMG.
c. POMG dapat memeberikan masukan kegiatan rutin yang dilakukan berupa
kunjungan edukatif bulanan.
d. Kegiatan yang menjadi bagian dari kegitan POMG yang lain adalah:
1. Kegiatan manasik haji penyediaan komsumsi
2. Kegiatan santunan anak yatim penyediaan bingkisan
3. Kegiatan market day berupa penyiapan makanan yang dijual
4. Kegiatan family day terlibat dalam kegiatan
5. Kegiatan mencari jejak terlibat dalam kegiatan
6. Kegiatan wisata edukatif setahun sekali sebagai fasilitator
7. Kegiatan pentas seni sebagai fasilitator
8. Kegiatan open house sebagai fasilitator.
e. Berbagai kegiatan dirancang secara bersama antara pihak sekolah dengan
POMG, pendekatan kekeluargaan merupakan cara yang dilakukan oleh
pihak sekolah.
f. Menyiapkan anak-anak pada saat akan pentas internal.
g. Membantu anak-anak menyiapkan surat untuk guru.
h. Keterlibatan orang tua di dalam kelas.
Partisipasi atau keterlibatan orang tua dalam satuan pendidikan tidak
hanya dibutuhkan pada tingkat taman kanak-kanan atau sekolah dasar saja
namun di tingkat sekolah menengah pula. Dalam usia 11-17 tahun, anak-anak
justru sedang berada pada masa puberitas, transisi dan pengembangan
kemampuan berpikir abstrak. Pada usia tersebut, anak-anak juga dianggap
sebagai anak pada usia yang tingkat kerawanannya tinggi. Mereka dapat
mudah terpengaruh dengan narkoba, tawuran, putus sekolah dan kejahatan
lain serta mengalami gangguan psikologi. Dalam masa seperti ini dukungan
dari orang tua sangat dibutuhkan untuk menghindari hal-hal tersebut.
Kemitraan sekolah dengan orang tua pada tingkat sekolah menengah memang
memiliki perbedaan dengan tingkat sekolah dasar. Dalam tingkat sekolah
menengah, anak lebih membutuhkan hubungan yang mengutamakan
kepedulian dan kepercayaan terhadap anak. Para siswa sekolah menengah
memerlukan kesempatan untuk membentuk identitas diri mereka masing-
masing, mengekspresikan diri dan terlibat dalam pengalaman yang memiliki
tantangan yang dapat mengembangkan kemapuan dan harga diri mereka.
Mereka menginginkan otonomi, kebebasan dan waktu dengan teman sebaya
namun disaat yang sama mereka juga membutuhkan orang tua atau orang
dewasa yang dapat diandalkan. (Havard Family Research Project, 2007: 1).
Dalam mewujudkan program pendidikan keluarga sekolah juga telah
berupaya menjalin komunikasi dengan orang tua atau wali murid lebih intens
lagi melalui website sekolah, akun facebook, pesan singkat, whatsapp (WA),
BBM (Blackberry Massenger) dan email sebagai sarana komunikasi di era
digital ini. Penggunaan media sosial dianggap sebagai inovasi yang positif
dalam suatu program kemitraan. Fungsi media sosial dalam memperkuat
kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakan serta pemangku
kepentingan lainnya diantaranya yaitu: (1) Menginformasikan orang tua
mengenai kegiatan sekolah yang up to date; (2) Memberikan kesempatan
komunitas untuk mengenal para pendidik dan tenaga pendidik sekolah; (3)
Mendorong partisipasi global; (4) Membangun kepercayaan; (5) Mendukung
dana bagi kegiatan sekolah; (6) Berbagi fakta mengenai pencapaian atau
prestasi siswa, pendidik atau tenaga kependidikan; (7) Menggungah pengingat
hal-hal penting seperti rapat pertemuan atau kegiatan sekolah pada keluarga;
(8) Berbagi sumber bacaan atau artikel yang dapat mendukung atau
mendorong pedidikan dirumah; (9) Menunjukan penghargaan kepada
pemangku kepentingan; (10) Berbagi informasi untuk kegiatan atau peristiwa
masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
Tujuan model kemitraan sekolah dengan orang tua melalui media
sosial ini adalah memberikan panduan bagi kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, komite serta orang tua untuk secara bersama-sama menciptakan
dan mendukung pelaksanaan program kemitraan sekolah dengan orang tua
dan mensukseskan pendidikan semua peserta didik. Sedangkan sasaran model
kemitraan ini yaitu; Pertama, Kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan
sekolah swasta dalam melaksanakan kemitraan dengan keluarga dan
masyarakat; Kedua, Orang tua/ wali murid sekolah swasta sebagai mitra kerja
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program
sekolah; Ketiga, Komite sekolah sekolah swasta sebagai mitra kerja dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program sekolah;
Keempat, Organisasi mitra yang berkaitan dengan pelaksanaan program
kemitraan sekolah dengan orang tua melalui media sosial; dan kelima, Dinas
Pendidikan kota dan Provinsi sebagai pembina teknis satuan pendidikan
menengah dan pendidikan khusus. Spesifikasi model pengembangan
kemitraan sekolah dan orang tua melalui media sosial yaitu: (1) Definisi dan
deskripsi setiap bentuk kemitraan; (2) Tujuan dan hasil yang diharapkan
dalam setiap bentuk kemitraan (3) Rekomendasi kegiatan yang dapat
dikembangkan pada setiap bentuk kemitraan; (4) Indikator pada setiap bentuk
kemitraan; (5) Peran pihak sekolah dan orang tua dalam menjalankan setiap
bentuk kemitraan.
Dampak kemitraan pendidikan terhadap orang tua adalah mereka
lebih mengetahui akan tugas dan perannya dalam pendidikan anak,
memahami bahwa di sekolah anak-anak dididik oleh para guru, memahami
tentang program-program sekolah, keuangan sekolah dan anggaran belanja
sekolah, di rumah, mereka harus senantiasa ikut mengawasi kegiatan anaknya.
C. Strategi Pemberdayaan Keluarga bagi Pendidikan Karakter anak
Dalam proses pembentukan atau pengembangan karakter, suatu faktor
yang perlu diperhatikan juga adalah bertalian dengan disiplin. Disiplin berasal
dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata
Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin
mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama,
sebagai kepatuhan terhadap peratuaran (hukum) atau tunduk pada
pengawasan, dan pengendalian; Kedua, disiplin sebagai latihan yang
bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib; dan Ketiga,
kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan
mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam
menunaikan tugas dan taggung jawab; dan Keempat, kedisiplinan guru dan
staf pegawai diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan
mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam
menunaikan tugas dan taggung jawab terhadap pendidikan anak didiknya
(Kemendikbud, 2016).
Strategi utama melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah dan di rumah. Pembiasaan di sekolah, setara dengan empat jam
pelajaran per hari dikemas dalam beberapa kegiatan. Sedangkan pembiasaan
dirumah dilakukan oleh orang tua melalui panduan Buku Penghubung. Oleh
karena itu pada jam pertama pelajaran, sekolah rutin menjalankan program
Bina Karakter. Sekitar 20 menit guru memberi nasihat, taushiyah singkat,
mendoakan kawan yang sakit sebagai wujud empati kepada sesama,
mendiskusikan mengapa masih ada yang terlambat shalat atau lupa
mengerjakan tugas, dilanjutkan bersama-sama menghitung infak yang
didapat. Dari sekian butir akhlak yang dikembangkan program Bina Karakter,
ada satu yang mendapat penekanan khusus yaitu soal kejujuran. Kejujuran
harus digenggam teguh di manapun dan kapanpun, karena keberhasilan bila
diraih tanpa kejujuran pada hakikatnya adalah kegagalan.
Selain pembinaan disiplin dilingkungan sekolah, perlu juga
pendidikan karakter di lingkungan keluarga, sebagai insitusi pendidikan
pertama dan utama. Jika dalam keluarga sudah ditanamkan ketaatan (disiplin)
beribadah, tanggung jawab bersama dalam keluarga, kerjasama, sikap
bersedia menerima nasehat, bimbingan-bimbingan dalam penentuan sikap
individu-individu keluarga dalam urusan hidup. Firman Allah Swt.
”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-
kerabat….” (An Nisaa’ ayat 36)
Dalam proses mengajarkan pendidikan karakter pada anak didik
tentunya tidak bisa secara instan, tetapi melalui proses berkelanjutan.
Setidaknya dalam mengajarkan pendidikan karakter anak didik di sekolah
misalnya dapat memberikan pengetahuan dan modal pengalaman yang
keterkaita dengan peranan dalam kehidupan sosial mereka. Sebagai contoh, di
sekolah anak bisa diajarkan untuk selalu disiplin, jujur, tanggung jawab dan
tepat waktu dalam proses pembelajaran dan hal-hal tersebut bisa diaplikasikan
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Antara pendidikan informal di keluarga/orang tua dan pendidikan
formal di sekolah dan idealnya perlu saling bersinergi untuk
menumbuhkembangkan karakter anak didik baik di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan keluarga. Dengan visi dan misi dan program yang
bertujuan untuk menciptakan ouput anak didik dengan bekal kemampuan
karakter baik, bisa menciptakan generasi yang membanggakan serta
berprestasi unggul. Selanjutnya, betapa pentingnya program sekolah dan
maddrasah membuat rancangan rencana kegiatan pembelajaran yang dapat
menumbuhkan karakter anak didik yang luhur dan terarah. Maka rancangan
program dan kegiatan itu jika dilaksanakan dengan keikhlasan dan penuh
kesukarelaan dari para guru diharapkan akan terwujudny para insani yang
berkarakter disiplin terhadap segala tingkah laku perbuatan dalam kehidupan
sehari-hari, inilah karakter pribadi yang harus ditumbuhkembangkan.
Sebuah keinginan dan komitmen setiap unsur baik lembaga
pemerintah, keluarga/orang tua, masyarakat sedapat mungkin dapat
mendukung upaya pengembangan dan penumbuhan pendidikan karakter anak
didik. Perlu pula selanjutnya adanya upaya sebuah dan program penumbuhan
karakter/ budi pekerti peserta didik dan warga di sekolah dirancang oleh pihak
yang memiliki wewenang—terutama pendidik dan orang tua—yang tidak
dipungkiri seluruh guru berhak membuat sebuah program penumbuhan
karakter/ budi pekerti terhadap anak didik di sekolah. Dan rencana program
penumbuhan karakter peserta didik di buat dalam kurun 1 semester, dan 2
semester mempunyai siklus waktu tertentu selama satu tahun ajaran. Setiap
satu tahun evaluasi terhadap pengembangan dan penumbuhan karakter anak
didik. Perlu dilakukan juga dalam bentuk musyawarah oleh pihak sekolah
melibatkan kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan masyarakat. Sudah
sejauh mana penumbuhan dan pengembangan bibit-bibit pendidikan karakter
terhadap peserta didik di sekolah
Dalam hal ini perlu adanya upaya, peranan, dan strategi penumbuhan
dan pengembangan pendidikan karakter bagi sekolah dan orang tua khususnya
adapun metode-metode antara lain: Pertama, melalui keteladanan. Karena
keteladanan memberikan gambaran secara nyata bagaiman seseorang harus
bertindak. Keteladanan berarti kesediaan setiap orang untuk menjadi contoh
dan miniatur yang sesungguhnya dari sebuah perilaku. Di dalam Islam,
keteladanan bukanlah hanya semata persoalan mempengaruhi orang lain
dengan tindakan, melainkan sebuah keharusan untuk melakukan tindakan itu
yang berhubungan langsung secara spritual dengan Allah Swt. karenanya,
tidak adanya contoh keteladanan akan melibatkan kemurkaan dari Allah Swt
sebagaimana Firman-Nya; “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian
di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.´(Q.S. Ash Shaff, 61:2-3).
Kedua, melalui simulasi praktik (experiential learning). Dalam proses
belajar, setiap informasi akan diterima dan diproses melalui beberapa jalur
dalam otak dengan tingkat penerimaan yang beragam. Terdapat enam jalur
menuju otak, antara lain melalui apa yang dilihat, didengar, dikecap, disentuh,
dicium, dan dilakukan; Ketiga, menggunakan metode ikon dan afirmasi
(menempel dan menggantung). Memperkenalkan sebuah sikap positif dapat
pula dilakukan dengan memprovokasi semua jalur menuju otak kita
khususnya dari apa yang kita lihat melalui tulisan atau gambar yang
menjelaskan tentang sebuah sikap positif tertentu; Keempat, menggunakan
metode repeat power. Yaitu dengan mengucapkan secara berulang-ulang sifat
atau nilai positif yang ingin dibangun. Metode ini dapat pula disebut dengan
metode dzikir karakter. Metode repeat power adalah salah satu cara untuk
mencapai sukses dengan menanamkan sebuah pesan positif pada diri kita
secara terus menerus tentang apa yang ingin kita raih; Kelima, metode 99 sifat
utama. Metode ini adalah melakukan penguatan komitmen nilai-nilai dan
sikap positif dengan mendasarkan pada 99 sifat utama (Asma’ul Husna) yaitu
pada setiap harinya setiap orang memilih salah satu sifat Allah (Asma’ul
Husna) secara bergantian kemudian menuliskan komitmen perilaku apilkatif
yang sesuai dengan sifat tersebut yang akan dipraktikkan pada hari itu;
Keenam, membangun kesepakatan nilai keunggulan. Baik secara pribadi atau
kelembagaan menetapkan sebuah komitmen bersama untuk membangun nilai-
nilai positif yang akan menjadi budaya sikap atau budaya kerja yang akan
ditampilkan dan menjadi karakter bersama; dan Ketujuh, melalui penggunaan
metafora. Yaitu dengan menggunakan metode pengungkapan cerita yang
diambil dari kisah-kisah nyata ataupun kisah inspiratif lainnya yang
disampaikan secara rutin kepada setiap orang dalam institusi tersebut (siswa,
guru, karyawan dll) dan menyampaikan kisah motivasi inspiratif tersebut
dapat pula selalu diikutsertakan pada setiap proses pembelajaran atau sesi
penyampaian motivasi pagi sebelum memulai pekerjaan (Saleh, 2012: 10-17).
BAB III

PENUTUP

Pembinaan karakter dalam keluarga bukanlah suatu hal yang mudah,


tetapi bukan pula suatu hal yang tidak mungkin diwujudkan. Banyak keluarga
yang berhasil dalam pembinaan karakternya tetapi banyak juga keluarga yang
gagal dalam melakukan pembinaan karakternya. Pendidikan Karakter
merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu
tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya, dengan
membentuk penyempurnaan diri individu secara terusmenerus dan melatih
kemampuan diri demi menuju ke arah hidup yang lebih baik. Ada beberapa
istilah terkait dengan karakter, yaitu moral, etika, nilai, dan akhlak. Karakter
diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak (KBI). Orang
berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat,
atau berwatak. Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia
berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan
estetika.
Manfaat keterlibatan orang tua dalam pendidikan bagi orangtua
meliputi: (1) orangtua akan berusaha meningkatkan interaksi dan diskusi
dengan anak-anak mereka, dan menjadi lebih tanggap serta peka terhadap
kebutuhan sosial, emosional, dan perkembangan intelektual anak, (2) orangtua
akan semakin percaya diri dalam mengasuh anak-anak mereka, (3) orangtua
mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan anak-anak
mereka, sehingga mereka akan menjadi lebih mampu memberikan cinta kasih
dan penguatan serta mengurangi hukuman bagi anak-anak mereka, (4)
orangtua memiliki pemahaman yang lebih baik tentang peranan guru dan
kurikulum sekolah, (5) ketika orang tua mengerti apa yang sedang dipelajari
oleh anak-anak mereka, mereka menjadi lebih semangat untuk membantu
anak-anaknya belajar di rumah, (6) kepedulian orangtua terhadap sekolah
meningkat dan kebulatan tekad serta komitmen mereka terhadap sekolahpun
semakin kuat, dan (7) orangtua menjadi lebih sadar dan menjadi lebih aktif
dalam memberikan perhatian serta bantuan terhadap pendidikan anak mereka
ketika diminta oleh sekolah untuk ambil bagian dalam tim pengambil
keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Ainun Mardia Harahap. “KONSEP DAN STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER


DI SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013.”Kelola:
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 04, No. 01 Januari 2016
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global,
(Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 3-5.
Havard Family Research Project, 2007. Family Involvement Makes A Difference:
Evidence That Family Involvement Promotes School Success For Every Child
of Every Age. Havard: H
Ibid., hlm. 27-28.
Istarani, Kurikulum..... Op. Cit., hlm. 42-61.

Istina rakhmawati. “Peran Keluarga Dalam Pengasuhan Anak.” KONSELING


RELIGI: Jurnal Bimbingan Konseling Islam Vol. 6, no. 1 (Juni 2015): 1-18.

Mutia Ayu Krismanda, Bambang Ismanto, dan Ade Iriani. “Pengembangan Model
Kemitraan Sekolah Dengan Orang Tua Melalui Media Sosial Dalam
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah di Sekolah Menengah Swasta.” Kelola:
Jurnal Manajemen Pendidikan Vol. 4, no. 2 (Desember 2017): 146-160.
Nana Prasetyo, Membangun Karakter Anak Usia Dini (Jakarta: Direktorat Pembinaan
Anak Usia Dini, 2011), hlm. 5

Nasar, Pendidikan Karakter , (Jakarta: Grasindo, 2006), hlm. 27.


Pedoman Sinkronisasi dan Koordinasi Program Pendidikan Orang Tua . Direktorat
Pembinaan Keluarga . 2015.
Saleh, Muwafik. 2014. Membangun Karakter dengan Hati Nurani (Pendidikan
Karakter untuk Generasi Bangsa). Jakarta: Erlangga
Saiful Hadi. “Pola Pengasuhan Islami Dalam Pendidikan Keluarga (Penguatan Peran
Keluarga Jamaah Masjid Baitul Abror Teja Timur).” Jurnal Tadris Vol. 12,
no. 1 (Juni 2017): 117-133.
Sariwandi Syahroni .” Peranan Orang Tua dan Sekolah dalam Pengembangan
Karakter Anak Didik.”Kelola: jurnal Intelektualita: Volume 06, Nomor 01,
2017
Taufik Rihatno, Yufiarti, dan Sri Nuraini, “Pengembangan Model Kemitraan Sekolah
Dan Orangtua Pada Pendidikan Anak Usia Dini,” JURNAL PENDIDIKAN
USIA DINI 11, no. 1 (April 2017): 117-129.avard College.
A. Strategi Mendidik Anak Berkarakter disekolah
B. Membangun Kemitraan Sekolah dan Orang Tua dalam Pengembangan Karakter Anak
C. Strategi Pemberdayaan Keluarga bagi Pendidikan Karakter anak

Anda mungkin juga menyukai